Dosen Pembimbing :
Bangun Wijonarko, SST., M.Kes
Disusun Oleh :
Penni Widjayanti
P27906120028
2
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat
alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar
dengan faktor pencetus.
3
e. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma
bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan asma
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma,
selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013).
3. Klasifikasi
Tidak mudah membedakan antara satu jenis asma dengan jenis
asma lainnya. Dahulu asma dibedakan menjadi asma alergi (ekstrinsik)
yang muncul pada waktu kanak-kanak dengan mekanisme serangan
melalui reaksi alergi tipe 1 terhadap alergen dan asma non-alergik
(intrinsik) bila tidak ditemukan reaksi hipersensitivitas terhadap alergen.
Namun, dalam prakteknya seringkali ditemukan seorang pasien dengan
kedua sifat alergi dan non-alergi, sehingga Mc Connel dan Holgate
membagi asma kedalam 3 kategori: 1) Asma alergi/ekstrinsik; 2) Asma
non-alergi/intrinsik; 3) Asma yang berkaitan dengan penyakit paru
obstruksif kronik.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi
4 yaitu :
a. Asma intermitten, ditandai dengan :
1) gejala kurang dari 1 kali seminggu.
2) eksaserbasi singkat
3) gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan
4) bronkodilator diperlukan bila ada serangan.
5) Jika serangan agak berat mungkin memerlukan kortikosteroid
6) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
4
7) variabiliti APE atau VEP1 < 20%
b. Asma persisten ringan, ditandai dengan :
1) gejala asma malam >2x/bulan
2) eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid.
5) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi; variabiliti APE atau VEP1 20-
30%
c. Asma persisten sedang, ditandai dengan :
1) gejala hampir tiap hari
2) gejala asma malam >1x/minggu
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator setiap hari
5) APE atau VEP1 60-80%; 6) variabiliti APE atau VEP1 >30%
d. Asma persisten berat, ditandai dengan :
1) APE atau VEP1 <60% prediksi
2) variabiliti APE atau VEP1 >30%
5
Karakteristik Ringan Sedang Berat
Aktivitas Dapat berjalan Jalan terbatas Sukar berjalan
Dapat berbaring Lebih suka Duduk
duduk membungkuk
ke depan
Bicara Beberapa kalimat Kalimat Kata demi
terbatas kata
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering > 30
nafas kali/menit
Retraksi otot Umumnya tidak Kadang kala Ada
bantu nafas ada ada
Mengi Lemah sampai Keras Keras
sedang
Frekuensi nadi <100 100-200 >120
Pulsus Tidak ada Mungkin ada Sering ada
paradoksus (<10mmHg) (10-25 mmHg) (>25 mmHg)
APE sesudah
bronkhodilator
(% prediksi )
PaCO2 >80% 60-80% <60%
SaO2 <45 mmHg <45 mmHg <45 mmHg
>95% 91-95% <90%
6
Tabel 2. Tingkat Kontrol Asma menurut GINA
Karakteristik Kontrol Terkontrol Tidak
penuh sebagian terkontrol
(semua (salah
kriteria) satu/minggu)
Gejala harian Tidak ada (≤ >2x/minggu ≥3x/minggu
2xminggu
Keterbatasan Tidak ada Ada Gambaran
aktivitas asma
Gejala Tidak ada Ada Terkontrol
nokturnal/terbangun sebagian ada
karena asma dalam setiap
minggu
Kebutuhan pelega Tidak ada >2x/minggu
(≤2x/minggu)
Fungsi paru Normal <8-% 1x/minggu
(APE/VEPI) prediksi/nilai
terbaik
Eksaserbasi Tidak ada ≥1/tahun 1x/minggu
4. Patofisiologi
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas
saluran napas yang akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas.
Kerusakan epitel saluran napas, gangguan saraf otonom, dan adanya
perubahan pada otot polos bronkus juga diduga berperan pada proses
hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas saluran nafas terjadi
karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran
nafas, sehingga aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat kembali
secara spontan atau setelah pengobatan. Hipereaktivitas tersebut terjadi
sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
7
Dikenal dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur
imunologis yang terutama didominasi oleh IgE dan jalur saraf otonom.
Pada jalur yang didominasi oleh IgE, masuknya alergen ke dalam tubuh
akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cells), kemudian hasil olahan
alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th ( T penolong ) terutama Th2.
Sel T penolong inilah yang akan memberikan intruksi melalui interleukin
atau sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE, sel-sel radang lain seperti
mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit serta limfosit
untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin
(PG), leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin,
tromboksin (TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja dengan mempengaruhi
organ sasaran yang dapat menginduksi kontraksi otot polos saluran
pernapasan sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, hipersekresi
mukus, keluarnya plasma protein melalui mikrovaskuler bronkus dan
fibrosis sub epitel sehingga menimbulkan hipereaktivitas saluran napas.
Faktor lainnya yang dapat menginduksi pelepasan mediator adalah obat-
obatan, latihan, udara dingin, dan stress.
Selain merangsang sel inflamasi, terdapat keterlibatan sistem saraf
otonom pada jalur non-alergik dengan hasil akhir berupa inflamasi dan
hipereaktivitas saluran napas. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel
saluran napas. Reflek bronkus terjadi karena adanya peregangan nervus
vagus, sedangkan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast dan
makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan
reaksi yang terjadi. Keterlibatan sel mast tidak ditemukan pada beberapa
keadaan seperti pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan
SO2. Reflek saraf memegang peranan pada reaksi asma yang tidak
melibatkan sel mast. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang
menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A
8
dan calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang
menyebabkan terjadinya bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi
plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
9
Pathway
10
5. Manifestasi klinis
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat
ditemui pada pasien asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini
1) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
3) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
4) Wheezing belum ada
5) Belum ada kelainan bentuk thorak
6) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
7) BGA belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
c. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Ro paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
11
6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma
menurut (Wahid & Suprapto, 2013) yaitu:
1) Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
2) Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
3) Hipoksemia
4) Pneumothoraks
5) Emfisema
6) Deformitas Thoraks
7) Gagal Jantung
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
b. Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar
20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90%
dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan
PEFR 105 atau lebih.
c. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan pada
serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea,
dan asidosis respiratorik.
12
2) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk
serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja
yang menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga
terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya.
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
antibiotik. Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus
dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma instrinsik maupun
ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal antara 100-
200/mm3.
3) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang
lebih dari 15.000/mm3terjadi karena adanya infeksi SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan
hiperkapnea.
e. Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien
asma biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di
paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis. (Muttaqin, 2012).
8. Penatalaksanaan asma
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma
yaitu:
a. Prinsip umum dalam pengobatan asma:
1) Menghilangkan obstruksi jalan napas.
2) Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.
3) Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit
asma dan pengobatannya.
b. Pengobatan pada asma
Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi
menjadi dua golongan, yaitu:
13
- Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya
terbutalin/bricasama.
- Santin/teofilin (Aminofilin)
2) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada
penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti
asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.
3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan
dalam dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungannya adalah obat
diberikan secara oral.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon
maka segera penderita diberi steroid oral.
14
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam proses pemberian asuhan keperawatan hal yang paling penting
dilakukan pertama oleh seorang perawat adalah melakukan pengkajian.
Pengkajian dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengkajian skrining dan
pengkajian mendalam. Kedua pengkajian ini membutuhkan pengumpulan
data dengan tujuan yang berbeda. Pengkajian pada pasien asma
menggunakan pengkajian mendalam mengenai kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan, dengan kategori perilaku dan subkategori
penyuluhan dan pembelajaran. Pengkajian disesuaikan dengan tanda
mayor kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yaitu dari data
subjektifnya pasien mengekspresikan keinginannya untuk mengelola
masalah kesehatan dan pencegahannya dan data objektifnya pilihan
hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan.
a. Anamnesis
Data yang dikumpulkan saat pengkajian meliputi nama, umur, dan
jenis kelamin. Hal ini perlu dilakukan pada pasien asma karena
sangat berkaitan. Status atopik sangat mungkin terjadi pada serangan
asma di usia dini karena dapat memberikan implikasi, sedangkan
faktor non-atopik menyerang pada usia dewasa. Lingkungan klien
akan tergambarkan berdasarkan kondisi tempat tinggal
menggambarkan kondisi lingkungan klien berada. Melalui tempat
tinggal tersebut, maka dapat diketahui faktor-faktor yang
memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Selain itu status
perkawinan dan gangguan emosional yang dapat muncul di keluarga
atau lingkungan juga merupakan faktor pencetus serangan asma.
Perkerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui
adanya pemaparan bahan alergen. Hal lain yang perlu dikaji dari
identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor
rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis. Keluhan
15
utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernapas.
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot
bantu napas, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan
tekanan darah. Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi
menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk
berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang
kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkakan bronkhus. Stadium kedua ditandai dengan batuk
disertai mukus yang jernh dan berbusa. Klien merasa sesak napas,
berusaha untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing). Pada stadium ini posisi yang nyaman dan disukai
klien adalah duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat
tidur, tampak pucat, tampak gelisah serta warna kulit mulai
membiru. Stadium ketiga ditandai dengan suara napas hampir tidak
terdengar ini dikarenakan aliran udara kecil, batuk (-), pernapasan
tidak teratur dan dangkal, asfiksia yang mengakibatkan irama
pernapasan meningkat. Obat-obatan yang biasa dimiut harus dikaji
oleh perawat serta memeriksa kembali apakah obat masih relevan
untuk digunakan kembali.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti
adanya infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel,
sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi,
waktu, dan alergen-alergen dicurigai sebagai pencetus serangan,
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala
asma.
16
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit asma memiliki hipersensitivitas yang lebih ditentukan oleh
faktor genetik dan lingkungan, sehingga perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma dan alergi pada anggota keluarga.
e. Pengkajian psiko-sosio-kultural
Salah satu pencetus asma yaitu gangguan emosional yang didapat
dari lingkungan pasien mulai dari tempat kerja, tetangga, dan
keluarga. Koping tidak efektif dan ansietas yang berlebih juga akan
mudah ditemui dan agak berdampak pada perubahan mekanisme
peran dalam keluarga, status ekonomi, dan asuransi kesehatan
penderita. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami
ketidakhormatan hubungan dengan orang lain, sampai mengalami
ketakutan tidak dapat menjalankan peranan seperti semula juga akan
mempengaruhi emosional serta psikis penderita.
f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Gaya hidup sangat berperan mengakibatkan serangan asma, sehingga
klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai keadaan
untuk menghindari terserang asma. Selain itu gejala asma dapat
membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal.
g. Pola hubungan dan peran
Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran
klien, baik di lingkungn rumah tangga, masyarakat, maupun
lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah klien
mengalami serangan asma.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Terhambatnya respons kooperatif pasien juga dapat dipengaruhi
oleh persepsinya. Cara memandang diri yang salah juga akan
menjadi stresor dalam kehidupan klien. Kemungkinan terserang
asma pun akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
stress dalam kehidupan.
17
i. Pola penanggulangan stres
Salah satu faktor intrinsik serangan asma ialah stres dan
keteganggangan emosional, sehingga pengkajian terhadap stres
sangat diperlukan meliputi penyebab, frekuensi dan pengaruh stress
terhadap kehidupan klien serta cara klien mengatasinya.
j. Pola sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi
konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang
dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang
pun akn semakin tinggi
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipecaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien. Mendekatkan diri dan keyakinan
kepada-Nya merupakan metode stres yang konstruktif.
l. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang
kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara
bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,
penggunaan otot- otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan
lendir lengket, dan posisi istirahat klien.
2) B1 (Breathing)
- Inpeksi: pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha
dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu
napas. Inpeksi dada terutama melihat postur bentuk dan
kesimetrisan, peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan
dan frekuensi.
- Palpasi: biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil
fremitus normal
- Perkusi: pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
18
- Auskultasi: terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari
tiga kali inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama
wheeezing pada akhir ekspirasi.
3) B2 (blood)
Dampak asma pada status kardiovaskuler perlu dimonitor oleh
perawat meliputi: keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan
darah, dan CRT.
4) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu
diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat
kesadaran klien apakah composmentis, somnolen, atau koma.
5) B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan
pengukuran volume output urine perlu dilakukan, sehingga
perawat memonitor apakah terdapat oliguria, karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok.
6) B5 (Bowel)
Nyeri, turgor, dan tanda-tanda infeksi sebaiknya juga dikaji, hal-
hal tersebut dapat merangsang serangan asma. Pengkajian
tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan
kesulitan- kesulitan dalam memnuhi kebutuhannya. Pada klien
dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipneu saat
makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.
7) B6 (Bone)
Mengkaji edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi
pada ekstremitas. Pada integumen perlu dikaji adanya
permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembaban, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,
eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikraria atau dermatitis.
19
Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembaban, dan kusam.
Tidur, dan istirahat klien yang meliputi: berapa lama klien tidur
dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
klien juga dikaji, adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat
mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien. Aktivitas sehari-
hari klien juga diperhatikan seperti olahraga, bekerja, dan
aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor
pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma.
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi sputum
b. Pola nafas tidak efektif b.d adanya wheezing
c. Gangguan pertukaran gas b.d terjadinya gangguan ventilasi
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kode : D0149 Bersihan jalan Latihan batuk
Bersihan jalan nafas : L.01001 efektif : I.01006
nafas tidak efektif Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
berhubungan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk mengkaji
dengan keperawatan kemampuan kemampuan
hipersekresi diharapkan batuk pasien
sputum bersihan jalan mengeluarkan
nafas pasien sputum
menjadi efektif 2. Monitor 2. Sputum sulit
dengan kriteria adanya retensi untuk
hasil: sputum dikeluarkan pada
- Produksi beberapa pasien
sputum 5 Terapeutik : Terapeutik :
(menurun) 1. Atur posisi 1. Memaksimalkan
- Mengi 5 semi fowler ekspansi paru
(menurun) atau fowler
- Wheezing 5 2. Pasang perlak 2. Agar sputum
(menurun) dan bengkok yang akan
- Frekuensi dipangkaun dikeluarkan
nafas 5 pasien tidak berserakan
(membaik) 3. Sekret dapat
- Pola nafas 5 3. Buang sekret menularkan
20
(membaik) pada tempat penyakit jika
sputum dibuang pada
tempat terbuka
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan 1. Agar pasien
dan posedur mengetahu cara
batuk efektif batuk efektif
2. Anjurkan tarik 2. Untuk
nafas dalam memaksimalkan
melalui hidung pemasukan O2
selama 4 detik, dan pengeluaran
ditahan selama CO2 serta agar
2 detik, mengatur nafas
kemudian saat ekshalasi
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mecucu
(dibulatkan)
selama 8 detik 3. Membantu
3. Anjurkan dalam
mengulang meningkatkan
tarik nafas kenyamanan
dalam hingga 3 serta
kali memaksimalkan
pengeluaran
sekret
4. Anjurkan batuk 4. Memaksimalkan
dengan kuat pengeluaran
langsung sekret
setelah tarik
nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian menurunkan
mukolitik atau kekentalan
ekspektoran, sekret
jika perlu
21
dengan kriteria kedalaman dan pernafasan dan
hasil: upaya nafas kronisnya
- Dispnea proses penyakit
menurun (5)
- Penggunaan 2. Monitor pola 2. Mengetahui
otot bantu nafas (seperti keadaan
nafas bradipnea, pernafasan
menurun (5) takipnea, pasien
- Frekuensi hiperventilasi,
nafas kusmaul,
membaik (5) cheyne-stokes,
- Kedalaman biot, ataksik)
nafas 3. Monitor 3. Mengkaji
membaik (5) kemampuan kemampuan
batuk efektif pasien dalam
batuk efektif
4. Monitor adanya 4. Karakteristik
produksi sputum dapat
sputum berubah sesuai
penyebab atau
etiologi
pernyakitnya
5. Auskultasi 5. Suara nafas
bunyi nafas abnormal
menggambarka
n adanya
sputum dalam
jalan nafas
6. Monitor 6. Mengetahui
saturasi oksigen kadar oksigen
dalam tubuh
pasien dalam
jumlah
pemberian
terapi oksigen
Terapeutik :
1. Pemantauan
sangat perlu
dilakukan
Edukasi :
1. Merupakan hak
Terapeutik : pasien
1. Atur interval mengetahui
pemantauan kondisinya saat
respirasi sesuai sakit
22
kondisi pasien 2. Pasien berhak
Edukasi : mengetahui
1. Jelaskan tujuan perkembangan
dan prosedur tentang
pemantauan penyakitnya
1.
2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
23
sputum dalam
jalan nafas
6. Mengetahui
6. Monitor kadar oksigen
saturasi dalam tubuh
oksigen pasien dalam
jumlah
pemberian
terapi oksigen
Terapeutik :
Terapeutik : 1. Pemantauan
1. Atur interval sangat perlu
pemantauan dilakukan
respirasi
sesuai
kondisi Edukasi :
pasien 1. Merupakan hak
Edukasi : pasien mengetahui
1. Jelaskan kondisinya saat
tujuan dan sakit
prosedur 2. Pasien berhak
pemantauan mengetahui
2. Informasikan perkembangan
hasil tentang
pemantauan, penyakitnya
jika perlu
Kode : D.0056 Toleransi Manajemen
Intoleransi aktivitas : energi : I. 05178
aktifitas b.d L.05047 Observasi : Observasi :
kelemahan fisik Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tindakan gangguan penyebab
keperawatan fungsi tubuh kelelahan
diharapkan yang
aktivitas mengakibatka
meningkat dengan n kelelahan
kriteria hasil: 2. Monitor 2. Mengobservasi
- Frekuensi nadi kelelahan fisik kelelahan yang
meningkat (5) terjadi
- Saturasi Terapeutik : Terapeutik :
oksigen 1. lakukan 1. Melatih
meningkat (5) latihan anggota gerak
- Keluhan lelah rentang gerak
menurun (5) pasif
- Dispnea saat dan/aktif
aktivitas Edukasi : Edukasi :
menurun (5) 1. Anjurkan 1. Mencegah
24
- Dispnea setelah tirah baring terjadinya
aktivitas kelelahan
menurun (5) berlebih
2. Anjurkan 2. Aktivitas secara
melakukan bertahap agar
aktivitas pasien dapat
secara rerlatih
bertahap
Kolaborasi ; Kolaborasi ;
1. Kolaborasi 1. Agar nutrisi
dengan ahli pasien
gizi tentang terpenuhi dan
cara dapat
meningkatka menambah
n asupan energi bagi
makanan pasien
1.
4. implementasi keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau
program keperawatan).Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan
tersebut (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan.
Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier et al., 2011). Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana
25
keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil
keoutusan apakah rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau
dihentikan (Manurung, 2011).
26
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : ny. S
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 37 tahun
No. RM : 070336
Jenis kelamin : perempuan
Tgl pengkajian : 28 April 2020
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Penanggung jawab
Initial : Tn. R
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hub dg pasien : suami
27
timbul saat pasien melakukan aktiftas berat. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter, pasien dianjurkan untuk dilakukan rawat inap,
dan pada pukul 24.00 pasien dipindahkan ke ruang perawatan. Setelah
dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan hasil kesadaran
pasien compos mentis, TD 110/70mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36.5 0 C,
RR 25x/menit, saturasi 93%. Terdengar suara ronchi pada saat auskultasi
dan terdapat wheezing saat pasien ekspirasi. Pasien terpasang nasal kanul
5lpm, dan terpasang infus D5+aminophilin 20 tpm
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan ini merupakan pertama kalinya dibawa dan di lakukan
rawat inap di RS, biasanya apabila sesak muncul pasien hanya berobat ke
puskesmas dan minum obat dari dokter. Pasien mengatakan belum pernah
dioperasi sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang dialami pasien saat ini.
28
Tanda (Objektif)
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang :
Hipertensi: tidak ada
Masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : tidak ada
Edema mata kaki/ kaki : tidak ada edema
Flebitis: tidak ada
Penyembuhan lambat : tidak
Klaudikasi : tidak ada
Ekstremitas : Kesemutan tidak ada, Kebas tidak ada
Batuk/ hemoptisis : batuk berdahak
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : tidak ada
29
Tanda (Objektif)
Gejala (Subjektif)
Faktor stres : pasien mengatakan sering merasa setres saat sesak nafas
muncul
Cara menangani stres : pasien mengatakan biasanya langsung istirahat
30
Masalah-masalah finansial : pasien mengatakan finansialnya cukup dan
tidak ada masalah
Status hubungan : pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga
dan tetangga disekitar rumah
Faktor-faktor budaya : tidak ada budaya tertentu yang dianut dalam
penyembuhan penyakitnya, pasien percaya kepada pengobatan medis
Agama : islam
Kegiatan keagamaan : pasien rutin menjalankan sholat 5 waktu
Gaya hidup : pasien mengatakan tidak pernah merokok ataupun minum-
minuman beralkohol, kadang melakukan olahraga jalan santai saat hari
libur bersama suami dan anak-anaknya
Perubahan terakhir : selama di rawat di RS pasien hanya berbaring dan
sesekali duduk di tempat tidur
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan pasien mengatakan selama ini
tidak bisa menjalankan perannya sebagai IRT
Keputusasaan : pasien mengatakan segala keputusan diambil atas dasar
musyawarah dengan keluarga Ketidak berdayaan : -
Tanda (Obyektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai) :Tenang
Cemas : -
Marah :-
Menarik diri :-
Takut:-
Mudah tersinggung :-
Tidak sabar :-
Euforik :-
Respons-respons fisiologis yang terobservasi:-
31
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari yaitu pada pagi
hari, Penggunaan laksatif : tidak ada
Karakter fases : lunak , BAB terakhir : sebelum masuk rumah sakit
Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid : tidak ada
Konstipasi : pasien mengatakan tidak ada konstipasi saat BAB , Diare:
pasien mengatakan tidak ada diare
Pola BAK : pasien mengatakan BAK 5-6 kali/hari ,Inkontimensia/ kapan :-
Karakter urine: kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan , Lunak/ keras: lunak
Massa : tidak terdapat masa , Ukuran/ lingkar abdomen:-
Bising usus : 12x/menit , Hemoroid : tidak terdapat hemoroid
Perubahan kandungan kemih : tidak terdapat perubahan kandung kemih ,
BAK terlalu sering : tidak ada
32
Masalah-masalah mengunyah/ menelan : tidak ada
Gigi : jumlah gigi 32buah, tidak ada ompong
Berat badan biasa : 55kg Perubahan berat badan: pasien mengatakan tidak
ada perubahan BB
Penggunaan diuretik : tidak ada
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang .:55 kg Tinggi badan : 158cm , Bentuk tubuh :-
Turgor kulit : elastis Kelembaban/ kering membran mukosa : kulit tampak
lembab
Edema : Umum : tidak ada edema, Dependen:-
Periorbital : tidak ada , Asites : tidak ada
Distensi vena jugularis : tidak terdapat peningkatan vena jugularis
Pembesaran tiroid : tidak ada , hernia/ massa : tidak ada , Halitosis : tidak
ada
Kondisi gigi/ gusi : gusi berwarna merah muda, tidak terdapat perdarahan
Penampilan lidah : lidah terdapat bercak bercak putih
Membran mukosa : mukosa tampak kering
Bising usus : terdengar 12x/menit
Bunyi napas : vesikuler
Urin S/ A atau Kemstiks :-
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari :
Tergantung/ Mandiri : mandii
Mobilitas : pasien mengatakan setiap hari selalu melakukan pekerjaan
rumah tangga ,
Hegiene : pasien mengatakan mandi dua kali/hari , Berpakaian : pasien
mengatakan lebih suka mengenakan pakaian daster bila dirumah
Toileting : pasien BAK 5-6 kali/hari
Waktu mandi yang diinginkan : pagi dan sore
33
Pemakaian alat bantu/ prostetik : tidak ada
Bantu diberikan oleh : -
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : pasien tampak rapih
Cara berpakaian : rapih , Kebiasaan pribadi : tidak ada
Bau badan : tidak ada , Kondisi kulit kepala : kulit kepala tampak bersih
Adanya kutu : tidak terdapat kutu
X. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : pasien mengatakan tidak pusing atau ingin
pingsan
Sakit kepala : Lokasi nyeri : tidak ada , Frekuensi : tidak ada
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : tidak ada
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang : tidak ada , Tipe : - .Frekuensi : -
Status postikal : tidak ada , Cara mengontrol : -
Mata :
Kehilangan penglihatan : tidak ada , Pemeriksaan terakhir : tidak ada
Glaukoma : tidak ada , Katarak : tidak ada
Telinga : Kehilangan pendengaran : tidak ada , Pemeriksaan terakhir: tidak
ada
Epistaksis: tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental : baik
Terorientasi/ disorientasi : terorientasi waktu, tempat, dan Orang
Kesadaran : compos mentis , Mengantuk :- Letargi : -
Stupor : -
Koma : -
34
Kooperatif : ya
Menyerang : -
Delusi :-
Halusinasi :-
Afek (gambarkan) : -
Memori : Saat ini baik , Yang lalu: baik
Kaca mata : tidak ada , Kontak lensa : - Alat bantu dengar : -
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : mengecil saat terkena cahaya
Facial drop :tidak ada , Menelan ; baik
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : baik, Postur : seimbang
Refleks tendom dalam : normal , Paralisis : tidak ada
XI. NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Lokasi : tidak ada .
intensitas (1-10 dimana 10 sangat nyeri) : - Frekuensi : -
Kualitas : -
Durasi : -
Penjalaran : -
Faktor-faktor pencetus :-
Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan:-
Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka : tidak ada
Menjaga area yang sakit : tidak ada
Respons emosional : baik
Penyempitan fokus : tidak ada
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : pasien mengatakan
batuk berdahak dan sesak nafas
35
Riwayat bronkitis : tidak ada
Asma : ada
Tuberkulosis : tidak ada
Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya :tidak ada
Perokok : pasien mengatakan tidak merokok
Penggunaan alat bantu pernapasan : tidak ada , Oksigen : tidak ada
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi : 28x/menit
Kedalaman : cukup dalam , Simetris : ya
Penggunaan otot-otot asesori : tidak ada , Napas cuping hidung : ada
Fremitus : tidak ada
Bunyi napas : terdengar ronchi
Egofoni : tidak ada
Sianosis : tidak ada , Jari tubuh : tidak ada
Karakteristik sputum : kuning kehijauan dan kental
Fungsi mental/ gelisah : fungsi mental baik
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas : tidak ada alergi Reaksi : tidak ada
Perubahan sistem imun sebelumnya :tidak ada , Penyebab : -
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : tidak ada , Periksaan :tidak ada
Tranfusi darah/ jumlah : belum pernah Kapan :tidak ada
Gambaran reaksi :tidak ada
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi :tidak ada
Artritis/ sendi tak stabil :tidak ada
36
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat : tidak ada, Pembesaran nodus : tidak ada
Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
Protese : tidak ada , Alat ambulatori : tidak ada
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 36.5 0 C Diaforesis : ada
Integritas kulit : baik
Jaringan parut : tidak ada , Kemerahan : tidak ada
37
Masalah-masalah/ kesulitan seksual ; Tidak ada masalah
Wanita
Gejala (Subjektif)
Gejala (Subjektif)
Keluarga besar : ya
Peran dalam struktur keluarga : seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya
38
Tanda (Objektif)
Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan (khusus) : tidak ada , Melek huruf : pasien tidak buta
huruf
39
Obat tanpa resep : Obat-obat bebas : tidak ada
Obat-obat jalanan : tidak ada , Tembakau : tidak ada
40
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Nilai Satuan Hasil Keterangan
Normal Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.1-15.1 g/dl 13.1 Normal
Leukosit 3.80-10.60 x10^3/ul 5.60 Normal
Hematokrit 40-52 % 38 Normal
Trombosit 140-440 x10^3/ul 440 Normal
KIMA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah <180 mg/dl 126 Normal
Sewaktu
FUNGSI HATI
SGOT 0 – 35 U/L 31 Normal
SGPT 0 – 35 U/L 26 Normal
FUNGSI GINJAL
Ureum 0 – 50 mg/dl 11 Normal
Creatinin 0.0 – 1.1 mg/dl 0, 8 Normal
TERAPI MEDIS
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Obat oral :
Ambroxol 3x1 tab Mengencerkan dahak
Obat intravena :
Ranitidine 2x50mg Sebagai antagonis reseptor H2
(histamine) mengurangi produksi
asam HCL
Ceftriaxone 2x1 gr
Menghentikan pertumbuhan bakteri
41
kekebalan tubuh, sama seperti
steroid yang dihasilkan oleh tubuh
secara alami.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data
No Data senjang Interpretasi Data Masalah
.
1. DS : Faktor predisposisi Bersihan jalan
- pasien mengatakan ( alergi, setress) nafas tidak
batuk berdahak efektif
- pasien mengatakan Penurunan stimulasi
dahak sulit untuk reseptor terhadap iritan
dikeluarkan pada trakheobronkhial
DO :
- terdengar ronchi Stimuli brochial dan
- warna sputum kuning kontraksi otot
kehijauan dan kental bronchiaolus
Hipersekresi sputum
42
pasien mengatakan nafas ( alergi, setress) pola nafas
sesak
DO : Penurunan stimulasi
- RR : 28 x/menit reseptor terhadap iritan
- Saturasi 93% pada trakheobronkhial
- Tampak pernafasan
cuping hidung Stimuli brochial dan
- Terdengar suara kontraksi otot
wheezing bronchiaolus
Bronkospasme
Pernafsan wheezing
Ketidakefektifan pola
nafas
3. DS : Faktor predisposisi Intoleransi
pasien mengatakan badan ( alergi, setress) aktifitas
terasa lemas
DO : Penurunan stimulasi
- Pasien tampak reseptor terhadap iritan
berbaring ditempat pada trakheobronkhial
tidur
- Saturasi 93% Stimuli brochial dan
- Pasien terpasang infus kontraksi otot
D5+aminophilin 20 bronchiaolus
tpm
Respon dinding bronkus
43
Terdapat edema mukosa
Penyempitan bronkus
Terganggunya ventilasi
Ke seluruh tubuh
Terjadi hipoksemia
Intoleransi aktifitas
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan hipersekresi
sputum
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan saluran
pernafasan
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terganggunya ventilasi ke
seluruh tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kode : D0149 Bersihan jalan Latihan batuk
Bersihan jalan nafas : L.01001 efektif : I.01006
nafas tidak Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
efektif tindakan 3. Identifikasi 3. Untuk mengkaji
berhubungan keperawatan kemampuan kemampuan
dengan selama 3x24 jam batuk pasien
hipersekresi diharapkan mengeluarkan
sputum bersihan jalan sputum
nafas pasien 4. Monitor adanya 4. Sputum sulit
44
menjadi efektif retensi sputum untuk
dengan kriteria dikeluarkan pada
hasil: beberapa pasien
- Produksi Terapeutik : Terapeutik :
sputum 5 4. Atur posisi semi 4. Memaksimalkan
(menurun) fowler atau ekspansi paru
- Mengi 5 fowler
(menurun) 5. Pasang perlak 5. Agar sputum
- Wheezing 5 dan bengkok yang akan
(menurun) dipangkaun dikeluarkan
- Frekuensi pasien tidak berserakan
nafas 5 6. Buang sekret 6. Sekret dapat
(membaik) pada tempat menularkan
- Pola nafas 5 sputum penyakit jika
(membaik) dibuang pada
tempat terbuka
Edukasi : Edukasi :
5. Jelaskan tujuan 5. Agar pasien
dan posedur mengetahu cara
batuk efektif batuk efektif
6. Anjurkan tarik 6. Untuk
nafas dalam memaksimalkan
melalui hidung pemasukan O2
selama 4 detik, dan pengeluaran
ditahan selama 2 CO2 serta agar
detik, kemudian mengatur nafas
keluarkan dari saat ekshalasi
mulut dengan
bibir mecucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
45
7. Anjurkan 7. Membantu
mengulang tarik dalam
nafas dalam meningkatkan
hingga 3 kali kenyamanan
serta
memaksimalkan
pengeluaran
sekret
8. Anjurkan batuk 8. Memaksimalkan
dengan kuat pengeluaran
langsung setelah sekret
tarik nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi : Kolaborasi :
2. Kolaborasi 2. Untuk
pemberian menurunkan
mukolitik atau kekentalan
ekspektoran, jika sekret
perlu
46
- Dispnea 10. Monitor pola 8. Mengetahui
menurun (5) nafas (seperti keadaan
- Penggunaan bradipnea, pernafasan
otot bantu takipnea, pasien
nafas hiperventilasi,
menurun (5) kusmaul, cheyne-
- Frekuensi stokes, biot,
nafas ataksik)
membaik (5) 11. Monitor 9. Mengkaji
- Kedalaman kemampuan kemampuan
nafas batuk efektif pasien dalam
membaik (5) batuk efektif
12. Monitor adanya 10. Karakteristik
produksi sputum sputum dapat
berubah sesuai
penyebab atau
etiologi
13. Auskultasi bunyi pernyakitnya
nafas 11. Suara nafas
abnormal
menggambarka
n adanya
sputum dalam
14. Monitor saturasi jalan nafas
oksigen 12. Mengetahui
kadar oksigen
dalam tubuh
pasien dalam
jumlah
pemberian
terapi oksigen
47
Terapeutik : Terapeutik :
3. Atur interval 2. Pemantauan
pemantauan sangat perlu
respirasi sesuai dilakukan
kondisi pasien
Edukasi : Edukasi :
3. Jelaskan tujuan 3. Merupakan hak
dan prosedur pasien
pemantauan mengetahui
kondisinya saat
sakit
4. Informasikan 4. Pasien berhak
hasil mengetahui
pemantauan, perkembangan
jika perlu tentang
penyakitnya
1.
Kode : D.0056 Toleransi Manajemen energi
Intoleransi aktivitas : : I. 05178
aktifitas b.d L.05047 Observasi : Observasi :
kelemahan Setelah dilakukan 3. Identifikasi 3. Mengetahui
fisik tindakan gangguan penyebab
keperawatan fungsi tubuh kelelahan
selama 3x24 jam yang
diharapkan mengakibatkan
aktivitas kelelahan
meningkat 4. Monitor 4. Mengobservasi
dengan kriteria kelelahan fisik kelelahan yang
hasil: terjadi
- Frekuensi nadi Terapeutik : Terapeutik :
meningkat (5) 2. lakukan latihan 2. Melatih
48
- Saturasi rentang gerak anggota gerak
oksigen pasif dan/aktif
meningkat (5)
- Keluhan lelah
menurun (5) Edukasi : Edukasi :
- Dispnea saat 3. Anjurkan tirah 3. Mencegah
aktivitas baring terjadinya
menurun (5) kelelahan
- Dispnea berlebih
setelah 4. Anjurkan 4. Aktivitas secara
aktivitas melakukan bertahap agar
menurun (5) aktivitas secara pasien dapat
bertahap rerlatih
Kolaborasi ; Kolaborasi ;
2. Kolaborasi 2. Agar nutrisi
dengan ahli pasien
gizi tentang terpenuhi dan
cara dapat
meningkatkan menambah
asupan energi bagi
makanan pasien
1.
Implementasi keperawatan
Hari/ Diagnosa Tindakan keperawatan Respon Tand
tanggal Keperawat a
an tanga
n
Senin, Bersihan 1. mengidentifikasi S: Penni
49
28 April jalan nafas kemampuan batuk - pasien
2013, tidak efektif mengata
10.00 berhubunga kan
WIB n dengan 2. memonitor adanya batuk
hipersekresi retensi sputum bedahak
10.20 sputum 3. mengatur posisi semi - pasien
fowler mengata
10.30 4. menganjurkan pasien kan
minum air hangat dahak
10.40 5. melakukan kolaborasi sulit
pemberian obat untuk
ambroxol 3x1 dikeluar
kan
O : - terdengar
ronchi pada
lapang paru
kanan
50
oksigen
11.25 6. mengatur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
51
09.50 dalam yang ke 3
9. Melakukan kolaborasi
pemberian obat
ambroxol 3x1
10.00 Ketidakefekt 1. Memonitor pola nafas S : pasien Penni
ifan pola (seperti bradipnea, mengatakan
nafas takipnea, sesak sedikit
berhubunga hiperventilasi, berkurang
n dengan kusmaul, cheyne- O:
10.10 penyempitan stokes, biot, ataksik) - RR :
saluran 2. Memonitor 25x/men
10.20 pernafasan kemampuan batuk it
efektif - Suara
10.30 3. Memonitor adanya wheezin
produksi sputum g masih
10.40 4. Mengauskultasi bunyi terdenga
nafas r
10.50 5. Memonitor saturasi - Saturasi
oksigen oksigen
6. Melakukan kolaborasi 95%
dalam pemberian obat
inhaler (ventolin atau
seretide)
52
tubuh baring sedang
11.35 4. Menganjurkan duduk
melakukan aktivitas dipinggir
secara bertahap tempat
12.00 5. Melakukan kolaborasi tidur
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Rabu, Bersihan 1. Menganjurkan tarik S : pasien Penni
30 April jalan nafas nafas dalam melalui mengatakan
2013, tidak efektif hidung selama 4 detik, dahak bisa
08.30 berhubunga ditahan selama 2 dikeluarkan
n dengan detik, kemudian O :
hipersekresi keluarkan dari mulut - Sputum
sputum dengan bibir mecucu tampak
(dibulatkan) selama 8 berwarn
08.40 detik a hijau
2. Menganjurkan kental
mengulang tarik nafas
08.45 dalam hingga 3 kali
3. Menganjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik nafas
09.00 dalam yang ke 3
4. Melakukan kolaborasi
pemberian ambroxol
3x1
09.20 Ketidakefekt 1. Memonitor S : pasien Penni
ifan pola kemampuan batuk mengatakan
nafas sesaknya
53
berhubunga efektif berkurang
09.30 n dengan 2. Memonitor adanya O :
penyempitan produksi sputum - RR : 23
09.35 saluran 3. Mengauskultasi bunyi x/menit
pernafasan nafas - Saturasi
09.40 4. Memonitor saturasi oksigen :
oksigen 98%
10.00 5. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
inhaler (ventolin atau
seretide)
Evaluasi Keperawatan
Tgl. Diagnosis SOAP Tanda-
Keperawatan tangan
Bersihan jalan S: Penni
31 nafas tidak efektif - pasien mengatakan masih
April berhubungan
54
2013 dengan batuk berdahak
Pukul hipersekresi - pasien mengatakan dahak
09.00 sputum sudah bisa dikeluarkan
WIB O:
- masih terdengar suara ronchi
- terdapat sputum berwarna
kehijauan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
31 Ketidakefektifan S: Penni
April pola nafas - pasien mengatakan sesak
2013 berhubungan yang dirasakan berkurang
Pukul dengan O:
09.30 penyempitan - RR : 21x/menit
WIB saluran pernafasan - Saturasi oksigen 98%
- Sudah tidak terdengar
wheezing
A : masalah tertasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
31 Intoleransi S : pasien mengatakan sudah tidak Penni
April aktifitas lemas
2013 berhubungan O:
Pukul dengan - Pasien tampak sudah bisa
09.40 terganggunya melakukan aktivitas bertahap
WIB ventilasi ke secara mandiri
seluruh tubuh - Pasien tampak ke kamar
mandi secara mandiri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
55
DAFTAR PUSTAKA
Kozier , Barbara. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik. Jakarta : EGC
56
57