Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DERMATITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Muskuluskeletal, Integumen, Persepsi Sensori Dan Persarafan
Program Studi S1 Keperawatan

O l e h Kelompok 6 :

1. Arvini Rizki Febriyani ( 2217009 )


2. Heni Sekar Arum ( 2217016 )
3. Lulu Nur Dhahaini ( 2217021 )
4. Rina Fitriani ( 2217033 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan

dermis) sebagai respon pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis

dapat menimbulkan rasa gatal, penebalan kulit atau muncul bintil

kemerahan pada kulit dan juga bersisik maupun berair. Hal tersebut terjadi

karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi polimorfi (Muthiah,

2021)

Penyakit dermatitis terjadi dapat diakibatkan dari beberapa faktor,

diantaranya seperti faktor lingkungan, karakteristik agen dan juga faktor

dari individu. Personal hygiene yang buruk dapat mengakibatkan

terjadinya infeksi jamur, parasit, bakteri yang dapat memicu terjadinya

penyakit dermatitis. Kondisi lingkungan yang tidak baik pun dapat memicu

terjadinya kejadian dermatitis seperti keadaan lingkungan yang lembab dan

kotor. Faktor lain yang dapat menyebabkab terjadinya penyakit dermatitis

adalah masa kerja yang dilakukan nelayan dan lama kontak atau jangka

waktu kontak antara pekerja dengan pekerjaannya, penggunaan APD dan

sanitasi air bersih yang digunakan oleh nelayan dapat menjadi faktor

terjadinya penyakit dermatitis. (Muthiah, 2021)

Menurut data dari World Health Organization (WHO) di Amerika

Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit yang diakibatkan oleh

2
dermatitis. Beberapa melakukan Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% di

akibatkan oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan mengenai 2% dari

populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur hidupnya.

Anak-anak dengan dermatitis sebanyak 30% akan positif hasil uji

tempelnya ( Ranti, 2022)

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sebagian besar

wilayahnya adalah perairan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa 2/3

wilayah Indonesia berupa perairan, Indonesia juga memiliki garis pantai

yang mencapai 18.000 km yaitu terpanjang kedua setelah Kanada.

Indonesia pun memiliki keanekaragaman laut yang diyakini terlengkap di

dunia (Ranti, 2021)

Pada studi epidemiologi di Indonesia memperlihatkan bahwa 97%

dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah

dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi

(Hudoyo dalam (Nanto, 2015). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh

Depertemen Kesehatan 2017 prevalensi nasional dermatitis adalah 6 ,8%

(berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 13 provinsi mempunyai

prevalensi dermatitis di atas prevalensi nasional yaitu, Gorontalo, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa

Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta,

Bangka Belitung, Nanggro Aceh Darussalam, dan termasuk Sumatera

Barat ( Ranti, 2022).

Dari data diatas menghasilkan data yang signifikan bahwa tingginya

jumlah insiden penyakit ini mengidentifikasikan tingginya angka kesakitan

3
masyarakat. Dalam hal ini perawat sangat penting untuk meningkatkan

status kesehatan para penderita dermatitis dengan cara melakukan asuhan

keperawatan kesehatan baik dengan tujuan sebagai tindakan maupun

sebagai upaya peningkatan pengetahuan penderita dermatitis. Hal ini harus

menjadi kewaspadaan bagi setiap orang, maka jika dibiarkan akan timbul

komplikasi yang tidak diinginkan akibat perilaku dan gaya hidup yang

kurang sehat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik mengangkat

kasus dermatitis dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan

dermatitis”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang


mengalami Dermatitis.

2. TujuanKhusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami


Dermatitis.
b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami Dermatitis.
c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang
mengalami Dermatitis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
Dermatitis.
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami Dermatitis.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi Penyakit
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respons terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis .(NANDA NIC-
NOC. 2015).
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut,
atau kronis yang disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit
ini terjadi karena adanya faktor eksogen dan endogen. Tanda adanya
kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal pada kulit
(UNIMUS)
Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan
dermis) sebagai respon pada faktor endogen dan faktor eksogen.
Dermatitis dapat menimbulkan rasa gatal, penebalan kulit atau muncul
bintil kemerahan pada kulit dan juga bersisik maupun berair. Hal
tersebut terjadi karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfi (Muthiah, 2021)
2. Klasifikasi
a. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh


bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun

5
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen.Indikasi dan
gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita
akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi.Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih
lantai.Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput (Nopinah, 2018)
b. Neuro Dermatitis

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud


kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita
untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher(Nopinah, 2018)
c. Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung,


antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian
atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan,
muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson(Nopinah, 2018).

6
d. Dermatitis Stasis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik


vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005).
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan
kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau
coklat, menebal dan gatal.Dermatitis muncul ketika adanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi
kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab(Nopinah, 2018)
e. Dermatitis Atopik

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai


gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis
alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan (fleksural) (Nopinah, 2018)
3. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia,
bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan
dermatitis.Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

7
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,
basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim,
biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang
pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita
mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah
jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang
terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus(Nopinah, 2018).
4. Tanda dan Gejala
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,
papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis(Nopinah, 2018).
5. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah
hipersenitivitas tipe lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase
indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.Fase induksi ialah saat

8
kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah
saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa
sampai timbul gejala klinis (Nopinah, 2018).
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke
dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen
yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh
magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T
yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T,
melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke
darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi
dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi
mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi gejala klinis (Nopinah, 2018).

Pathway
Sabun, detergen, zat kimia Allergen: S.Sensitizen

Iritan primer Sel Langerhans & makrofag

Mengiritasi kulit Sel T

Peradangan kulit(lesi) Gangguan Sensitasi sel T oleh saluran


integritas
9
kulit limfe
Risiko
infeksi

nyeri Reaksi Terpajang


hipersensitivitas IV ulang

Sel Efektor Mengeluarkan Limfokin

Gejala klinis: gatal, panas,


kemerahan pada kulit

Gangguan citra tubuh

10
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
gangguan integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Sumber : (Nopinah, 2018)
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih
jaringan dari kulit yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk
menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri,
dan jamur pada kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui
apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat
tertentu.Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan
mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus
sesuai kasus.Faktor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor
imunologis, untuk mengidentifikasi respon alergi.Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan,
apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif
(Nopinah, 2018).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin intermiten

11
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahannya (Nopinah, 2018).
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-
seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi pemakaian pada area
luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromesin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada
infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10
hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari (Nopinah, 2018).

12
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal,
pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk
daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada
sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral (Nopinah, 2018).
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat
dan refrakter, dalam jangka pendek (Nopinah, 2018).
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi (Nopinah, 2018)

13
B.Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua
orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat
terjadi pada pria dan wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan,
suku, agama, diagnosa medis, jenis kelamin, pendidikan, status
pernikahan, dan identitas keluarga yang bertanggung jawab (Nopinah,
2018).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal
pada kuli, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering,
edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut
bisamuncul tergantung bagaimana respon kulitdari masing-masing
orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-
gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi
sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam, kemerahan, edema
disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas pada kulit.Keluha-keluhan
yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga
penderita harus datang ke pelayanan kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh
adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian
juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga
yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-
anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang
mungkin diketahui oleh keluarganya (Nopinah, 2018).

14
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan
kondisi kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia
yang dapat menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan
keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak
sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan
terganggu karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam
dan nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu makan turun
tetapi tergantung dari masing-masin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada
pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital
sehingga membuat penderita takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan
pola tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa
terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu
karena penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan
tetapi tergantung dari masing-masing individu yang mengalami
penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri

15
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara
normal, masih mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola
seksual jika penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan
biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien tentang
penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise,
demam, rasa panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas
ibadah penderita terganggu (Nopinah, 2018).
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi
atau kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV
biasanya penderita mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri
yang dirasakan bisa juga mengakibatkanpeningkatan denyut jantung,
peningkatan pernapasan, serta peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat),
Auskultasi (Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk)
mulai dari :
a) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak
ada lukaataulesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung
tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak,
dan tidakpucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera
ikterus/tidak, ada kelainan atau tidak, serta adanay bengkak
kemrahan/tidak

16
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada
stomatitis/tidak, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Biasanya pada herpes terdapat lesi pada bagian bibir akibat
infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri
tekan/tidak, adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis
bias menyerang bagian kulit manapun
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung
normal/tidak, ada tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/
benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi,
distensi abdoen atau tidak, kembung atau tidak, warna,
kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya
nyeri tekan atau tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis
yang menyerang genital mengalami kelainan seperti warna
kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
Adanya tanda- tanda insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak,
sianosis, CRT kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang
akut terutama priritus (sebagai pengganti dolor), kemerahan
(rubor), gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat
Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar, terdapat bula atau pustule, hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan, edema atau
pembengkakan, serta kulit bersisik (Nopinah, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit
dermatitis diantaranya :

17
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0078)
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan bahan kimia
iritatif (D.0129)
c. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur
/bentuk tubuh (D.0083)
d. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan
tubuh primer (kerusakan integritas kulit) (0142)
3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Indonesia (SLKI) Indonesia
(SIKI)
1 2 3
SDKI : SLKI : SIKI:
Nyeri akut Tujuan : Intervensi Utama :
berhubungan Setelah dilakukan Dukungan Nyeri Akut :
dengan agen tindakan keperawatan Pemberian Analgesik
pencedera selama 3x24 jam
Observasi
fisiologis diharapkan nyeri bisa
1. Identifikasi
teratasi.
karakteristik nyeri (mis.
Kriteria Hasil:
pencetus, pereda,
1. Tidak mengeluh kualitas, lokasi,
nyeri intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Tidak meringis
2. Identifikasi riwayat
3. Tidak bersikap alergi obat
protektif 3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
4. Tidak gelisah
narkotika, non- narkotika,
5. Kesulitan tidur atau NSAID) dengan

18
tingkat keparahan nyeri
menurun
4. Monitor tanda-tanda vital
6. Frekuensi nadi sebelum dan sesudah
membaik pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas
7. Melaporkan
analgesik
nyeri terkontrol
Terapeutik
8. Kemampuan
mengenali onset 1. Diskusikan jenis
nyeri meningkat analgesik yang disukai
untuk mencapai
9. Kemampuan
analgesia optimal, jika
mengenali
perlu
penyebab nyeri
2. Pertimbangkan
meningkat
penggunaan infus
10. Kemampuan kontinu, atau bolus
menggunakan oploid untuk
teknik non- mempertahankan kadar
farmakologis dalam serum
meningkat 3. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
4. Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi

1. Jelaskan efek terapi dan


efek samping obat
Kolaborasi

19
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi

Dukungan Nyeri Akut :


Manajemen Nyeri

Observasi

1. Identifikasi lokasi,
karakteristik durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respons
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
Nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup

20
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin,
terapi bermain
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
Tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

21
Edukasi

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

22
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit tindakan keperawaan
Observasi
yang selama ... x 24 jam,
1. Identifikasi penyebab
berhubungan integritas kulit klien
gangguan integritas kulit
dengan bahan dapat membaik dengan
(misalnya perubahan
kimia iritatif kriteria hasil :
sirkulasi, perubahan
(D.0129) 1. Kerusakan
status nutrisi, penurunan
integritas jaringan
kelembaban, suhu
menurun
lingkungan ekstrim,
2. Nyeri menurun
penurunan mobilitas)
3. Perdarahan menurun
Terapeutik
4. Kemerahan menurun
1. Ubah posisi tiap 2 jam
5. Hematoma menurun jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada

area penonjolan tulang,


jika perlu
3. Gunakan produk
berbahan petroleum dan
minyak pada kulit kering
Edukasi

1. Anjurkan menggunakan
pelembab (misalnya
lotion serum )

2. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem

4. Anjurkan mandi dan


menggunakan sabun
secukupnya

23
Perawatan Luka

Observasi

1. Monitor karakteristik
luka (misalnya drainase,
warna, ukuran, bau)

2. Monitor tanda-tanda
infeksi Terapeutik

3. Lepaskan balutan dan


plester secara perlahan

4. Bersihkan dengan cairan


NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan

5. Bersihkan jaringan
nekrotik

6. Pasang balutan sesuai


jenis luka Pertahankan
teknik steriil saat
melakukan perawatan
luka Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
7. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi

dan

24
gejala infeksi

2. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan Observasi


tubuh yang keperawatan selama …x
1. Identifikasi harapan citra
berhubungan 24 jam, klien dapat
tubuh berdasarkan tahap
dengan perubahan menerima keadaan
perkembangan
struktur /bentuk dirinya dengan baik.
2. Identifikasi budaya,
tubuh (D.0083) Dengan Kriteria Hasil :
agama, jenis kelami, dan
1. Melihat bagian tubuh
umur terkait citra tubuh
meningkat .
3. Identifikasi perubahan
2. Mengentuh bagian
citra tubuh yang
tubuh meningkat
mengakibatkan isolasi
3. Verbalisasi perasaan
sosial
negatif tentang
4. Monitor frekuensi
perubahan menurun
pernyataan kritik tehadap
4. Verbalisasi
diri sendiri
kekhawatiran pada
5. Monitor apakah pasien
penolakan/reaksi
bisa melihat bagian tubuh
orang lain menurun
yang berubah
5. Menyembunyikan
bagian tubuh berlebih
Terapiutik
menurun
1. Diskusikan perubahn
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
3. Diskusikan akibat

25
perubahan pubertas,
kehamilan dan penuwaan
4. Diskusikan kondisi stres
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka, penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi

1. Jelaskan kepad keluarga


tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan
alat bantu( mis. Pakaian ,
wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti
kelompok
pendukung( mis.
Kelompok sebaya).
5. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
6. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.

26
berdandan)
7. Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad
orang lain maupun
kelompok

Risiko infeksi
Setelah dilakukan 1. Pemantauan tanda vital
berhubungan
asuhan keperawatan
2. Kaji tanda-tanda infeksi ;
dengan ketidak
selama 3 x 24 jam,
suhu tubuh, nyeri dan
adekuatan
diharapkan resiko
perdarahan
pertahanan tubuh
infeksi dapat berkurang.
primer (kerusakan 3. Monitor tanda dan gejala
Dengan kriteria hasil
integritas kulit) infeksi sistemik dan local
sebagai berikut :
(0142)
1. Mengenali tanda 4. Mencuci tangan sebelum
dan gejala yang dan sesudah
mengindikasikan setiap
risiko dalam melakukan kegiatan
penyebaran infeksi perawatan pasien.
2. Mengetahui cara 5.Mengajarkan pasien
mengurangi dan keluarga tentang
penularan infeksi tanda dan gejala
3. Mengetahui infeksi
aktivitas yang 6. Mengajarkan pasien dan
dapat keluarga
4. meningkatkan bagaimana menghindari
infeksi infeksi.
7. Rawat luka (inspeksi
kondisi luka)
8.Mengajarkan pasien
merawat
luka.

Sumber : SDKI PPNI, SLKI dan SIKI 2018

27
4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan komponen keempat

dari proses keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan

keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan bagian dari

proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010).

Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap

implementasi keperawatan.

5. Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna
a. Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat
dengan tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih
b. Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur
jaringan baiksensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka
c. Mampu menerima keadaan dirinya dengan baik mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri, mengikuti dan
turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri, melaporkan
perasaan dalam pengendalian
d. Klien mengetahui tentang penyakitnya yaitu memiliki pemahaman
terhadap perawatan kulit, mengikuti terapi seperti yang
diprogramkan dan dapat mengungkapkan secara rasional tindakan
yang dilakukan, menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah
sesuai yang diprogramkan
e. Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi bisa ditangani.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respon pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis
dapat menimbulkan rasa gatal, penebalan kulit atau muncul bintil
kemerahan pada kulit dan juga bersisik maupun berair.
2. Mengidentifikasikan tingginya angka kesakitan masyarakat. Dalam hal
ini perawat sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan para
penderita dermatitis dengan cara melakukan asuhan keperawatan
kesehatan baik dengan tujuan sebagai tindakan maupun sebagai upaya
peningkatan pengetahuan penderita dermatitis.
3. Manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia
eksterna
4. Diagnosa yang muncul pada pasien dermatitis menurut SDKI adalah
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0078),
Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan bahan kimia iritatif
(D.0129), Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan

29
struktur /bentuk tubuh (D.0083), Risiko infeksi berhubungan dengan
ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit)
(0142)
5. Intervensi keperawatan pasien dengan dermatitis yang sudah
direncanakan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)
6. Implementasi adalah Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan.
B. Saran

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menggunakan atau


memanfaatkan, makalah ini, mengembangkan ilmu serta pengolahan data
yang menyeluruh dengan tepat dan akurat sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan pada pasien secara maksim

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Ranti. Et all. 2022. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian


Dermatitis Kontak Iritan Pada Pemulung Di Tpa Bantar gebang.
program Studi Kesehatan Mayarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Muhammadiyah Jakarta Issn : 2745-3863 Issn

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction

Muthiah, 2021. Asuhan Keperawatan Pada An. Dengan Dermatitis


Atopik Dan Aplikasi Virgin Coconut Oil (Vco) Untuk
Mencegah Kerusakan Integritas Kulit Di Wilayah Kerja
Kecamatan Pauh Kota Padang
Nopinah. 2018. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Imunitas
Pada Kasus Dermatitis. Yayasan Rumah Sakit Islam Nusa Tenggara
Barat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram Program Studi
Keperawatan Jenjang DIII

30
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa,
Jakarta Selatan 12610

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

31

Anda mungkin juga menyukai