JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
(______________________) (_____________________)
Kepala Ruangan
(_______________________)
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DAN HUMERUS DEXTRA
I. Definisi
A. Clavicuka Dextra
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di
bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka
atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan
lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada
penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih
akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan
terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2021).
Fraktur Clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak
jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang
olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui
mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan
fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena
letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula
harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka
atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2021).
B. Humerus Dextra
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan
oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
II. Etiologi
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak
langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).
Fraktur klavikula dapat terjadi akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk
immobilisasi.
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
(Oswari E, 2018)
III. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui
kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda
mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain
untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers,
2021).
IV. Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh
cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi
tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan
langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur
klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga
akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Tulang humerus bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 2018)
V. Phathway
a) Keluhan utama :
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lain.
c) Riwayat kesehatan masa lalu :
Pengkajian yang perlu di tanyakan, meliputi riwayat hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit jantung, apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya,
pengobatan pada saat sakit.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali klien
yang menderita diabetes pada keluarga akan menyebabkan komplikasi.
e) Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital
2) Antropometri
3) Pemeriksaan sitematika/persistem
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem pencernaan
Sistem persyarafan
Sistem penglihatan
Sistem pendengaran
Sistem perkemihan
Sistem muskouloskeletal
Sistem endokrin
Sistem integument
4) Pola kehidupan sehari-hari
5) Data psikologis
Status emosi
Kecemasan klien
Konsep diri
f) Data Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
a. Tomografi
b. Mielografi
c. Artrografi
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap
peradangan
5. Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Elektromiograf: terdapat kerusakan kondusif saraf akibat fraktur
7. Atroskopi: di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan
8. Indium imaging: pada pemeriksaan ini adanya di dapatkan infeksi pada
tulang
9. MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
g) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Fraktur Nyeri
pasien
mengatakan Diskontinuitas tulang
nyeri
DO: Pergeseran fragmen
meringis
dengan skala Nyeri akut
nyeri 0 – 10
2. DS: Kerusakan fragmen Ketidakefektifan
Pasien tulang. perfusi jaringan
mengatakan Tekanan sumsum perifer
pusing. tulang lebih tinggi
DO: dari kapiler.
Tekanan darah Melepaskan
pasien rendah ketekolamin.
<100 mmHg Metabolisme asam
lemak.
Bergabung dengan
trombosit
emboli.
Menyumbat
pembuluh darah
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
h) Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa pre op
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang
edema, cedera jaringan lunak pemasangan traksi.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan
b. Diagnosa post op
1) Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
2) Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
i) Rencana Keperawatan
NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen injuri Pain level - Lakukan pengkajian
fisik, spasme otot, gerakan Pain control nyeri secara
fragmen tulang edema, Comfort level komprehensif termasuk
cedera jaringan lunak Kriteria hasil : lokasi, karakteristik,
pemasangan traksi. - Pasien mampu durasi, frekuensi,
- Melaporkan presipitasi
menggunakan ketidaknyamanan
dipertahankan
(sensasi, elastisitas, - Monitor aktivitas dan
dan mencegah
terjadinya cidera ulang
2. Hambatan mobilisasi Joint movement: active - Monitoring vital sign
fisik b.d kerusakan Mobility Level sebelum/sesudah
rangka neuromuscular, Self care: ADL latihan dan lihat respon
nyeri, terapi restriktif Transfer performance pasien saat latihan
(imobilisasi) Kriteria hasil: - Kaji kemampuan
kemampuaan
berpindah
k) Implementasi
No Tanggal/waktu Implementasi Paraf
.
1. - melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- menggunakan komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
- mengajarkan Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
- memberian analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai
resep dokter
2. - memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
- membatasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
3. - menjaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
- menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang
longgar
- memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- mengganti balutan, bersihkan area sekitar jahitan atau
staples , menggunakan lidi kecil
- memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
- mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
- memberikan alat bantu jika klien memerlukan
l) Evaluasi
No Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
.
1. S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O: skala nyeri 0-10
A: nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. S: pasien mengatakan masih pusing
O: tekatan darah <100 mmHg
A: ketidakefektifan perfusi jaringan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
3. S: Pasien mengatakan cemas karna terdapat luka pada
kulitnya yang tidak normal.
O: luka fraktur terbuka
A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Mengganti balutan setiap hari
4. S: Pasien mengatakan kaku atau sulit menggerakan
tubuhnya.
O: klien sulit melakukan aktivitas
A: Hambatan mobilisasi fisik
P: intervensi dilanjutkan
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2019, p. 355-356.
Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2018. Availablefrom:
URL: http://www.aafp.org/afp/2018/0101/p65.html.
Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2021. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2021. Available
from:URL:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh
Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2019, p.3-4.
Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2020. Available from:
URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm