Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DAN HUMERUS DEXTRA

Siti Fatimatuz Zahro


(226410030)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan tentang “FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DAN


HUMERUS DEXTRA “ di Ruang Bima RSUD JOMBANG sebagai syarat
pemenuhan tugas praktika (KMB) Program Studi NERS Keperawatan ITSKES
ICMe Jombang
Telah di sahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Jombang , November 2022

(Siti Fatimatuz Zahro)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(______________________) (_____________________)

Kepala Ruangan

(_______________________)
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DAN HUMERUS DEXTRA

I. Definisi
A. Clavicuka Dextra
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di
bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka
atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan
lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada
penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih
akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan
terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2021).
Fraktur Clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak
jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang
olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui
mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan
fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena
letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula
harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka
atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2021).
B. Humerus Dextra
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan
oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
II. Etiologi
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak
langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).
Fraktur klavikula dapat terjadi akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk
immobilisasi.

1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
(Oswari E, 2018)
III. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui
kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda
mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain
untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers,
2021).
IV. Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh
cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi
tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan
langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur
klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga
akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Tulang humerus bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 2018)
V. Phathway

VI. Pemeriksaan Penunjang


1. CT scan
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum
gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda
(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih
baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau
udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika
Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk
mengambil gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu.
Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah.
Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.
VII. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi
pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan
pada bahu, baik fungsi maupun kekuatannya. Kalus yang menonjol kadang
secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan
proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan
lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan
pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka
2. Terdapat cedera neurovaskuler
3. Fraktur comminuted
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion)
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
VIII. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme
trauma.
1). Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang
dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3). Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi : fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran
searah sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
f. Fraktur Kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
g. Fraktur Patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis
tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan
lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
ddan ancaman sindroma kompartement.
IX. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan
tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada
sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
X. Konsep Askep
Pengkajian focus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan pengacu pada
Doenges (2021), serta Carpenito (2016) sebagai berikut :

a) Keluhan utama :
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lain.
c) Riwayat kesehatan masa lalu :
Pengkajian yang perlu di tanyakan, meliputi riwayat hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit jantung, apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya,
pengobatan pada saat sakit.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali klien
yang menderita diabetes pada keluarga akan menyebabkan komplikasi.
e) Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital
2) Antropometri
3) Pemeriksaan sitematika/persistem
 Sistem pernapasan
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem pencernaan
 Sistem persyarafan
 Sistem penglihatan
 Sistem pendengaran
 Sistem perkemihan
 Sistem muskouloskeletal
 Sistem endokrin
 Sistem integument
4) Pola kehidupan sehari-hari
5) Data psikologis
 Status emosi
 Kecemasan klien
 Konsep diri
f) Data Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
a. Tomografi
b. Mielografi
c. Artrografi
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap
peradangan
5. Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Elektromiograf: terdapat kerusakan kondusif saraf akibat fraktur
7. Atroskopi: di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan
8. Indium imaging: pada pemeriksaan ini adanya di dapatkan infeksi pada
tulang
9. MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
g) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Fraktur Nyeri
pasien
mengatakan Diskontinuitas tulang
nyeri
DO: Pergeseran fragmen

Pasien terlihat tulang

meringis
dengan skala Nyeri akut

nyeri 0 – 10
2. DS: Kerusakan fragmen Ketidakefektifan
Pasien tulang. perfusi jaringan
mengatakan Tekanan sumsum perifer
pusing. tulang lebih tinggi
DO: dari kapiler.
Tekanan darah Melepaskan
pasien rendah ketekolamin.
<100 mmHg Metabolisme asam
lemak.
Bergabung dengan
trombosit
emboli.
Menyumbat
pembuluh darah

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer

3. DS: Diskontinuitas tulang. Kerusakan


Pasien Perubahan jaringan integritas kulit
mengatakan sekitar.
cemas karna Laserasi kulit.
terdapat luka
pada kulitnya Kerusakan
yang tidak integritas kulit
normal. Resiko infeksi
DO:
Terdapat luka
di kulit yang di
akibatkan oleh
fraktur terbuka.

DS: Fraktur. Hambatan


Pasien Hambatan mobilisasi mobilisasi fisik
mengatakan fisik. neuromuscular,
kaku atau sulit nyeri, terapi
menggerakan restriktif
tubuhnya. (imobilisasi)
DO:
Pasien tidak
dapat
melakukan
aktivitas sehari
– hari

h) Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa pre op
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang
edema, cedera jaringan lunak pemasangan traksi.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan
b. Diagnosa post op
1) Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
2) Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
i) Rencana Keperawatan
NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen injuri  Pain level - Lakukan pengkajian
fisik, spasme otot, gerakan  Pain control nyeri secara
fragmen tulang edema,  Comfort level komprehensif termasuk
cedera jaringan lunak Kriteria hasil : lokasi, karakteristik,
pemasangan traksi. - Pasien mampu durasi, frekuensi,

mengontrol nyeri kualitas dan faktor

- Melaporkan presipitasi

bahwa nyeri - Observasi reaksi

berkurang dengan nonverbal dari

menggunakan ketidaknyamanan

manajemen nyeri - Gunakan komunikasi


terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
- Ajarkan tekhnik
relaksasi kepada pasien
- Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi  Circulation status - Monitor adanya
jaringan perifer b.d suplai  Tissue perfucion: daerah tertentu
darah jaringan cerebral yang hanya peka
terhadap
Kriteria hasil : panas/dingin/tajam
Mendemonstrasikan /tumpul
status sirkulasi yang di
tandai dengan : - Batasi gerakan
 Tekanan systole pada kepala, leher
dan diastole dan punggung
dalam rentang
yang di harapkan
 Tidak ada
ortostatik
hipertensi
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang di tandai dengan :
 Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukan
perhatian,
konsentrasi, dan
orientasi.
- Menunjukan
fungsi sensori
motori cranial
yang utuh:
tingkat kesadaran
membaik, tidak
ada gerakan
gerakan
involunter

j) Rencana keperawatan post op


NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Kerusakan integritas  Tissue integrity : skin - Jaga kebersihan kulit
kulit b.d fraktur and mucous agar tetap kering dan
terbuka, pemasangan  Membranes bersih
traksi (pen, kawat,  Hemodyalis akses
sekrup) Kriteria hasil : - Anjurkan pasien

- Integritas kulit yang menggunakan pakaian

baik bisa yang longgar

dipertahankan
(sensasi, elastisitas, - Monitor aktivitas dan

temperatur, hidrasi, mobilisasi pasien

pigmentasi) tidak ada


luka/lesi - Ganti balutan,

- Menunjukan bersihkan area sekitar

pemahaman dalam jahitan atau staples ,

proses perbaikan kulit menggunakan lidi kecil

dan mencegah
terjadinya cidera ulang
2. Hambatan mobilisasi  Joint movement: active - Monitoring vital sign
fisik b.d kerusakan  Mobility Level sebelum/sesudah
rangka neuromuscular,  Self care: ADL latihan dan lihat respon
nyeri, terapi restriktif  Transfer performance pasien saat latihan
(imobilisasi) Kriteria hasil: - Kaji kemampuan

- Pasien meningkat pasien dalam

dalam aktivitas fisik mobilisasi

- Mengerti tujuan dari - Dampingi dan bantu

peningkatan mobilisasi pasien saat mobilisasi

- Memverbalisasikan dan bantu penuhi

perasaan dalam kebutuhan

meningkatkan - Berikan alat bantu jika

kekuatan dalam klien memerlukan

kemampuaan
berpindah

k) Implementasi
No Tanggal/waktu Implementasi Paraf
.
1. - melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- menggunakan komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
- mengajarkan Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
- memberian analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai
resep dokter
2. - memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
- membatasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
3. - menjaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
- menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang
longgar
- memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- mengganti balutan, bersihkan area sekitar jahitan atau
staples , menggunakan lidi kecil
- memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
- mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
- memberikan alat bantu jika klien memerlukan

l) Evaluasi
No Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
.
1. S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O: skala nyeri 0-10
A: nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. S: pasien mengatakan masih pusing
O: tekatan darah <100 mmHg
A: ketidakefektifan perfusi jaringan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
3. S: Pasien mengatakan cemas karna terdapat luka pada
kulitnya yang tidak normal.
O: luka fraktur terbuka
A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Mengganti balutan setiap hari
4. S: Pasien mengatakan kaku atau sulit menggerakan
tubuhnya.
O: klien sulit melakukan aktivitas
A: Hambatan mobilisasi fisik
P: intervensi dilanjutkan
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu
DAFTAR PUSTAKA

Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2019, p. 355-356.
Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2018. Availablefrom:
URL: http://www.aafp.org/afp/2018/0101/p65.html.
Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2021. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2021. Available
from:URL:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh
Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2019, p.3-4.
Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2020. Available from:
URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm

Anda mungkin juga menyukai