Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN “Tn.

B” DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
(FRAKTUR CLAVIKULA)

DISUSUN OLEH :
SASRAWANTI
21907089

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PROFESI NERS

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVIKULA

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan
menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta
kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2012).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih
besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior.
Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum,
dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion.
Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena
memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2
sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint,
dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic
joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur Clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain,
karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus
dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup,
tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2012).
2. ETIOLOGI
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot, fleksi
berlebihan). 
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur
klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang
komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
3. Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite, 2013).
4. Manifestasi klinis
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak
terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.
Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk
membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit
atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga
terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan
lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

5. Komplikasi
Komplikasi akut :
o Cedera pembuluh darah
o Pneumouthorax
o Haemotorax
Komplikasi Lambat :
o Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
o Non Union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
6. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.
Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini
dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap
beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang, atau
memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
b. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil
gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI,
gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring
diam selama MRI.
c. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada anak
karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi
maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik mengganggu
meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada
penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan
latihan gerak jari dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa
hari.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
a. Fraktur terbuka.
b. Terdapat cedera neurovaskuler.
c. Fraktur comminuted.
d. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
e. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
f. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion)
Melakukan dengan cara terapi :

a. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin
perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
b. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah
dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher
untuk kenyamanan dan keamanan.
c. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan  skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.(Ignatavicius, Donna D, 1995)
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini
bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain
itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-
penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis
yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya
dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien
bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium
atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor
predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
(3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
(4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E,
1999).
(5) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu
oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D,
1995).
(6) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap  (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(9) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa
nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).

2) Pemeriksaan Fisik
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
- Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
- Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus fraktur biasanya akut.
- Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala
(c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
(d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
(e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
(g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
(i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(j) Paru
- Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
- Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
- Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
(k) Jantung
- Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
- Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
- Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
- Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
- Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
- Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
- Auskultasi
Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
(m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

b) Keadaan Lokal
(1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark).
(c) Fistulae.
(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
(2) Feel (palpasi)
(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
(b) pabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama
disekitar persendian.
(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah,
atau distal).
c) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan
permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau  permukaannya,
nyeri atau tidak, dan ukurannya.
(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan
sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap
arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.(Reksoprodjo, Soelarto,
1995)

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d fraktur dan trauma jaringan lunak
b. Gangguan  mobilitas fisik b.d dengan fraktur dan trauma jaringan lunak
c. Resiko tinggi/actual infeksi b.d luka terbuka dan terpapar terhadap mikroorganisme
d. Cemas berhubungan dengan injuri yang tak diduga dan kehilangan mobilitas
e. Resiko tinggi/actual gangguan perfusi perifer b.d berkurangnya aliran darah akibat
adanya trauma jaringan/tulang
f. Resiko tinggi/actual gangguan perfusi pulmonal b.d emboli lemak

3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri b.d fraktur dan trauma jaringan lunak
Tujuan: klien akan bebas dari nyeri selama perawatan
Kriteria: keluhan nyeri hilang atau berkurang, ekspresi wajah tenang, edema ,
ekimosis berkurang atau hilang.
Intervensi:
1) Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan
menggunakan skala nyeri (0-10).
R/ Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis
tindakannya
2) Mempertahankan immobilisasi
R/ Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka
3) Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
R/ Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri
4) Menjelaskan seluruh prosedur di atas
R/ Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap
tindakan yang akan dilakukan
5) Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik
R/ Mengurangi rasa nyeri
b. Penurunan mobilitas fisik b.d dengan fraktur dan trauma jaringan lunak
Tujuan: klien meningkatkan mobilisasi fisik selama perawatan.
Kriteria: klien dapat menggerakkan bagian yang fraktur (Rom aktif maupun pasif),
edema berkurang.
Intervensi:
1) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi tersebut.
R/ Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak pro-
posional).
2) Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora,
dll ).
R/ Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam
mengurangi isolasi social.
3) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
R/ Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus
otot, mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan
reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
4) Membantu pasien dalam perawatan diri
R/ Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan
penurunan peristaltik usus dan konstipasi.
6) Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar
b.a.b. teratur.
R/ Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam
mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh
7) Memberikan diit tinggi protein , vitamin ,  dan mineral
R/ Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 kg).
8) Kolaborasi Konsul dengan bagian fisioterapi
Bila sudah dipasang traksi
c. Resiko tinggi/actual infeksi b.d luka terbuka dan terpapar terhadap
mikroorganisme.
Tujuan: klien akan bebas dari infeksi selama perawatan.
Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti edema, rubor, kalor, dolor, fungsi
laesa
Intervensi:
1) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
2) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ Meminimalkan terjadinya kontaminasi
3) Merawat luka dengan menggunakan tehnik aseptic
R/ Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
4) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal,
eritema pada daerah luka.
R/ Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
5) Kolaborasi pemeriksaan darah : leokosit
R/ Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
6) Pemberian obat-obatan : antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
R/ Untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi. dan mencegah  tetanus
7) Persiapan untuk operasi sesuai indikasi
R/ Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan
infeksi
d. Cemas berhubungan dengan injuri yang tak diduga dan kehilangan mobilitas
Tujuan: klien akan menurunkan tingkat kecemasannya selama perawatan
Kriteria: klien nampak tenang dan kooperatif terhadap semua tindakan yang
diberikan
Intervensi:
1) Kaji respon pasien terhadap injuri, pengobatan , kehilangan pergerakan,
ketakutan, marah, histeris, menangis.
R/ reaksi pasien menunjukkan penerimaan pasien terhadap injuri
2) Jelaskan pada pasien tentang waktu pengobatan dan perawatan
R/ membantu pasien mengurangi kecemasan dan membuat pasien lebih
mengerti tentang keadaannya
3) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul  prognosa, dan harapan yang akan
datang.
R/ Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat
menentu kan pilihan.
4) Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang
dianjurkan oleh bagian fisioterapi.
R/ Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses
penyembuhan sehingga keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh
penggunaan alat bantu yang kurang tepat
5) Memilah-milah aktifitas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.
R/ Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu
menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga)
6) Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi,
perawat keluarga (home care)
R/ Membantu mengfasilitaskan perawatan mandiri memberi support untuk
mandiri.
7) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
8) R/ Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun)
sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien
koopratif.
e. Resiko tinggi/actual gangguan perfusi pulmonal b.d emboli lemak
Tujuan : klien akan mempertahankan perfusi pulmonal yang normal selama
perawatan
Kriteria : nadi 80 kali permenit teratur, respirasi 16-20 kali permenit teratur,
tekanan darah dalam batas normal, bunyi nafas normal, kesadaran baik.
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda emboli lemak: nyeri dada, petekie ras didada, leher dan
konjungtiva, nadi cepat, pernafasan cepat, perubahan sensori dan disorientasi.
R/ emboli lemak dapat terjadi dalam 48-72 jam post fraktur, dan dapat
menyebabkan komplikasi kematian.
2) Monior tanda vital setiap 15 menit
R/ tekanan darah menurun, tacipnea,dispnea, suhu tubuh lebih dari 38,3 derajat
celcius merupakan tanda-tanda emboli sindrom
3) Dengarkan bunyi nafas disemua lobus
R/ bunyi nafas mungkin menurun
4) kolaborasi: Kolaborasi pemberian oksigen terapi
R/ oksigen mungkin dapa meningkatkan respiratory kompeten dan menurunkan
tacipnea atau dispnea
f. Resiko tinggi/actual gangguan perfusi perifer b.d berkurangnya aliran darah
akibat adanya trauma jaringan/tulang
Tujuan: Klien akan mempertahankan perfusi perifer yang normal selama perawatan
Kriteria: Daerah perifer tidak pucat, Pengisian kapiler daerah yang     trauma < 3
detik, daerah perifer hangat
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda penurunan perfusi perifer
R/ trauma menyebabkan edema jaringan dan kehilangan darah yang
menyebabkan menurunnya perfusi jaringan. Ketidakadekuatan sirkulasi dan
edema merusak saraf perifer, mengakibatkan penurunan sensasi, gerakan dan
sirkulasi.
2) Kolaborasi terapi tindakan reposisi sesegera mungkin
R/ mencegah komplikasi lebih lanjut
3) Pelaksanaan
Malaksanakan semua perencanaan sesuai dengan kondisi klien
4. Evaluasi
a. Nyeri berkurang atau hilang yang ditandai dengan tidak mengeluh nyeri pada area
fraktur atau nyeru berkurang, edema berkurang atau hilang, klien nampak tenang
b. Peningkatan  mobilitas fisik ditandai dengan dapat menggerakkan bagian yang
fraktur (Rom aktif maupun pasif), edema berkurang
c. Tidak terjadi infeksi selama perawatan yang ditandai dengan tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
d. Kecemasan klien berkurang atau hilang yang ditandai dengan klien nampak tenang
dan kooperatif terhadap semua tindakan yang diberikan
e. Perfusi  perifer baik yang ditandai dengan edema berkurang atau hilang, kapilarry
refill kurang dari 3 detik, daerah perifer hangat
f. Perfusi  pulmonal baik diatandai denagn tidak klien tidak mengeluh nyeri dada,
respirasi, nadi, tekanan darah dan suhu klien dalam batas normal.
clavikulaul
cl a
DAFTAR PUSTAKA

Ridho Mizainuddin, 2017. “ LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR KLAVIKULA”.


Diakses dari https://www.academia.edu/35970721/LAPORAN_PENDAHULUAN pada
tanggal 30 maret 2020.

Pias angraeni,2018. “LAPORAN PENDAHULUAN”. Diakses dari


https://www.academia.edu/29521066/BAB_II_LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_K
EPERAWATAN_FRAKTURE_CLAVIKULA pada tanggal 30 maret 2020

Jihan Salimah , 2016. “Laporan Tutorial Kasus Keperawatan Medikal Bedah -


Muskuloskeletal Fraktur”. Diakses dari
https://www.academia.edu/36205420/Laporan_Tutorial_Kasus_Keperawatan_Medikal_Bedah
_-_Muskuloskeletal_Fraktur pada tanggal 30 maret 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Tn. B” DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
(FRAKTUR CLAVIKULA)

DISUSUN OLEH :
SASRAWANTI
21907089

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PROFESI NERS

2020
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 27 tahun
Alamat : jl. Serka munir
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan swasta
Tanggal masuk : 30 maret 2020
Ruang rawat :
No. Rekam Medis :
Diagnose medis : Fraktur Clavikula

2. Status kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada tulang klavikula bagian kiri
akibat terjatuh dari motornya saat melewati jalan yang berlubang. Nyeri bertambah saat
pasien berubah posisi, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dengan skala 8/10.
c. Riwayat kesehatan lalu : Pasien mengatakan tidak punya riwayat patah tulang
d. Riwayat kesehatan keluarga
GI
78

55 52 57 55 52

50
60

21

G II

G III 27
Keterangan :

: laki- laki : garis keluarga : meninggal

: perempuan : garis keturunan

: pasien : garis serumah

G I : Kakek dan nenek pasien meninggal karena factor usia. Kakek dari ibu pasie masih
hidup.

G II : Orangtua pasien dan saudara-saudara orangtua pasien.

G III : pasien anak pertama dari 2 bersaudara

3. Riwayat psikososial
a. Pola piker dan persepsi
- Pasien saat ini cemas dengan penyakitnya
- Pasien sangat berharap bisa pulih seperti sebelumnya
b. Hubungan komunikasi
Pola interaksi pasien dengan yang lain baik
c. Pertahanan koping
- Pasien bisa menerima kondisinya
d. System nilai dan kepercayaan
- Pasien percaya dan yakin yang hanya dapat menyembuhkan hanya Allah SWT dan
dia hanya bisa berusaha.
- Pasien mengatakan shalat dengan cara berbaring ditempat tidur
e. Hal- hal yang dilakukan pasien selama perawatan
- Minum obat sesuai anjuran dokter
- Menghindari hal- hal yang dapat memperburuk penyakitnya
4. Pengkajian fisik
a. Keadaaan umum/ kesadaran : ku. Lemah/ compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Suhu : 36.8 oc
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala
c. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak
ada lesi, simetris, tak oedema.
d. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan).
e. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
f. Mulut
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
g. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
h. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
 Inspeksi :
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien
yang berhubungan dengan paru.
 Palpasi :
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
 Perkusi :
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
 Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan
ronchi.
j. Abdomen
 Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
 Palpasi
Tugor ba

ik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.


 Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
 Auskultasi
Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
k. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
l. Ekstremitas
 Ekstremitas atas : pasien tidak mampu menggerakkan tangan kirinya, memar
pada pundak kiri. Terpasang infus pada tangan kanan. Akral hangat.
 Ekstremitas bawah : fleksi dan ekstensi normal. Akral hangat.
 Kekuatan otot
4 0
4 4

m. Fungsi persarafan
1) Fungsi cerebral : baik
2) Fungsi cerebellum : baik
3) Fungsi saraf cranial :
 Nervus I (olfactorius )
Penciuman normal, dapat membedakan bau
 Nervus II ( optikus )
Penglihatan normal dan jelas
 Nervus III (okulomotorius)
pergerakan bola mata normal dan tidak juling
 Nervus IV (trochlearis)
Mampu menggerakkan bola mata kebawah
 Nervus V ( abdusen)
Sensori wajah baik dan normal
 Nervus VI (trigeminus)
Normal
 Nervus VII (facialis)
Gerakan otot wajah klien baik
 Nervus VIII ( vestibulokoklearis)
Normal
 Nervus IX (Glasofaringius)
Mampu membedakan rasa
 Nervus X (vagus)
Reflek menelan baik
 Nervus XI (aksesorius)
Gerakan otot kurang
 Nervus XII (hipoglosus)
Gerakan lidah baik, mampu menggerakkan kekiri dan ke kanan
4) Fungsi reflex
Bisep, trisep, dan patella baik
5) Fungsi sensorik
Mampu merasakan sentuhan
6) Fungsi motoric
Fungsi ekstremktas atas dan bawah baik, kecuali ekstremitas atas bagian kiri
mengalami kelemahan
7) Rangsang meningeal
Tidak ada keluhan
5. Kebutuhan nutrisi
a. Kebiasaan sebelum sakit
1) Pola makan : 3x1/ hari
2) Menu makan : nasi, telur, ikan dan sayur
3) Porsi makan : 1 porsi dihabiskan
4) Kebiasaan minum : 2,4 liter/ hari
b. Kebiasaan selama sakit
1) Pola makan : 3x1/ hari
2) Porsi makan : hanya mampu menghabiskan ¾ dari porsi
3) Menu makan : nasi, telur, ikan, dan sayur
4) Kebiasaan minum : 1,5 liter/hari
6. Pola eliminasi BAB dan BAK
a. Kebiasaan sebelum sakit
1) BAB/BAK : 1 kali/ 5-7 kali dalam sehari
2) Konsistensi BAB/BAK : Padat/ cair
3) Warna BAB/BAK : kuning
b. Kebiasaan selama sakit
1) BAB/BAK : 1 kali / 4-6 kali dalam sehari
2) Konsistensi BAB/BAK : Padat/ cair
3) Warna BAB/BAK : kuning
7. Istirahat dan tidur
a. Kebiasaan sebelum sakit
1) Tidur malam : sekitar 7 jam
2) Tidur siang : 1 jam
3) Klien dapat tidur dengan nyenyak
b. Kebiasaan selama sakit
1) Tidur malam : sekitar 4 jam
2) Tidur siang : sekitar 1 jam
3) Klien mudah terbangun
8. Olahraga dan aktivitas
a. Kebiasaan sebelum sakit
Klien rutin berolahraga setiap sabtu dan minggu
b. Kebiasaan selama sakit
Klien hanya beraktifitas baring ditempat tidur
9. Hygiene
a. Kebiasaan sebelum sakit
1) Mandi 2x1 sehari
2) Sikat gigi 2x1 sehari
3) Cuci rambut 1 kali sehari
b. Kebiasaan selama sakit
1) Mandi tidak pernah, hanya dibersihkan dengan kain basah
2) Sikat gigi 1 kali sehari
3) Cuci rambut tidak pernah

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan patologi klinik

Jenis Item name Result Unit Referensi


HEMATOLOGI RUTIN Lekosit 6.600 10^3/L 4.0-10.0
HEMATOLOGI RUTIN Neut% 89 % 50.0-70.0
HEMATOLOGI RUTIN Lymph% 5 % 20.0-40.0
HEMATOLOGI RUTIN Mid% 7 % 3.0-12.0
HEMATOLOGI RUTIN Eritrosit 3.630.000 10^6/UL P: 4.00-5.50, L: 5.00-5.80
HEMATOLOGI RUTIN Hb 10.6 g/Dl P: 11.0-15.0, L: 14.0-17.0
HEMATOLOGI RUTIN Hematocrit 29.5 % 37-54
HEMATOLOGI RUTIN MCV 81.2 Fl 80.0-100.0
HEMATOLOGI RUTIN MCH 29.2 Pg 27-34
HEMATOLOGI RUTIN MCHC 36.0 g/dl 32-36
HEMATOLOGI RUTIN Trombosit 105.000 10^3/Ul 150-450
HEMATOLOGI LED 37 jam I Mm/jam L: -15. P: -20
HEMATOLOGI LED 76 jam II Mm/jam L: -15 p: -20
Kesimpulan : bycytofeina, Peningkatan LED

Pemeriksaan foto shoulder AP (S)

 Fraktur os clavikula sinistra


 Tulan lainnya intak
 Celah sendi baik
11. Terapi dan obat cairan

Obat Dosis Cara pemberian Fungsi


Ringer 24 tpm IV Untuk menggantikan cairan
laktat elektrolit yang hilang dalam
tubuh.
1 gr/12 jam IV Menghentikan pertumbuhan
Ceftriaxone bakteri.
1 ampul/ 8 jam IV Untuk mengurangi bengkak,
Ketorolac nyeri, dan demam
12. ANALISA DATA

Nama pasien : Tn: B


Tgl masuk : 30 Maret 2020

No. DATA MASALAH/DIAGNOSA ETIOLOGI


1.
DS : pasien mengatakan nyeri pada Gangguan rasa nyaman nyeri Fraktur clavikula sinistra
bahu sebelah kiri
DO :
- Nampak meringis kesakitan
- Nampak memar pada bahu kiri
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 78 x/i
- Suhu : 36,8 oc
- P : fraktur clavukula
- Q : tertusuk-tusuk
- R : clavikula sinistra
- S : 8/10
- T : bertambah nyeri saat
2.
bergerak Gannguan mobilitas fisik Fraktur calivikula sinistra
DS : pasien mengatakan aktivitas
dibantu keluarga

DO :

- Nampak bedrest
- ADL Nampak dibantu keluarga
dan perawat
- Ku. Lemah
- Nampak memar pada bahu kiri
3. - Terpasang infus pada tangan
Ansietas
bagian kanan injuri yang tak diduga
dan kehilangan mobilitas
DS : pasien mengatakan cemas dengan
kondisinya
DO :
- Nampak cemas
- Pasien Nampak gelisah
- Pasien Nampak takut bergerak
13. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn: B


Tgl masuk : 30 Maret 2020

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 3x24 jam 1. Observasi TTV
fraktur clavikula sinistra diharapkan klien akan bebas dari nyeri selama perawatan. 2. kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri
Kriteria hasil: dengan menggunakan skala nyeri (0-10).
- keluhan nyeri hilang atau berkurang, 3. pertahankan immobilisasi
- ekspresi wajah tenang, 4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.

- edema , ekimosis berkurang atau hilang. 5. jelaskan seluruh prosedur tindakan yang akan
dilakukan
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik

2. Gangguan mobilitas fisik b/d fraktur Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 3x24 jam 1. Dorong partisipasi dalam aktivitas (menonton TV,
clavikula sinistra diharapkan klien meningkatkan mobilisasi fisik selama membaca kora, dll ).
perawatan. 2. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan
Kriteria hasil : aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
- klien dapat menggerakkan bagian yang fraktur (Rom aktif 3. Bantu pasien dalam perawatan diri
maupun pasif), 4. Berikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan mineral
- edema berkurang.
1. Ansietas b/d injuri yang tak diduga dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 3x24 jan 1. Kaji respon pasien terhadap injuri, pengobatan ,
kehilangan mobilitas diharapkan tingkat kecemasan klien berkurang selama kehilangan pergerakan, ketakutan, marah, histeris,
perawatan. menangis.
Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada pasien tentang waktu pengobatan dan
- klien nampak tenang dan kooperatif terhadap semua perawatan
tindakan yang diberikan 3. Jelaskan tentang kelainan yang muncul  prognosa, dan
harapan yang akan datang.
4. Berikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi
sebagaimana yang dianjurkan oleh bagian fisioterapi.
5. Identifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti
team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
6. Diskusikan tentang perawatan lanjutan.

14. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn: B
Tgl masuk : 30 Maret 2020
Perawatan hari ke- I
HARI/ DIAGNOSA
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN

Senin / Gangguan rasa nyaman 1. Mengobservasi TTV


21.06 S : pasien mengatakan nyeri pada bahu sebelah kiri
30/03/2020 nyeri b/d fraktur H : TD : 110/70 mmHg S: 36.8 oc
O:
clavikula sinistra N : 78 x/I P : 20 x/i
- Nampak meringis kesakitan
2. Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
- Nampak memar pada bahu kiri
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri
- TD : 110/70 mmHg
(0-10).
- Nadi : 78 x/i
H: skala nyeri 8/10
- Suhu : 36,8 oc
3. Mempertahankan immobilisasi
- P : fraktur clavukula
H : pasien hanya bedrest
- Q : tertusuk-tusuk
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
- R : clavikula sinistra
H: dipasangkan spalak sementara
- S : 8/10
5. Menjelaskan seluruh prosedur tindakan yang akan
- T : bertambah nyeri saat bergerak
dilakukan
A : masalah belum teratasi
H: pasien mengetahui bahwa akan dilakukan
P: lanjutkan intervensi
tindakan operasi cito pemasangan orif
1. Observasi TTV
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesic
2. kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
H: ketorolac 1 ampul/ 8 jam
intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri (0-10).
3. pertahankan immobilisasi
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
5. jelaskan seluruh prosedur tindakan yang akan
dilakukan
6. penatalaksanaan pemberian obat-obatan
analgesik
Senin / Gangguan mobilitas 21.15 1. mendorong partisipasi dalam aktivitas (menonton S : pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
30/03/2020 fisik b/d fraktur clavikula TV, membaca koran, dll ). O:
sinistra H: pasien tidak mau melakukannya - Nampak bedrest
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan - ADL Nampak dibantu keluarga dan perawat
pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang - Ku. Lemah
tidak. - Nampak memar pada bahu kiri
H: pasien tidak mampu melakukannya. - Terpasang infus pada tangan bagian kanan
3. Membantu pasien dalam perawatan diri A : Masalah belum teratasi
H: membantu melepas pakaian pasien P : Lanjutkan intervensi
4. Memberikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan 1. Dorong partisipasi dalam aktivitas
mineral. (menonton TV, membaca kora, dll ).
H: belum diberikan karena akan dilakukan operasi 2. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan
cito pasif dan aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.
3. Bantu pasien dalam perawatan diri
4. Berikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan
mineral
Senin / Ansietas b/d injuri yang 21.25 1. Mengkaji respon pasien terhadap injuri, S : pasien mengatakan cemas dengan kondisinya
30/03/2020 tak diduga dan pengobatan , kehilangan pergerakan, ketakutan, O :
kehilangan mobilitas marah, histeris, menangis. - Nampak cemas
H: pasien Nampak meringis, takut disentuh pada - Pasien Nampak gelisah
bahu kiri. - Pasien Nampak takut bergerak
2. Menjelaskan pada pasien tentang waktu A : Masalah belum teratasi
pengobatan dan perawatan P: Lanjutkan intervensi
H: menjelaskan tentang lama penyembuhan 1. Kaji respon pasien terhadap injuri,
tulang yang patah kurang lebih 1 tahun.. pengobatan , kehilangan pergerakan,
3. Menjelaskan tentang kelainan yang muncul  ketakutan, marah, histeris, menangis.
prognosa, dan harapan yang akan datang. 2. Jelaskan pada pasien tentang waktu
H: menjelaskan dalam proses penyembuhan bila pengobatan dan perawatan
tidak sering latihan gerak maka akan mengalami 3. Berikan dukungan cara-cara mobilisasi dan
kelainan. Dan pasien masih mencemaskan untuk ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh
kedepannya bagian fisioterapi.
4. Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan 4. Identifikasi pelayanan umum yang tersedia
ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh seperti team rehabilitasi, perawat keluarga
bagian fisioterapi. (home care)
H: pasien belum mampu melakukan mobilisasi 5. Diskusikan tentang perawatan lanjutan.
pada tangan kiri
5. Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia
seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home
care).
H: pasien mulai tidak terlalu kuatir tentang
perawatan selanjutnya
6. Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
H: pasien meminta perawat untuk mencarikan
perawat yg bisa merawat nantinya jika di rumah.

15. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn: B
Tgl masuk : 31 Maret 2020
Perawatan hari ke- II

HARI/ DIAGNOSA
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN

Selasa/ Gangguan rasa nyaman 1. Mengobservasi TTV


21.06 S : pasien mengatakan nyeri pada bahu sebelah kiri
31/03/2020 nyeri b/d fraktur H : TD : 110/70 mmHg S: 36.8 oc
O:
clavikula sinistra N : 78 x/I P : 20 x/i
- Nampak meringis kesakitan
2. Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
- Nampak terpasang verban dan bidai
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri
- TD : 110/70 mmHg
(0-10).
- Nadi : 78 x/i
H: skala nyeri 4/10
- Suhu : 36,8 oc
3. Mempertahankan immobilisasi
H : pasien hanya bedrest
- P : post of orif fraktur clavukula
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
- Q : tertusuk-tusuk
H: sudah dilakukan pemaangan orif dan bidai
- R : clavikula sinistra
5. Menjelaskan seluruh prosedur tindakan yang akan
- S : 4/10
dilakukan selanjutnya
- T : bertambah nyeri saat bergerak
H: menjelaskan bahwa setelah dilakukukan
A : masalah belum teratasi
operasi maka pasien dianjurkan untuk control dan
P: lanjutkan intervensi
datang 3 bulan kemudian untuk operasi ke-2
1. Observasi TTV
6. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan analgesic
2. kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
H: ketorolac 1 ampul/ 8 jam
intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri (0-10).
3. pertahankan immobilisasi
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
5. penatalaksanaan pemberian obat-obatan
analgesik

Selasa / Gangguan mobilitas 21.15 1. Mendorong partisipasi dalam aktivitas S : pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
31/03/2020 fisik b/d fraktur clavikula (menonton TV, membaca koran, dll ). O:
sinistra H: pasien mulai menonton TV, mengganti siaran - Nampak bedrest
TV sendiri. - ADL Nampak dibantu keluarga dan perawat
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan - Ku. Lemah
pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang - Nampak terpasang verban dan bidai pada
tidak. bahu kiri
H: pasien belum mampu melakukannya - Terpasang infus pada tangan bagian kanan
3. Membantu pasien dalam perawatan diri A : Masalah belum teratasi
H: keluarga membantu membersihkan badan P : Lanjutkan intervensi
pasien dengan memakai tissue basah. 1. Dorong partisipasi dalam aktivitas
4. Memberikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan (menonton TV, membaca kora, dll ).
mineral. 2. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan
H: pasien diberikan makanan dengan menu telur, pasif dan aktif pada yang cedera maupun
daging, dan sayur. yang tidak.
3. Bantu pasien dalam perawatan diri
4. Berikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan
mineral
Selasa / Ansietas b/d injuri yang 21.25 1. Mengkaji respon pasien terhadap injuri, S : pasien mengatakan tidak terlalu cemas lagi
31/03/2020 tak diduga dan pengobatan , kehilangan pergerakan, ketakutan, O :
kehilangan mobilitas marah, histeris, menangis. - Nampak rileks
H: pasien Nampak meringis, takut disentuh pada - Pasien Nampak takut bergerak
bahu kiri. A : Masalah belum teratasi
2. Menjelaskan pada pasien tentang waktu P: Lanjutkan intervensi
pengobatan dan perawatan 1. Kaji respon pasien terhadap injuri,
H: stelah pulang pasien dianjurkan untuk control pengobatan , kehilangan pergerakan,
3 hari kemudian ketakutan, marah, histeris, menangis.
3. Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan 2. Berikan dukungan cara-cara mobilisasi dan
ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh
bagian fisioterapi. bagian fisioterapi.
H: pasien belum mampu melakukan mobilisasi
pada tangan kiri
4. Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia
seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home
care).
H: pasien mengatakan tidak terlalu cemas lagi
5. Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
H: memberikan identitas perawat yang dapat
melakukan home care.

16. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn: B
Tgl masuk : 01 April 2020
Perawatan hari ke- III

HARI/ DIAGNOSA
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN

Rabu/ Gangguan rasa nyaman 1. Mengobservasi TTV


21.06 S : pasien mengatakan nyeri pada bahu sebelah kiri
01/04/2020 nyeri b/d fraktur H : TD : 110/70 mmHg S: 36.8 oc
clavikula sinistra N : 78 x/I P : 20 x/i
O:
2. Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
- Nampak meringis kesakitan
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri
- Nampak terpang verban dan bidai
(0-10).
- TD : 110/70 mmHg
H: skala nyeri 4/10
- Nadi : 78 x/i
3. Mempertahankan immobilisasi
- Suhu : 36,8 oc
H : pasien hanya bedrest
- P : post of orif fraktur clavukula
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
- Q : tertusuk-tusuk
H: sudah dilakukan pemasangan orif dan bidai
- R : clavikula sinistra
5. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan analgesic
- S : 4/10
H: ketorolac 1 ampul/ 8 jam
- T : bertambah nyeri saat bergerak
A : masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri (0-10).
3. pertahankan immobilisasi
4. Berikan sokongan pada ektremitas yang luka.
5. penatalaksanaan pemberian obat-obatan
analgesik

Rabu / Gangguan mobilitas 21.15 1. Mendorong partisipasi dalam aktivitas S : pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
01/04/2020 fisik b/d fraktur clavikula (menonton TV, membaca koran, dll ). O:
sinistra H: pasien mulai membaca buku. - Nampak bedrest
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan - ADL Nampak dibantu keluarga
pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang - Ku. Lemah
tidak. - Nampak terpasang verban dan bidai dibahu
H: pasien belum mampu melakukannya kiri
3. Membantu pasien dalam perawatan diri - Terpasang infus pada tangan bagian kanan
H: keluarga membantu membersihkan badan A : Masalah belum teratasi
pasien dengan memakai tissue basah. P : Lanjutkan intervensi
4. Memberikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan 1. Dorong partisipasi dalam aktivitas
mineral. (menonton TV, membaca kora, dll ).
H: pasien diberikan makanan dengan menu telur, 2. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan
daging, dan sayur. pasif dan aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.
3. Bantu pasien dalam perawatan diri
4. Berikan diet tinggi protein , vitamin ,  dan
mineral
Rabu / Ansietas b/d injuri yang 21.25 1. Mengkaji respon pasien terhadap injuri, S : pasien mengatakan tidak terlalu cemas lagi
01/04/2020 tak diduga dan pengobatan , kehilangan pergerakan, ketakutan, O :
kehilangan mobilitas marah, histeris, menangis. - Nampak rileks
H: pasien Nampak meringis, takut disentuh pada - Pasien Nampak takut bergerak
bahu kiri. A : Masalah belum teratasi
2. Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan P: Lanjutkan intervensi
ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh 1. Kaji respon pasien terhadap injuri,
bagian fisioterapi. pengobatan , kehilangan pergerakan,
H: pasien belum mampu melakukan mobilisasi ketakutan, marah, histeris, menangis.
pada tangan kiri 2. Berikan dukungan cara-cara mobilisasi dan
melakukan home care. ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh
bagian fisioterapi.

Anda mungkin juga menyukai