Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN “Ny.

H” DENGAN

DIAGNOSA COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)

DI RUANG BAJI ATI RSUD. LABUANG BAJI

Oleh :
SASRAWANTI
21907089

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PROFESI NERS

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Community acquired pneumonia (CAP) adalah dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum.Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang
tua.Reeves (2001)
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit baru -baru ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling
sering. Penyebab paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang, tetapi mereka
termasuk Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus influenzae.Di atas
semuanya itu , Streptococcus pneumoniae adalah penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.
(Smeltzer,2001).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
2. Etiologi
a. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif
seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. Influenzae virus,
Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus,
Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
3. Patofisiologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi
yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah
(hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi,
pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat
oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar,
surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas selular dan
humoral. Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang
abnormal (mis, kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring
berkepanjangan.
a. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk
kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung.setelah
masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel,
sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut
apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel
darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan
masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus
merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri
sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem
imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
b. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi
pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti
hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki
alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem
imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang
disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti
septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas
pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari
pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif
dan bakteri atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada
warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan
pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan
berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah
bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram
positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram
negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri
gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual
umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur.Neutrophil, bakteri, dan cairan
dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit
yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan
pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju
area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang
dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda
dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada
hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering
disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala
usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah
Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram
negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk
Haemophilus influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas
aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang menyebabkan
pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan Legionella
pneumophila.
c. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau
masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci
dan Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai
Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat
daya.
d. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas
memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan
menuju paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain
,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi
oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap
infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang
menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling
umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii,Strongioides stercoralis dan
Ascariasis.(Smeltzer,2001).
4. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda klinis Community Acquired Pneumonia bervariasi tergantung penyebab,
usia, stus imunologis dan beratnya penyakit.Manifestasi klinis berat yaitu sesak dan sianosis.
Gejala dan tanda Community Acquired Pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal,
pleural dan ekstrapulmonal.
a. Gejala non spesifik
1) Demam
2) Menggigil
3) Cefalgia
4) Gelisah
5) Gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare, dan sakit perut.
b. Gejala pulmonal
1) Nafas cuping hidung
2) takipnea, dispnea dan apnea
3) Menggunakan otot interkostal dan abdominal
4) Batuk
5) Wheezing
c. Gejala pleura
Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae dan Staphylococus aureus.
d. Gejala ekstrapulmonal
1) Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena Staphylococus aureus
2) Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus infeksi karena
Streptococus pneumoniae atau H. Influenza
5. Komplikasi
a. Efusi pleura
b. Empiema
c. Pneumotoraks
d. Piopneumotoraks
e. Pneumatosel
f. Abses Paru
g. Sepsis
h. Gagal nafas
i. Ileus paralitik Fungsional
6. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke
kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis etiologi dibutuhkan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen
penderita yang tidak diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).
7. Penatalaksanaan
a. Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi
b. Pertimbangkan isolasi respirasi
c. Hospitalisasi diindikasikan bila
1) Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang
lalu
2) Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
3) Temperatur > 38,30C
4) Penurunan status mental, sianosis
5) Imunosupresi, kondisi penyerta
6) Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
7) SDP < 4000 atau > 3000/µL
8) Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2> 50
9) Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
d. Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
e. Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
1) Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram
pada sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu
diubah bila kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
2) Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap,
usia, faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum
dirangkum dalam tabel dibawah.

8. Pencegahan
Pencegahan Community Acquired Pneumonia dapat kita lakukan dengan langkah-langkah
sederhana. Beberapa di antaranya:
a. Menjalani vaksinasi
Vaksin merupakan salah satu langkah agar terhindar dari pneumonia. Beberapa vaksin yang
dapat diberikan untuk mencegah pneumonia antara lain vaksin Hib dan vaksin PCV. Harap
diingat bahwa vaksin pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan anak-anak.
b. Mempertahankan sistem kekebalan tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti cukup beristirahat,
mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
c. Menjaga kebersihan
Contoh paling sederhana adalah sering mencuci tangan agar terhindar dari penyebaran virus
atau bakteri penyebab pneumonia.
d. Berhenti merokok
Asap rokok dapat merusak paru-paru, sehingga paru-paru lebih mudah mengalami infeksi.
e. Hindari konsumsi minuman beralkohol
Kebiasaan ini akan menurunkan daya tahan paru-paru, sehingga lebih rentan terkena
pneumonia beserta komplikasinya.

B. KONSEP DASAR KEERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
 Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
 Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
 Gejala : riwayat gagal jantung kronis
 Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
c. Integritas Ego
 Gejala : banyak stressor, masalah finansial
d. Makanan / Cairan
 Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
 Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan malnutrusi
e. Neurosensori
 Gejala : sakit kepala bagian frontal
 Tanda : perubahan mental
f. Nyeri / Kenyamanan
 Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
g. Pernafasan
 Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
 Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
 Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
 Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
 Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
 Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
h. Keamanan
 Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
 Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus
rubela / varisela
i. Penyuluhan
 Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.
c. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap     pneumonia.
d. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap
demam dan proses infeksi
f. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat
banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).
3. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis: krekels, mengi.
R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.Bunyi napas
bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area   konsolidasi. Krekels, ronki,
dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap
pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan
batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
daripada dingin.
R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik.
R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
b. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.
R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan
status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral (sirkumoral).
R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap
demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar
mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan
demam dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat
atau dingin.
R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi fowler), napas
dalam dan batuk efektif.
R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi.
5) Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.
R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen
diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
6) Awasi GDA, nadi oksimetri.
R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
c. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.
Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi:
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.
R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan
meja atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
Intervensi:
1) Tentukan karakteristik nyeri, mis:tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri.
R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital.
R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas
R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.
6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau
menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat
badan, menyatakan perasaan sejahtera.
Intervensi:
1) Pantau: presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap
hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin dan osmolalitas.
R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Bartikan/bantu
kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan
sebelum makan.
R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual.
3) Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi selama sakit panas
R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu pasien memilih
makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan
sakitnya, usia, tinggi dan berat badannya.
4) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan makanan yang
menarik untuk pasien.
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih sedikit energi.
f. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam,
berkeringat banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).
Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang
tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital
stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia,
hipotensi ortostatik.
R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan
kehilangan cairan melalui evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian.
4) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.
5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
R/ Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat
memperbaiki/mencegah kekurangan.
6) Lapor dokter jika ada tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat.
R/ Merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya
komplikasi.
Phatway CAP
Bakteri (Steptococcus Virus (pneumonia Parasit (Toxoplasma
Jamur (Histoplasma
pneumonia gondii,Strongioides
virus.Influenzae virus, capsulatum, Cryptococcus
(pneumokokus), stercoralis dan Ascariasis.
Parainfluenzae virus, neoformans,
Streptococcus a adalah Toxoplasma 
Pneumocystis jiroveci dan
piogenes,Staphylococcu Respiratory) gondii,Strongioides
Coccidioides immitis)
s aureus, Klebsiela stercoralis dan Ascariasis)
pneumoniae, Legionella,
hemophilus influenzae)
Masuk tubuh melalui kulit
atau tertelan

Virus dan bakteri masuk paru-paru melalui Parasit masuk


droplet udara ,elalui darah
menuju paru-paru
Menyerang jalan nafas dan alveoli
Sel darah putih (eosinofil)
berespon terhadap infeksi parasit
Mematikan sel melalui penghancur
sel/apoptosis
Gangguan transportasi O2

Sistem imun merespon infeksi virus dan


bakteri

Mengakibatkan terjadi kerusakkan paru

Cairan masuk kedalam alveoli

CAP (Pneumonia)

Saluran pernafasanatas saluran pernafasan bawah

Antigen Peningkatan Edema antara


Dilatasi
zat pirogen kapiler dan alveoli
pembuluh darah
Respon humoral
Metabolisme Iritasi PMN
Eksudat plasma meningkat eritrosit pecah
Antigen pathogen berikaan dengan antibodi masukalveoli

Peningkatan Edema paru


Antigen-antibodi berikatan dengan molekul komplemen Gangguan suhu
difusi dalam
Pengerasan
plasma
Pengaktifan kaskade komplemen anoreksia MK dindingparu
:Hipertemi
MK :Gangguan
Kemotaksis netrofil dan makrofag Intake kurang pertukaran gas Penurunan
compliance paru
Aktifitas proses fagositosis oleh netrofil dan
makrofag MK :Nutrisi kurang dari Suplai O2 menurun
kebutuhan
Penumpukan fibrin, eksudat, eritosit,
hipoksia
leukosit
Secret menumpuk ada bronkus MK: Intoleransi
MK :Bersihan aktivitas Fatigue
jalan nafas
Batuk , sesak napas dispnea tidak efektif
Daftar Pustaka

Nanang mura, 2016. “Laporan pendahuluan CAP (community Acquired Pneumonia)”. Diakses dari
http://nanangmura.blogspot.com/2016/01/laporan-pendahuluan-cap-community.html pada tanggal 26
februari 2020.

Yosef Pratama, 2013. “Laporan pendahuluan CAP”. Diakses dari


https://dokumen.tips/documents/askep-cap.html pada tanggal 26 februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai