Anda di halaman 1dari 40

Tugas Individu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PNEUMONIA

Disusun Oleh

Nadira
N21020002

PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PNEUMONIA

A.    PENDAHULUAN
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah
satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia
sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang
memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat
ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di
kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa
beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)
Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program
P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini
mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita
kedalam 2 kelompok usia: 
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2
bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan
Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita
penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan
tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold),
pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk
penyakit yang tercakup dalam program ini. 
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju
seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta
sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata
45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,
napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru 
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya
fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa
ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan
oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ).
Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus,
Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007,
Hal  76-78) 
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang
”Asuhan keperawatan pada  klien dengan Pneumonia”

1.      Defenisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun
lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang
terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh
dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang
dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi
akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.
2.      Etioligi
Menurut Corwin  (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah
bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
steptrokokus. Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus
grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeroginosa. Pneumonia lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia
mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh
suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan
virus.

3.      Manifestasi Klinis


Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh
bakteri. Gejala-gejala mencakup:
1)                Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2)                Batuk yang sering produktif dan purulen
3)                Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda
(untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa)
4)                Krekel (bunyi paru tambahan).
5)                Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6)                Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak
atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
7)                Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8)                Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9)                Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler
atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
4.      Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai
macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia,
pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga
dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran
pernafasan atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan
mengakibatkan pneumonia.
   Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru
melalui beberapa jalur, yaitu:
1)                Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2)                Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3)                Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring
dapat menjadi patogenik
4)                Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari
infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau
bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens
mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,
pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin
yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang
keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane
alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales
terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan
abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc
atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons
inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya
mengarah pada perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral
disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat
membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan suatu
lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel
bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian
bawah.         

                             
5.      Penyimpangan KDM

B.     PEMERIKSAAN RONTGEN


Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak
infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya  konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.

C.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit,
biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau
mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis
leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah
dapat positif pada 20 – 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan
peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis
gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.
D.    KOMPLIKASI
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan
emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus
50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma
pneumoniae sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik,
dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga
terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan
ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis
yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat
kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi
karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di
lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia,
tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

E.     PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita
yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5%
pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit
menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka
kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I
0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2%
dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian
penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS
Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%,
tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -
35%.
F.     DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:
1.            Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC                  : ventilasi, kepatenan jalan nafas
 Kriteria Hasil   : klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam  batas
normal,
                            tidak ada bunyi abnormal.
NIC                  :
1)      Pastikan kebutuhan oral suctioning
2)      Auskultasi nafas sebelum dan sesudah suctioning
3)      Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4)      Lakukakn fisioterapi dada jika perlu
5)      Monitor status O2 pasien
2.            Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NOC                    : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria Hasil       : mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah,
                                tidak ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, irama,
                               frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.
NIC                     :
1)      Posisikan semi fowler
2)      Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3)      Pasang mayo jika perlu
4)      Berikan bronkodilator
5)      Auskultasi suara nafas
6)      Monitor pola nafas
3.            Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
NOC    : fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan Kriteria
Hasil  : mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ
                               urine normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda
dehidrasi
                               (turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus
                               berlebihan)
NIC                     : 
1)      Pertahankan intake dan output yang akurat
2)      Monitor status hidrasi
3)      Monitor Vital sign
4)      Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5)      Berikan cairan IV pada suhu ruangan
6)      Kolaborasikan pemberian cairan IV
4.            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
NIC                     : ADL, pemulihan tenaga
Kriteria Hasil       : mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi
dalam
                             aktivitas fisik tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1)      Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan
program terapi yang tepat
2)      Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3)      Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4)      Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5)      Monitor lama istirahatanya pasien
6)      Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
5.            Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif,
salah interpretasi informasi, kurang paparan
NOC                    : proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil       : klien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
                                prognosis dan program pengobatan
NIC  :
1)      Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
prose penyakit yang spesifik
2)      Jelaskan patofisiologi tentang penyakit
3)      Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
4)      Gambarkan proses penyakit
5)      Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
1.            Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama                           : An. E             No Register : 08.110.900
Umur                           : 1 tahun
Suku/bangsa                : Jawa
Status Perkawinan        : -
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : -
Pekerjaan                     : -
Alamat                         : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS       : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian      : 26  Mei 2012
Catatan kedatangan      : Kursi roda (  ), Ambulan (  ), Brankar (  √ )
  Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur                 : Ny.N / 29                       No telepon : (0736)23145
Pendidikan                   : S1
Pekerjaan                     : PNS
Alamat                         : jl.Cimanuk
Sumber Informasi        : Pasien dan keluarga

2.            Riwayat Kesehatan/keperawatan


a.            Keluhan utama/alasan masuk RS
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu  pada tanggal 25 Mei
2012, jam  10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b.            Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
         Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk
pilek seminggu sebelum masuk RS.
         Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6
hari sebelum masuk RS.
         Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan,
sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
         Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung
bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
         Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya
untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
         Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan
dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di
tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan kesulitan bernapas.Orang tua anak
mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya
terasa dingin.
c.             Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
         Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan
lain-lain.
d.            Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit
jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.

3.            Pola Fungsi kesehatan


a.         Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
  Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
  Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
b.         Pola nutrisi dan metabolisme
  Diet/suplemen khusus: tidak ada
  Intruksi diet sebelumnya: -
  Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
  Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
  Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :
BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).
  Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
  Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
  Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan,
penyembuhan abnormal: tidak ada
  Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
  Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
  Jenis makanan : KH, protein, lemak
  Pantangan/alergi : tidak ada
c.          Pola Eliminasi
        Buang air besar (BAB) :
         Frekuensi         : 1x 2 hari               Waktu            : Pagi
         Warna              : Kuning                    Konsistensi : Lembek
         Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
         Frekuensi         : 2X sehari                   Warna  : pagi dan sore hari
         Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia): Tidak ada
         Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
         Lain-lain
d.         Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri                                   3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu                   4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e.             Pola istirahat dan tidur
         Lama tidur : 7  jam/malam       Tidur siang: 2               Tidur sore: -
         Waktu        : 21.00 WIB
         Kebiasaan menjelang tidur : -
         Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
         Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar

f.                Pola Kognitif Dan Persepsi


         Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
         Bicara : Normal (√), tak jelas (    ), gagap (    ), aphasia ekspresif (    )
         Kemampuan berkomunikasi : Ya (   √ ), tidak (    )
         Kemampuan memahami : Ya (  √  ), tidak (    )
         Pendengaran : DBN ( √   ), tuli (    ), kanan/kiri, tinnitus (    ), alat bantu dengar
(    )
         Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
         Vertigo : Ada
         Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah
dada
         Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
         Lain-lain : -
g.               Persepsei Diri Dan Konsep Diri
            Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
            Lain-lain : -
h.                  Pola Peran Hubungan
         Pekerjaan : -
         Sistem pendukung : pasangan (√     ), tetangga/teman (    ), tidak ada (    ),
keluarga serumah  (√), keluarga tinggal berjauhan (    )
         Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
         Kegiatan sosial :
         Sejak menderita penyakit pneumonia  pasien jarang bergaulo dengan teman
sebaya nya.
         Lain-lain :
i.                 Pola Seksual Dan Reproduksi
         Masalah seksual b.d penyakit : -
j.                    Pola koping dan toleransi stress
         Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri)
: Pasien tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
         Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
         Hal  yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka
terhadap masalahnya
         Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
         keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
         lain-lain : -
k.                  Keyakinan agama dalam kehidupan
         Agama : Pasien beragama Islam
         Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang
dideitanya adalah cobaan.
4.            Pemeriksaan Fisik
         Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien
tampak gelisah.
-                    BB : 10 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg )
-                    TB : 70 cm
          TTV :
-                    TD : 130 / 90 mmHg
-                    ND : 120 x / i
-                    RR : 32 x / i
-                    S    : 39 ºC
         Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
         Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
         Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
         Telinga : DBN
         Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
         Hidung : Pernapasan cuping hidung
         Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
         Thorak /paru
-                    Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan  rektrasi dinding dada tidak ada.
-                    Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
-                    Perkusi : redup
-                    Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
         Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5.            Pemeriksaan Penunjang
a.              Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien  lobaris (sebagianlobus pada kedua
paru).
b.              AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c.              Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus
pneumonia
d.             Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
              Leokosit = 16.000/mm3
              Hb = 10,5 gr/dl
              Trombosit =265.000/mm3
              Hematokrit = 44%
              Albumin = 3,01 gr/dl
              Protein total = 5,86 gr/dl
2.      ANALISA DATA
Nama klien              : An. E (59 th)
Ruang rawat             : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik       :  Pneumonia

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan


  Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak bronkial dan farenkim nafas tidak efektif
napas paru,  pembentukkan
  Klien mengatakan batuk dengan dahak yang edema dan peningkatan
kental dan sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
  Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di
tengorokkan
  Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
Klien tampak kesulitan bernapas
TTV:
        TD: 130/90 mmHg
        N : 12X/i
        RR : 32x /i
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia
2 DS: Inflamasi parenkim Nyeri
Klien mengatakan nyeri dada paru, reaksi seluler
Klien mengatakan sakit kepala terhadap sirkulasi
Klien mengatakan sendi nyeri toksin dan batuk
DO: menetap.
  Klien tampak gelisah
  Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
  Klien tampak memegang di daerah dada dan
melindungi daerah yang sakit
  TTV:
        TD : 130/90 mmhgs
        N    : 120x/i
        RR : 32x /i
  Akral dingin
  Kuku pucat dan sedikit sianosis
  Mukosa bibir kering dan pucat
  Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
  Takipnea (+)
3 DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi
Klien mengatakan batuk berdahak toksin bakteri, bau dan kurang dari
Klien mengatakan dahaknya terasa lengket rasa sputum kebutuhan tubuh
ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan malam)
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari
65 Kg menjadi 64 Kg
Klien mengatakan lemah
DO:
Klien tampak mengeluarkan sputum saat
batuk
Klien tampak lemah
Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
Kulit klien tampak kering
Turgor kulit buruk
Mukosa bibir klien kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
        TD : 130/90 mmhgs
        N    : 120 x/i
        RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
Takipnea (+)
3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa data Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan


dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
produksi sputum
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
batuk menetap.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
bakteri, bau dan rasa sputum

4.      INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1.  Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2.         Auskultasi area paru, catat
2.      Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3.      Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3.         Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4.      Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4.         Penghisapan  sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5.      Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5.         Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6.      Alat untuk menurunkan
6.         Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
7.      Cairan diperlukan untuk
mengganti kehilangan dan
memobilisasi sekret.
7.         Berikan cairan tambahan
misalnya : Intravena,oksigen
humidifikasi, dan ruang
8.      Mengevaluasikan kemajuan
humidifikasi. dan efek proses penyakit dan
8.         Awasi sinar X dada, memudahkan pemilihan terapi
GDA, nadi oksimetri. yang diperlukan.
9.      Kadang-kadang diperlukan
untuk membuang perlengketan
mukosa. Mengeluarkan sekresi
9.         Bantu bronkostropi / purulen, mencegah atelektasis.
toresentesis bila
diindikasikan.
Nyeri Nyeri Mandiri :
berhubungan berhubungan1.      Tentukan karakteristik
1.      Nyeri dada biasanya ada
dengan dengan nyeri, misalnya : tajam, dalam beberapa derajat pada
inflamasi inflamasi konstan, selidiki perubahan peneumonia,juga dapat timbul
parenkim paru, parenkim karakter / lokasi nyeri dan  komplikasi pneumonia seperti
reaksi seluler paru, reaksi ditusuk. perikarditis dan indokarditis.
terhadap seluler 2.      perubahan frekuensi jantung
sirkulasi toksin terhadap 2.      Pantau tanda vital. atau TD menunjukkan bahwa
dan batuk sirkulasi pasien mengalami nyeri,
menetap. toksin dan khususnya bila alasan lain
batuk untuk perubahan tanda vital
menetap. telah terlihat.
3.      tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan
3.      Berikan tindakan nyaman lembut dapat menghilangkan
misalnya, pijatan punggung, ketidak nyamanan dan
perubahan posisi, musik memperbesar efek terapi
tenang, relaksasi atau latihan analgesik.
napas. 4.      Pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
4.      Tawarkan pembersihan mengeringkan membran
mulut dengan sering. mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.

5.      Alat untuk menontorl ketidak


nymanan dada sementara
meningkatkan keefektifan
5.      Anjurkan dan bantu pasien upaya batuk.
dalam teknik menekan dada
selama episode batuk.
6.      Obat ini digunakan untuk
menekan batuk non produktif
Kolaborasi : atau proksismal atau
6.      Berikan analgesik dan menurunkan mukosa
atitusip sesuai indikasi. berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
umun.

Perubahan Setelah Mandiri :


nutrisi kurang dilakuakn 1.      Identifikasi faktor yang
1.      Pilihan intervensi
dari kebutuhan intervensi menimbulkan mual atau terganggung pada penyebab
tubuh keperawatan muntah misalnya: sputum masalah.u kebersihanmulut
berhubungan selama 3 x banyak, pengobatan aerosol, setelah muntah, setelah
dengan 24 jan, dispenea berat, nyeri. tindakan aerosol dan drainase
anoreksia, diharapkan postur sebelem maka.
akibat toksin kebutuhan 2.      Menghilangkan tanda bahaya,
bakteri dan rasa nutrisi dapat
2.      Berikan wadah tertutup rasa bau, dari lingkungan pasien
sputum . terpenuhi. untuk sputum dan buang dan dapat menurunkan mual.
sesering mungkin. Berikan
3.      Menurunkan efek mual yang
atau bantu. berhubungan dengan
3.      Jadwalkan pengobatan pengobatan ini.
pernapasan sedikitnya 1 jam
4.      Bunyi usus mungkin menurun
sebelum makan. / tak ada bila proses infeksi
4.      Auskultasi bunyi usus. memanjang. Distensi abdomen
Observasi atau palpasi terjadi sebagai akibat menelan
distensi abdomen. udara atau menunjukkan
pengaruh toksin, bakteri pada
saluran GI.
5.      Tindakan ini dapat
meningkatka masukkan
meskipun nafsu makan
5.      Berikan makan dengan pori mungkin lambat untuk kembali.
kecil dan sring termasuk
dengan makan kering ( roti
6.      Adanya kondisi kronis
panggang ) dan makanan yang ( PPOM atau alkoholisme ) atau
menarik untuk pasien. keterbatasan keuangan dapat
6.      Evaluasi status nutrisi menimbulkan malnutrisi,
umum, ukuran berat badan rendahnya tahanan terhadap
dasar. innfeksi lambatnya respon
terhadap terapi.

5.      IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Paraf/
No.Dx Tanggal Jam Implementasi
Nama
1 Rabu, 26 00.09        Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR =  32x/i, pernapasan cepat
dan dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.
        Mengukur TTV
Dengan hasil :
       TD : 130/90 mmhg
       N    : 120 x/i
       RR : 32x /i
        Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor ada.
        Membantu pasien latihan napas dan
mengajarkan melakukan batuk efektif, Dengan
Hasil : Klien dapat melakukan  batuk efektif dan
mengeluarkan dahak.
        Melakukan Penghisapan  sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
        Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat
        Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
        Memberikan oksigen sesuai indikasi
        Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
10.     Membantu bronkostropi  sesuai indikasi
Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi
2 Rabu, 26 00.09
1.       Mententukan karakteristik nyeri, misalnya :
Mei 2012 WIB tajam, konstan, selidiki perubahan karakter /
lokasi nyeri dan  ditusuk.
Dengan Hasil : Nyeri  Konstan dan lokasi di
bagian dada.
2.       Memantau tanda vital
Dengan hasil :
         TD : 130/90 mmhg
         N    : 120 x/i
         RR : 32x /i
3.       Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan
punggung, perubahan posisi, musik tenang,
relaksasi atau latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak
nyaman
4.       Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran
5.       Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
6.       Memberikan analgesik dan antitusip sesuai
indikasi.
3 Rabu, 26 09.00
1.      Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien mual dan muntah
disebabkan sputum banyak.
2.      Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
3.      Menjadwalkan pengobatan pernapasan
sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Dengan Hasil:
4.      Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5.      Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang )
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi
kecil
6.      Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

1 Kamis, 27 09.00
1.      Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR =  25x/i,
2.      Mengukur TTV
Dengan hasil :
         TD : 120/80mmhg
         N    : 80 x/i
         RR : 26x /i
3.      Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada.
4.    Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang
dianjurkan dan dapat melakukan  batuk efektif
dan mengeluarkan dahak.
5.    Melakukan Penghisapan  sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6.      Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien
mau minum air hangat.
7.      Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8.      Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
2 Kamis, 27 09.00
1.     Mententukan karakteristik nyeri, misalnya :

Mei 2012 WIB tajam, konstan, selidiki perubahan karakter /


lokasi nyeri dan  ditusuk.
Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi
2.   Memantau tanda vital.
Dengan Hasil:TTV :
         TD : 120/80 mmHg
         N    : 80 x/i
         RR :  25x /i
3.     Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
4.     Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :
5.     Memberikan analgesik dan atitusip sesuai
indikasi.
3 Kamis, 27 09.00
1.     Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan

Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,


pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan
sputum
Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
2.     Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
3.     Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan
dalam porsi kecil
4.     Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
1 Jumat, 28 09.001.    Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR =  24x/i.
2.    Mengukur TTV
Dengan hasil :
       TD : 120/80 mmhg
       N    : 80 x/i
       RR : 24x /i
3.    Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada
4.    Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat
dan intake 2500 ml
5.    Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
6.    Memberikan oksigen sesuai indikasi
7.    Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA  normal.
2 Jumat, 28 09.00
1.     Memantau tanda vital.

Mei 2012 WIB Dengan Hasi l: TTV :


        TD : 120/80 mmHg
        N    : 80 x/i
        RR :  25x /i
2.     Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
3.     Memberikan analgesik dan atitusip sesuai
indikasi.
3 Jumat, 28 09.001.    Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi
2.    Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
3.    Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1
porsi penuh
4.    Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 62 Kg

6.                  EVALWASI
No.D
Tanggal Jam Perkembangan SOAP Paraf/Nama
x
1 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
         Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang
O:
         Klien dapat mengeluarkan dahaknya
         Krekels dan stredor (+)
         Dispnea berkurang
         TTV:
        TD : 125/80 mmHg
        N   : 100x/i
        RR : 27x /i
         Klien masih mendapat oksigen

A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat


          mengeluarkan dahak dengan efektif dan
          sesak nafas berkurang.

P : Intervensi dilanjutkan :
        Kaji frekuensi kedalaman nafas
        Pantau terus TTV
        Auskultasi area paru
        Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
        Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
        Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi
        Awasi GDA

2 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib        Klien mengatakan nyeri berkurang
        Klien mengatakan badannya masih lemah
O:
        Klien tampak agak nyaman
        Gelisah berkurang
        Dispneu berkurang
        TTV:
        TD : 125/80 mmHg
        o   N    : 100 x/i
        RR :  27x /i
        Mukosa bibir masih kering dan pucat
        Dispnea (+)
        Perfusi paru redup
        Premetus menurun pada kedua paru
        Akral hangat sianosis
        Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
        Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri berkurang, klien merasa agak
nyaman.
P : Intervensi dilanjutkan :
         Kaji terus karekteristik nyeri
         Pantau terus TTV
         Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
       Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan batuk berdahak
         Klien mengatakan dahaknya terasa lengket
ditenggorokkan
         Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali
makan (pagi,siang dan malam)
         Klien mengatakan mual
         Klien mengatakan lemah
O:
        Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
        Klien tampak lemah
        Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
        Kulit klien tampak kering
        Turgor kulit buruk
        Hb : 10 gr / dl
        Protein total : 5,86 gr / dl
        Albumin 3,00 gr / dl
        BB : 61 kg
        TTV:
        TD : 125/80 mmhgs
        o   N    : 100 x/i
        RR : 27x /i
        Akral hangat
        Kuku pucat dan sedikit sianosis
        Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
         Indentifikasi mual
         Menjadwalkan pengobatan
         Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
         Evaluasi terus status nutrisi
1 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib        Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
        Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
        Klien dapat mengeluarkan dahaknya
        Krekels dan stredor (-)
        Dispnea tidak ada
        TTV:
        TD : 120/80 mmHg
        N   : 80x/i
        RR : 25x /i
A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
mengeluarkan dahak dengan efektif, dispnuea
tidak ada

P : Intervensi dilanjutkan :
         Pantau terus TTV
         Auskultasi area paru
         Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
         Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
       Awasi GDA
2 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan tidak nyeri lagi
         Klien mengatakan badannya sudah merasa
segar
O:
         Klien merasa nyaman
         TTV:
        TD : 120/80 mmHg
        N    : 80 x/i
        RR :  25x /i
         Mukosa bibir masih kering dan pucat
         Dispnea (-)
         Perfusi paru redup
         Akral hangat
         Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
         Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan
nyeri tidak ada, klien merasa nyaman, badan
pasien segar,

P : Intervensi dilanjutkan :
         Pantau terus TTV
         Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
       Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan saat batuk sputum keluar.
         Klien mengatakan masih blum nafsu makan
dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi, siang dan malam)
O:
         Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
dan sudah berkurang
         Klien tampak  mengabiskan makanan dalam ½
porsi setiap kali makan
         Kulit klien masih tampak kering
         Hb : 10 gr / dl
         Protein total : 5,86 gr / dl
         Albumin 3,00 gr / dl
         BB : 61 kg
         TTV:
        TD : 120/80 mmhgs
        N    : 80 x/i
        RR : 25x /i
         Akral hangat
A : Masalah teratasi sebagian : 
Mengidentifikasi
pengeluaran sputum, observasi  distensi
abdomen, dan status gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
       Indentifikasi mual
       Menjadwalkan pengobatan
       Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
       Evaluasi terus status nutrisi
1 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan sudah tidak batuk
         Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
         Klien mengatakan tidak ada sputum
         Krekels dan stredor (-)
         TTV:
        TD : 120/80 mmHg
        N   : 80x/i
        RR : 24x /i

A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak


lagi
sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area
paru normal, intake cairan tercukupi

P : Intervensi dihentikan
2 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan tidak nyeri lagi
         Klien mengatakan badannya sudah segar
O:
         Klien merasa nyaman
         TTV:
        TD : 120/80 mmHg
        o   N    : 80 x/i
        RR :  24x /i
         Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi
         Dispnea (-)
         Perfusi paru Normal
         Akral hangat
         Kapilari refile kembali dalam 2 detik

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.
3 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib         Klien mengatakan tidak batuk lagi
         Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
         Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada
sputum
         Klien tampak  mengabiskan makanan dalam 1
porsi penuh setiap kali makan
         Kulit klien sudah normal
         Hb : 14 gr / dl
         Protein total : 7,5 gr / dl
         Albumin 3,4gr / dl
         BB : 62 kg
         TTV:
        TD : 120/80 mmhg
        N    : 80 x/i
        RR : 24x /i
         Akral hangat

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi Keperawatan dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai