Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PNEUMONIA

1. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan

paru-paru meradang. Kemampuan kantung paru untuk

menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan okesigen

membuat sel-sel tubuh tidak bekerja. Pneumonia merupakan

penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat.

(Misnadiarly, 2008)

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan

paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri (Kemenkes RI,

2018). Sampai saat ini program dalam pengendalian pneumonia

lebih di prioritaskan pada pengendalian pneumonia balita.

Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan atau tanda

kesulitan bernapas yaitu adanya nafas cepat, kadang disertai

tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), dengan

frekuensi nafas berdasarkan usia penderita:

a. < 2 bulan : ≤ 60/menit,

b. 2 - < 12 bulan : ≤ 50/menit,

c. 1 - < 5 tahun : ≤ 40/menit

2. Klasifikasi Pneumonia
a. Bukan pneumonia : mencakup kelompok pasien balita

dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan

frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan

dinding dada bagian bawah kearah dalam. Contohnya

adalah common cold, faringitis, tonsillitis, dan otitis.

b. Pneumonia : didasarkan pada adanya batuk dan atau

kesukaran bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan usia.

Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan

sam <1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1

tahun sampa <5 tahun adalah 40 kali per menit.

c. Pneumonia berat : didasarkan pada adanya batuk dan atau

kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan

dinding dada bagian bawah kea rah dalam (chest indrawing)

pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak

berusia <2 bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai

dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan

sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan

yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam

(severe chest indrawing).

Pneumonia yang ada dikalangan masyarakat

umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, atau mikoplasma

(bentuk peralihan antara bakteri dan virus).

a. Pneumonia disebabkan oleh bakteri


Bakteri pada umumnya muncul, antara lain:

1) Streptococcus. Pneumonia

2) Staphylococcus. Aureus

3) Klebsiella Sp

4) Pseudomonas Sp

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang

siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol,

pasien pasca operasi, orang-orang dengan penyakit

gangguan pernapasan, sedang terinfeksi virus atau

menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling

berisiko.

Bakteri penyebab pneumonia paling umum adalah

Streptococcus pneumoniae sudah ada dikerongkongan

manusia yang sehat.Begitu pertahanan tubuh menurun

oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera

memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan

cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut

jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin

membiru karena tubuh kekurangan oksigen.


Pada kasus yang ekstrem, pasien akan menggigil,

gigi bergemulutuk, sakit dada, dan kalau batuk

mengeluarkan lendir berwarna hijau.

b. Pneumonia disebabkan oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan

disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyk virus yang

berhasil siidentifikasi. Meskipun virus-virus ini

kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas

terutama pada anak-anak gangguan ini bisa memicu

pneumonia. Apabila infeksi terjadi bersamaan dengan

virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang

menyebabkan kematian.

3. Epidemiologi PneumoniA Balita

Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus

pneumonia balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta

jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian

pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh

bakteri pneumokokus (UNICEF, 2016). Epidemiologi pneumonia

dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan

sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Pneumonia

di negara berkembang disebut penyakit yang terabaikan atau

penyakit yang terlupakan karena begitu banyak anak


meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian

yang diberikan terhadap masalah pneumona (Said, 2010).

World Health Organization (WHO) memperkirakan

terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan kejadian

pneumonia paling tinggi anak-balita sebesar 74% (115,3 juta)

dari 156 juta kasus diseluruh dunia. Lebih dari setengah terjadi

pada 6 negara, yaitu Indi 43 juta, China 21 juta, Pakistas 10

juta, Bangladesh, Indonesia, dan Nigeria sebesar 6 juta kasus,

mencakup 44% populasi anak pada balita di dunia pertahun

(World Pneumonia Day, 2012).

4. Patofisiologi Pneumonia

Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa,

atau riketsia; pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan

penyakit primer. Pneumonia dapat juga terjadi akibat aspirasi.

Paling jelas adalah pada klien yang diintubasi, kolonisasi

trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan

atas yang terinfeksi. Tidak semua kolonisasi mengakibatkan

pneumonia. Mikroorganisme dapat mencapa paru melalui

beberapa jalur :

a. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,

mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup

oleh orang lain.


b. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas

nebulasi)dari peralatan terapi pernapasan yang

terkontaminasi.

c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora

normal orofaring dapat menjadi patogenetik.

d. Staphilococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar

melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat

IV yang terkontaminasi.

Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru

dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme

pertahanan diri seperti refleks batuk, klirens mukosiliaris, dan

fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,

patogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri,

melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi

respons inflamasi dan respons imun, yang keduanya

mempunyai efek samping yang merusak. Reaksi antigen-

antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa

mikroorganisme merusak membran mukosa bronkhial dan

membran alveolokapilar. Inflamasi dan edema menyebabkan

sel-sel acini dan bronkhioles terminalis terisi oleh debris

infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas

ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh


Staphilococcus atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga

nekrosis parenkim paru.(Asih and Effendy, 2004)

5. Manisfestasi Klinis Pneumonia

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan

infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain

didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat

mencapai 40 derajat celsius, sesak nafa, nyeri dada, dan batuk

dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga

hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain sepertii

nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.(Misnadiarly,

2008)

Tanda dan gejala lainnya, antara lain :

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge)

c. Suara nafas lemah

d. Retraksi intercostal

e. Penggunaan otot bantu napas

f. Demam

g. Ronchii

h. Cyanosis

i. Reukositosis

j. Thprax photo menunjukan infiltrasi melebar

k. Sakit kepala
l. Kekakuan dan nyeri otot

m. Sesak napas

n. Menggigil

o. Berkeringat

p. Lelah

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :

a. Kulit yang lembab

b. Mual dan muntah

6. Etiologi Pneumonia

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah

mikroorganisme (virus, bakteri), dan sebagian kecil oleh

penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau

sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi

lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi). Berbagai

peneybab pneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan

golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang

menyertainya (komplikasi).

Mikroorganisme tersering sebagai peneybab pneumonia

adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang

mencapai 40%; sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan

terutama Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza

type b (Hib).
Awalhnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah

(droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari

saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan

sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.

(Misnadiarly, 2008)

Pneumonia pada umumnya disebabkan bakteri, virus,

atau mikroplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus).

Berikut beberapa agent penyebab terjadinya pneumonia.

(Misnadiarly, 2008)

a. Pneumonia Karena Infeksi Bakteri

Bakteri yang pada umumnya muncul antara lain:

1) Pneumonia karena infeksi Streptococcus pneumoniae

2) Pneumonia karena infeksi Staphylococcus aureus

3) Pneumonia karena infeksi Klebsiella sp

4) Pneumonia karena infeksi Pseudomonas sp

5) Pneumonia karena infeksi Haemophilus Inflenza tipe B

Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia ynag paling

umum terutama pada balita adalah Streptococcus

pneumonia yang sudah ada dikerongkongan manusia sehat.

Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia atau

malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia


akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan

denyut jantungnya menigkat cepat. (Misnadiarly, 2008)

b. Pneumonia Karena Infeksi Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan

disebabkan oleh virus dan yang tersering adalah

Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini

kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,

pada balita gangguan ini bisa memicu pneumoni. Tetapi

pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak

berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

terjadi bersama virus influenza, gangguan bisa berat dan

kadang menyebabkan kematian.(Misnadiarly, 2008)

c. Pneumonia Karena Infeksi Miklopasma

Mioplasma adalah agent terkecil di alam bebas ynag

menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak

bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski

memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia jenis ini berbeda

gejala dan tenda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan

pneumonia pada umumnya. Karena diduga disebabkan oleh

virus yang belum ditemukan dan sering disebut pneumonia

yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia). Pneumonia yang

dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.

Mikoplsma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering


terjadi pada anak pria remaja dan usia muda. Angka

kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak

diobati. (Misnadiarly, 2008)

d. Pneumonia jenis lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocytis Carinii

Pneumonia (PCP) yang diduga disebaban oleh jamur. PCP

dan biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada

pengidap HIV/AIDS. Pneumonia lain yang lebih jarang

adalah disebabkan oleh masuknya makanan, cairan, gas,

debu, maupun jamur. Rikettsia juga termasuk golongan

antara virus dan bakteri yang menyebabkan demam Rocky

Mountain, demam Q, Tipus, dan Psittacosis. (Misnadiarly,

2008)

7. Pencegahan Pneumonia

Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan

atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa

pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,

perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal

memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan

pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan

waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang

pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI

eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan


pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula

mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan

bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia.

Usaha Untuk mencegah pneumonia ada 2 yaitu:

a. Pencegahan Non spesifik, yaitu:

1) Meningkatkan derajat sosio-ekonomi

a) Menurunkan kemiskinan

b) Meningkatkan pendidikan

c) Menurunkan angka kurang gizi

d) Meningkatkan derajat kesehatan

e) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

2) Lingkungan yang bersih, bebas polusi

b. Pencegahan Spesifik :

1) Cegah BBLR

2) Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang

3) Berikan imunisasi. (Weber et al., 2010)

Mengingat pneumonia adalah penyakit berisiko tinggi yang

tanda awalnya sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para

orangtua tetap waspada dengan memperhatikan cara

pencegahan berikut ini :

a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi

udara, dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.


b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita

ISPA.

c. Membiasakan pemberian ASI eksklusif

d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas,

batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas,

dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).

e. Pemeriksaan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan

perbaikan, dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak

memburuk.

f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap

Haemophilus influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen

(mencegah IPD = invasive pneumococcal diseases) dan

vaksinasi influenza pada anak risiko tinggi, terutama usia 6-

23 bulan. (Misnadiarly, 2008)

B. Tatalaksana Program Pengendalian Pneumonia (P2P)

1. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan

Setiap Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang

datang berobat ke Puskesmas Menggunakan stempel program

P2 ISPA di kartu berobat mereka masing-masing.

Data-data dari stempel tersebut selanjutnya dimasukkan ke

register harian program P2 ISPA yang merupakan rekapitulasi

Balita ISPA. Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari

register harian program P2 ISPA.


Setiap Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang

datang berobat ke Puskesmas menggunakan stempel program

P2 ISPA di kartu berobat mereka masing-masing Data-data dari

stempel tersebut selanjutnya dimasukkan ke register harian

program P2 ISPA yang merupakan rekapitulasi Balita ISPA.

Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian

program P2 ISPA.

2. Pemantauan dan Evaluasi

Untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan Program P2

ISPA dikembangkan indikator dengan sumber data sebagai

berikut:

SUMBER
INDIKATOR
DATA
1. CAKUPAN Register harian
Jumlah penderita pneumonia yang diobati Pneumonia
X 100 %
Jumlah perkiraan kejadian pneumonia
di wilayah kerja Puskesmas
Pemantauan program P2 ISPA dapat dilakukan di semua

tingkat mulai dari tingkat Puskesmas sampai dengan Pusat.

Pemantauan dilakukan terhadap: hasil penemuan penderita

pneumonia Balita yang diobati atau yang ditatalaksana Sesuai

standar atau yang disebut cakupan pelayanan logistik: yang

dimiliki, dibutuhkan dan yang dikirim dari tingkat lebih atas

laporan dari tingkat yang lebih bawah.


Pemantauan ini dapat dilakukan setiap bulan atau triwulan.

Dari hasil analisis dapat segera dilakukan tindakan atau

intervensi untuk memperbaikinya. Pada prinsipya pemantauan

hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan kurun

waktu yang lebih lama yaitu tahunan atau semesteran.

Program biasanya melakukan evaluasi sekali setahun untuk

mengetahui kemajuan maupun kemunduran program dan untuk

menentukan perencanaan maupun kegiatan yang dapat

dilakukan untuk tahun berikutnya. Oleh karena evaluasi tahunan

biasanya sudah terlambat untuk intervensi pada target program

yang telah ditentukan pada tahun yang sedang berjalan, maka

kegiatan pemantauan sangat penting dilakukan khususnya

pemantauan cakupan di tingkat Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai