Klasifikasi
Beberapa sistem digunakan untuk mengklasifikasikan pneumonia, secara klasik,
pneumonia dimasukan kedalam empat kategori; bacterial atau typical, atypical,
anaerobic atau cavitary, dan opportunistic. Akan tetapi dalam pengkategorian
ini, terjadi tumpang tindih dalam menentukan mikroorganisme yang menjadi
penyebab pneumonia typical dan atypical. Sehingga, pengklasifikasian yang
lebih luas dilakukan dengan mengkategorikan pneumonia menjadi pneumonia
yang diperoleh di masyarakat atau CAP (Community-Acquired Pneumonia),
pneumonia yang didapat di rumah sakit atau HAP ( Hospital-Acquired
Pneumonia ), pneumonia pada pejamu yang mengalami penurunan sistem imun,
dan pneumonia akibat aspirasi. Tetapi walaupun sudah diklasifikasikan, disini
pun terjadi tumpang tindih tentang bagaimana penyebab pneumonia yang
spesifik diklasifikasikan berdasarkan perbedaan tempat terjadinya pneumonia
( Brunner& Suddarths, 2008).
Etiologi Umum
Pneumonia mempunyai banyak penyebab, diantaranya yaitu :
1. Pneumonia akibat bakteri ( Bacterial Pneumonia)
Penyebab terbanyak dari pneumonia akibat bakteri yang terjadi dimasyarakat
(Community-Acquired Pneumonia) disebapkan oleh Streptococcus pneumonia
yang juga dikenal sebagai pneumococcal pneumonia. Organisme ini menjadi
90% penyebab tersering pneumonia akibat bakteri. Sedangkan bakteri lainnya
yang juga menjadi penyabab paling sering adalah Staphylococcus aureus dan
Mycoplasma pneumonia.
Untuk infeksi Bakteri pneumonia yang terjadi di rumah sakit (Hospital-
Acquired Pneumonia) paling banyak disebapkan oleh Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, dan Pseudomonas aeruginosa. Untuk Hospital-
Acquired Pneumonia ini, seringkali lebih serius karena bakteri penyebab lebih
resisten terhadap antibiotik.
Patofisiologi
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,
mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan
pada jaringan paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus
alveolus. hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat
yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk
pertukaran karbon dioksida dan oksigen. Peradangan mungkin terfokus hanya
pada satu lobus atau tersebar di beberapa bagian paru, jika hanya terfokus pada
satu lobus disebut lobar pneumonia. Sedangkan secara umum, pneumonia yang
lebih serius disebut bronchopneumonia yang lebih sering terjadi akibat infeksi
nosokomial pada pasien yang mengalami hospitalisasi (Linda S. Williams &
Paula D, 2007).
Komplikasi
Komplikasi pada pneumonia sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis
lainnya. Pleurisy dan pleural effusion merupakan dua komplikasi yang sering
terjadi dan secara umum terjadi dalam 1 hingga 2 minggu. Atelectasis dapat
terjadi sebagai akibat penumpukan secret. Komplikasi lainnya dapat
menyebabkan penyebaran infeksi kebagian tubuh yang lain, menyebabkan
sepsis, meningitis, artitis septik, perikarditis, atau endokarditis. (Linda S.
Williams & Paula D, 2007)
Pada anak, khususnya infants dengan staphylococcal pneumonia dapat
mengalami empyema, pyopneumothorax, atau tension pneumothorax. Otitis
media akut dan efusi pleura merupakan kondisi yang biasa menyertai
staphylococcal pneumonia. Sebuah laporan baru-baru ini menunjukan
peningkatan angka anak yang mengalami hospitalisasi dengan komplikasi berat
akibat staphylococcal pneumonia seperti nekrosis, empyema, komplikasi efusi
pneumonik, dan abses paru-paru. Alasan untuk peningkatan komplikasi tersebut
tidak diketahui (Hockenberry & Wilson, 2007).
Intervensi terapeutik
Antibiotik spektrum luas diberikan pertama kali sebelum hasil analisis
sepesimen kultur diperoleh secara lengkap. Setelah hasil kultur dan sensitifitas
didapat, spesifik antibiotik digunakan bila penyebabnya adalah bakteri. Banyak
pasien yang dapat di terapi menggunakan antibiotik oral, khususnya untuk
pasien yang tidak rawat inap (out patient). Sedangkan untuk pasien balita muda
dan orang lanjut usia, perawatan hospitalisasi dan terapi intravena di butuhkan.
Jika pneumonia diakibatkan oleh virus, istirahat dan pemenuhan cairan di
rekomendasikan dan biasanya terapi obat antiviral digunakan. Expektorant,
bronkhodilator, dan analgesik dapat diberikan untuk kenyamanan dan
pengurangan gejala. Nebulizer uap atau inhaler dosis meter digunakan dalam
pemberian bronkodilator. Nasal kanul dan masker juga digunakan untuk
pemberian oksigen jika dibutuhkan (Linda S. Williams & Paula D, 2007)
Cara membaca Foto Rontgen Thorak (Chest X-Ray) Dewasa
Cara membaca Foto Rontgen Thorak (Chest X-Ray) Dewasa
1. aortic knuckle; 2. main pulmonal artery; 3. left appendage atrium 4. left ventricle; 5. right
atrium; 6. ascending aorta; 7. superior vein cava; 8. left atrium under carina; 9. right
ventricle; 10. arcus aorta; 11. bifurcation pulmonal artery; 12. left atrium; 13. left ventricle
A.ascenden aorta, AA. arcus aorta, Az. azigous vein, LB. left border
pulmonal arteri, PA. main pulmonal artery, LA. left atrium, LV. left
ventricle, RA. right atrium, S. superior vein cava, SC. subclavia artery
3. Nilai struktur jantung, dari batas kiri jantung kita bisa tentukan dari atas
ke bawah : arcus Aorta-conus Pulmonalis-Atrium kiri-Left Ventrikel
(disingkat APAL). Aorta yang menonjol / prominen bisa jadi mengalami
elongatio aorta. juga sering ditemukan kalsifikasi aorta. biasanya pada
pasien hipertensi kronik. Conus pulmonalis merupakan gambaran dari
main arteri pulmonal yang jika menonjol bisa jadi terdapat hipertensi arteri
pulmonal seperti pada pasien mitral stenosis, Atrial Septal Defect (ASD)
dan Primary Pulmonal Hypertension (PPH). Atrium kiri jika membesar akan
tampak gambaran double contour yang terlihat di batas jantung kanan.
Double contour terbentuk dari gambaran atrium kanan dan atrium kiri yang
membesar. Gambaran mitral heart configuration merupakan perpaduan
gambaran kardiomegali rounded dengan double contour yang merupakan
ciri khas dari mitral stenosis. Dari batas kanan jantung, kita bisa tentukan
vena kava superior, aorta ascendens dan atrium kanan.
4. Selain struktur jantung, kita juga harus menilai pembuluh darah yang
terdapat di paru. Kardiomegali berbentuk grounded dengan gambaran paru
cefalisasi atau bat wing bisa jadi gagal jantung kiri disertai edema paru.
Kardiomegali berbentuk tabung enlemeyer dengan gambaran paru yang
bersih merupakan gambaran efusi perikard massif atau tamponade
jantung.