Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pneumonia masih merupakan penyakit yang serius. Tetapi pengobatan
universal

dari

obat-obat

antibiotik

yang

ampuh

telah

banyak

menghilangkannya dari daftar bahaya. Namun demikian penyakit ini masih


mematikan, dan perlu untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan terapi awal
secara langsung.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru - paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan
cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Selain penyebaran infeksi
keseluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya
pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam
dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

1.2.

Rumusan masalah
1.2.1. Apakah definisi dari pneumonia?
1.2.2. Apakah penyebab dari pneumonia?
1.2.3. Bagaimana paatofisiologi dari pneumonia?
1.2.4. Apakah tanda dan gejala dari pneumonia?
1.2.5. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk pneumonia?
1.2.6. Bagaimana konsep askep pneumonia?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui definisi dari pneumonia
1.3.2. Untuk mengetahui penyebab dari pnumonia
1.3.3. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia
1.3.4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia
1.3.5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pneumonia
1.3.6. Untuk mengetahui konsep askep pneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paruparu yang biasanya berasal dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA). (Sylvia A. Pice)
Dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti

virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi

substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi

dan

konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran fisiologis.


Pneumonia juga disebut radang paru-paru dan merupakan penyakit yang
serius. Pneumonia yang sangat berbahaya disebabkan oleh kuman tertentu
yang disebut pneumocystis carinii. Kuman ini merajalela dikalangan pasien
yang daya tahan tubuhnya sudah sangat berkurang, bisa juga akibat infeksi
HIV.

Sedangkan

peradangan

paru-paru

yang

disebabkan

oleh

nonmikroorganisme seperti bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obatobatan biasanya disebut pneumonitis.
2.2. Etiologi
Pneumonia terjadi apabila infeksi berkembang kesepanjang saluran
pernafasan sampai kebagian dalam paru-paru. Hal ini bisa diakibatkan oleh
banyak sebab dan dapat terjadi secara mendadak tanpa alasan yang jelas. Bila
kuman-kuman pada saluran pernafasan bagian atas sampai menyebar turun
ke paru-paru akan terjadi penuruan kekebalan tubuh untuk sementara.
Penurunan kekebalan tubuh tersebut mengakibatkan tubuh tiba-tiba
kedinginan, kelesuan tubuh, kemudian dapat disertai infeksi saluran
pernafasan bagian atas akibat virus, atau karena sebab lainnya.
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
steptoccus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus,
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter.
Infeksi terjadi akibat perubahan keadaan pasien seperti penurunan kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang
tidak tepat.

Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah


berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru-paru akan terjadi
pneumonia.
Penyebab terjadinya pneumonia dan penggolongannya dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Mikroorganisme dan nonmikroorganisme
Bakteri
Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,
stretococcus

aureus,

hemophilus

influinzae,

mycobacterium

tuberkolusis, basillus friedlander.


Virus
Respiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalitik, V. Influenza.
Mycoplasma pneumonia
Jamur
Hitoplasma capsulatum, crytococcus neuroformans, blastomyces,

dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.


Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
Pneumonia hipostatik
Sindrom loeffler
2. Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)
Pneumonia lobaris yaitu melibatkan seluruh atau satu dari bagian besar
dari satu atau lebih dari lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka

dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.


Pneumonia loburalis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus,

yang

tersumbat

oleh

eksudat

mukopurulen

untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,

disebut juga pneumonia loburalis.


Pneumonia interstitial (bronkiolitis) merupakan proses inflamasi yang
terjadi didalam dinding alveolar (interstitium) dan jaringan peribronkial

serta interlobular.
3. Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal

pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo.


Pneumonia nosokomial
Tergantung pada tiga faktor yaitu tingkat berat sakit, adanya resiko utuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.

Faktor resiko pneumonia yang didapat dari rumah sakit menurut morton :
Faktor resiko terkait pejamu
Pertambahan usia
Perubahan tingkat kesadaran
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
Penyakit berat, malnutrisi, syok
Trauma tumpul, trauma kepala berat, trauma dada
Merokok, karang gigi
Faktor resiko terkait pengobatan

Ventilasi mekanik, reintubasi atau intubasi sendiri


Bronkoskopi, selang nasogastrik
Adanya alat pemantau tekanan intrakranial (TIK)
Terapi antibiotik sebelumnya
Terapi antacid
Peningkatan pH lambung
Penyakit reseptor histamin tipe 2
Pemberian makan enteral
Pembedahan kepala, pembedahan toraks atau abdomen atas
Posisi terlentang

Faktor resiko terkait infeksi

Mencuci tangan kurang bersih


Mengganti selang ventilator kurang dari 48 jam sekali
Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia akibat aspirasi bahan
toksik atau akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau

lambung,edema paru dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.


Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya non virulen berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan
cacing.

2.3. Patofisiologi
Normal (sistem
pertahana) terganggu

Organisme

Virus
Kuman patogen
mencapai brokioli
terminalis merusak
sel epitel bersilia,
sel goblet
Cairan edema +
leukosit ke alveoli
Konsolidasi paru

Kapasitas vital,
kompliance
menurun, hemoragik

Sal nafas bag


bawah
pneumokokus

Stapilokokus
Trombus

Eksudat masuk ke alveoli


Toksin, koagulase
Alveoli
Sel darah merah,
leukosit,
pneumokokus mengisi
alveoli
Leukosit + fibrin
mengalami
konsolidasi

Permukaan lapisan
pleura tertutup tebal
eksudat trombus vena
pulmonalis

Nekrosis hemoragik

Leukositosis
Suhu tubuh meningkat
Resiko kekurangan
volume cairan
hipertermi

Produksi sputum
meningkat
Ketidakefektifan
kebersihan jalan
nafas

Abses pneumatocele
(kerusakan jaringan
parut)
Ketidakefektifan pola
nafas

2.4. Tanda dan Gejala


1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada pada usia 6 bulan 3 tahun dengan suhu mencapai 39.5
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang

atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak
berbicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa innfeksi meninges.
Terjadi dengan awalan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ketahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awal infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi bisa menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipeatau tahap
infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti selama hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperi batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan dan minum,
atau memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja
Pada anak umur 2 bulan-11 bulan lebih dari sama dengan 50 kali/menit
Pada anak umur 1 tahun-5 tahun lebih dari sama dengan 40 kali/menit

2.5. Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural ( misal: lobar,
bronchial);dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yag diaspirasi.
7. Bronkoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

BAB III
KONSEP ASKEP
3.1. Pengkajian masalah

Hal yang perlu dikaji pada pneumonia adalah penggunaan oksigen, hasil
rontgen dada, tanda vital, ronki kering dan ronki basah, batuk , menggigil,
sesak nafas, produksi sputum dan riwayat penyakit saat ini
3.2. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d nyeri, peningkatan sekresi

trakeobronkia dan keletihan


Kekurangan volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu,

demam.
Intoleransi aktifitas b/d isolasi respiratory

3.3. Tindakan yang dilakukan

Beritahu pasien, keluarga, dan pemberi perawatan tentang penggunaan

oksigen
Beri terapi nebulizer: pasien kooperatif selama terapi dan sesak nafas

berkurang setelah pengobatan.


Tanda vital dimonitor setiap 2 jam; hasilnya stabil
Pasien diajarkan untuk batuk dan nafas dalam
Pasien tampak dipsnea; pertahankan dalam posisi semi fowler
Pasien dapat beristirahat diantara terapi pernafasa dan melanjutkan terapi

fisik
Pasien diobati dengan ibuprofen untuk nyeri pada saat nafas; suara
frinction rub pleura terdengar saat inspirasi

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paruparu yang biasanya berasal dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut.
Dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran fisiologis.
Tanda gejala pneumonia adalah demam, meningitis, anoreksia, muntah,
diare, nyeri abdomen, sumbatan nasal, batuk, bunyi pernafasan, sakit
tenggorokan dan kesulitan bernafas. Untuk pemeriksaan penunjang
pneumonia ada berbagai cara, diantaranya yaitu sinar x, biopsi paru, kultur,
pemeriksaan serologi, pemeriksaan fungsi paru dan bronkoskopi.
4.2. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit
pneumonia selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai
seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi
tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Daftar Pustaka
Dr. John F. Knight, 2008, Jantung Sehat Bernafas Lega, EGC

Kusuma Hardhi, Amin Huda Nurarif, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
Carpenito. Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC
T.M. Marrelli, 2008, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3, EGC

10

Anda mungkin juga menyukai