Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GOR


Diajukan sebagai Tugas Individu Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Kelompok 2/2C
Andri Adi Putra

(201501091)

Anggi Novitasari

(201501094)

Ari Christyarini

(201501095)

Binta Waasi A

(201501098)

Hari Nastiti P U

(201501105)

Intan Pratama S

(201501107)

Lia Safitri

(201501111)

Susy Inaha R

(201501125)

Tri Handayani

(201501128)

Yulia Cahya

(201501133)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan
inayahnya kepada kami. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah SAW
karena atas limpahan rahmatnya kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan tugas ini guna
memenuhi tugas Keperawatan Jiwadengan judul Makalah ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GOR.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam mengerjakan tugas ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada temanteman mahasiswa yang juga sudah memberikan konstibusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembelajaran mengenai Keperawatan Jiwa. Menjadi pembelajaran
dalam menjadi mahasiswa, perawat dan masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaannya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ponorogo, 23 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

.... 1
1.2 Rumusan Masalah
....1
1.3 Tujuan .
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian GOR ..
.3
2.2 Penyebab GOR
3
2.3 Faktor resiko GOR .......
...4
2.4 Tanda Gejala GOR ....
..4
2.5 Gambaran Klinis GOR .
...5
2.6 Mekanisme koping GOR
6
2.7 Askep GOR
.7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .
16
3.2 Saran ...
16
DAFTAR PUSTAKA....17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons
pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak
dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara
akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi
kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan
kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka,
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena
gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang
timbul disebut pula respons neurobiologik.
Dalam makalah ini kami akan membahas gangguan orientasi realita yaitu waham dan
halusinasi
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang dimaksud dengan GOR?


Apa saja penyebab GOR?
Apa saja factor resiko GOR?
Apa saja tanda dan gejala dari GOR?
Apa saja gambaran klinis GOR?
Apa saja mekanisme koping GOR?
Bagaimana Asuhan Keperawatan GOR?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mengetahui pengertian GOR?


Untuk mengetahui penyebab GOR?
Untuk mengetahui factor resiko GOR?
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari GOR?
Untuk mengetahui gambaran klinis GOR?
Untuk mengetahui mekanisme koping GOR?
Untuk mengetahui diagnose GOR?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
GOR (Gangguan Orientasi Realita) adalah ketidakmampuan individu dalam
menilai, berespon dalam realita dan ketidakmampuan dalam membedakan rangsangan
internal dan eksternal.
GOR adalah ketidakmampuan dalam membedakan lamunan dan kenyataan sehingga
muncul perilaku yang sukar dan menakutkan. Gangguan orientasi realita (GOR) adalah
ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan
internal dan eksternal, klien tidak dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan.
Orientasi dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Waktu : apakah pasien mengenal secara benar tanggal,waktu,dan hari, jika dirawat
dirumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia berada disitu.
2. Tempat : apakah pasien tahu dimana dia berada
3. Orang : apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran dari
orang-orang yang bertemu dengannya.
2.2 Etiologi
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motoric dan social mengakibatkan berespon tergangggu.
3. Gangguan orientasi realita pada umumnya ditemukan pada skizofrenia
Penyebab
a. Faktor Prediaposisi (Stuart & Sundeen, 1995)
Faktor predisposisi yang mungkin menyebabkan gangguan orientasi realita (GOR)
adalah :
1. Faktor perkembangan
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan orientasi realita (GOR), seperti :
Hambatan perkembangan otak, khususnya korteks frontal, korteks temporal dan
limbik.
Perkembangan individu masa prenatal sampai masa kanak-kanak
2. Faktor Psikologis
3

Keluarga, teman sebaya dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon


psikologis dari klien. Sikap yang berpengaruh adalah penolakan, kekerasan dalam
kehidupan klien.
3. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan) dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realita (GOR).
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor presipitasi yang bersumber internal / eksternal, stres, sosial budaya,
kecemasan serta perpisahan dengan orang terpenting, dll.
2. Faktor Biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinefrin, zat halusinogen berkaitan
dengan gangguan orientasi realita.
3. Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
2.3 Faktor Resiko
1. GOR disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu oleh fungsi kognitif dan proses
pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial (respon
neurobilogik).
2. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
3. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespon
terganggu yang tampak dari perilaku verbal dan non verbal.
4. Umumnya GOR ditemukan pada klien yang menderita skizoprenia dan psikotik lain.
5. Gejala yang tampak dari skizoprenia adalah halusinasi, waham dan gangguan daya
ingat.
6. Klien gangguan orientasi realita (GOR) mengalami perubahan proses pikir, persepsi
efek, dan kegiatan motorik serta kegiatan sosial.
2.4 Tanda dan Gejala
1. Gangguan fungsi kognitif/ perubahan daya ingat
- cara berfikir magis dan primitive
- perhatian
- isi piker, bentuk dan pengorganisasian bicara.
4

2. Isi persepsi
- depersonalisasi
- halusinasi
3. Fungsi emosi
- afek tumpul
- afek datar
- afek tidak sesuai
- reaksi berlebihan
- ambivalen
4. Fungsi motoric
- impulsive : gerakan tiba-tiba dan spontan
- menerisme
- stereotipik : gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus
yang jelas
- katatonia
5. Fungsi social kesepian
- isolasi social
- menarik diri
- harga diri rendah
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah
- gangguan isi piker : waham,
- PSP : halusinasi
2.5 Gambaran Klinis
Pikiran logis, Persepsi akurat, Emosi konsisten, Perilaku cocok, Hub. sosial harmonis,
Kadang proses pikir terganggu, Emosi berlebihan/kurang, Ilusi, Perilaku tidak biasa,
Menarik diri, Ggn isi pikir/waham, Halusinasi, Kerusakan proses emosi, Isolasi social
A. Perubahan Proses Pikir
Pada klien GOR pola realita dan proses pikir mengalami kemunduran ke pola dan
proses pikir masa kanak-kanak (pola pikir primitif)
Klien sukar berperilaku koheren, tindakan cenderung berdasarkan penilaian pribadi
(autistik) yang dimanifestasikan dengan pemikiran primitif, hilangnya asosiasi,
pemikiran magis, waham, perubahan linguistik.
B. Perubahan Pada Persepsi

Persepsi diarahkan sebagai reaksi dari reseptor tubuh terhadap rangsangan dari luar,
persepsi melibatkan proses pikir dan pemahaman emosional terhadap suatu objek.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan pada klien GOR adalah halusinasi
dan depersonalisasi.
C. Perubahan Pada Afek atau Emosi
Afek adalah komponen pikiran dan ide yang terkait dengan diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
Afek berkaitan dengan emosi, respon emosional klien yang mungkin tampak bizar
dan tidak sesuai.
D. Perubahan Motorik
Perilaku motorik adalah kegiatan fisik yang ditampilkan klien, perubahan motorik
pada klien gangguan orientasi realita (GOR) dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan atau penurunan kegiatan motorik, seperti impulsif, otomatis.
E. Konsep Diri
Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang terpenting
dalam kehidupan. Jika hubungan ini tidak sehat, tidak adekuat akan menyebabkan
kegagalan pada individu yang akibatnya cenderung akan memisahkan diri dari orang
lain sehingga menimbulkan kesepian, isolasi, hubungan yang dangkal / tergantung.
2.6 Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang dapat diarahkan sebagai suatu usaha yang digunakan individu
dalam mengatasi situasi yang tertekan. Mekanisme koping yan sering digunakan oleh
klien GOR adalah :
1. Pengingkaran
Pernyataan ketidaksetujuan terhadap realita dengan mengingkari realita tersebut.
Mekanisme koping ini adalah yang paling sederhana dan primitif.
2. Proyeksi
Kemunduran akibat stres terhadap suatu perilaku.
3. Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GOR


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi jenis kelamin, tanggal pengkajian, nama, alamat dan
nomor register
b. Alasan Masuk
Alasan atau keluhan yang menyebabkan klien dibawa ke RSJ,
biasanya klien sering bicara sendiri, tidak bisa mengendalikan
emosi, klien menyatakan sesuatu yang tidak nyata dan klien
selalu menceritakan keadaan klien yang tidak sesuai kenyataan.
c. Faktor Predisposisi
Biasanya klien disebabkan oleh penolakan, kekerasan, pola asuh
usia kanak-kanak yang tidak adekuat, konflik dan kekerasan dalam
keluarga. Bisa disebabkan karena kemiskinan dan konflik sosial
budaya, seperti peperangan dan kerusahan. Biasanya ada riwayat
gnangguan jiwa dalam keluarga.
d. Psikososial
Data yang perlu dikumpulkan adalah
1. Genogram
Yang diberisikan tentang anggota keluarga klien sebayak 3
generasi dan melihat apakah ada anggota keluarga klien yang
lain yang menderita penyakit yang sama
2. Konsep diri
Biasanya klien mengalami gangguan dalam berhubungan
seperti permusuhan, isolasi, tekanan dan disertai perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
3.Hubungan sosial
Dalam

hubungan

sosial

biasanya

mengalami

gangguan

ditandai ketidakmampuan klien mempercayai orang lain,


perasaan takut sampai panik dan kewaspadaan berlebihan.
4.Spiritual

Pada waham kebesaran biasanya klien memiliki keyakinan


yang berlebihan tentang dirinya yang diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e.Status Mental
1.Penampilan
Berubah dari biasanya
2.Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuknya maladaptif seperti kehilangan,
tidak logis dan berbelit-belit
3.Aktivitas motorik
Biasanya meningkat atau menurun, impulsif dan beberapa gerakan
yang abnormal
4.Alam perasaan
Dapat berupa suasana emosi yang menunjang akibat dari faktor
presipitasi misalnya sedih, putus asa, gembira yang berlebihan,
ketakutan, khawatir disertai perilaku apatis.
5.Afek
Afek yang maladaptif adalah biasanya tumpul, datar, tidak sesuai,
labil.
6.Interaksi selama wawancara
Biasanya biasa kurang lancar, bermusuhan, mudah tersinggung,
dan keyakinan yang terkait dengan waham, sedangkan perilakunya
tidak kooperatif, kontak mata tidak ada, cenderung meninggalkan
perawat.
7.Persepsi
Klien

yang

mengalami

waham,

biasanya

juga

mengalami

halusinasi pendengaran, penglihataj, penciuman, pengecapan dan


perabaan.
8.Proses pikir
Inkoheren, tidak berhubungan dan tidak logis, klien tidak mampu
mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koheren.
9. Isi pikir

Adanya

gangguan isi pikir dapat ditandai dengan adanya

keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan.


10.Tingkat kesadaran
Kesadaran akan realitas merupakan hal yang perlu dikaji, yaitu
orientasi waktu, tempat dan orang.
11.Memori
Biasanya pada klien waham tidak ditemukan adanya gangguan
memori baik jangka pendek maupun jangka panjang
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan

memperlihatkan

sering

terganggu,

klien

sukar

menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau


pekerjaan, perhatian mudah untuk dialihkan (distraksi)
13.Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan, dimana klien dapat
mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
14.Daya tilik diri
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya, menyalahkan orang lain yang
menyebabkan kondisi saat ini.
f. Kebutuhan persiapan pulang
Beberapa hal yang perlu dikaji adalah :

Makan

Minum

Berpakaian

Eliminasi

Berpakaian

Istirahat/tidur

Penggunaan obat

Pemeliharaan kesehatan

Aktivitas didalam dan diluar rumah

g. Mekanisme koping

Biasanya klien menggunakan respon maladaptif yang ditandai


dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, kerusakan proses emosi
dan gangguan proses pikir.
h. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya

klien

mengalami

masalah

dalam

interaksi

dengan

lingkungan, dukungan keluarga / kelompok kurang


DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
1.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN
INTERVENSI (NIC)
& KRITERIA HASIL
(NOC)
Kerusakan komunikasi Setelah berinteraksi selama Mendengar Aktif (Active
verbal
3x24, klien mampu bertahan Listening)
Data utama :
pada satu topik pembicaraan1. Prinsip komunikasi terapeutik
Bicara tidak sesuai
dengan
indikator/kriteria2. Pertahankan konsistensisikap
hasil :
(terbuka,tepati
janji,
Tidak ada kontak
1.
Kata-kata/kalimat-kalimat
hindari
kesan
negatif)
mata
yang
digunakan3. Gunakan
tahap-tahap
Menggunakan katatepat/sesuai
dengan
interaksi
dengan
tepat
kata yang tidak
topik
pembicaraan.
4.
Buat
tujuan
interaksi
yang
punya arti/tidak
2. Kontak mata baik, mau
jelas
berhubungan
menatap lawan bicara. 5. Buat suasana tenang.
6. Hindari hal-hal yang negative
selama interaksi
7. Dengarkan pembicaraan klien
lalu identifikasi tema/
topik yang dominan
8. Gunakan teknik validasi dan
klarifikasi
untuk
mengetahui
pola
komunikasi klien
9. Gunakan teknik mengatakan
secara tidak langsung
10. Fokuskan
pembicaraan
pada satu topic.
2.
11. Anjurkan untuk berbicara
pelan-pelan, tenang dan
jelas
3.
12. Gunakan bahasa yang
konsisten
pada
saat
berinteraksi

1. Uji
10

kemampuan

klien

Setelah dilakukan interaksi


selama
.X,
klien
mampu
berkomunikasi
secara baik dengan orang
lain
dengan
indikator/kriteria:
1.
Kata-kata/kalimat yang
digunakan
untuk
berkomunikasi tepat,
jelas
dan
mudah
dimengerti orang lain.
2.
Bahasa yang dipakai
tidak membingungkan
lawan bicara.

2.

3.
4.

c.
5.
6.

memberikan
pesan/informasi dengan
cara
meminta
klien
mengungkapkan
perasaannya
secara
verbal
Bantu klien mengingat
kembali pesan/informasi
yang sudah disampaikan
kepada orang lain.
Beri klien kesempatan
unuk berkonsentrasi.
Anjurkan klien untuk
menerapkan
teknik
mengingat yang tepat
melalui gambar, tulisan,
symbol.
Dorong
klien
untuk
memperhatikan
postur
terbuka
Berikan
reinforcement
atas
keberhasilan/kemajuan
klien.

4.
2.

Gangguan proses pikir


Data utama :
Waham
Tidak mampu
berkonsentrasi
Defisit memori
Disosiasi (waktu,
tempat, orang
Kelainan rentang
perhatian

Setelah
dilakukan
interaksiX,
klien
mampu
mengingat
kejadian/masalah-masalah di
masa
lalu
dengan
indikator/kriteria hasil :
1. Klien mampu mengingat
kembali
kejadian/masalahmasalah jangka pendek.
2. Klien dapat mengingat
kembali
informasi/masalahmasalah
jangka
menengah.
3. Klien dapat mengingat
kembali
informasi/masalahmasalah jangka panjang.

11

Latihan Mengingat (Memory


Training)
1. Monitor daya ingat klien.
2. Kaji kemampuan klien
dalam mengingat sesuatu.
3. Diskusikan dengan klien
dan keluarga beberapa
masalah memori yang
dialami.
4. Ingatkan
kembali
pengalaman masa lalu
klien dengan cara yang
tepat.
5. Stimulasi pikiran dengan
mengulangi pikiran yang
diekspresikan klien secara
tepat
(ingatkan
klien
tentang kejadian/peristiwa
yang baru saja dialami
klien).
6. Implementasikan
teknik
mengingat dengan cara
yang tepat seperti dengan

gambar visual, membuat


daftar/jadwal,
menulis
nama pada kartu, dsb.

3.

7.
Gangguan
persepsi
sensori : Halusinasi
(Pendengaran/Penglihat
an/
Pengecap/Penghidu/Per
aba)

Setelah dilakukan interaksi


selama.X, kesadaran klien
terhadap identitas personal,
waktu
dan
tempat
meningkat/baik,
dengan
indikator/kriteria hasil :
1. Klien mampu mengenal
ientitas dirinya dengan
baik
2. Klien mengenal identitas
orang
disekitarnya
dengan tepat/baik.
3. Klien
mampu
mengidentifikasikan
tempat dengan benar.
4. Klien
mampu
mengidentifikasi waktu
dengan benar.

Orientasi Realita (Reality


Orientation)
Monitor
orientasi
klien
terhadap realita.
Sapa klien dengan namanya
pada saat interaksi
Berikan informasi kepada
klien terhadap orang,
tempat, waktu sesuai
kebutuhan.
Tanyakan satu pertanyaan
pada satu waktu.
Beri satu perintah pada satu
waktu.
Berikan/libatkan klien dalam
aktifitas
yang
konkrit/nyata.
Gunakan
tanda/gambar/symbol
untuk menstimulasi dan
meningkatkan orientasi.
Hindari
stimulasi
yang
berlebihan yang dapat
meningkatkan
disorientasi.
Fasilitas kunjungan keluarga
dan orang-oang yang
familier dengan klien.
Libatkan klien dalam TAK
Orientasi Realita

Setelah dilakukan interaksi


selama.X klien mampu
membina hubungn saling
percaya
dengan
indikator/kriteria hasil :
1. Menunjukkan

Bina Hunbungan Terapeutik


dan Saling Percaya (Complex
Relationship Building)
1. Perkenalkan diri dengan
sopan.
2. Tanyakan nama lengkap

12

Data utama :
pemahaman
verbal,
klien
dan
nama
Halusinasi
sesuai
tertulis
atau
sinyal
pangilanyang
disukai
respon.
klien.
karakteristik jenis
2. Menunjukkan gerakan 3. Buat kontrakpersetujuan
halusinasi
dan ekspresi wajah yang
tentang tujuan dan cara
Ilusi
rileks.
pertemuan yang saling
Konsentrasi kurang
3.
Menunjukkan
kontak
dapat diterima dengan
Penyimpangan
mata, mau menjawab
cara yang tepat.
pendengaran
dan
salam,
menyebutkan
4.
Pelihara postur tubuh
penglihatan
nama,
mau
duduk
terbuka.
Perubahan
pola
berdampingan/berhadap 5. Ciptakan iklim yang
perilaku
an.
hangat dan menerima
Perubahan
pola
secara tepat.
komunikasi
6. Menunjukkanketertarikan
pada
klien
dengan
mempertahankan kontak
mata, berhadapan , posisi
mata
sejajar,
saat
berbicara perawat sedikit
membungkuk
jika
diperlukan.
Setelah dilakukan tindakan
interaksi selamaX klien
mampu mengenal halusinasi
dengan
indicator/criteria
hasil :
1. klien
mampu
memnyebutkan waktu,
isi, frekuensi munculnya
halusinasi
2. klien
mampu
menyebutkan perilaku
yang biasa dilakukan
saat halusinasi muncul.
3. Klien
mampu
menebutkan
akibat
perilaku yang biasa
dilakukan saat halusinasi
terjadi.

3.

13

Manajemen
Halusinasi
(Halusination Management)
1. Observasi tingkah laku
yang berhubungna dengan
halusinasi
2. Bantu klien mengenal
halusinasi :Jika dari hasil
obervasi
ditemukan
tampak klien mengalami
halusinasi,
tanyakan
apakah klien mengalami
halusinasi. jika jawaban
klien ada, tanyakan apa
yang didengar, dilihat,
atau dirasakan.
3. katakana bahwa perawat
percaya apa yang dialami
klien
tetapi
perawat
sendiri tiddak melihat/
mendengar/ merasakan.
4. katakan bahwa klien lain
juga ada yang mengalami
hal yang sama.
5. katakan bahwa perawat
akan membantu klien.
6. Diskusikan dengan klien
waktu, isi frekuensi, dan

situasi
pencetus
munculnya halusinasi.
7. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
halusinasi muncul
8. Beri klien kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
9. Identifikasi
dan
diskusikan dengan klien
perilaku yang dilakukan
sat halusinasi muncul.
10. Libatkan klien dalam TAK
SP : Halusinasi ( sesi 1)
Setelah dilakukan interaksi
selama X klien mampu
mengendalikan
halusinasi
dengan indikator/ kriteri
hasil:
a.
Klien dapat menyebutkan
cara baru mengendalikan
halusinasi.
b.
Klien dapat memilih dan
melaksanakan cara baru
mengendalikan halusinasi
c.
Klien melaksanakan cara
yang
dipilih
untuk
mengendalikan halusinasi.

14

Manajemen
Halusinasi
(Halusination Management)
1. Diskusikan cara baru
untuk
memutuskan/
mengendalikan
halusinasi
:
Dengan
mengusir
halusinasi,
Berbicara dengan orang
lain
2. Menyusun
jadwal
kegiatan harian
3. Meminta pada oarng lain
untuk
menyapa
jika
tampak bicara sendiri
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus/
mengendalikan halusinasi
secara bertahap
5. Beri klien kesempatan
melakukan
cara
mengendalikan
atau
memutus halusinasi yang
telah dipilih dan dilatih.
6. Evaluasi bersama klien
cara baru yang dipilh dan
diterapkan dibandingkan
dengan cara yang biasa
dilakukan.
7. Berikan
reinforcement
kepada klien terhadap
cara yang dipilh dan
diterapkan.
8. Libatkan klien dalm TAK
Orientasi Realita, TAK SP

Umum,
TAK
Halusinasi.
4.

Setelah dilakukann interaksi


selama
X
dengan
dukungan keluarga, klien
mendapat dukungan dalam
mengendalikan
halusinasi
dengan indikator/ kriteria
hasil :
1.Keluarga dapat membina
hubungan
saling
percaya
dengan
perawat.
2.Keluarga
dapat
menyebutkan
pengertian, tanda, dan
tindakan
untuk
mengatasi halusinasi

15

SP

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada
realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan.
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan
kenyataan (dunia realitas,) serta dibangun atas unsur-unsur yang tak berdasarkan logika,
namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada bukti tentang
ketidakbenaran atas keyakinan itu.
Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang sebenarnya
tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indera (yaitu penglihatan,
pendengaran, perasa, penciuman atau perabaan).
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan, suatu saat nanti mungkin kita kan dihadapkan pada
pasien jiwa dengan gangguan orientasi realita entah itu waham ataupun halusinasi.
Sedangkan untuk klien dengan gangguan oreintasi realita berupa halusinasi, kita
diharapkan mampu membantu klien mengatasi halusinasi yang sering dialaminya, dan
ada beberapa metode pengobatan yang dapat dipraktikkan seperti yang sudah di bahas di
atas. Jika rasa percaya sudah timbul antara pasien dan perawat, maka rencana keperwatan
dapat dilakukan secara lebih optimal lagi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini.2003.Potologi sosial 3 : Gangguan-gangguan Kejiwaan. Sumur batu.
Bandung.
NEVID,JEFFREY S,dkk.2003.Paikologi abnorma. Edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Maramis W.S. 1995. Ilmu kedokteran jiwa. Fakultas kedokteran Universitas Erlangga.
J.P Chaplin, penterjemah Kartono, Kartini kamus lengkap Psikologi, Raja grasindo: Jakarta,
2002.

18

Anda mungkin juga menyukai