Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

A. PENGERTIAN WAHAM
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah
dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan yang mungkin aneh (missal,
otak saya adalah computer yang dapat mengontrol dunia) atau tidak aneh
(misalnya, kopasus selalu mengikuti saya). (Tomb, 2003). Waham adalah
keyakinan yang salah, tidak rasional, namun diyakini kebenarannya.
(Surbakti, 2010). Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi
pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waham
1. Faktor predisposisi
Menurut Direja (2011) terdapat lima faktor predisposisi waham, yaitu :
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan dapat mengganggu hubungan
interpersonal seorang individu. Hal ini akan meningkatkan stress
dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi menjadi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seorang individu yang kesepian dan merasa diasingkan dari
lingkungan dapat menyebabkan timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Waham dapat disebabkan karena hubungan yang tidak harmonis
ataupun menjalani peran ganda/bertentangan. Hal ini dapat

menimbulkan ansietas yang berakhir dengan pengingkaran


terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel pada otak, serta terdapat perubahan pada sel kortikal dan
limbik.
e. Faktor genetik
2. Faktor Presipitasi
Dalam Direja (2011) faktor presepitasi waham dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti. Selain itu pengasingan atau pengucilan dari kelompok
masyarakat juga dapat menjadi pemicu waham.
b. Faktor biokimia
Obat-obat farmakologis seperti dopamine, norepineprin, dan zat
halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham.
c. Faktor psikologis
Kecemasan serta terbatasnya kemampuan individu dalam
mengatasi masalah dapat menyebabkan waham. Seseorang yang
tidak mampu mengembangkan koping efektif cenderung
menghindari kenyataan dan hidup dalam fantasi menyenangkan
yang dibuatnya sendiri.

C. KLASIFIKASI WAHAM
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :
Jenis Waham
Waham
kebesaran

Pengertian
Keyakinan secara berlebihan Saya
bahawa

dirinya

kekuatan

khusus

kelebihan

yang

Perilaku
ini
pejabat

di

memiliki kementrian Semarang!


atau Saya

punya

berbeda paling besar lho .

dengan orang lain, diucapkan

perusahaan

berulang-ulang tetapi tidak


Waham agama

sesuai dengan kenyataan.


Keyakinan terhadap suatu Saya adalah Tuhan yang bisa
agama

secara

diucapkan

berlebihan, menguasai dan mengendalikan

berulang-ulang semua makhluk.

tetapi tidak sesuai dengan


Waham curiga

kenyataan.
Keyakinan

seseorang

atau Saya

tahu

mereka

mau

sekelompok orang yang mau menghancurkan saya, karena


merugikan atau mencederai iri dengan kesuksesan saya.
dirinya, diucapkan berulangulang tetapai tidak sesuai
Waham somatik

dengan kenyataan.
Keyakinan seseorang bahwa Saya

menderita

kanker.

tubuh atau sebagian tubuhnya Padahal hasil pemeriksaan


terserang penyakit, diucapkan lab tidak ada sel kanker pada
berulang-ulang tetapi tidak tubuhnya.
Waham

sesuai dengan kenyataan.


Keyakinan seseorang bahwa Ini saya berada di alam kubur

nihilistik

dirinya

sudah

meninggal ya, semua yang ada disini

dunia, diucapkan berulang- adalah roh-roh nya.


ulang

tetapi

tidak

sesuai

dengan kenyataan.
D. ETIOLOGI
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama
fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan
tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.

4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,


ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan
atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang
lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit
yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang
meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain,
gelisah.

Menurut Kaplan dan shadok (1997):


Status Mental
a Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
b
c
d

normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.


Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang

terkenal
Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya

kualitas depresi ringan.


Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium.

Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.


Sensorium dan kognisi
a Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
b
c

memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.


Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang
jelek.

Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan


dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan
kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang

dan yang direncanakan.


Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa
menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan,
menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
F. PATOFISIOLOGI
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal
sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1 Fase Prodomal
a Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
b Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik,
gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan
pikiran dan persepsi

Fase Aktif
a Berlangsung kurang lebih 1 bulan
b Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi,
disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku,

disertai kelainan neurokimiawi


Fase Residual
a Klien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan
peran, serangan biasanya berulang.

G. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologi
2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
3. penarikan diri high potensial
4. ECT tipe katatonik
5. Psikoterapi
6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA WAHAM
1 IDENTITAS KLIEN
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Diagnosa Medis

Tanggal Dirawat

Tanggal Pengkajian

Penanggung Jawab

ALASAN MASUK
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.

3 FAKTOR PREDISPOSISI
1 Genetik : diturunkan
2 Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks
limbik
3 Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
4 Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
5 Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
4

FISIK
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.

5 PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2 Konsep diri
- Citra tubuh
- Identitas diri: klien mengungkapkan keyakinan akan identitas
dirinya yang tidak sesuai dengan realita

Peran: klien mengungkapkan perannya dalam keluarga maupun

masyrakat
Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan

dan penyakitnya.
Harga diri : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan

perasaan malu terhadap diri sendiri


3 Hubungan sosial
Klien terlihat lebih suka sendiri, klien tampak tidak mempunyai orang
lain, curiga.
4 Spiritual
6 STATUS MENTAL
1 Penampilan : Mata merah, wajah agak merah, nada, ekspresi marah,
2
3
4
5
6
7
8

pandangan tajam ekspresi wajah klien tegang


Pembicaraan : suara tinggi dan keras, bicara menguasai
Aktivitas motorik : merusak dan melempar barang-barang
Alam perasaan : takut, kadang panik, sangat waspada
Afek :
Interaksi :
Persepsi
Proses pikir
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang

didengar dan kontak mata kurang


9 Isi pikir
- Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
-

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.


Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

MEKANISME KOPING
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang,

klien

suka

membentak

dan

menyerang

orang

yang

mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-

barang, tidak mampu mengendalikan diri, bingung bila disuruh memilih


alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
8

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan isi pikir : waham
c. Kerusakan komunikasi : verbal
d. Gamgguan harga diri rendah

ANALISA DATA

I.

J.

No
L.
1

Data Fokus

K.

M.
DS :
O.
- Klien berfikir ada orang yang ingin berbuat jahat dengan dirinya. P.
Q.
Klien merasa ada yang mengintai ketika klien sendirian di rumah
R.
- Klien mengatakan jika ada masalah lebih sering berdiam diri.
S.
- Klien merasa sedih dengan keadaannya sekarang.
N.

Masalah Keperawatan

T.

Gangguan isi pikir

DO :

Klien belum mampu menjaga kontak mata selama berinteraksi

dengan perawat.
Klien terkadang mengalami blocking dimana saat klien diajak
berbicara sering terhenti tiba-tiba karena lupa. Kemudian klien dapat

U.
2

mengingat lagi setelah beberapa saat berhenti bicara.


V.
DS :
X.
- Keluarga klien mengatakan klien semakin marah hingga mengedor Y.
Z.
gedor pintu saat dibawa ke RS
AA.
- Klien menceritakan bahwa klien memiliki masa lalu yang tidak
-

menyenangkan dengan suami pertamanya.


Klien mengatakan sering mendapatkan pukulan dari suami pertama
klien, terlebih ketika meminta uang untuk kebutuhan rumah tangga.
Suami klien tidak segan-segan memukul klien bahkan di depan ayah

AC.

AB.
Resiko perilaku kekrasan

klien dan menyuruh klien meminta uang ke orang tuanya


W.
DO :
- Klien juga menunjukkan sikap kegelisahan dengan mengepalkan
-

tangannya.
Klien terlihat depresi dan selalu menangis ingin pulang ketika
diperhatikan oleh perawat.

AD.
10 INTERVENSI WAHAM
AE.
No
AJ.
1

AF.

Tangg
al

AK.

AG.

Diagnosa

AH.

AL.

Ganggua

AM.

Tujuan dan Kriteria Hasil

AI.

Rencana Tindakan &Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan SP I pasien


a. Membina hubungan saling percaya
n
isi
pikir
keperawatan selama 3x30 menit
AN. Rasional : BHSP memudahkan
berhubungan
diharapkan
klien
tidak
perawat untuk mengeksplor perasaan
dengan waham.
mengalami gangguan isi pikir
dan permasalahan klien
dengan kriteria hasil :
b. Membantu orientasi realita
AO. Rasional : klien dengan
1. Klien dapat berorientasi kepada
waham memiliki keyakinan yang
realitas secara bertahap
2. Klien
dapat
memenuhi
salah
yang
perlu
diluruskan
kebutuhaln dasar
3. Klien
mampu
dengan
lingkungan

orang

berinteraksi
lain

dan

kebenarannya
c. Mengidentifikasi

kebutuhan

yang

tidak terpenuhi dan cara memenuhi


kebutuhan

4. Pasien

menggunakan

dengan prinsip 5 benar

obat

AP.

Rasional : klien yang tinggal

di rumah sakit sering kali merasa


bosan dan beberapa kebutuhan klien
tidak terpenuhi
d. Membanatu

klienmemenuhi

kebutuhan yang tidak terpenuhi


AQ. Rasional : memotivasi klien
untuk memenuhi kebutuhan secara
pribadi
e. Menganjurkan

klien

memasukkan

dalam jadwal harian


AR. Rasional : mengingatkan klien
agar terus melakukan kegiatan ketika
tidak didampingi oleh perawat
2. Melakukan SP II pasien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
AS.

Rasional : mengetahui apakan

intervensi sebelumnya dilaksanakan


dengan baik oleh klien
b. Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki

AT.

Rasional : mengeksplor hal

positif yang dimiliki oleh klien


c. Melatih kemampuan yang dimiliki
AU. Rasional
:
meningkatkan
kepercayaan diri klien
3. Melakukan SP III pasien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
AV.

Rasional : mengetahui apakan

intervensi sebelumnya dilaksanakan


dengan baik oleh klien
b. Memberikan pendidikan
tentang

penggunaan

kesehatan

obat

secara

teratur
AW. Rasional : meminum obat
secara

rutin

mengurangi

gejala

kekambuhan dan mempercepat proses


penyembuhan
c. Menganjurkan

klien

memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian


AX. Rasional : mengingatkan klien
agar terus melakukan kegiatan ketika

tidak didampingi oleh perawat


4. Melakukan SP I keluarga
a. Mendiskusikan
masalah

yang

dirasakan keluarga dalam merawat


klien
AY.

Rasional

permasalahan

:
untuk

mengetahui
selanjutnya

diberikan intervensi
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala waham, dan jenis waham yang
dialami klien beserta proses terjadinya
AZ. Rasional : konsep waham
penting

agar

keluarga

dapat

menyesuaikan diri untuk merawat


pasien
c. Menjelaskan cara-cara merawat klien
waham
BA. Rasional

klien

dengan

waham memerlukan perawatan dan


perhatian khusus keluarga
5. Melakukan SP II keluarga
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara

merawat klien dengan waham


BB. Rasional : mengerti sejauh
mana penjelasan dapat dipahami oleh
keluarga klien
b. Melatih keluarga melakukan cara
merawat

langsung

waham
BC. Rasional

kepada
:

pasien
melatih

kemandirian keluarga untuk merawat


klien ketika sudah tidak di rumah sakit
6. Melakukan SP III keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
BD. Rasional : agar keluarga dapat
mengingatkan klien untuk minum obat
secara teratur
b. Menjelaskan follow up klien setelah
pulang
BE. Rasional

agar

keluarga

memahami apa yang harus dilakukan


setelah pasien pulang (jadwal control,

BF.
2

BG.

BH.

Resiko

BI. Setelah

dilakukan

cara merawat, dll)


1 1. Bina hubungan saling percaya dengan

perilaku

pertemuan

diharapkan

kekerasan

klien dapat

berhubungan

mencederai diri, orang lain, dan

dengan waham

lingkungan

terhindar
dengan

dari
kriteria

hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi
penyebab PK
2. Klien dapat mengidentifikasi
tanda-tanda PK
3. Klien dapat menyebutkan jenis
PK yang pernah dilakukan
4. Klien dapat menyebutkan akibat
dari PK yang dilakukan
5. Klien dapat menyebutkan cara
mencegah atau mengontrol PK
6. Klien dapat mencegah atau
mengontrol PK secara fisik
(nafas dalam dan memukul
bantal)

menerapkan prinsip komunikasi terapeutik


a. Sapa klien dengan ramah secara verbal
dan nonverbal
BJ.
Rasional: Supaya klien lebih
terbuka
b. Perkenalkan diri dengan sopan
BK. Rasional : Supaya

klien

mengenal kita sebagai perawat


c. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukai klien
BL. Rasional:
Mengetahui
panggilan yang disukai klien
d. Bicara secara rileks dan

tidak

menentang
BM. Rasional: Supaya klien tetap
tenang dan rileks
e. Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan
BN. Rasional: Untuk menjelaskan
kepada klien tentang maksud dan
tujuan perawat
f. Jelaskan kontrak waktu yang akan

7. Keluarga mampu menjelaskan


pengertian PK, tanda dan gejala
dan proses terjadinya PK
8. Keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan PK

dibuat
BO. Rasional: Untuk menjelaskan
berapa lama intervensi akan dilakukan
g. Anjurkan klien mengungkapan yang
dialami dan dirasakan saat marah
BP.
Rasional: Untuk mengetahui
yang dirasakan oleh klien
h. Tanyakan
apakah
klien

ingin

mempelajari cara baru mengontrol


marah
BQ. Rasional: Untuk mengetahui
keinginan

klien

mengenai

cara

mengontrol marah
i. Beri kesempatan klien untuk bertanya
BR. Rasional: Supaya klien juga
aktif dalam kegiatan intervensi
j. Beri reinforcement
BS.
Rasional:
Menimbulkan
kepercayaan diri klien
2. Lakukan SP 1 :
a. Jelaskan penyebab PK
BT.
Rasional:
Supaya
mengetahui penyebab PK

klien

b. Jelaskan tanda dan gejala PK yang


dilakukan
BU. Rasional:

Supaya

klien

mengetahui tanda dan gejala PK yang


dilakukan
c. Jelaskan akibat PK
BV.
Rasional:

Supaya

klien

mengetahui akibat yang ditimbulkan


karena PK
d. Jelaskan cara mengontrol PK
BW. Rasional:
Supaya
mengetahui

cara

yang

klien
tepat

mengontrol PK
e. Praktekkan latihan cara mengontrok
fisik 1 dengan nafas dalam
BX. Rasional: Supaya klien dapat
mempraktekkan

secara

langsung

mengenai cara nafas dalam


f. Anjurkan pasien memasukkan dalam
kegiatan harian
BY. Rasional: Supaya klien mampu
mengatasi rasa marah dengan teratur

3. Melakukan SP 2:
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
BZ. Rasional: Untuk mengingatkan
kembali kegiatan yang telah dilakukan
pada SP 1
b. Latih pasien mengontrol PK dengan
cara fisik 2 memukul bantal
CA. Rasional: Untuk menyalurkan
energy negative saat marah ke bantal
c. Anjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
CB. Rasional: Supaya klien mampu
mengatasi rasa marah dengan teratur
4. Melakukan SP 1 pada keluarga:
a. Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien
CC. Rasional: Untuk mengetahui
masalah

yang

dirasakan

keluarga

dalam merawat klien


b. Jelaskan pengertian PK, tanda dan
gejala serta proses terjadinya PK
CD. Rasional:
Agar
keluarga
mampu memahami pengertian PK,

tanda

dan

gejala

serta

proses

terjadinya PK
c. Jelaskan cara merawat klien dengan
PK
CE.

Rasional:

Agar

keluarga

mampu merawat klien secara mandiri


5. Lakukan SP 2 Pada keluarga:
a. Latih keluarga mempraktekkan cara
merawat klien dengan PK
CF.
Rasional: Supaya

keluarga

mampu mempraktekkan dan merawat


klien dengan PK
b. Latih keluarga

melakukan

cara

merawat langsung pada klien dengan


PK
CG.

Rasional: Agar keluarga klien

dapat melakukan cara merawat klien


dengan PK
CH.

CI. DAFTAR PUSTAKA


CJ.
1

Direja, AHS. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika;

2
3

Yogyakarta.
Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. EGC; Jakarta.
Keliat, BA. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. FIK

Universitas Indonesia; Jakarta.


Kusumawati, HY. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:

Jakarta.
Surbakti. 2010. Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya. PT. Elex Media

6
CL.

Komputindo; Jakarta.
Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6. EGC; Jakarta.
CK.

Anda mungkin juga menyukai