10/1648/PR/0002
10/1676/PR/0030
10/1699/PR/0053
10/1705/PR/0059
Malihatun Rosida
10/1729/PR/0033
Rokhmatun Khasanah
10/1759/PR/0113
Umi Rachmawati
10/1783/PR/0137
PRODI KEPERAWATAN S1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. ( Schult dan vidbect, 1998 )
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya prcaya diri dari harga diri sendiri, merasa gagal
mencapai tujuan. ( keliat, 1999)
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
B. ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka
disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjang atau tidak
sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh
individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepi
kehilangan.
Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di
pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,
sosial dan kultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga
diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada
kasus harga diri rendah kronis adalah:
1) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada
klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti
sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus.
2) Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi,
karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat
dalam
melaksanakan
tindakan
yang
sudah
orientasi;
mengatur
fight-flight
dan
proses
perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Perasaan negatif diri yang telah berlangsung lama. Seperti
kegagalan tumbuh kembang, gangguan fisik kronis, klien memang
memeiliki cara berfikir negarif.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20);
perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data Subyektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri semdiri atau mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas atau takut
l. Merasionalisasikan penolakan menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Data Obyektif :
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri
c. Perilaku distruktif pada orangh lain
d. Penyalah gunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Munjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung atau mudah marah
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:
1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2. CT Scan, Untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
3. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), Melihat
wilayah
otak
dan
tanda-tanda
abnormalitas
pada
otak
dan
prosedur
menggunakan
kontras
gadolinium
untuk
gangguan
perasaan,
dan
ekstra pyramidal.
: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
mata kabur, kesulitan dalam buang air
kecil, hidung tersumbat, gangguan irama
jantung,
febris,
dan
ketergantungan obat.
Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak khususnya system ekstra
Efek samping
pyramidal.
: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut
kering, kesulitan buang air kecil dan buang
dan fenotiazine.
: Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl,
psikosis berat, hipertropi prostate, dan
obat
anti
Efek samping
Budi
Anna,
Keliat,
(2005)
implementasi
Hal
itu
terjadi
karena
perawat
belum
terbiasa
interpersonal,
intelektual,
dan
teknikal
yang
merupakan
mempunyai
suatu
kewenangan
respon
untuk
dimana
perawat
melakukan
tindakan
lainnya,
misalnya
ahli
fisioterapi,
ahli
dependen
berhubungan
dengan
suatu
cara
dimana
tindakan
medis
dilaksanakan.
Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk
klien dengan harga diri rendah yaitu:
a. SP I pasein:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP II pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
c. SP I keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku kekerasaan
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Gangguan Harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu.
J. FOKUS INTERVENSI
PERENCANAAN
INTERVIEW
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
Perilaku kekerasan TUM
berhubungan
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
dengan Harga diri TUK 1
1.Ekspresi wajah
1.
Bina hubungan saling
rendah
Klien
dapat bersahabat,
percaya
dengan
membina
menunjukkan
mengungkapkan
prinsip
hubungan saling rasa senang, ada komunikasi terapeutik
percaya
kontak
mata,
a. Sapa klien dengan ramah
mau
berjabat baik verbal maupun non
tangan,
mau verbal
menyabutkan b. Perkenalkan diri dengan
nama,
mau sopan
menjawab
c. Tanyakan nama lengkap
salam, klien mau klien dan nama panggilan
duduk
yang disukai klien
berdampingan d. Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat,
e. Jujur dan menepati janji
mau
f.
Tunjukkan sikap empati
menguraikan
dan menerima klien apa
masalah
yang adanya
dihadapi
g.
Beri perhatian kepada
klien
dan
perhatikan
kebutuhan dasar klien
TUK 2
klIen dapat
1.
Diskusikan kemampuan
Klien
dapat mengidentifikasi dan aspek positif yang
mengidentifikasi kemampuan dan dimiliki klien
kemampuan dan aspek
positif
2.
Setiap bertemu klien
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
aspek
positif yang dimiliki.
hindarkan dari memberi
yang dimiliki
Kemampuan nilai yang negatif
3. Utamakan memberi pujian
yang
dimiliki
yang realistis
klien
Aspek positif
keluarga
Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki
TUK 3
1.
Klien
dapat
menilai
kemampuan yang
dapat digunakan
2.
TUK 4
1.
Klien
dapat
menetapkan dan
merencanakan 2.
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
Klien dapat
1.
menilai
kemampuan
yang
dapat
digunakan
2.
dirumah sakit
Klien menilai
kemampuan 3.
yang
dapat
digunakan
di
rumah
Klien memiliki
1.
kemampuan
yang akan dilatih
Klien mencoba
sesuai
jadual
2.
harian
3.
4.
TUK 5
1.
Klien
dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya
2.
Klien
1.
melakukan
kegiatan
yang
telah
dilatih
(mandiri
atau
2.
dengan bantuan)
Klien mampu
3.
melakukan
beberapa
kegiatan secara
mandiri
TUK 6
1.
Keluarga
Klien
dapat memberi
memenfaatkan
dukungan
dan
sistem pendukung pujian
yang ada
2.
Keluarga
memahami
jadual kegiatan
harian klien
1. Beri
pendidikan
kesehatan
pada
keluarga
tantang
cara merawat klien
dengan harga diri
rendah
2. Bantu
keluarga
memberikan
dukungan selama
sakit
1. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan dirumah
2. Jelaskan
cara
pelaksanaan jadual
kegiatan
klien
dirumah
3. Anjurkan memberi
pujian pada klien
setiap berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Sujono; Purwanto Teguh. 2009. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA,
Yogyakarta. Graha ilmu
Carpenito, Lynda Jual. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC,
Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi
3. EGC. Jakarta.
Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Jakarta.