Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN JIWA

OLEH:
Aprisandy Dwinensevi
202020461011052

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN JIWA 3
KELOMPOK 2

NAMA: Aprisandy Dwinensevi


NIM: 202020461011052

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 4 s/d 11 Oktober 2021/Minggu Ke-3

Malang, Oktober 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Aprisandy Dwinensevi) ( )

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Definisi....................................................................................................................................4
1.2 Rentan Respon Adaptif dan Mal Adaptif.................................................................................4
1.3 Etiologi....................................................................................................................................5
1.4 Tanda dan Gejala.....................................................................................................................6
1.5 Pohon Masalah........................................................................................................................6
1.6 Mekanisme koping..................................................................................................................6
1.7 Diagnosa Keperawatan............................................................................................................7
1.8 Perencanaan Keperawatan.......................................................................................................7
1.9 Terapi Modalitas Kelompok....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.\Harga diri rendah adalah perasan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negativ
terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (keliat, 2009).
1.2 Rentan Respon Adaptif dan Mal Adaptif
Respon adaptif Respon maldaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Positif rendah identitas
Keterangan :
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada
pada dirinya meliputi cita dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran
serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu
akan menjadi individu yang sukses.
3) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah
yaitu mengkritik diri sendiri dan atau orang lain, penurunan produktifitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perassan negatif mengenai tubuhnya sendiri,
keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta meanarik diri dari realitas.
4) Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas
yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan
interpersonal eksploitasi, perassan hampa. Perasaan mengambang tentang diri

4
sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap
orang lain.
5) Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari alam atau luar dirinya. Individu mengalami
kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing baginya.
1.3 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuannya ( yosep,2009 ).
Menurut stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realitis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah sterotipe peran gender, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak percayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional atau kronik.secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,perkosaan,atau penjara, termasuk
dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit
fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah

5
kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala mayor meliputi:
Subjektif
a) Klien hidup tak bermakna, tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek
Objektif
a) Kontak mata kurang, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Tanda dan gejala minor
Subjektif
a) Klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati
Objektif
a) -
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1.5 Pohon Masalah

Isolasi Sosial: menarik diri


effect

Harga diri rendah kronik


Core problem

Koping individu tidak efektif


causa

1.6 Mekanisme koping

6
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri yang
menyakitkan.
1) Pertahanan jangka pendek
- Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
(misal : bermain musik, bekerja keras, menonton TV)
- Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (ikut serta
dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok/geng)
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (misal : olahraga
yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
- Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan idividu (misal :
penyalahgunaan obat)
2) Pertahanan jangka panjang
- Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut
- Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
1.7 Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
1.8 Perencanaan Keperawatan

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang
kegiatan dan aspek positif pasien dirasakan keluarga dalam merawat
(buat dafatar kegiatan) pasien
2. Bantu pasien menialai kegiatan Jelaskan pengertian, tanda dan
yang dapat dilakukan saat ini (pilih gejala , proses terjadinya harga diri
dari daftar kegiatan) : buat daftar rendah (gunakan booklet).

7
kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
3. Bantu pasien memilih salah satu Diskusikan kemampuan atau aspek
kegiatan yang dapat dilakukan saat positif pasien yang pernah dimiliki
ini untuk dilatih sebelum dan setelah sakit
4. Latih kegaitan yang dipilih (alat dan Jelaskan cara merawat harga diri
cara melakukannya) rendah terutama berikan pujian
semua hal yang positif pasien
5. Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga memberi tanggung
untuk latihan du kali per hari jawab kegiatan pertama yang
dipilih pasien : bombing dan beri
pujian
6. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SPIIP SPIIk
1. Evaluasi kegiatan pertama yang Evaluasi kegiatan keluarga dalam
telah dilatih dan berikan pujian membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan
dilatih pasien. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
kedua yang akan dilatih dalam melakukan kegiatan kedua
yang dipilih pasien.
3. Latih kegiatan kedua(alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan : tiga kegiatan masing-
masing dua kali perhari
SP IIIP SPIIIk
1. Evaluasi kegiatan pertama dan Evaluais kegiatan keluarga dalam
kedua yang telah dilatih dan berikan membimbing pasien melaksanakan
pujian kegiatan pertama dan kedua yang
telah dilatih. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
ketiga yang akan dilatih melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian

8
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan : tiga kegiatan,
masing-masing dua kali perhari
SPIVP SPIVK
1. Evaluais kegiatan pertama, kedua Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan ketiga yang telah dilatih dan mebimbing pasien melaksanakan
berikan pujian kegiatan pertama, kedua dan
ketiga. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
keempat yang akan dilatih melakukan kegiatan keempat yang
dipilih rujukan
3. Latih kegiatan keempat (alat dan Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
cara) tanda kambuh
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan : empat kegiatan jadwal dan memberikan pujian.
masing-masing dua kali perhari
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berikan pujian membimbing pasien melakukan
kegiatan yang dipilih oleh pasien.
Beri pujian
2 Latih kegiatan dilanjutkan sampai Nilai kemampuan keluarga
tak terhingga
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandiri membimbing pasien melakukan
kontrol ke RSJ/PKM
4 Nilai apakah harga diri pasien
meningkat
1.9 Terapi Modalitas Kelompok
a. Definisi
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-
modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai
untuk terapi keperawatan keluarga.

9
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
b. Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv
tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok social
5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic
c. Tahapan Terapi Modalitas
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara
mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal
pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di fase kerja terapis membantu
klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now.
Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan
yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya
melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling
mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai
tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.

10
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleran si terhadap
setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar
anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi
di masa mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket

Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed : 1. Bandung : RSJP.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Jakarta Selatan: DPP PPNI.

12

Anda mungkin juga menyukai