Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh:
MANDA SURYANI
NPM : 17350067

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke
lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.

B. Etiologi
 Faktor Predisposisi
a) Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting,
pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting kematian
yang diekspresikan dengan agresifitas.

b) Faktor Sosial Budaya


Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan
maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga
dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.

c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis,
penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).

 Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia
tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.

C. Tanda Dan Gejala


1. Tanda dan Gejala Fisik :
· Muka merah
· Pandangan tajam
· Otot tegang
· Nada suara tinggi
· Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
· Memukul jika tidak senang
2. Tanda dan gejala Emosional:
· Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
· Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
· Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
· Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
· Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
(Budiana Keliat, 1999)
3. Tanda dan Gejala Sosial:
· Memperlihatkan permusuhan
· Mendekati orang lain dengan ancaman
· Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
· Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
· Mempunyai rencana untuk melukai
4. Tanda dan Gejala Intelektual :
· Mendominasi
· Cerewet
· Cenderung suka meremehkan
· Berdebat
· Kasar
5. Tanda dan Gejala Spiritual:
· Merasa diri kuasa
· Merasa diri benar
· Keragu-raguan
· Tak bermoral
· Kreativitas terhambat

D. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah
sampai yang tinggi, yaitu:
· Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
· Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
· Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami
· Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
· Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman,
disertai melukai pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius.
Klien tidak mampu mengendalikan diri.

E. Pohon Masalah

Efek Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain



Masalah Resiko perilaku kekerasan

Penyebab halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif

F. Pengobatan
1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan gangguan jiwa dengan dengan perilaku kekerasan (Yosep, 2010) adalah
sebagai berikut:
a. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-hipnotics. Obat ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepinesseperti lorazepam dan clonazepam,
sering digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan pasien.
b. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun klonik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pasien, hirarki
perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek pasien
yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu
perawat dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien, mengkaji perilaku yang
berpontensi kekerasan, mengembangkan suatu perencanaan, mengimplementasikan
perencanaan, dan mencegah perilaku kekerasan. (Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan mengelola
perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan.
1. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi komunikasinya
dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan
sulit baginya membuat pasien tertarik. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus
terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah pasien.
2. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara mengekpresikan marah
yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan mengekpresikan perasaan, kebutuhan,
hasrat, dan bahkan kesulitan mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi dengan
perawat berkomunikasi yang terapeutik diharapkan agar pasien mau mengekpresikan
perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan pasien adaptif atau
maladaptif.
3. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat yaitu mampu berkomunikasi
secara langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan,
sanggup melakukan komplain, dan mengekpresikan penghargaan dengan tepat.
4. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang, bicara lembut, bicara
tidak dengan menghakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit, tunjukkan sikap respek,
hindari kontak mata langsung, fasilitasi pembicaraan, dengarkan pembicaraan, jangan
terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan membuat janji yang tidak dapat ditepati.
5. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, kelompok
program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak sesuai dan meningkatkan
adaptasi sosialnya seperti terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien
yang mempunyai masalah yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi sedangkan
kelompok digunakan sebagai target sasaran (Keliat dan Akemat, 2005). TAK yang sesuai
dengan perilaku kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku
kekerasan.
6. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien mengenai perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak
dilanggar.

G. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji :


1. Perilaku kekerasan/ amuk
1) Data subjektif
· Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
· Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal/
marah.
· Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya
2) Data Objektif
· Mata merah, wajah agak merah.
· Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjerit.
· Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
· Merusak dan melempar barang-barang.
2. Gangguan konsep diri dan harga diri rendah
1) Data subjektif
· Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2) Data Objektif
· Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
3. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
1) Data subjektif
· Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
· Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jika sedang kesal/ marah.
· Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
2) Data objektif
· Mata merah, wajah agak merah.
· Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjepit, memukul diri
sendiri/ orang lain.
· Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
· Merusak dan memlempar barang-barang.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan/ amuk.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Risiko menceedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

I. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Risiko TUM : 1. Setelah …x 1. Bina hubungan
perilaku Klien tidak pertemuan klien saling percaya
kekerasan melakukan menunjukkan tanda – dengan :
tindakan tanda percaya pada · Beri salam setiap
kekerasan perawat : berinteraksi
· Wajah cerah, · Perkenalkan
TUK 1 : tersenyum nama, nama
Klien dapat · Mau berkenalan panggilan
membina · Ada kontak mata perawat, dan
hubungan · Bersedia tujuan perawat
saling percaya menceritakan berinteraksi.
perasaan · Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien,
tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
· Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
· Buat kontrak
interaksi yang
jelas
· Dengarkan
dengan penuh
perhatian,
ungkapan
perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x 2. Bantu klien
Klien dapat pertemuan, klien mengungkapkan
mengidentifik menceritakan perasaan
asi penyebab penyebab perilaku marahnya:
perilaku kekerasan yang · Motivasi klien
kekerasan dilakukannya: untuk
yang · Menceritakan menceritakan
dilakukannya. penyebab perasaan penyebab rasa
jengkel atau kesal kesal atau
baik dari diri sendiri jengkelnya
maupun · Dengarkan tanpa
lingkungannya. menyela atau
member penilaian
setiap ungkapan
perasaan klien
·
TUK 3 : 3. Setelah … x 3. Bantu klien
Klien dapat pertemuan, klien mengungkapkan
mengidentifik menceritakan tanda – tanda – tanda
asi tanda – tanda saat terjadi perilaku kekerasan
tanda perilaku perilaku kekerasan : yang dialaminya:
kekerasan · Tanda fisik : mata · Motivasi klien
merah, tangan menceritakan
mengepal, ekspresi kondisi fisik
tegang, dll (tanda – tanda
· Tanda emosional : fisik) saat
perasaan marah, perilaku
jengkel, bicara kasar. kekerasan
· Tanda sosial : terjadi
bermusuhan yang · Motivasi klien
dialami saat terjadi menceritakan
perilaku kekerasan kondisi
emosinya (tanda
– tanda
emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan.
· Motivasi klien
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain (tanda –
tanda social)
saat terjadi
perilaku
kekerasan.

TUK 4 : 4. Setelah … x 4.Diskusikan


Klien dapat pertemuan, klien dengan klien
mengidentifik menjelaskan : perilaku kekerasan
asi jenis  Jenis - jenis ekspresi yang dilakukannya
perilaku kemarahan yang selama ini :
kekerasan selama ini telah  Motivasi klien
yang pernah dilakukannya menceritakan
dilakukannya.  Perasaannya saat jenis-jenis tindak
melakukan kekerasan kekerasan yang
 Efektifitas cara yang selama ini pernah
dipakai dalam dilakukannya.
menyelesaikan  Motivasi klien
masalah menceritakan
perasaan klien
setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
 -Diskusikan
apakah dengan
tindak kekerasan
yang
dilakukannya,
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x 5. Diskusikan
Klien dapat pertemuan klien dengan klien akibat
mengidentifik menjelaskan akibat negative (kerugian)
asi akibat tindak kekerasan yang cara yang
perilaku dilakukannya : dilakukan pada :
kekerasan · Diri sendiri : luka, ·Diri sendiri
dijauhi teman, dll · Orang lain/
· Orang lain/keluarga : lingkungan
luka, tersinggung, · Lingkungan
ketakutan, dll
· Lingkungan : barang
atau benda rusak, dll
TUK 6 : 6. Setelah … x 6.Diskusikan
Klien dapat pertemuan klien : dengan klien:
mengidentifik · Menjelaskan cara – · Apakah klien mau
asi cara cara sehat mempelajari cara
konstruktif mengungkapkan baru
dalam marah mengungkapkan
mengungkapk marah yang sehat
an kemarahan · Jelaskan berbagai
alternative pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
klien.
· Jelaskan cara –
cara sehat untuk
mengungkapkan
marah :
- Cara fisik : nafas
dalam,. Pukul
bantal/ kasur, olah
raga
- Verbal :
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain
- Social : latihan
asertif dengan
orang lain
- Spiritual
:sembahyang / doa,
zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing –
masing.

TUK 7 : 7. Setelah … x 7.1 Diskusikan


Klien dapat pertemuan klien cara yang mungkin
mendemonstra memperagakan cara dipilih dan
sikan cara mengontrol perilaku anjurkan klien
mengontrol kekerasan : memilih cara yang
perilaku · Fisik : nafas dalam,. mungkin untuk
kekerasan Pukul bantal/ kasur, mengungkapkan
olah raga kemarahan.
· Verbal: 7.2 Latih klien
mengungkapkan memperagakan
bahwa dirinya sedang cara yang dipilih :
kesal kepada orang · Peragakan cara
lain melaksanakan
· Social : latihan asertif cara yang
dengan orang lain dipilih
· Spiritual:sembahyang · Jelaskan
/ doa, zikir, meditasi, manfaat cara
dsb sesuai keyakinan tersebut
agamanya masing – · Anjurkan klien
masing. menirukan
peragaan yang
sudah dilakukan
· Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum sempurna
7.3 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah /
jengkel
TUK 8 : 8. Setelah … x 8.1 Diskusikan
Klien pertemuan keluarga : pentingnya peran
· Menjelaskan cara serta keluarga
merawat klien dengan sebagai pendukung
perilaku kekerasan. klien untuk
· Mengungkapkan rasa mengatasi perilaku
puas dalam merawat kekerasan.
klien. 8.2 Diskusikan
potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku kekerasan
8.3 Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat,
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat dilaksanakan
oleh keluarga
8.4 Peragakan cara
merawat klien
(menangani
petilaku kekerasan)
8.5 Beri
kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang.
8.6 Beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan
8.7 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan
TUK 9 : 9.1 Setelah … x 9.1 Jelaskan
Klien pertemuan klien manfaat
menggunakan menjelaskan : menggunakan obat
obat sesuai · Manfaat minum obat secara teratur dan
program yang · Kerugian tidak kerugian jika tidak
telah minum obat menggunakan obat
ditetapkan : · Nama obat 9.2 Jelaskan
· Bentuk dan warna kepada klien:
obat · Jenis obat (nama,
· Dosis yang diberikan warna, dan
kepadanya bentuk obat)
· Waktu pemakaian · Dosis yang tepat
· Cara pemakaian untuk klien
· Efek yang dirasakan · Waktu
pemakaian
9.2 Setelah … x · Cara pemakaian
pertemuan klien · Efek yang akan
menggunakan obat dirasakan klien
sesuai program 9.3 Anjurkan klien
:
· Minta dan
Menggunakan
obat tepat waktu
· Lapor ke perawat
atau dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa
· Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurjannah, I. 2008. Penangan Klien Dengan Masalah Psikiatri Kekerasan. Yogyakarta:


MocoMedika.

Maramis, W.F. 2005 Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

Stuart, G.W. and Laraia. 2005. Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St. Louis:
Mosby Year B

Stuart dan Sundeen, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai