Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


RUANG SIGMA RSJD PROVINSI JAMBI

Dosen Pembimbing : Retta Renylda, Ners, M.Kep


CI Klinik : Ns. Turdianto, S.Kep

Disusun Oleh :
Annisa Nur Taufikiyah
PO71202230006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran
perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang
mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang
dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasanatau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart
& Sundeen, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal yang
dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang muncul akibat
perasaan jengkel / kesal / marah.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
akibat dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan
kedua : insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b) Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang
asertif.
c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman
dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseorang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu:
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek berharga, konflik interaksi social.

C. Tanda DanGejala
a. Tanda dan Gejala Fisik :
 Muka merah
 Pandangan tajam
 Otot tegang
 Nada suara tinggi
 Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
 Memukul jika tidak senang

b. Tanda dan gejala Emosional:


 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

c. Tanda dan Gejala Sosial:


 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai

d. Tanda dan Gejala Intelektual :


 Mendominasi
 Cerewet
 Cenderung suka meremehkan
 Berdebat
 Kasar

e. Tanda dan Gejala Spiritual :

 Merasa diri kuasa


 Merasa diri benar
 Keragu-raguan
 Tak bermoral
 Kreativitas terhambat

D. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang
merupakan respon maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan
mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
 Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa
lega
 Frustasi : merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak
realistis
 Pasif : diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami
 Agresif : memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
 Kekerasan : sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata
ancaman, disertai melukai pada tingkat ringan, danyang paling berat
adalah merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

E. Pohon Masalah
Efek Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain

Masalah Resiko perilaku kekerasan

Penyebab halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak
effektif

F. Pengobatan
1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan gangguan jiwa dengan dengan perilaku kekerasan (Yosep, 2010)
adalah sebagai berikut:
a. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-hipnotics. Obat
ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepinesseperti lorazepam dan
clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan
perlawanan pasien.
b. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun klonik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi
pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji
pula afek pasien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian
dapat membantu perawat dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien,
mengkaji perilaku yang berpontensi kekerasan, mengembangkan suatu perencanaan,
mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah perilaku kekerasan. (Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
mengelola perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan.
1. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah,
atau apatis maka akan sulit baginya membuat pasien tertarik. Untuk mencegah
semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya
dan melakukan supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan
masalah pasien.
2. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara
mengekpresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan
mengekpresikan perasaan, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi dengan perawat
berkomunikasi yang terapeutik diharapkan agar pasien mau mengekpresikan
perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan pasien adaptif
atau maladaptif.
3. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat yaitu mampu
berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk
sesuatu yang tidak beralasan, sanggup melakukan komplain, dan mengekpresikan
penghargaan dengan tepat.
4. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang, bicara
lembut, bicara tidak dengan menghakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit,
tunjukkan sikap respek, hindari kontak mata langsung, fasilitasi pembicaraan,
dengarkan pembicaraan, jangan terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan
membuat janji yang tidak dapat ditepati.
5. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti:
membaca, kelompok program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya seperti terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi sedangkan kelompok digunakan sebagai
target sasaran (Keliat dan Akemat, 2005). TAK yang sesuai dengan perilaku
kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku kekerasan.
6. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien
mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji :


1. Perilaku Kekerasan / Amuk
1) Data Subjektif
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal/ marah.
 Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya
2) Data Objektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjerit.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

2. Gangguan Konsep Diri Dan Harga Diri Rendah


1) Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2) Data Objektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

3. Risiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan


1) Data Subjektif
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jika sedang kesal/
marah.
 Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
2) Data Objektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjepit, memukul
diri sendiri/ orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan memlempar barang-barang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan/ Amuk.
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
3. Risiko Menceedarai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan

C. Rencana Keperawatan
PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Risiko TUM : Setelah …x pertemuan Bina hubungan saling
perilaku Klien tidak klien menunjukkan percaya dengan :
kekerasan melakukan tanda – tanda percaya  Beri salam setiap
tindakan pada perawat : berinteraksi
kekerasan  Wajah cerah,  Perkenalkan nama
tersenyum dan tujuan perawat
TUK 1 :  Mau berkenalan berinteraksi.
Klien dapat  Ada kontak mata  Tanyakan dan
membina  Bersedia panggil nama
hubungan menceritakan kesukaan klien,
saling percaya perasaan tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian,
ungkapan perasaan
klien.
TUK 2 : Setelah …x pertemuan, Bantu klien
Klien dapat klien menceritakan mengungkapkan
mengidentifik penyebab perilaku perasaan marahnya:
asi penyebab Kekerasan yang  Motivasi klien
perilaku dilakukannya: untuk
kekerasan  Menceritakan menceritakan
yang penyebab perasaan penyebab rasa
dilakukannya. jengkel atau kesal kesal atau
baik dari diri sendiri jengkelnya
maupun  Dengarkan tanpa
lingkungannya. menyela atau
memberi penilaian
setiap ungkapan
perasaan klien.
TUK 3 : Setelah … x pertemuan, Bantu klien
Klien dapat klien menceritakan tanda mengungkapkan tanda
mengidentifik – tanda saat terjadi – tanda perilaku
asi tanda – perilaku kekerasan : kekerasan yang
tanda perilaku  Tanda fisik : mata dialaminya:
kekerasan merah, tangan  Motivasi klien
mengepal, ekspresi menceritakan
tegang, dll kondisi fisik (tanda
 Tanda emosional : – tanda fisik) saat
perasaan marah, perilaku kekerasan
jengkel, bicara kasar. terjadi
 Tanda sosial :  Motivasi klien
bermusuhan yang menceritakan
dialami saat terjadi kondisi emosinya
perilaku kekerasan (tanda – tanda
emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan.
 Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang lain
(tanda – tanda
social) saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : Setelah … x Diskusikan dengan
Klien dapat pertemuan, klien klien perilaku
mengidentifik menjelaskan : kekerasan yang
asi jenis  Jenis - jenis ekspresi dilakukannya selama
perilaku kemarahan yang ini :
kekerasan yang selama ini telah  Motivasi klien
pernah dilakukannya menceritakan jenis-
dilakukannya.  Perasaannya saat jenis tindak
melakukan kekerasan yang
kekerasan selama ini pernah
 Efektifitas cara dilakukannya.
yang dipakai dalam  Motivasi klien
menyelesaikan menceritakan
masalah perasaan klien
setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi
 Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya,
masalah yang
dialami teratasi.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan yang dilakukan
dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/sudah disusun atau dibuat dengan cermat
serta juga terperinci sebelumnya.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. Pada
tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaan telah tercapai. Format evaluasi yang digunakan yaitu SOAP :
S : Subjektif, yaitu pernyataan/keluhan pasien setelah diberikan tindakan
O : Objektif, yaitu data yang diobservasi oleh perawat
A : Analisis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif
P : Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjannah, I. 2008. Penangan Klien Dengan Masalah Psikiatri Kekerasan. Yogyakarta:
MocoMedika.
Maramis, W.F. 2005 Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Stuart, G.W. and Laraia. 2005. Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St.
Louis: Mosby Year B
Stuart dan Sundeen, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, S. L.
2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai