Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI RISIKO PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

Dimas Aditya Albert (2011411020)

Ericha Indah Maulyna (2011411023)

Glorya Indah (2011411029)

Hilda Amalia Hamidah (2011411030)

Komang Depiani (2011411039)

Maya Alviani (2011411091)

Setya Rizki Toni Yuliyanto (2011411071)

INSTITUSI KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI SI ILMU KEPERAWATAN

2022
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial dan selalu membutuhkan kehadiran orang lain
di sekitarnya. Salah satunya harus berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini dapat
mengganggu kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain karena tidak
selalu memberikan hasil yang sesuai dengan harapan individu. Anggota kelompok
mungkin memiliki latar belakang yang berbeda, seperti agresi, ketakutan, kebencian,
persaingan, kesamaan, ketidaksamaan, empati, dan penarikan diri, yang perlu ditangani
tergantung pada situasinya. Rawat beberapa pasien secara bersamaan di bawah
bimbingan terapis/praktisi medis terlatih. Keuntungan dari terapi aktivitas kelompok
adalah pasien dapat mempelajari kembali bagaimana berhubungan dengan orang lain
berdasarkan bagaimana mereka memperkenalkan diri. Ajukan pertanyaan sederhana
dan jawab pertanyaan lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain. Terapi
aktivitas kelompok sering digunakan sebagai terapi komplementer. Wilson dan Kneissl
berpendapat bahwa terapi aktivitas kelompok adalah teknik manual, santai, dan kreatif
untuk memfasilitasi pengalaman seseorang, meningkatkan daya tanggap sosial dan
harga diri orang lain, dan membuat mereka merasakan pentingnya hubungan mereka
dengan orang lain. Pasien yang melakukan tindakan kekerasan cenderung menyakiti
atau melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan setiap saat. Kemarahan adalah
perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap rasa takut yang dianggap
sebagai ancaman. Mengekspresikan kemarahan dengan segera dengan alasan apa pun
adalah normal, tetapi terkadang sulit karena itu adalah ekspresi kemarahan yang tidak
dapat diterima secara budaya. Oleh karena itu, kemarahan sering diungkapkan secara
tidak langsung. Menekan amarah atau berpura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Mengekspresikan kemarahan secara
langsung daripada secara konstruktif ketika muncul membantu individu merasa aman
dan membantu mereka belajar tentang reaksi kemarahan seseorang dan fungsi positif
dari kemarahan. Terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat membantu pasien yang terlibat
dalam perilaku kekerasan berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan yang
mendukung. Tentu saja, pasien yang menjalani perawatan ini adalah mereka yang bebas
dari perilaku kekerasan dan mampu bekerja sama dan menjauhi ketika anggota
kelompok lain tidak melakukannya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
C. TINJUAN PUSTAKA
1. Definisi

Risiko perilaku kekerasan adalah perilaku seseorang yang menunjukkan bahwa mereka
dapat secara fisik, emosional, seksual, atau verbal merugikan diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan (NANDA, 2016). Risiko perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua domain:
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risiko kekerasan yang diarahkan sendiri)
dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risiko kekerasan yang mengancam).

2. Penyebab perilaku kekerasan

Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko Perilaku Kekerasan ada dua factor antara lain :

a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif, masa
kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya. Seseorang
yang mengalami hambatan dalam menceapai tujuan/keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
mengendalikan frustasi tersebut maka, dia melupakannya dengan cara kekerasan.

2) Perilaku

Reinforeement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering melihat kekerasan di
rumah atau diluar rumah, semua aspek ini memancing individu mengadopsi perilaku
kekerasan.

3) Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasifagresif) dan control social yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
(permisive).

4) Bioncurologis

Banyak pendapat bahwa kerusukan system limbik, lobusfrontal, lobustemporal dan


ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor Presipitasi

Pemicu dapat berasal dari interaksi dengan pasien, lingkungan, atau orang lain. Kondisi pasien
seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), perasaan putus asa, tidak berdaya, dan kurang percaya
diri dapat menyebabkan perilaku kekerasan, situasi lingkungan yang keras dan sempit, kritik
yang mengarah pada penghinaan, Kehilangan keluarga/pekerjaan, dan kekerasan. faktor lain
yang mempengaruhi. Interaksi dan konflik sosial yang provokatif juga dapat memicu perilaku
kekerasan. Hilangnya harga diri juga mempengaruhi kebutuhan orang akan rasa hormat yang
sama secara mendasar. Ketika tidak terpenuhi, seseorang mungkin merasa rendah diri, tidak
berani bertindak, menjadi mudah tersinggung, dan mudah tersinggung. Harga diri adalah
penilaian pemenuhan diri seseorang dengan menganalisis seberapa baik perilaku mereka sesuai
dengan ideal diri mereka. Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
tentang diri sendiri, kehilangan kepercayaan diri, dan perasaan ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan seseorang.

3. Rentang respon marah

Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif-maladaptif. Rentang respon


kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar. Rentang Respons Perilaku Kekerasan

Sumber: Keliat (1999)

Keterangan:

Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.

Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif

Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

Agresif : perilaku yang menyertai marah

Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya

4. Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada
juga yang hanya diam seribu Bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul
pada pasien dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut:

a. Fisik

Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan
ketus.

c. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

d. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata
bernada sarkasme.

e. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, ejekan, dan sindiran.

f. Social

Menarik diri, pengasingan penolakan, kekerasan,ejekan, dan sindiran.

g. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

5. Perilaku marah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

a. Menyerang atau menghindar

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi

b. Menyatakan secara asertif

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu


dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara terbaik untuk
mengekspresikan marah karena karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga
untuk mengembangkan diri pasien.

c. Memberontak

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.

6. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah segala upaya yang ditujukan untuk mengelola stres, seperti upaya
pemecahan masalah langsung atau mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri sendiri, dan kemarahan adalah ekspresi ketakutan yang timbul dari ancaman. Beberapa
mekanisme koping yang digunakan pasien yang marah untuk melindungi diri mereka sendiri
adalah:

a. Sublimasi: menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara nprmal. Misalnya,
orang yang marah melampiaskan amarahnya pada hal-hal lain, seperti mengaduk
kue atau membenturkan ke dinding. Tujuannya adalah untuk meredakan
ketegangan yang disebabkan oleh kemarahan.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain atas kesulitan dan kedengkian mereka. Misalnya,
seorang wanita muda yang menyangkal memiliki perasaan seksual untuk seorang
rekan akan menuduh dan membelai temannya mencoba merayunya.
c. Resepsi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea lam
sadar. Contoh: Seorang anak yang sangat membenci orang tuanya yang membenci
mereka. Namun sejak kecil kita sudah mengikuti ajaran/pendidikan orang tua kita
bahwa kebencian itu buruk dan dilaknat Tuhan agar perasaan benci kita bisa ditekan
dan akhirnya bisa kita lupakan.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan tindakan Anda terhadap mereka dan menggunakannya
sebagai hambatan. Misalnya, seseorang yang tertarik pada teman suaminya
memperlakukan orang itu dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi itu. Misalnya, Timmy berusia 4tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
D. JADWAL KEGIATAN
Pelaksaanan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan Risiko perilaku kekerasan
yaitu :

Hari/Tanggal : Rabu, 13 september 2022

Waktu : Pkl. 10.30 – selesai

Alokasi waktu :

Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

Terapi kelompok (30 menit)

Penutup (5 menit)

Tempat : Ruang Gelatik

E. SESI YANG DI GUNAKAN

Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu:

a. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang biasa dilakukan


b. Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan kegiatan social
d. Sesi 4 : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. Sesi 5 : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat

F. PESERTA TAK
a. Kriteria pasien
1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik.
3) Mau mengikuti kegiataan terapi aktifitas
b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi : menjelaskan tujuan
TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.
G. ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawatg atau pasien
lain
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
3. Bila pasien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang telah dipilih
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh pasien
tersebut.
H. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA

Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai leader, co-leader, observer, dan
fasilitator.

1. Leader
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi

2. Co-leader
Uraian tugas:
1) Menyampaikan uraian materi
3. Observer
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan
jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan
evaluasi kelompok
4. Fasiliator
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader daalm melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
I. RENCANA PELAKSANAAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan di Ruangan Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur,
Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya.
b. Peserta TAK 5 orang.
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Rabu, 13 September 2022)


No. Kegiatan Alokasi Keterangan
waktu

1. Tahap orientasi:
• Memberi salam terapeutik:
salam dari terapis 5 menit Dipimpin oleh Leader
• Evaluasi/validasi:
menanyakan perasaan
pasien saat ini
• Kontrak

2. Tahap kerja:
• Sesi V 30 menit Dipimpin oleh Leader

3. Tahap terminasi:
• Evaluasi 5 menit Dipimpin oleh Leader
• Rencana tindak lanjut
• Kontrak yang akan datang
d. Setting Tempat

Keterangan:
J.PROSES PELAKSANAAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat
marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat
marah (prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b. Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat :
1. Kertas HVS
2. Buku catatan dan pulpen
3. Sound music
4. Nametag
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1) Salamteraupetik
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien
(pakai papan nama).
c. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri
papan nama).
2) Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

3. TahapKerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh
penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien (verbal, merusak lingkungan, menciderai/memukul
orang lain, dan memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan


1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien
terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru
yang sehat menghadapi kemarahan

4. Tahap Terminasi
1)Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
b. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku
klien yang positif.
2) Tindak lanjut
a. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika
terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
b. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan
gejala perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum
diceritakan.
3) Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b. Menyepakati waktu dan tempat TAK
berikutnya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimulasi perilaku Kekerasan
Nama klien Penyebab PK
No. Perilaku Akibat perilaku
Kekerasan marah

1.

2.

3.

4.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan,
serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak
mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : Klien
mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
(disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala
yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan
sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.

SESI 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Secara Fisik


a. Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan
b. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat:
1. Kasur / kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
d. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
e. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

f. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada pasien
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:
penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk


mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik napas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
sosial yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan
yang di harapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
No Nama klien Menyebutkan cara fisik Mempraktekkan cara
mencegah perilaku kekerasan menarik napas dalam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam,
tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan
bantu klien mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Kegiatan Sosial


a. Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
b. Seting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi

e. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi /Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin
meminta sesuatu dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa
paksaan yaitu,” Sayaperlu/ingin/minta... , yang akan saya
gunakan untuk. .. ”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan
menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain,
yaitu,”Saya tidak dapat melakukan...” atau ”Saya tidak
menerima dikatakan .....” atau ” Saya kesal dikatakan
seperti ”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah
melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban
yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan
interaksi sosial yang asertif, jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan
interaksi sosial yang asertif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal
kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu
kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 3: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Social

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan
mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang
rawat (buat jadwal).
Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Kegiatan Spiritual
a.Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
b.Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
masingmasing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan
yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang
benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian
klien.

c. Kontrak yang akan datang


1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu
minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

f. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4,
kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah
untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Kegiatan Spiritual
Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4,
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara
teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat


a.Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
b.Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan
warna (upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan
klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar
cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu
cara mencegah perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat,
yaitu kejadian perilaku kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum
obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b) Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan
keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan
minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien
mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

DAFTAR PUSTAKA
Ius Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama.
Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC. 2005.
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier.
Videbeck, Sheila. L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.
Yudi Hartono & Farida Kusumawati.2010.Buku ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai