Dosen Pengampu :
Ns. Rahmat Syukri, M.Kes
Disusun Oleh :
Dinaliza Utami (2014201100)
Ira Haningsih (2014201113)
Revi Syntia P (2014201112)
Yuli Martini (2014201111)
Suchi Leona Renda (2014201114)
2. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologis
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsif
mempunyai dasar biologis.
Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus bidatang ternyata
menimbulkan perilaku agresif. Rangsangan yang diberikan terutama
pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor
kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis dll.
Jika kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional) dan lobus temporal.
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif:
serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amino
GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
1) Masa kanak-kanak yang mendukung
2) Sering mengalami kegagalan
3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
3. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
5. Rentang Respon
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang
dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak
teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah
(HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi
maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayang-
bayangan yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal
ini data berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga
yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi
perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang
menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen
terapeutik inefektif).
3. Kriteria Pasien
Kriteria pasien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas
kelompok iniadalah:
a. Klien dengan riwayat perilakukekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
4. Pengorganisasian
a. Leader, bertugas:
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Memimpin diskusi.
b. Co-Leader, bertugas :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator, bertugas:
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
d. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
e. Bertanggungjawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer, bertugas :
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir.
b. Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok.
c. Mengobservasi perilaku pasien
5. Setting tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: Observer
: Fasilitator
: Klien
6. Peserta
a. Suchi Leona Renda
Data fokus:
Pasien dibawa ke Rumah Sakit karena minta dibelikan Handphone, suka
marah-marah dan ada keinginan ingin memukul.
b. Dinaliza Utami
Data fokus :
Pasien dibawa ke Rumah Sakit karena berebut motor dan memukul
Kakaknya.
TERAPI STIMULASI PERSEPSI TERBAGI DALAM 5 SESI:
A. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B. Setting :
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat :
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader : Revi syntia putri
2. Co-leader : Ira Haningsih
3. Observer : yuli martini
4. Fasilitator : - suci Leona renda
- Dinaliza utami
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
• Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
• Membuat kontak dengan klien
• Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
• Salam terapeutik
• Salam dari terapis kepada klien
• Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
• Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
• Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien saat ini
• Menanyakan masalah yang dirasakan
• Kontak
• Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
• Menjelaskan aturan main berikut
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis.
• Lama kegiatan 45 menit
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
• Mendiskusikan penyebab marah.
• Tanyakan pengalaman tiap klien
• Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
• Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
• Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh
penyebab (tanda dan gejala)
• Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
• Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
(verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain,
memukul diri sendiri)
• Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
• Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
• Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang
paling sering dilakukan untuk diperagakan
• Melakukan bermain eran/ simulasi untuk perilaku kekerasan
yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan
klien yang melakukan perilaku kekerasan).
• Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
• Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
• Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
• Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
• Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
• Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
• Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
• Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang
sehat menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
• Evaluasi
• Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
• Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
• Tindak lanjut
• Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta
akibat perilaku kekerasan.
• Menganjurkan klien mengingat penyebab ; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
• Kontrak yang akan datang
• Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
• Menyepakati waktu dan TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 1, kemampun yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku,
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formlir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1: TAK
Simulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilakuk kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klienmampu dan
tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama
dirumah sakit.
TAK PERILAKU KEKERASAN SESI 2:
MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN FISIK
A. Tujuan:
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
B. Setting:
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
b. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat:
a. Kasur / kantong tinju/ gendang
b. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
c. Buku catatan dan pulpen
d. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
a. Leader : Revi syntia putri
b. Co-leader : Ira Haningsih
c. Observer : yuli martini
d. Fasilitator : - suci Leona renda
- Dinaliza utami
E. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
F. Langkah kegiatan:
a. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis pada pasien
b. Klien dan terapis pakai papan nama.
2. Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan
2. Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1. Meyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif
2. Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien
mampu dan tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum
mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
TAK PERILAKU KEKERASAN SESI 3: MENCEGAH PERILAKU
KEKERASAN SOSIAL
A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader : Revi syntia putri
2. Co-leader : Ira Haningsih
3. Observer : yuli martini
4. Fasilitator : - suci Leona renda
- Dinaliza utami
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
“Saya perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan ...” atau “Saya
tidak menerima dikatakan ...” atau “Saya kesal dikatakan seperti ...”.\
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosil yang
asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial yang asertif
secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Memperagakan Memperagakan
cara Memperagakan cara
No Nama klien meminta cara menolak mengungkapkan
. tanpa paksa yang baik kekerasan yang
baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahan
perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik ,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda centang jika klien mampu
dan tanda silang jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak
dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikan di ruang
rawat ( buat jadwal).
TAK PERILAKU KEKERASAN SESI 4 : MENCEGAH PERILAKU
KEKERASAN SPIRITUAL
A. Tujuan
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran /simulasi
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluas/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda centang jika klien mampu dan
tanda silang klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan( buat jadwal).
TAK PERILAKU KEKERASAN SESI 5 : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN
DENGAN PATUH MENGKONSUMSI OBAT
A. Tujuan :
1. Umum : Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan
patuh mengkonsumsi obat.
2. Khusus :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
B. Setting :
1. Terapis dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
D. Pengorganisasian :
1. Leader : Revi syntia putri
2. Co-leader : Ira Haningsih
3. Observer : yuli martini
4. Fasilitator : - suci Leona renda
- Dinaliza utami
E. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien menyebutkan
lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap keraj.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 5 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda v jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi