Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN.B DENGAN RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)


DI WISMA ABIYASA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG

HALAMAN JUDUL

Disusun guna memenuhi tugas Program Studi Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Agus lukman
N420174003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN 
PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
(fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain (Yoseph, 2007).
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat,
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki
orang disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan
membakar rumah.

B. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam
Purba dkk, 2008) adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik,
lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam
memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan
pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin)
sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat
konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik
karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal;
trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan
epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan  perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka
sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau
berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki
persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun,
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman,
dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
3) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan
mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap

C. RENTANG RESPONS MARAH


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon
kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.
 

D. TANDA DAN GEJALA


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

E. AKIBAT DARI PERILAKU KEKERASAN


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

F. PROSES MARAH
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini
digambarkan proses kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996)
1. Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3
cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga
cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah
destruktif.
2. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila
cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri
sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif
dan ngamuk.
Pathway/ Patoflowdiagram
G. PERILAKU
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah
merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine
dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot,
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga
untuk pengembangan diri klien.

3. Memberontak (acting out)


Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan

H. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi,
pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta
memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan
fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan,
interaksi, dinamis dan ilmiah. Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut :
(Keliat, dkk, 1996)

J. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan
masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,
ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,
dan diintegrasikan.
4. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat
dapat dilukiskan sebagai berikut :
1. Aspek fisik: terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat,
berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
2. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
3. Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
4. Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang
dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab
sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.

Pohon masalah

2.      Diagnosa Keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial dari
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses
kehidupan” (Carpenito, 2000). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

Rencana Tindakan
No Diagnosis
TUK/SP Tindakan
1 Resiko perilaku TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi
kekerasan diruangan, pasien tidak a.    Pasien
memperlihatkan perilaku   BHSP
kekerasan, dengan criteria   Ajarakan SP I:
hasil(TUK): o  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala,
1. Dapat membina hubungan bentuk dan akibat PK yang dilakukan
saling percaya pasien serta akibat PK
2. Dapat mengidentifikasi o  Latih pasien mencegah PK dengan
penyebab, tanda dan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul
gejala, bentuk dan akibat bantal)
PK yang sering dilakukan o  Masukkan dalam jadwal harian
3. Dapat mendemonstrasikan   Ajarkan SP II:
cara mengontrol PK o  Diskusikan jadwal harian
dengan cara : o  Latih pasien mengntrol PK dengan cara
a. Fisik sosial
b. Social dan verbal o  Latih pasien cara menolak dan meminta
c. Spiritual yang asertif
d. Minum obat teratur o  Masukkan dalam jadwal kegiatan
4. Dapat menyebutkan dan harian
mendemonstrasikan cara   Ajarkan SP III:
mencegah PK yang sesuai o  Diskusikan jadwal harian
5. Dapat memelih cara o  Latih cara spiritual untuk mencegah PK
mengontrol PK yang efektif o  Masukkan dalam jadawal kegiatan
dan sesuai harian
6. Dapat melakukan cara   Ajarkan SP IV
yang sudah dipilih untuk o  Diskusikan jadwal harian
mengontrl PK o  Diskusikan tentang manfaat obat dan
7. Memasukan cara yang kerugian jika tidak minum obat secara
sudah dipilih dalam kegitan teratur
harian o  Masukkan dalam jadwal kegiatan
8. Mendapat dukungan dari harian
keluarga untuk mengontrol   Bantu pasien mempraktekan cara yang
PK telah diajarkan
9. Dapat terlibat dalam   Anjurkan pasien untuk memilih cara
kegiatan diruangan mengontrol PK yang sesuai
  Masukkan cara mengontrol PK yang
telah dipilih dalam kegiatan harian
  Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan
pasien dirumah sakit
b.   Keluarga
      Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien PK
      Jelaskan pengertian tanda dan
gejala PK yang dialami pasien serta
proses terjadinya
      Jelaskan dan latih cara-cara
merawat pasien PK
      Latih keluarga melakukan cara
merawat pasien PK secara langsung
      Discharge planning : jadwal aktivitas
dan minum obat
Tindakan psikofarmako
  Berikan obat-obatan sesuai program
pasien
  Memantau kefektifan dan efek samping
obat yang diminum
  Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan manipulasi lingkungan


  Singkirkan semua benda yang
berbahaya dari pasien
  Temani pasien selama dalam kondisi
kegelisahan dan ketegangan mulai
meningkat
  Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik
dengan melakukan pengikatan/restrain
atau masukkan ruang isolasi bila perlu
  Libatkan pasien dalam TAK konservasi
energi, stimulasi persepsi dan realita

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. B Tgl Pengkajian: 13 Maret 2018

Umur : 58 th No. RM : 00153111

Jenis Kelamin : Laki-laki

Informan :

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiasuwasta

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : magelang

Ruangan Rawat : Wisma Puntadewa Tanggal Dirawat: 3-3-18

II. ALASAN MASUK

4 hari yang lalu pasien bicara sendiri dan 2 hari yang lalu marah – marah sebelumnya

pernah di bawa ke RSJ Magelang sering keluyuran dan memukul anggota keluarganya

punya riwayat mondok di RSJ Magelang 5X Keluar masuk.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?  Ya  Tidak

2. Pengobatan sebelumya  Berhasil  Kurang berhasil  Tidak berhasil

3. Pelaku Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik Di pukul teman wisma

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga Klien menggigit tangan kakaknya

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : . sebelumnya klien pernah dirawat di RSJS dan


pengobatannya berhasil, dan klien juga
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan
menganiaya Keluarga nya  Ya
jiwa Tidak
Bila Ya,

Hubungan keluarga Gejala Riwayat

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


 Perceraian  Suami/ istri/ anak/ orang tua meninggal
 Di PHK dari pekerjaan  Putus pacar
 Tidak naik kelas/ Putus sekolah  Kehilangan barang-barang berharga
 Menderita penyakit kronis, Bila “Ya” apa :
Lain-lain :

Jelaskan : Kapan ; dimana ; pada umur berapa ;

IV. FAKTOR PRESIPITASI

Pasien pernah megalami gangguan jiwa pada masa lalu pengobatan nya berhasil pasien dapat

berinteraksi dimasyarakat tampa ada gejala gejala, tetapi setelah obat nya terputus pasien

kambuh lagi.

V. FISIK

1. Keadaan Umum :  Baik  Sedang  Lemah

2. Tingkat Kesadaran : Composmentis

3. Tanda Vital : TD : 120/90 N: 110x S: 36,5 RR : 20x

4. Ukur : TB : 159cm BB : 52,5 kg

5. Keluhan Fisik :  Ya  Tidak

Bila “Ya” jelaskan : -

6. Pemeriksaan Fisik :

7. Riwayat Pengobatan Penyakit Fisik Tidak ada


PSIKOSOSIAL

Genogram

; laki- laki

;perempuan

;Laki mati

;perempuan mati

a. Pengambilan keputusan dalam rumah oleh : anak laki- laki 1 pertama

b. Pola komunikasi antar anggota keluarga : Klien mengatakan jika dirumah mampu
berkomunikasi dengan anggota keluarga kurang baik takut
c. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga : pasien mengatakan keluarga takut
d. Sumber pembiayaan/ ekonomi keluarga : anak pertama dan istri

e. Posisi kamar tidur pasien dengan ruang lain (ruang tamu, ruang keluarga, ruang

makan dan ruang tidur anggota lain) : kamar tidur klien berada di depan dekat

dengan ruang tamu dan ruang tv

1. Konsep diri

a. Gambaran dini
Tanggapan pasien tentang bentuk tubuh :Klien mengatakan bersyukur dengan bentuk
tubuhnya
Tanggapan pasien tentang fungsi tubuh : Normal semua dan menerima
b. Identitas diri
Posisi dalam sekolah : SD
Posisi dalam pekerjaan : Buruh bagunan

Posisi dalam jenis kelamin : Klien mengatakan puas sebagai lelaki dan berpakaian

sepantasnya laki-laki

Posisi dalam kelompok : Klien mengatakan apabila dalam kelompok klien kurang aktif

c. Peran
Peran sebagai individu : klien seorang laki2 dan bertanggung
Peran dalam keluarga : klien mengatakan mempunyai peran kepala keluarganya,

Peran dalam masyarakat : tidak ada,

Peran dalam kelompok : tidak ada

d. Ideal diri
Harapan dengan penyakitnya : klien berharap supaya bisa cepat sembuh dan bisa pulang
Harapan terhadap hubungan sosial/ keluarga : klien berkata kalau dia seharusnya bisa

membantu dirumah dan tidak dirumah sakit

Harapan terhadap pekerjaan : pasien ingin cepet dapat kerjaan

Harapan terhadap cita-cita : tidak ada

e. Harga diri
Perasaan terkait dengan hal-hal diatas : klien mengatakan tidak ingin bergaul karena malu
Pandangan pasien tentang penilaian/ penghargaan orang terhadap dirinya :
Pasien bingung dikasih penilaian apa

2. Hubungan sosial
a. Di rumah
Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang sangat berarti dirumah adalah anak dan
istri
Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : ikut terlibat dalam kegiatan dirumah
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : merasa jarang komunikasi
b. Di rumah sakit
Orang yang paling berarti : perawat dan teman temanya
Peran serta dalam kelompok : ikut serta dalam kegiatan dalam wisma

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada

c. Observasi prilaku terkait berhubungan dengan orang lain : baik dengan semua
temanya kadang membantu temanya
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :keyakinan agama yang di percayainya pasien beragama
islam dan menjalankan sholat 5 waktu

b. Kegiatan ibadah (sholat, do’a, kebaktian) : sholat, berdoa

c. Pandangan pasien tentang kegiatan ibadah yang dilakukan : klien mengatakan


bahwa dia percaya kalau dia berdoa bisa dikabulkan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan Fisik
 tidak rapi  penggunaan pakaian  cara berpakaian
 tidak sesuai  biasanya badan bau  rambut kotor
Jelaskan :Pasien normal normal aja
Cara berpakaian rapi
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : apabila klien berbicara kadang malu2
3. Aktifitas Motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif
Jelaskan : pasien bersikap baik pada saat dilakukan pengkajian

4. Alam Perasaan
 Sedih berlebihan  Takut putus asa  Khawatir  Gembira
Jelaskan : pasien khawatir tidak kunjung pulang dan ingin segera pulang
5. Afek
 Appropiate/ tepat
 Inappropiate/ tidak tepat
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan : pasien berbicara tepat saat dikaji
6. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Curiga  Defensif  Kontak mata tidak ada
 Kontak mata mudah beralih
Jelaskan : klien kooperatif saat diajakwawancara/dikaji tapi masih malu2
7. Persepsi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan  Pengeccapan
 Penghidungan
Jenis :
Waktu munculnya halusinasi : tidak ada
Frekuensi halusinasi muncul : tidak ada
Respon perasaan saat halusinasi muncul : tidak ada
Tindakan yang dilakukan untuk menhilangkan halusinasi : tidak ada
Keberhasilan dari tindakan yang dilakukan : dia tertawa dan senang apabila bisa melakukan
sesuatu
8. Proses Pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi
 Flight of idea  Blocking  reaming  pengulangan pembicaraan
Jelaskan : apabila psien diajak mengobrol, pasien berbicara terbuka apa adanya
9. Isi Pikir
 Obsesi  Fobia Depersonalisasi  Ide yang terkait Waham
 Hipokondria Magic Mistik  Agama  Kebesaran  Curiga  Somatik
 Nihilistik  Sisip Pikir  Siar Pikir  Kontrol Pikir  Waham Bizar
Jelaskan : ingin pulang dan bekerja

10. Tingkat kesadaran (secara kualitatif)


 Bingung  Sedasi  Stupor  Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang
Jelaskan : pasien sadar penuh, berbicara nyambung
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat jangka pendek
 Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi
Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan daya ingat karena pada saat pengkajian
pasien bisa mengingat semua pengalamannya
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
 Mudah beralih  Tidak mampu konsentrasi berhitung
 Tidak mampu sederhana
Jelaskan : bisa menghitung dengan normal
13. Kemampuan Penilaian
 Gangguan penilaian ringan  Gangguan penilaian bermakna
Jelaskan : pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang
lain
14. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita dirinya  Menyalahkan hal-hal diluar
Jelaskan : pasien menyadari tentang penyakitnya dan tujuannya dirawat di RSJ

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Mandiri Bantuan Total Minimal
1. Makan
a. Kemampuan menyiapkan makanan Mandiri
b. Kemampuan membersihkan alat makan Mandiri
c. Kemampuan menempatkan alat makan Mandiri
dan minum ditempatnya
2. BAK/BAB
a. Kemampuan mengontrol BAK/BAB di WC Mandiri
b. Kemampuan membersihkan WC Mandiri
c. Kemampuan membersihkan diri Mandiri
d. Kemampuan memakai pakaian/ celana Mandiri
3. Mandi
a. Kemampuan dalam mandi Mandiri
b. Kemampuan dalam menggosok gigi Mandiri
c. Kemampuan dalam keramas Mandiri
d. Kemampuan dalam potong kuku dan rambut Mandiri
4. Berpakaian/ berdandan
a. Kemampuan memilih pakaian Mandiri
b. Kemampuan memakai pakaian Mandiri
c. Kemampuan mengatur frekuensi ganti pakaian Mandiri
d. Kemampuan mencukur jenggot (laki-laki) Mandiri
e. Kemampuan berhias (perempuan) Mandiri
f. Kemampuan menyisir rambut Mandiri
5. Istirahat dan tidur
a. Kemampuan untuk mengatur waktu tidur Mandiri
b. Kemampuan merapikan sprei dan selimut Mandiri
c. Kemampuan untuk tidur dengan bantuan obat Mandiri
6. Penggunaan obat
a. Kemampuan pengaturan penggunaan obat Mandiri
7. Pemeliharaan kesehatan
a. Perawatan lanjutan (Puskesmas, RS, RSJ
Perawat, Dokter)
b. Perawatan pendukung (keluarga, pengawas
Minum obat)
8. Kegiatan didalam rumah
a. Kemampuan mempersiapkan makanan Mandiri
b. Kemampuan menjaga kerapian rumah Mandiri
c. Kemampuan mencuci pakaian Mandiri
d. Kemampuan pengaturan keuangan Mandiri
9. Kegiatan dalam rumah
a. Kemampuan berbelanja Mandiri
b. Kemampuan transportasi Mandiri
Jelaskan : Pasien sudah banyak kegiatan yang bisa dilakukan secara mandiri
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum Alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/ berlebih
 Tehnik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
Jelaskan :
IX. MASALAH PSIKO SOSIAL DAN LINKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien tidak bisa menjawab terkait dengan
dukungan kelompok
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : pasien tidak bisa menjawab terkait
dengan
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : tidak
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien ingin bisa kerja lagi
 Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien tidak bisa menjawab terkait dengan
perumahan
 Masalah ekonomi, spesifik : pasien tidak bisa menjawab terkait dengan ekonomi
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien tidak bisa menjawab terkait dengan
pelayanan kesehatan
 Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah spesifik lainnya
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit Jiwa  System pendukung
 Faktor penyebab kekambuhan  Obat-obatan yang diminum
 Sumber koping  Sembuh sosial
 Manajemen hidup sehat
Jelaskan : Pasien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa dan sembuh sosial
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : F.20.2

Terapi medik :
Ladorne /12 jm

Obat oral ; APD 5 mg,,npt 2 mg,,clotopin 50 mg


senin

12 maret
2018

XII. ANALISA DATA


Data Fokus
No Hari/Tgl Masalah
(Ds & Do)

DS: Pasien mengatakan karena tidak dihargai sebagai Resiko Perilaku Kekerasan
kepala pemimpin keluaganya malah percaya ma
tetanganya
DO: pasien benci ama anak istri dan tetangga nya
Harga diri rendah
DS: Pasien merasa berslah karena marah ma keluaganya
DO: pasien lebih senang menyendiri

DS : Pasien mendengar suara laki lika ada malam hari Halusinasi


DO: Pasien bicara hal hl tidak nyata
XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan


2.HDR
3.Halusnsi
XIV. INTERVENSI
Dx Perencanaan
Hari
Ke Rasional
/ Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tindakan
p
Resi 1. beri
TUM: Setelah dilakukan
ko
3x15 menit interaksi salam/panggil
Peri Klien tidak
laku diharapkan, klien nama pasien
mencederai
kek menunjukan tanda-
eras diri sendiri 2. sebut nama
tanda
an perawat sambil
TUK:
1.Klien mau salaman
1.      1. Klien membalas salam
3.jelaskan maksud
dapat
1.2     2.Klien mau hubungan
membina 1.
menjabat tangan
Mengungkapkan interaksi
hubungan
marah yang biasa
saling
TUK 2 1.klien
1.3     dapat mengungkapkan
3. Klien
dilakukan mau 1.beri kesempatan untuk
perasaan saat marah mengungkapkan perasaannya
Pasien dapat 2. klien dapat
mengidntifika 2.bermain peran
kilendapat menyimpulkan
2. bantu
tanda-pasien untuk
si penyebab dengan perilaku
tanda jengkel/amuk mengungkapkan marah/jengkel
marah yang
marah/amuk dilakukan
1.klien dapat
1.anjurkan klien
mengungkapkan
3.klien dapat
TUK3 mengungkapkan perasaan saat
perasaan saat marah
mengetahui cara marah/jengkel
Klien dapat marah yang
2.klien dapat
TUK 4 dilakukan 2.observasipasien
1.anjurkan tanda perilaku
mengidentifik menyimpulkan tanda-
Klien dapat menyelesaikan mengungkapkan
kekerasan pada klien
asi tanda
mengungkapka marah yang biasa
masalah atau
n perilaku dilakukan
tidak
marah yang 2.bantu pasien
sering bermain peran
dilakukan sesuai perilaku
1.klien dapat kekerasan yang
menjelaskan akibat biasa dilakukan
dari cara yang 3.bicarakan dengan
digunakan klien klien apakah
dengan cara klien
TUK 5 lakukan
Klien dapat masalahnya selesai
mengidentifikas 1.klien mampu
i akibat perilaku menjelaskan cara- 1.bicarakan akibat
cara sehat
mengungkapkan
marah
atau kerugian dari
cara yang
dilakukan klien
2.bersama klien
menyimpulkan
akibat dari cara
yang dilakukan
3.tanyakan pada
klien apakah dia
kekerasan
ingin mempelajari
cara baru yang
sehat

1.apakah klien
TUK 6
mau mempelajari
Klien
cara baru
mengidentifikas
mengungkapkan
cara construksi
marah yang sehat
dalam respon
2.jelaskan cara
terhadap
mengungkapkan
perilaku
marah selain
kekerasan
perilaku kekerasan
3.jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah :
-nafas dalam,
pukul bantal
-verbal:
mengungkapkan
bahwa dia sedang
kesal
-sosial : latihan
asertif
-spiritual :
sembahyang/berdoa

XV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Hari/ Para
Implementasi Evaluasi
Tgl f
senin SP I S : Pasien mengatakan lupa cara
12.03.1 1. Mengidentifikasi mengendalikan emosi dengan cara
8 penyebab PK nafas dalam
2. Mengidentifikasi tanda O : -Pasien terlihat belum bisa
dan gejala PK contoh
3. Mengidentifikasi PK yang -Pasien sudah mencoba
dilakukan mempraktikan nafas dalam
4. Mengidentifikasi akibat A : Klien belum bisa tercapai SP 1
PK cara fisik nafas dalam bisa mengendalikan emosi dengan
5. Membimbing pasien nafas dalam
memasukan dalam jadwal P : Ulagi SP1 RPK
kegiatan harian
selasa
13.03.1 SP I
8 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan bisa cara
penyebab PK mengendalikan emosi dengan cara
2. Mengidentifikasi tanda nafas dalam
dan gejala PK O : -Pasien terlihat bisa contoh
3. Mengidentifikasi PK yang -Pasien sudah mencoba
dilakukan mempraktikan nafas dalam
4. Mengidentifikasi akibat A : Klien bisa tercapai SP 1 bisa
PK cara fisik nafas dalam mengendalikan emosi dengan nafas
5. Membimbing pasien dalam
memasukan dalam jadwal P : lanjutkan ke SP2 RPK
kegiatan harian

SP II
1. Memvalidasi masalah dan
Rabu, latihan sebelumnya S : Pasien mengatakan apabila dia
07.03.1 2. Melatih pasien cara emosi die melampiaskannya ke
8 kontrol PK fisik 2 bantal/kasur
(memukul bantal) O : -Pasien kooperatif
3. Membimbing pasien -Pasien mau menyebutkan
memasukkan dalam nemda apa saja yang bisa untuk
jadwal kegiatan harian melampiaskan marahnya
(bantal, guing, kasur)
-Pasien mempraktikan memukul
bantal
A : Pasien sudah bisa mengendalikan
emosi dengan memukul bantal
P : Lanjutkan ke SP selanjutnya

SP III
1. Memvalidasi masalah dan S : Pasien mengatakan bisa
latihan sebelumnya mengontrol emosi secara verbal
2. Melatih cara kontrol PK O : -Pasien kooperatif
secara verbal -Pasien mampu kontak verbal
(mengungkapkan marah A : Pasien bisa mengontrol emosi
secara baik) secara verbal
3. Membimbing pasien P : Lanjutkan ke SP selanjutnya
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai