Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI KLATEN
Dosen Pembimbing : Ns. Nurisda Eva Irmawati, S.Kep.,M.Kep.

Disusun Oleh :

YASHINTA DHANIK K.

P137420121071

DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KOTA SEMARANG

TAHUN 2023
1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun
orang lain (Yoseph, 2007). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan
kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki orang
disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain,
bahkan membakar rumah.
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian
psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku
yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain
juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori
sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk,
2008) adalah :
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang
berpengaruh terhadap perilaku :
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan
hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen
dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine,
dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.
Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang
dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung
antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor
predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan.
Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik
dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan
epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2) Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan
untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh
peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki
persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan
yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku
guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman
fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor
budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif.
Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat
terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai
/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap,
3. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
5. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a. Psikofarmaka
1) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
2) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak
diri.
3) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien
bila mengarah pada keadaan amuk.
b. Psikoterapi
1) Psikoterapeutik
2) Lingkungan terapeutik
3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4) Pendidikan kesehatan
6. Pohon Masalah

Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Isolasi sosial

Harga diri rendah

Causa Gangguan konsep diri

7. Asuhan Keperawatan
a. Fokus pengkajian
Perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek
fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut :
1) Aspek fisik: terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas
pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat,
tekanan darah meningkat.
2) Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
3) Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan.
4) Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan
masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
Rencana Tindakan
No Diagnosis
TUK/SP Tindakan
1 Resiko perilaku kekerasan TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi
diruangan, pasien tidak
a. Pasien
memperlihatkan perilaku
kekerasan, dengan criteria hasil  BHSP
(TUK):
 Ajarakan SP I:
 Dapat membina hubungan
saling percaya o Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK
yang dilakukan pasien serta akibat PK
 Dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda dan gejala, o Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam
bentuk dan akibat PK yang sering & memeukul bantal)
dilakukan o Masukkan dalam jadwal harian
 Dapat mendemonstrasikan cara  Ajarkan SP II:
mengontrol PK dengan cara :
o Diskusikan jadwal harian
o Fisik
o Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial
o Social dan verbal
o Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif
o Spiritual
o Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
o Minum obat teratur
 Ajarkan SP III:
 Dapat menyebutkan dan
mendemonstrasikan cara o Diskusikan jadwal harian
mencegah PK yang sesuai o Latih cara spiritual untuk mencegah PK
 Dapat memelih cara o Masukkan dalam jadawal kegiatan harian
mengontrol PK yang efektif dan
sesuai
 Dapat melakukan cara yang  Ajarkan SP IV
sudah dipilih untuk mengontrl PK
o Diskusikan jadwal harian
 Memasukan cara yang sudah
o Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum
dipilih dalam kegitan harian
obat secara teratur
 Mendapat dukungan dari
o Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
keluarga untuk mengontrol PK
 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan
 Dapat terlibat dalam kegiatan
diruangan  Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang
sesuai
 Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam
kegiatan harian
 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit
b. Keluarga
 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien PK
 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien
serta proses terjadinya
 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK
 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara
langsung
 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
Tindakan psikofarmako
 Berikan obat-obatan sesuai program pasien
 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara periodic
Tindakan manipulasi lingkungan
 Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien
 Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan
ketegangan mulai meningkat
 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan
pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu
 Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi
persepsi dan realita
8. Strategi Pelaksanaan

a. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
b. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
c. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKnya
d. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama
( latihan nafas dalam).
1) Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil Anwar, saya
biaya dipanggil Anwar. Saya perawat yang dinas diruang Madrim ini, saya dinas
diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang,
jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu
rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”
2) Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R
rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu
R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.
3) Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu? ”
“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu
lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan
T, bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”

Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua
(evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara
ke dua.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”

2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan
memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau
marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan
memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu
kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“
sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!” Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
( menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat
jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang
sama?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu
mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah
berantakan, Coba ibu minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan
makan dan bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena
perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau
latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu
dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti
ya Ibu…Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/
berdoa)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” Betul Ibu
“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana
yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali
ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum
obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat,
benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat
secara teratur)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar,
“sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya ada 3 macam
bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu minum 3x sehari jam
7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu
terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila
terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan waktu minum obat
kedalam jadwal ya bu”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum obat
yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum! Bagaiman
cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah
yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu
lagi untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;
Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1,
CV. Agung Seto; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC ; Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai