Anda di halaman 1dari 22

MODUL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

Penanggulangan Gawat Darurat Rumah Sakit dan Sistem Penaggulangan Gawat


Darurat Terpadu (SPGDT)

PENDIDIKAN KEPERAWATAN SEMARANG PROGRAM DIPLOMA III

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Modul tepat waktu. Modul ini
tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Kami menyadari dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat demi
peningkatan mutu pendidikan dan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan
yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Semarang, 20 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................2

C. TUJUAN......................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
A. Pengertian Keperawatan Gawat Darurat.....................................................................3

B. Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat......................................................................3

C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan............................................................4

D. Sistem Pengelolaan/Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)...................4

1. Pengertian SPGDT...................................................................................................4

2. Tujuan SPDGT........................................................................................................4

3. Penyelengaraan SPDGT..........................................................................................4

4. Pelaporan SPGDT....................................................................................................7

5. Pembinaan dan pengawasan SPGDT.......................................................................7

E. Prinsip-prinsip Penanggulangan Korban Gawat Darurat............................................7

1. Tujuan pertolongan pertama....................................................................................7

6. Tindakan prioritas penolong....................................................................................7

7. Mengontrol Area......................................................................................................8

8. Sikap penolong........................................................................................................8

F. Evakuasi Korban.............................................................................................................9

1. Penilaian korban dan kegawat daruratan pernapasan..............................................9

2. Evakuasi Korban....................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya dapat terwujud.

Gawat Darurat Medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa setiap orang.
Bisa secara tiba-tiba dan membahayakan jiwa sehingga membutuhkan penanganan
yang cepat dan tepat. Dalam kondisi gawat darurat, diperlukan sebuah sistem
informasi yang terpadu dan handal untuk bisa digunakan sebagai rujukan bagi
penanganan gawat darurat, maka dikembangkan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien
gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di
Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat
darurat dan sistem komunikasi.

Menilik kasus kegawat daruratan tidak terlepas dari angka kematian akibat
kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Sedikitnya
3.400 orang meninggal dunia di jalan raya setiap hari, dan sepuluh juta orang terluka
atau mengalami disabilitas setiap tahunnya. Saat ini kecelakaan lalu lintas adalah
penyebab kematian ke delapan di seluruh dunia, dan merupakan penyebab utama
kematian pada usia produktif (15-29 tahun). Kerugian material yang dialami mencapai
milyaran dolar AS. Diperkirakan pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas menempati
lima besar penyebab kematian di seluruh dunia.

1
Dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), masyarakat
dapat menelpon Call Centre 119 untuk mendapatkan layanan informasi mengenai
rumah sakit mana yang paling siap dalam memberikan layanan kesehatan, advis untuk
pertolongan pertama dan menggerakkan angkutan gawat darurat ambulan rumah sakit
untuk penjemputan pasien. Petugas Call Centre adalah dokter dan perawat yang
mempunyai kompetensi gawat darurat. SPGDT 119 bertujuan memberikan
pertolongan pertama kasus kegawatdaruratan medis, memberikan bantuan rujukan ke
Rumah Sakit yang tersedia, mengkoordinasikan pelayanan informasi penanganan
medis yang terjadi pada pasien sebelum mendapatkan pelayanan medis di Rumah
Sakit (Kemenkes, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu SPGDT ?
2. Apa tujuan SPDGT ?
3. Bagaimana Penyelengaraan SPDGT ?
4. Bagaimana Pelaporan SPGDT ?
5. Bagaimana Pembinaan dan pengawasan SPGDT ?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu SPGDT ?
2. Untuk mengetahui bagaimana tujuan SPDGT ?
3. Untuk mengetahui bagaimana Penyelengaraan SPDGT ?
4. Untuk mengetahui bagaimana Pelaporan SPGDT ?
5. Untuk mengetahui bagaimana Pembinaan dan pengawasan SPGDT ?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Gawat Darurat


Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan.
Kegiatan pelaayanan keperawatan menunjukan keahliann dalam pengkajian
pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat .
Sebagai seorang spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan
keterampilan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma,
ketidakstabilan multisystem, keracunan, dan kegawatan yang mengancam jiwa
lainnya.

B. Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat


Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah:
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat.
2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3. Penanggulangan korban bencana

Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tahu penyebab kematian yaitu:

1. Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)


a. Kegagalan sistem otak
b. Kegagalan sistem pernafasan
c. Kegagalan sistem kardiovaskuler
2. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-lahan)
a. Kegagalan sistem hati
b. Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)
c. Kegagalan sistem pancreas (endokrin)

3
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan
Melihat skema di atas maka nasib korban tergantung pada:
1. Kecepatan ditemukannya korban
2. Kecepatan minta tolong
3. Kecepatan dann kualitas pertolongan

D. Sistem Pengelolaan/Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

1. Pengertian SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang selanjutnya disingkat
SPGDT adalah suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses
telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat.
Kode Akses Telekomunikasi 119 , yang selanjutnya disebut Call Center 119
adalah suatu desain sistem dan teknologi menggunakan konsep pusat panggilan
terintegrasi yang merupakan layanan berbasis jaringan telekomunikasi khusus di
bidang kesehatan

2. Tujuan SPDGT
a. meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan
b. mempercepat waktu penanganan (respon time ) Korban/Pasien Gawat
Darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan .

3. Penyelengaraan SPDGT
a. sistem komunikasi gawat darurat
Sistem komunikasi gawat darurat harus dilakukan secara terintegrasi antara
Pusat Komando Nasional (National Command Center), PSC, dan Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan.
 Pusat komando nasional
Pusat Komando Nasional (National Command Center) mempunyai fungsi
sebagai pemberi informasi dan panduan terhadap penanganan kasus
kegawatdaruratan. Pusat Komando Nasional (National Command Center)
memiliki tugas :
a) memilah panggilan gawat darurat/non gawat darurat
b) meneruskan panggilan ke PSC
4
c) dokumentasi, monitoring, pelaporan dan evaluasi
 PSC
Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/ Public Safety Center yang
selanjutnya disebut PSC adalah pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegawatdaruratan yang berada di kabupaten/kota yang merupakan ujung
tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat. PSC dapat
dilaksanakan secara bersama-sama dengan unit teknis lainnya di luar
bidang kesehatan seperti kepolisian dan pemadam kebakaran tergantung
kekhususan dan kebutuhan daerah
PSC mempunyai fungsi sebagai :
a) pemberi pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat dan/atau pelapor
melalui proses triase ( pemilahan kondisi Korban/Pasien Gawat
Darurat )
b) pemandu pertolongan pertama ( first aid )
c) pengevakuasi Korban/Pasien Gawat Darurat
d) pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan
PSC memiliki tugas :
a) menerima terusan ( dispatch) panggilan kegawatdaruratan dari
Pusat Komando Nasional (National Command Center)
b) melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan
algoritme kegawatdaruratan
c) memberikan layanan ambulans
d) memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan
e) memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah
sakit.
Lokasi PSC dapat ditempatkan di :
a) dinas kesehatan kabupaten/kota
b) rumah sakit
c) lokasi lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Ketenagaan PSC :
a) koordinator

5
b) tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga perawat, dan
tenaga bidan yang terlatih kegawatdaruratan
c) operator call center
Operator call center merupakan petugas penerima panggilan dengan
kualifikasi minimal tenaga kesehatan
d) tenaga lain
Tenaga lain merupakan tenaga yang mendukung penyelenggaraan
PSC
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan berkewajiban turut serta dalam
penyelenggaraan SPGDT sesuai kemampuan . Fasilitas pelayanan
kesehatan terdiri dari rumah sakit, puskesmas dan klinik.
b. sistem penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat
Sistem penanganan korban/pasien gawat darurat terdiri dari:
 penanganan pra fasilitas pelayanan kesehatan
Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindakan
pertolongan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat yang cepat dan tepat
ditempat kejadian sebelum mendapatkan tindakan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Tindakan pertolongan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dari PSC.
 penanganan intra fasilitas pelayanan kesehatan
Penanganan intra fasilitas pelayanan kesehatan merupakan pelayanan
gawat darurat yang diberikan kepada pasien di dalam fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan gawat darurat. Penanganan
intrafasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui suatu sistem dengan
pendekatan multidisiplin dan multiprofesi
 penanganan antar fasilitas pelayanan kesehatan
Penanganan antar fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindakan
rujukan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat dari suatu fasilitas
pelayanan kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang lebih
mampu
c. sistem transportasi gawat darurat

6
Sistem transportasi gawat darurat diselenggarakan oleh PSC dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan menggunakan ambulan gawat darurat .

4. Pelaporan SPGDT
Setiap PSC harus melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
SPGDT. Pencatatan dilaporkan secara berkala setiap tahun kepada
bupati/walikota melalui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota . Kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota melakukan kompilasi laporan dan menyampaikan hasil
kompilasi laporan kepada gubernur melalui kepala dinas kesehatan provinsi .
Kepala dinas kesehatan provinsi melakukan kompilasi laporan dan
menyampaikan hasil kompilasi laporan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal.

5. Pembinaan dan pengawasan SPGDT


Menteri, gubernur , dan bupati/walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan SPGDT melalui monitoring dan evaluasi.
Monitoring dilakukan untuk mewujudkan sinergi, kesinambungan, dan efektifitas
pelaksanaan kebijakan/program SPGDT. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan
secara berkala melalui koordinasi dan pemantauan langsung terhadap pelaksanaan
dalam kebijakan/program SPGDT

E. Prinsip-prinsip Penanggulangan Korban Gawat Darurat


Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban. Pertolongan
pertama adalah pertolongan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi
ditempat kejadian.

1. Tujuan pertolongan pertama


a. Menyelamatkan kehidupan
b. Mencegah kesakitan makin parah
c. Meningkatkan pemulihan

6. Tindakan prioritas penolong


a. Ambil alih situasi
b. Minta bantuan pada orang sekitar
c. Kaji bahaya lingkungan

7
d. Yakinkan area aman bagi penolong dan korban
e. Kaji korban secara cepat untuk masalah yang mengancam kehidupan
f. Kirim seseorang untuk memanggil polisi atau ambulan

7. Mengontrol Area
a. Kecelakaan kendaraan bermotor, yang harus dilakukan : pelarangan merokok,
cegah kerumunan, minta pertolongan orang lain
b. Kecelakaan listrik, yang harus dilakukan putuskan hubungan listrik dengan
kayu dan lainnya, jaga jarak dengan korban sampai korban berada diarea yang
aman
c. Gas, asap dan gas beracun maka pindahkan pasien
d. Kebakaran, yang harus dilakukan adalah menjauhkan pasien dari api

8. Sikap penolong
a. Jangan panic
b. Bersikap tenang
c. Cekatan dalam melakukan tindakan
d. Jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempatmya sebelum dipastikan
sarana angkutan yang memadai
e. Hal-hal penting harus diperhatikan terhadap korban atau pasien adalah :
 Pernapasan dan denyut jantung
a) Bila napas berhenti maka segera kerjakan pernapasan bantuan
b) Bila jantung berhenti berdenyut maka lakukan kompresi jantung luar
(KJL)
c) Usaha-usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi
 Perdarahan
Bila terjadi perdarahan maka lakukan usaha-usaha menghentikan
perdarahan. Terutama perdaraha dari pembuluh darah besar.
 Syok
Bila terjadi syok maka perhatikan tanda-tandanya serta lakukan
penanggulangan
 Cegah aspirasi terhadap muntahan dengan mengatur posisi pasien miring
pada salah satu sisi tubuh atau ditelungkupkan
 Bila terjadi fraktur, maka lakukan pembidaian

8
Tabel 1.1 Pengelompokan klien gawat darurat

Kategori Skala Priotitas Kasus


I Prioritas utama pasien 1. Tidak sadar
2. Sumbatan janal napas atau henti napas
3. Henti jantung
4. Perdarahan hebat
5. Syok
6. Reaksi insulin
7. Mata terkena bahan kimia

II Prioritas kedua pasien 1. Luka bakar


2. Fraktur mayor
3. Injuri tulang belakang
III Priorotas ketiga pasien 1. Fraktur minor
2. Perdarahan minor
3. Keracunan obat-obatan
4. Percobaan bunuh diri
5. Gigitan binatang
IV Prioritas keempat pasien

F. Evakuasi Korban

1. Penilaian korban dan kegawat daruratan pernapasan


Penilaian korban merupakan tindakan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan agar penolong mengetahui kondisi korban dengan prinsip “do no
further harm”. Dalam melakukan penilaian korban, penolong harus
memperhatikan beberapa hal di bawah (urut berdasarkan prioritas) :
a. Mengidentifikasi dan berusaha memperbaiki masalah-masalah yang
mengancam jiwa
b. Mengidentifikasi masalah trauma dan medis dan berusaha menstabilkan
keadaan korban, dan mengurangi keparahannya (jika memungkinkan)

9
c. Menjaga kestabilan dan melakukan monitoring kondisi korban
d. Penilaian korban meliputi 2 pemeriksaan, yaitu pemeriksaan primer dan
sekunder
Pemeriksaan primer meliputi:
D – Danger
R – Response (respon panggil, respon sentuh, respon nyeri)
A – Airway
B – Breathing + oksigenasi
C – Circulation + control bleeding

2. Evakuasi Korban
Pada dasarnya syarat korban dievakuasi yaitu:
a. Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan monitor terus keadaan umum
korban
b. Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
c. Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
d. Patah tulang yang ada sudah diatasi
e. Mutlak tidak ada cedera spinal
f. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan
korban
Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan pengangkatan dan
pemindahan korban perlu mendapatkan perhatian yang serius. Jangan sampai
akibat cara melakukan yang salah mengakibatkan cedera atau keadaan korban
bertambah parah, atau bahkan penolong mengalami cedera. Untuk mencegah hal-
hal diatas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pikirkan kesulitan memindahkan sebelum mencobanya
b. Jangan coba nagkat dan turunkan korban jika tidak dapat mengendalikannya.
c. Selalu mulai dari posisis seimbang dan tetap jaga keseimbangan
d. Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
e. Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong
f. Lakukan gerakan secara menyeluruh, serentak dan upayakan agar bagian tubuh
saling menopang
g. Bila dapat kurangi jarak atau tinggi yang harus dilalui korban.
h. Perbaiki posisi dan angkat secara bertahap

10
i. Punggung tegak waktu mengangkat korban atau menjaga kelurusan tulang
belakang.

Berbagai contoh cara memindahkan korban:


1. menarik kemeja korban (shirt drag)
2. menarik selimut korban (blanket drag)
3. menarik ketiak / lengan (shoulder/forearm drag)
4. menarik kain (sheet drag)
5. gendong punggung (piggy back carry)
6. memapah (one rescuer crutch)
7. angkat depan (cradle carry)
8. menarik dengan merangkak (fire fighter drag)
9. dipikul (fire fighter carry) dan lain-lain.
a. Piggy back carry

b. Blanket drag

c. one rescuer crutch

d. cradle carry

11
e. Fire fighter carry’s steps

Step 1

step 2

step 3

Aturan umum tentang evakuasi :


a. Perhatikan kondisi korban, apakah mengalami cedera atau trauma yang
membutuhkan kehati-hatian dalam pengevakuasian.
b. Bila mungkin,terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan, agar dapat
bekerjasama.
c. Jangan pindahkan korban sendiri kalau bantuan belum tersedia.
d. Jika beberapa orang melakukan evakuasi, 1 orang memberikan komando
e. Angkat dan bawa korban dengan benar agar tidak mengalami cedera
otot/sendi
f. Jangan abaikan keselamatan penolong sendiri.
Aturan dalam mengangkat dan menurunkan korban :
a. Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki ke depan guna
menjaga keseimbangan
b. Tegakkan badan dan tekukkan lutut
c. Pegang korban / balut dengan seluruh jari tangan
d. Usahakan badan korban yang diangkat dekat dengan penolong
e. Jika kehilangan keseimbangan / pegangan, letakkan korban, atur posisi
kembali, lalu mulai

12
f. kembali mengangkat.
Hal-hal yang harus diperhatikan bila membawa korban dengan tandu :
a. Tandu diperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampu menahan berat korban
b. Korban tidak sadar yang dibawa ke tempat jauh, sebaiknya selalu diikat
c. Penolong yang paling berpengalaman, memberikomando untuk tiap gerakan
d. Kaki korbanselalu di depan, kecuali pada keadaan :
1. Korban cedera tungkai berat menuruni tangga / turun di tempat yang
miring
2. Korban hipotermia,menuruni tangga/turun di tempat yang miring
3. Korban dengan stroke/kompresi otak tidak bolehdi angkat dengankepala
lebih rendah dari kaki
Cara mengusung korban
1. Satu orang penolong :
a. Mengusung untuk jarak dekat
Cara menarik penderita untuk jarak pendek cara ini hanya dilakukan
apabila sudah pasti tidakada tanda-tanda patah tulang leher, tulang belakang,
tulang tengkorak, dan gegar otak.
b. Tongkat manusia
1. Anda berdiri di samping korban pada sisi yang cedera atau lemah.
Lengannya dilingkarkan di bahu anda dan peganglah tangan atau
pergelangan tangannya.
2. Lengan anda yang satu lagi melingkar di pinggang korban,dan pegang baju
atau pinggangnya.
3. Langkahkan kaki yang sebelah dalam dan berjalandisesuaikan dengan
kecepatan korban. Tongkat atau dahan kayu dapat menjadi penopang
tambahan. Korban harus ditenangkan.
c. Mengusung korban yang sadar tetapi tidak dapat berjalan sendiri
Cara mengusung korban yang tidak mampu berjalan sendiri dan lemas.
Meskipun sadar, korban hanya mampu menggantungkan tangannya secara
pasif ke leher penolong.
d. Cara mengendong
1. Anda jongkok di samping korban, selipkan lengan di sekitar tubuhnya, di
atas pergelangan tangan

13
2. Selipkan lengan yang satunya di bawah paha korban. Badannya dipeluk
kearah anda dan angkat.
e. Cara ditarik
1. Letakkan tangan korban menyilang pada dadanya. Anda jongkok di
belakang korban, pegang melalui ketiak, dan angkat.
2. Jika korban bisa duduk, silangkan lengannya pada dada. Pegang
pergelangan tangan melalui ketiak dan angkat.
3. Jika korban memakai jaket , lepaskan kancingnya, dan tarik jaket ke
bawah kepalanya. Pegang jaket melalui bahunya dan angkat.
f. Mengusung melalui lorong sempit
Mengusung korban yang pingsan melalui lintsan yang sempit
(misalnya terowongan atau di lorong kapal). Tangan korban diikat dan
digantungkan pada leher penolong.
g. Mengangkat penderita yang tidak sadar dengan cara katak
Korban ditidurkan diatas punggung penolong, kemudian penolong
berjalan merangkak
h. Mengusung dengan selimut pada korban pingsan
Mengusung korban yang pingsan dengan selimut yaitu korban yang
seharusnya diusung dengan usungan.
2. Dua orang penolong :
a. Mengusung korban dengan menggunakan tangan sebagai tandu,dikerjakan
oleh dua orang
b. Kursi dua tangan :
1. Jongkokkan kedua sisi korban, silangkan lengan dipunggung korban dan
pegang ikat pinggangnya.
2. Kedua lengan yang lain diselipkan bawah lutut korban, dan penolong
saling memegang pergelangan tangan. Lengan yang saling memegang
dibawa ke pertengahan paha korban.
3. Bergeraklah mendekati korban, punggung tetap lurus,bangkit pelan-pelan
dan jalan bersama-sama.
c. Mengangkat depan belakang
1. Korban didudukan dan tangannya disilangkan pada dada
2. Jongkok di belakang korban, selipkan lengan melalui ketiak korban dan
pegang pergelangan tangannya kuat-kuat
14
3. Penolong jongkok di samping korban dan lengannya diselipkan di bawah
paha korban
4. Bekerja secara serentak, bangkit pelan-pelan dan berjalan.
Catatan : jangan melakukan cara ini pada cedera lengan atau bahu

d. Kursi pengangkut
Mengusung korban dengan menggunakan kursi sebagai tandu.
3. Tiga orang penolong :
a. Cara meletakan tangan untuk mengusung korban yang seharusnya diusung
dengan usungan
1. Cara mengangkat tandu :
Langkah – langkah dalam mengangkat tandu :
a. Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki
b. Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki. Semua pengangkat jongkok dan
memegang mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri memegang tandu
secara rata
c. Aba-aba berikutnya semua pengangkat melangkahkan kaki sebelah dalam
dengan langkah pendek
d. Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalau ada aba-aba.
Pada aba-aba berikutnya semua jongkok dan meletakkan tandu hati-hati.
Cara mengangkat tandu yang baik :
1. Mengangkat dan menurunkan tidak boleh salah, baik korban maupun anda
sendiri. Anda harus selalu menggunakan otot seperti paha, pinggul dan bahu
dengan mengikuti peraturan berikut :
a. Tempatkan posisi kaki anda senyaman mungkin
b. Salah satu kaki agak ke depan
c. Posisi seperti ini berguna untuk menjaga keseimbangan.
d. Tegakkan badan dan lekukkan lutut anda
e. Usahakan berat korban yang anda angkat dekat dengan anda
f. Bila anda mulai kehilangan keseimbangan,rendahkan korban aturlah posisi
ataupegangannya kembali jika perlu, lalu mulailah mengangkatnya.
 Tandu Buatan Sendiri
15
Meskipun dalam keadaan darurat kita bisa membuat tandu, tetapi
sebaiknya ditunggu sampai bantuan dan peralatan khusus datang. Jika anda
harus memindahkan korban ke tempat terlindung, tandu dapat dibuat dari
permukaan yang keras seperti pintu, tongkat, atau papan iklan. Dapat juga
dengan menyisipkan tiang melalui lengan jaket. Kekuatan tandu harus selalu
dicoba dulu sebelum digunakan.

 Selimut Pengangkat
Selimut digulung menurut panjangnya sampai setengah dari lebarnya dan
letakkan di samping korban. Korban digulingkan pada sisinya dan selimut
digulung di bawah punggungnya. Korban digulungkan ke arah selimut dan
samping. Gulungan selimut dibuka hingga korban tepat berbaring
diatasnya.Selimut yang telah terbuka digulung kearah korban dengan erat dan
gulungan ini sebagai pegangan bagi pengangkat. Dua pengangkat jongkok di
kedua sisi korban pada tubuh dan kakinya. Gulungan dipegang dengan kuat.
Keempat pengangkat mengangkat korban serentak dengan cara
mencondongkan badan kebelakang lalu meluruskan lutut.

 Menggunakan Satu Selimut:


Selimut terbuka diletakan diagonal diatas tandu, sehingga ujung-ujungnya
mengantung di pinggir, atas, dan bawah tandu.Korban diletakkan ditengah
tandu. Terangkan apa yang akan anda lakukan. Ujung yang menggulung
ditutup pada kakinya dan diselipkan dibawah pergelangan kaki. Ujung yang
disamping di pasang menyelimuti korban kemudian diselipkan dibawah
badannya .Lipat sisi lainnya dan selipkan ke dalam. Tenangkan korban dan
terangkan apa yang akan anda lakukan. Selipkan bagian atas selimut ke
kepala dan leher korban, hingga
tertutup. Sementara wajah dibiarkan terbuka.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang selanjutnya disingkat
SPGDT adalah suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses
telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat. Dengan adanya SPGDT
diharapkan meningkatnya akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan, mempercepat
waktu penanganan (respon time ) Korban/Pasien Gawat Darurat dan menurunkan
angka kematian serta kecacatan

B. SARAN
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
namun kami berharap setelah dibuatnya makalah yang berisi visi,misi dan tujuan yang
berdasarkan filosofi keperawatan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan dan
pembangunan rumah sakit yang menjunjung tinggi pelayanan prima ini dapat diminati
sehingga para pekerja pabrik, maupun masyarakat umum dapat memerikasakan diri
untuk menunjang kesehatan yang optimal dan sejahtera.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-plan-de-mejora-institucional.pdf%0Ahttp://
salud.tabasco.gob.mx/content/revista%0Ahttp://www.revistaalad.com/pdfs/
Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.15446/
revfacmed.v66n3.60060.%0Ahttp://www.cenetec.

18

Anda mungkin juga menyukai