Anda di halaman 1dari 19

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi

Dosen pengampu : Ijun Rijwan Susanto, SKM.,M.Kes., Ph.d

DI SUSUN OLEH :

- Ajeng Indriani C.0105.20.101 - Rahmat C.0105.20.138

- Anis Halimah C.0105.20.104 - Shela Saumidayanti C.0105.20.144

- Juju C.0105.20.126 - Sopiyan H. C.0105.20.147

- Lestiana Rahma C.0105.20.130 - Utari Putri M C.0105.20.152

- M Iksan Rivaldi C.0105.20.142. - Witrian Nurangga C.0105.20.154

- M Susan Nursalam C.0105.20.133

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Epidemiologi “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular”. Alasan utama
terbentuknya makalah ini adalah guna melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Epidemiologi Penyakit .

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Bandung, 19 oktober 2020

Penyusun
Daftar isi

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT .......................................................... 1


BAB I .........................................................................................................................................
1
Pendahuluan ............................................................................................................................... 1
1. Latar belakang ........................................................................................................... 1
2. Rumusan masalah ...................................................................................................... 1
3. Tujuan penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................
3
Pembahasan ................................................................................................................................ 3
1. Definisi pencegahan dan penanggulangan penyakit .......................................... 3
4. Pentalaksanaan terpadu PTM ............................................................................. 5
5. Upaya promotif dan preventif pencegahan PTM ................................................. 5
6. Definisi surveilan penyakit ................................................................................... 7
7. Prinsip Umum Surveilans Epidemiologi .............................................................. 7
8. Sistem Informasi Surveilans ................................................................................. 8
9. Hubungan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans ..................... 11
10. Sistem surveilens ................................................................................................ 12
BAB III ....................................................................................................................................
15
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 16
BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang
Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di berbagai negara termasuk di Indonesia
tidak dapat terlepas dari segi peningkatan kualitas kesehatan. Tujuan utama dari
pembangunan tersebut yaitu terciptanya lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat
Indonesia untuk menikmati umur yang panjang, sehat serta dapat menjalankan kehidupan
yang produktif (Moeloek,2015:2). Dilihat dari hal tersebut, kesehatan merupakan salah satu
aspek yang penting dalam pembangunan masyarakat. Namun, hingga saat ini permasalahan
kesehatan mengenai penyakit menular di Indonesia masih tergolong tinggi.

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit adalah untuk menurunkan angka


kematian, kesakitan, dan kecacatan, program ini meliputi pencegahan dan penanggulangan
faktor resiko, penemuan dan tata laksana penderita

Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat penting sebagi intelije
n penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi epidemiologi untuk manaj
emen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan dan penyusunan perencanaan,monitorin
g dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam
konteks desentralisasi, daerah dituntut untuk dapat mandiri dan mampu melaksanakan
surveilansepidemiologi secara profesional.

Dasar hukum terbaru berkaitan dengan kegiatan surveilans epidemiologi yaitu, UU


No.36/2009 tentang Kesehatan pada Bab 10 tentang penyakit menular dan tidak menular
Pasal 154ayat 1 yang berbunyi “pemerintah secara berkala menetapkan dan mengumumkan
jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam waktu yang
singkat,sertamenyebutkandaerahyangdapatmenjadisumber
penularan”. Pasal 156 ayat 1 yang berbunyi “dalam melaksanakan upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan penyakitmenular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154
ayat (1), Pemerintah dapat menyatakan wilayahdalam keadaan wabah, letusan, atau kejadian
luar biasa (KLB)”. Pasal 156 ayat 2 berbunyi“penentuan wilayah dalam keadaan wabah, l e t
usan,ataukejadianluarbiasa(KLB)sebagaimanadimaksudpada
ayat (1) harus dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang diakuikeakuratannya”

2. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit ?
3. Tujuan penulisan Tujuan Umum :

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya pengendalian dan
penceggahan penyakit

Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui konsep pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

b. Untuk mengetahui konsep surveilens epidemiologi


BAB II

Pembahasan

1. Definisi pencegahan dan penanggulangan penyakit


Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit adalah untuk menurunkan angka
kematian, kesakitan, dan kecacatan, program ini meliputi pencegahan dan penanggulangan
faktor resiko, penemuan dan tata laksana penderita

2. Strategi pencegahan dan penanggulangan PTM

Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi indonesia

Pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM meliputi 4 cara yaitu

1. Advokasi kerja sama bimbingan dan manajemen PTM

2. Promosi , pencegahan dan pengurangan faktor risiko PTM melalui


pemberdayaan masyarakat

3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaboras


sektor swasta dan profesional

4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Advokasi, kemitraan, jejaring dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan utama


dari program pengendalian PTM di indonesia, untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan
masyarakat, jejaring telah dibentuk, program pengendalian PTM telah di tingkatkan dengan
dukungan poltis kuat dan berkoordinasi dengan masyarakat sipil.

Program pengendalian PTM di indonesia di prioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan


dengan rekomendasi global WHO ( Global Action Plan 2013-2020 ). Fokus pada 4 penyakit
PTM utama Yaitu:

1. Kardiovaskuler

2. Diabetes melitus

3. Kanker

4. Penyakit paru obstruktif kronis

Dan pada pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu :

1. Diet tidak sehat( diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi sayur, dan buah
serta tinggi konsumsi gula)
2. Kurang aktivitas fisik

3. Meroko

4. Menngkonsumsi alkohol

Pengendalian 4 faktor resiko bersama ini dapat mencegah terjadinya 4 penyakit tidak
menular sampai 80%

Selain keempat penyakit tidak menular utama, fokus pengendalian PTM juga
diarahkan pada berbagai penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kualitas hidup manusia yaitu :

1. Gangguan pendengaran

2. Gangguan penglihatan

3. Dissabilitas,dan

4. Gangguan tyroid, serta

5. Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan serta lupus,


thalasemia, ostheoporosis dan psoriasis

3. Pos pembinaan terpadu PTM

Fokus pencegahan dan pengendalian PTM di utamakan untuk

1. Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari faktor perilaku beresiko

2. Mampu mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku beresikonya agar tidak menjadi


onset PTM serta

3. Menemukan dini kasus kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP dan
ditangani sesuai standar

Penemuan dini daktor resiko biologis seperti

1) Obesitas

2) Tensi darah tinggi

3) Gula darah tinggi

4) Gangguan penglihatan

5) Gangguan pendengaran
6) Serta deteksi dini kanker serviks dan payudara

Dilakukan dengan pembudayaan pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 6 bulan


sekali atau minimal setaun sekali pada POSBINDU PTM. POSBINDU PTM
pengembangannya berbasis wilaya, di setiap desa atau kelurahan diharapkan minimal terdapat
1 posbindu PTM untuk menjangkau seluruh penduduk usia 15 tahun keatas si wilayah
tersebut

4. Pentalaksanaan terpadu PTM


Penatalaksanaan terpadu PTM di FKTP, penatalaksanaannya diarahkan untuk
mengendalikan PTM dan merupakan upaya prrevensi sekunder untuk mencegah terjadinya
berbagai macam komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan
kesehatan dan kematian dini ( kkematian pada usia 30-70 tahun ).

5. Upaya promotif dan preventif pencegahan PTM


Penguatan kesadaran masyarakat adalah kunci utama keberhasilan upaya promotif
preventif PTM, untuk itu sejak tahun2015, direktorat pencegahan dan pengendalian PTM
sudah membuat trobosan peningkatan kesadaran masyarakat melalui website dan media sosial
secara masif dan kesinambungan. Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers
online maupun cetak, blogger, bioskop, kereta api, media televisi serta internet.

1. Program pengendalian temakau

Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM, penyebab


penyakit kardiovaskuler, kanker, paru kronis, dan diabetes. Hal tersebut
sekaligus merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan infeksi
daluran nafas, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia

Undang-undang kesehtan No. 36/2009 dan peraturan pemerintah No.


109/2012 menytakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat
adiktif dan harus diatur guna melindungi kesehatan individu keluarga,
masyarakat, dan lingkungan. Program pengendalian tembakau di indonesia
meliputi :

1) Melindngi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan


menetapkan kawasan bebas rokok di 7 tempat ( sekolsah, sarana bermain anak,fasilitas pelayanan
kesehatan, rumah ibadah, transfortasi umum, tempat kerja, ruang publik, dan tempat tempat lainnya

2) Memperingatkan masyarakat tentang bahaya merokok bagi


kesehatan dengan menyntumkan gambar pada kemasan rokok (PERMENKES No. 28/2013)
3) Membatasi tayangan iklan rokok ditelevisi pada pukul 5 pagi
hingga 9:30 malam

4) Melarang penjualan rokok pada anak-anak berusia dibawah


18 tahun dan wanita hamil

5) offer help to quit tobaccco telah disampaikan oleh puskesmas


bekerja sama dengan WHO

2. Kawasan tanpa roko

Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya


dalam lingkup nasional namun juga dalam lingkup daerah, saat ini terdapat
186 kota/kabupaten diseluruh provinsi di indonesia yang telah
mengembangkan dan melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam
beragam jenis dan tahap

3. Standar pelayanan minimal

Dalam permenkes No. 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi
pemerintah daerah kabupaten/kota disebutkan bahwa

1) Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa setiap


warga negara usia 15-59 tahun mendapat skrining kesehatan sesuai standar

2) Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa setiap


warga negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuaistandar

3) Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di puskesmas dan


jaringannya termasuk POSBINDU TPM

Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak


terdiagnosa akan dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus
segera dirawat di puskesmas yang dirujuk

4. Kemitraan dan pemberdayaan

Pemberdayan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi


faktor risiko dengan menerapkan kegiatan posbindu telah mulai sejak tahun
2006 dan diperluas hingga meliputi 34 provvinsi di negara kita. Selama
dekade terakhir pemerintah indonesia telah memperkuat kolaborasi antara
pemerintah dan swasta melalui prograsm tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR), guna melengkapi keterlibatan organisasi profesiona dalam kampanye
promosi kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan
memperkuat sistem mentoring layanan PTM.

Indonesia telah melakukan stepwise surveillance atau STEPS secara


berkala pada tahun 2007 dan 2013, survei berikutnya dilakukan pada tahun
2018, dimasukan kedalam kesiapan fasilitas tempat untuk ketersediaan
layanan dan kesiapan penilaian atau service available and radiness
assesment (SARA) pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem
pengawasan PTM online, dan memperluas layanan PTM untuk masyarakat
leewat puskesmas dan posbindu.

6. Definisi surveilan penyakit


Menurut German (dalam Kesmas, 2013), surveilans kesehatan masyarakat
(publichealth surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa
pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenaisuatu peristiwa
yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakankesehatan masyarakat dalam
upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, danmeningkatkan status kesehatan.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasidata


secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan(disebarluaskan) kepada
pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya (DCP2, 2008)

Langmuir, 1963: Surveilens adalah kegiatan perhatian yang terus menerus pada
distribusi dan kecenderungan penyakit melalui sistematika pengumpulan data, konsolidasi,
dan evaluasi laporan morbiditas serta mortalitas juga data lain yang sesuai, kemudian
disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.

1. Pengumpulan data yang sistematik


2. Konsolidasi dan evaluasi data
3. Diseminasi awal pada mereka yang butuh informasi, terutama mereka ya
ng berposisi pengambil keputusan

7. Prinsip Umum Surveilans Epidemiologi


Prinsip umum survelian epidemiologi adalah sebagai berikut (Eko Budiarto, 2003) :

1.Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.


Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan
jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati . Tehnik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan
pengumpulan dataadalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan
karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian
penyakit; danKLB.
2.Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data)
yangmasih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data
yangterkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta
atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan
yang berarti.

3.Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan


Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan
dilakukaninterpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang
situasi yangada dalam masyarakat.

4.Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik


Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup
jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya
dapatdisebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini
dapatdimanfaatkan sebagai mana mestinya.
5.Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk
kegiatantindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan
program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun
penilaian hasil kegiatan.

8. Sistem Informasi Surveilans 1. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang


mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi
operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu
organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Sistem informasi dalam suatu
organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi
semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini
menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi
yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya.
2. Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh


tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis
komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai
pada akhir dekade tahun 80’ an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah
memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit
Husada.

Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga


berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit
pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya
komputerisasi dalam bidang rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang cukup
memuaskan semua pihak.

Ketidak berhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih


disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-
faktor penentu keberhasilan (Critical Success Factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan
yang cepat dalam segala hal juga terjadi didunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-
mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih
luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi
sistem yang lebih global.

Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi


kesehatan adalah:

1) Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan


strategi desentralisasi bidang kesehatan.
Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah satu langkah
strategis yang cukup populer dianut oleh negara-negara di Eropa Timur
dalam rangka mendukung terciptanya good governance. Salah satu
motivasi utama diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan
dengan sistem perencanaan yang sentralistik seperti yang telah dianut
sebelumnya terbukti tidak mampu mendorong terciptanya suasana yang
kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan
pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai kelemahan dan
hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur pemerintahan
yang sentralistik telah mendorong dipromosikannya pelaksanaan strategi
desentralisasi.
2) Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Salah satu yang menyebabkan kurang berhasilnya Sistem Informasi
Kesehatan dalam mendukung upaya-upaya kesehatan adalah karena SIK
tersebut dibangun secara terlepas dari sistem kesehatan.SIK
dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan.
Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak
berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah
3. Sumber Data, Pelaporan, dan Penyebaran Data Informasi Surveilans Epidemiologi

1. Sumber Data
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :

a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan


kesehatan dan masyarakat.
b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan serta laporan kantor pemirintah dan masyarakat.
c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik
kependudukan dan masyarakat
d. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan
geofisika
e. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
f. Data kondisi lingkungan.
g. Laporan wabah
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
j. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
k. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
l. Laporan kondisi pangan.
m. Data dan informasi penting lainnya.
2. Pelaporan
Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam
penyelenggaraan surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit,
puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit program - sektor dan unit
statistik lainnya.

3. Penyebaran Data dan Informasi


Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat
melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan
program kesehatan, pusat- pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta
pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.

9. Hubungan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans


Mengutip pernyataan dari CDC / ATSDR (Center for Diseas Control / Agency for
toxic Substance and Disease Regristary) menerangkan bahwa Surveilans atau Surveillance is
the ongoing systematic collection, analysis, and interpretations of outcome-spesific data for
use in the planning, implementation, and evaluation of public practice.

Sedangkan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) adalah gabungan perangkat dan


prosedur yang digunakan dalam program kesehatan untuk mengumpulkan, mengolah,
mengirimkan, dan menggunakan data untuk keperluan perencanaan, monitoring, evaluasi, dan
pengendalian (pengambilan keputusan).

Dengan melihat, kedua pengertian di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan
bahwa SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dan Surveilans memilki sebuah kesamaan dalam
penerapannya. Yaitu sama-sama digunakan untuk melakukan perencanaan (planning) di
bidang kesehatan.

Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan subsistem dari SIKNAS


(Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis dalam intelijen
penyakit dan masalah kesehatan untuk penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

Jadi, SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans dapat kita gambarkan
melalui diagram sebagai berikut : Akan tetapi, surveilans tidak berjalan secara semestinya
seperti pengertiannya. Masih banyak permasalahan yang muncul di tengah-tengahnya.

Berdasarkan observasi WHO (World Health Organization), 2004 menemukan


beberapa temuan terkait surveilans seperti :

1. Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di kalangan


pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan kesehatan dan staf surveilans sendiri
di semua tingkat.
2. Informasi surveilans tidak digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. Kualitas data Surveilans tidak memuaskan dan sulit diperbaiki
4. Tidak dilakukan analisis data surveilans secara memadai.
5. Penyelidikan kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sembarangan.
6. Tidak ada motivasi di kalangan staf surveilans untuk meningkatkan kemampuan
diri.
7. . Berbagai sistem surveilans penyakit khusus sulit dikoordinasikan dan
diintegrasikan.

10. Sistem surveilens


Tipe-Tipe Sistem Surveilans, Pengumpulan, dan Entry Data Cara-cara penyelenggaraan
surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktifitas pengumpulan
data dan pola pelaksanaannya. (KMK No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003).
1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
1) Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan
2) Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi khusus kesehatan
3) Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu
populasi atau wilayah yang lebih luas. d. Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih
mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan
2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data
1) Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau
sumber data lainnya.
2) Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya.
3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan
1) Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana.
2) Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana.
4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan
1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung
pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan
lainnya

5. Kemampuan dan Atribut (Sifat) Sistem Kemampuan dan atribut (sifat) system terdiri
dari (Romaguera, 2000) :
1) Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan
pengorganisasian sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk
menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang
menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa data perlu
dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosedur
yang terlalu rumit.
2) Fleksibilitas (Flexibility)
Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam
mengatasi perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi
operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya,
waktu dan tenaga.
3) Dapat diterima (Acceptability)
Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi
individu, organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang
terlibat, temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan
diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem
tesebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah
proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan
waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh
pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka
yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban
sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan
dengan tepat
4) Sensitivitas (Sensitivity)
Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi
kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan
kemampuan mengidentifikasi adanya KLB.
5) Representatif (Representative).
Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara
akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan
tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang
representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga
diskripsi atau ciriciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang
penting.
6) Tepat Waktu.
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan
kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan
tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga
membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem surveilans dapat
dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik
yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang.
Teknologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam
ketepatan waktu penyediaan informasi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit adalah untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan, dan kecacatan, program ini meliputi pencegahan dan penanggulangan faktor resiko,
penemuan dan tata laksana penderita.
Daftar Pustaka
1. Azhari, risky Ahmad. 2015. Surveilens epidemiologi. https://www.academia.edu/

13088266/surveilens_epidemiologi (diakses pada 19 oktober 2020 )

2. Kementrian kesehatan republik indonesia. 2019, strategi pencegahan dan


pengendalian PTM di indonesia. https://www.p2ptm.kemenkes.go.id/profil-p2tm/
latar-belakang/strategi-pencegahan-dan-pengendalian-ptm-di-indonesia.(diakses
pada19 oktober 2020)

3. KMK no 1116/MENKES. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans


Epidemiologi Kesehatan. https://bencana- kesehatan.net/images/referensi/undang2/
kmk_no_1116_th_2003.pdf.(diakses pada 18 oktober 2020)

4. Wismarini, Dwiati. 2007. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SURVEILANS


EPIDEMIOLOGIDEMAM BERDARAH DENGUE UNTUK KEWASPADAAN DINIDENGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFISDI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEPARA.
https://www.academia.edu/3268610/
Pengembangan_Sistem_Informasi_Surveilans_Epidemiologi_Demam_Berdarah_Den
gue_untuk_Kewaspadaan_Dini_dengan_Sistem_Informasi_Geografis_di_Wilayah_D inas. (diakses
pada 19 oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai