Denpasar 2019
Kata Pengantar
Pendidikan Subspesialis Obstetri dan Ginekologi - merupakan pendidikan dokter spesialis II,
sebagai pengembangan lebih lanjut dari dokter spesialis I (SpOG). Menurut UU istilah Konsultan
telah memakai istilah Subspesialis. Dalam lingkungan Obstetri dan Ginekologi disepakati dipakai
istilah SpOG(K).
Kesepakatan pada tanggal 24 Maret 2019 di Denpasar, telah dapat menyusun buku Standar
Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi. Walaupun begitu, sangat disadari
bahwa tidak ada gading yang tidak retak, karena disana-sini mungkin masih terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun akan kami terima dan sangat kami
hargai.
1
Kontributor
Sekretariat Kolegium
2
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER
SUBSPESIALIS OBSTETRI dan GINEKOLOGI
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
3
Bab III Standar Kompetensi Lulusan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia 26
Sub Bab 1.Pendahuluan................................................................................................ 27
Sub Bab 2.Sistematika Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi Indonesia..................................................................................... 28
Sub Bab 3.Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obsteri dan Ginekologi
Indonesia...................................................................................................... 32
3.1 Daftar Masalah................................................................................................ 32
A. Daftar Masalah Subspesialis Fetomaternal................................................. 34
B. Daftar Masalah Subspesialis FER................................................................. 36
C. Daftar Masalah Subspesialis Onkologi ........................................................ 37
D. Daftar Masalah Subspesialis Uroginekologi................................................ 43
E. Daftar Masalah Subspesialis Obginsos........................................................ 45
3.2 Daftar Keterampilan........................................................................................ 46
A. Daftar Keterampilan Subspesialis Fetomaternal......................................... 49
B. Daftar Keterampilan Subspesialis FER......................................................... 51
C. Daftar Keterampilan Subspesialis Onkologi ................................................ 52
D. Daftar Keterampilan Subspesialis Uroginekologi........................................ 61
E. Daftar Keterampilan Subspesialis Obginsos................................................ 62
Sub Bab 4.Log Book...................................................................................................... 65
Sub Bab 5.Portfolio....................................................................................................... 67
Bab IV Penutup..................................................................................................................... 69
DAFTAR KEPUSTAKAAN........................................................................................................ 70
4
PENGERTIAN UMUM
Kompetensi adalah :
kemampuan yang harus dicapai peserta didik, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perilaku yang diharapkan setelah menyelesaikan program pendidikan dokter Subspesialis.
5
suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, terdiri atas konsil
kedokteran dan kedokteran gigi. (Undang-undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran).
Kurikulum :
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, isi,
bahan pelajaran, cara pencapaian dan penilaian, yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pendidikan.
Portofolio adalah :
buku kegiatan harian yang dilakukan oleh peserta didik selama mengikuti Pendidikan
Standar Kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan. Standar
kompetensi ditetapkan oleh kolegium.
6
Sikap adalah :
perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma
yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman
kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran
Pengetahuan adalah :
penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang
diperoleh melalui penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.
Keterampilan adalah :
kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori, metode, bahan, dan/atau
instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat.
7
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran, ilmu obstetri dan ginekologi pun berkembang
pesat. Kasus kasus sulit, diagnostik yang canggih dan bermacam teknik operasi, diagnostik,
perasat serta pencegahan telah ditemukan dan dilakukan sehingga tidak mungkin lagi seorang
dokter spesialis obstetri dan ginekologi dapat menangani semua kasus dengan kemampuan yang
dimilikinya. Berbagai masalah yang ada mendasari kebutuhan dokter subspesialis Obstetri dan
Ginekologi, antara lain :
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi yang
berdampak pada penurunan morbiditas dan mortalitas
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
Tuntutan pengembangan ilmu dan keprofesian melalui penelitian,
Pemenuhan tenaga pendidik yang handal bagi tenaga kesehatan
Persaingan global dalam bidang jasa kedokteran (MEA)
Dalam dua dekade terakhir berkembanglah pendalaman dan percabangan ilmu kedokteran
yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dalam memperoleh layanan berkualitis
tinggi. Oleh karena itu pada saat ini dikenal gelar dokter sebagai luaran dari pendidikan profesi
tingkat pertama (primary professional education), spesialis (second professional education) dan
subspesialis (third professional education). Pendidikan subspesialis merupakan pendidikan
profesi tertinggi dalam pendidikan cabang cabang ilmu kedokteran yang meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dokter spesialis sehingga dapat memberikan pelayanan pada
pasien secara professional dan paripurna, Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
pendidikan dokter subspesialis berada pada tingkat Sembilan yang setara dengan Pendidikan
akademik Doktor, sehingga diharapkan dokter subspesialis dapat memberikan kontribusi dalam
bidang research original yang dapat mendukung pengembangan ilmu, diagnostik, peningkatan
pelayanan, pemecahan masalah dan kemampuan serta Keterampilan klinik
Ciri-ciri dokter yang profesional yaitu: 1. Menguasai Ilmu dan Bioteknologi yang mutakhir
2. Menguasai keteramprilan yang sesuai dengan Standar Profesi. 3. Mempunyai Niat, Sikap dan
Perilaku yang Etis. 4. Mempunyai jiwa kepemimpinan.
Selama ini kolegium telah melaksanakan pendidikan dokter subspesialis sebagaimana dimaksud
sebagai organisasi profesi dan telah menghasilkan sekitar 850 orang dokter subspesialis dari lima
peminatan subspesialisasi Obstetri dan Ginekologi.
8
I.2 Dasar Hukum
Sejalan dengan peraturan perundangan yang ada,yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
3. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia;
8. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia No. 73
Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang
Pendidikan Tinggi
9. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia No. 46
Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
10. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia No 44
Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
11. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2018 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kedokteran
12. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia No. 50
Tahun 2018 Perubahan Standar Nasional Pendidikan Tinggi
13. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no 8 Tahun 2012 tentang Program Pendidikan
Dokter Subspesialis
14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 54 Tahun 2018 tentang Registrasi Kualifikasi
Tambahan Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis.
maka mulai Maret 2019, pendidikan Subspesialis Obstetri dan Ginekologi dilaksanakan berbasis
universitas, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
I.3 Definisi
Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi adalah program pendidikan yang lebih
mendalam dan terbatas di bidang Obstetri dan Ginekologi. Ruang lingkup di bidang Obstetri dan
Ginekologi untuk Indonesia saat ini meliputi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, Fetomaternal,
Obstetri-Ginekologi Sosial, Onkologi Ginekologi, dan Uroginekologi.
1) Peminatan Onkologi Ginekologi
Onkologi ginekologi adalah cabang ilmu medik subspesialis dari obstetri dan ginekologi
yang mengkhususkan diri dalam mempelajari dan menangani kanker ginekologi yang
9
meliputi kanker serviks, ovarium, endometrium/korpus, trofoblast, vulva, vagina dan tuba.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang mengkhususkan diri berpraktek untuk
menangani kasus kanker ginekologi disebut dokter subspesialis onkologi ginekologi.
Untuk dapat menjadi dokter subspesialis onkologi ginekologi, seorang spesialis obstetri dan
ginekologi harus melalui pendidikan khusus pada pusat pendidikan subspesialis onkologi
ginekologi yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran yang bekerja sama dengan
Kolegium Obstetri dan Ginekologi.
Dokter subspesialis onkologi ginekologi juga harus mampu memberikan kemoterapi dengan
berbagai cara (oral, parenteral dan intraperitoneal) dan menangani toksisitas kemoterapi.
Terapi target merupakan bagian dari kemoterapi.
2) Peminatan Uroginekologi
Ilmu uroginekologi rekonstruksi adalah cabang ilmu obstetri dan ginekologi yang
mempelajari dan menangani disfungsi dasar panggul perempuan dengan berbagai
manifestasinya, rekonstruksi kelainan bawaan maupun didapat pada organ genitalia interna
dan eksterna dengan memperhatikan anatomi, fungsi dan sisi estetika.
Seorang Subspesialis Obstetri dan Ginekologi kekhususan uroginekologi rekonstruksi
adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang telah mendapatkan pendidikan khusus
dan memfokuskan diri pada pengelolaan kelainan jinak organ pelvik beserta jaringan
penunjangnya ( disfungsi dasar panggul) serta melakukan rekonstruksi dan perbaikan
estetika organ genitalia perempuan.
10
mempunyai pandangan dimana buah kehamilan tidak lagi dianggap sebagai bagian dari ibu
hamil akan tetapi sudah bisa diperiksa dan dikelola sebagai individu tersendiri (Fetus as a
Patient).
Ditinjau dari segi luasnya jangkauan Kedokteran Fetomaternal maka perlu suatu pemahaman
dan pengkajian yang terintegrasi. Hal ini penting sejak kurang lebih dua dekade terakhir
karena tingginya angka kematian perinatal, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kedokteran serta pentingnya menghasilkan generasi yang unggul dalam era
globalisasi. Oleh karena itu pemahaman, pengkajian dan penelitian bidang Kedokteran
Fetomaternal perlu ditampung dalam suatu wadah, yakni program pendidikan sub-spesialis
Kedokteran Fetomaternal.
Pendidikan yang mendalami fetal programming baik dari optimalisasi nutrisi, serta
penanganan kehamilan dengan komplikasi maupun komorbid berat, dengan tujuan
optimalisasi luaran ibu dan janin. Memberikan harapan baru bagi seorang ibu dan
memberikan hembusan nafas bagi bayi adalah tujuan mulia dari seorang Subspesialis
Fetomaternal untuk menyelamatkan ibu dan janin meski dalam kondisi yang paling berat
dan paling tidak memungkinkan. Dari tangan seorang Subspesialis Fetomaternal diharapkan
lahir generasi demi generasi penerus bangsa yang berkualitas, yang cerdas, sehat fisik dan
jiwanya. Masa depan bangsa adalah tujuan utama kami. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan maka pendidikan konsultan ini akan dibekali selama 2 tahun pendidikan atau
lebih untuk mendalami mengenai fetal programming, kehamilan dengan penyulit (mandiri),
komplikasi kehamilan-persalinan-pascasalin (mandiri), kelainan kongenital-genetika,
prenatal diagnosis-fetal terapi, obstetri emergensi, rawat intensif dan critical care obstetri,
kegagalan kehamilan berulang, deteksi dini-prevensi.
Definisi Subspesialis Fetomaternal adalah : adalah seorang Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi yang memiliki pengetahuan luas dan dalam, memiliki keterampilan tentang
fisiologi dan patologi ibu hamil dan janinnya serta telah memperoleh pendidikan dan
pelatihan tambahan dalam bidang fetomaternal terstruktur oleh Institusi Pendidikan
Subspesialis Obstetri dan Ginekologi berbasis Universitas yang dibantu oleh Himpunan
Kedokteran Feto Maternal serta Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia sehingga
memiliki kemampuan lebih di atas Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk
mengatasi kasus yang tidak mampu/ di luar kompetensi seorang dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi terkait kedokteran maternal dan kedokteran fetal dengan segala risiko,
komplikasi, komorbid, sekaligus deteksi dini dan prevensi. Dengan tidak kehilangan
kewenangan maupun kompetensinya sebagai seorang dokter spesialis obstetri dan
ginekologi.
11
Seorang Dokter Subspesialis FER harus menghabiskan waktu kerja klinik paling sedikit
60% pada bidang subspesialis ini, dan sisanya bekerja di bidang Obstetri dan Ginekologi.
Pekerjaan klinis tersebut harus dilaksanakan pada fasilitas pelayanan yang memenuhi
persyaratan standar pelayanaan profesional dengan menyediakan layanan komprehensif bagi
pasien oleh sumber daya manusia yang kompeten di bidang FER. Tempat pelayanan tersebut
harus telah memperoleh akreditasi dan sertifikasi mencakup fasilitas kesehatan dan sumber
daya profesional.
Penanganan masalah FER di rumah sakit pemerintah maupun swasta tidak harus selalu
ditangani sepenuhnya oleh Dokter Subspesialis FER, tetapi seorang Dokter Subspesialis
FER bertanggung jawab dan berkewajiban profesional sebagai pemimpin di tempat
pelayanan tersebut.
Setiap Program Studi Pendidikan Dokter Subpesialis Obstetri dan Ginekologi di Institusi
Penyelenggara Program Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi (IP Program
PPDS-Obgin) menetapkan visi, misi dan tujuan Program Pendidikan Dokter Subpesialis Obstetri
dan Ginekologi di tingkat institusi.
Setiap Institusi Pendidikan Dokter Subspesialis dihimbau untuk mempunyai Visi, Misi, dan
tujuan harus sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam UUD 1945
yang berisikan tanggung jawab sosial, serta mencerminkan keunggulan institusi yang
diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan dan dinyatakan secara tertulis, jelas dan harus
realistik.
Visi
Visi Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi adalah : mencapai kebersamaan
antara Kolegium Obstetri dan Ginekologi dengan Himpunan/Organisasi Profesi setiap
Peminatan, untuk membantu Institusi Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
berbasis Universitas agar dapat menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi dan
12
keterampilan terstandar nasional, unggul pada bidangnya dan dikenal di ASEAN/ASIA
PASIFIK pada 5 tahun mendatang (Tahun 2024).
Misi
Misi Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi adalah bersama dengan
Himpunan/Organisasi Profesi setiap peminatan membantu Institusi Pendidikan Dokter
Subspesialis Obstetri dan Ginekologi berbasis Universitas untuk:
1. Menerapkan standar nasional Pendidikan dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi
2. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang efektif, efisien, akuntabel dan berkelanjutan
dalam rangka menghasilkan lulusan yang sesuai dengan standar pendidikan dokter
subspesialis.
Tujuan
Tujuan Pendidikan Kedokteran Subspesialis Obstetri dan Ginekologi adalah usaha sadar dan
terencana dalam pendidikan formal seperti pendidikan profesi pada jenjang pendidikan tertinggi
yang program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi
untuk mengatasi masalah-masalah khusus dan kompleks di bidang Obstetri dan Ginekologi
Penjelasan:
i. Visi mengacu kepada tujuan sistem pendidikan nasional dan pembangunan kesehatan
nasional.
ii. Visi memuat tanggung jawab sosial institusi terutama menyangkut upaya
peningkatan kualitas pembangunan kesehatan nasional dan daerah.
iii. Institusi pendidikan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi agar melibatkan
pihak pemangku kepentingan dalam merumuskan visi, misi dan tujuan.
iv. Institusi pendidikan dokter Subpesialis Obstetri dan Ginekologi harus memiliki
dokumentasi tentang perumusan visi, misi, dan tujuan yang melibatkan pemangku
kepentingan meliputi pimpinan institusi, senat, staf akademik, peserta didik, lembaga
pemerintah dan non pemerintah, masyarakat, serta organisasi profesi dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi.
13
BAB II
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan
lulusan dinyatakan dalam rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yang disesuaikan untuk lulusan perguruan tinggi :
Unsur sikap dalam CP (SKL) merupakan sikap yang dimiliki oleh lulusan pendidikan
tinggi,.
Unsur pengetahuan memiliki pengertian yang setara dengan unsur ‘penguasaan
pengetahuan’ dari CP KKNI, yang harus dikuasai oleh lulusan program studi tertentu
Unsur “keterampilan” merupakan gabungan unsur ‘kemampuan kerja’ dan unsur
‘kewenangan dan tanggung jawab’ dari deskripsi CP KKNI.
Unsur keterampilan khusus mencirikan kemampuan lulusan program studi sesuai bidang
keilmuan/keahlian tertentu, sedang ketrampilan umum mencirikan kemampuan lulusan
sesuai tingkat dan jenis program pendidikan tidak tergantung pada bidang studinya.
14
pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
masyarakat yang terkait pembelajaran.
(2) Pengetahuan
merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu
secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses pembelajaran,
pengalaman kerja peserta didik, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang
terkait pembelajaran.
Yang dimaksud dengan pengalaman kerja mahasiswa adalah pengalaman dalam kegiatan
di bidang tertentu pada jangka waktu tertentu yang berbentuk pelatihan kerja, kerja
praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis.
(3) Keterampilan
merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori,
metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman
kerja peserta didik, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait
pembelajaran. Unsur ketrampilan dibagi menjadi dua yakni keterampilan umum dan
keterampilan khusus yang diartikan sebagai berikut:
a. Keterampilan umum
merupakan kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan dalam
rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis
pendidikan tinggi; dan
b. Keterampilan khusus
merupakan kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sesuai
dengan bidang keilmuan program studi.
15
Keterampilan khusus dan pengetahuan yang merupakan rumusan kemampuan minimal lulusan
suatu program studi bidang tertentu, wajib disusun oleh forum program studi yang sejenis atau
diinisiasi dan diusulkan oleh penyelenggara program studi. Hasil rumusan CP dari forum atau
pengelola prodi disampaikan kepada Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen
DIKTI, dan bersama rumusan CP prodi yang lain akan dimuat di dalam laman DIKTI untuk
masa sanggah dalam waktu tertentu sebelum ditetapkan sebagai standar kompetensi lulusan
(SKL) oleh Dirjen DIKTI yang akan menjadi rujukan bagi program studi sejenis dalam upaya
menghasilkan lulusan dengan profil lulusan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi sebagai
berikut :
1) dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi yang memiliki kemampuan sesuai dengan
Standar Kompetensi dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia (SKDOGI) yang
disahkan oleh Kolegium Obstetri dan Ginekologi Kedokteran Indonesia.
2) dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi yang mampu berperan serta dalam Sistem
Kesehatan Nasional dan mengikuti perkembangan global ilmu dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
3) dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi bergelar Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
dari ke lima peminatan.
Perancangan, perumusan dan pemutakhiran profil lulusan oleh melibatkan pihak eksternal, yaitu
alumni dan penggunan lulusan melalui ‘tracer study’, yang pedomannya dibentuk oleh masing-
masing program studi.
Isi kurikulum harus berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
16
dalam konteks pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga, serta
memiliki muatan lokal yang spesifik.
Isi kurikulum harus meliputi ilmu Biomedik, ilmu Kedokteran Klinik, ilmu Humaniora
Kedokteran, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan / Kedokteran
Komunitas dengan memperhatikan prinsip metode ilmiah dan prinsip kurikulum spiral yang
bertujuan untuk pendalaman pemahaman terkait dengan pembelajaran sebelumnya.
Ilmu Biomedik meliputi Anatomi, Biokimia, Histologi, Biologi Sel dan Molekuler,
Fisiologi, Mikrobiologi, Parasitologi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik, dan
Farmakologi.
Ilmu Humaniora Kedokteran meliputi ilmu pendidikan kedokteran, ilmu perilaku
kesehatan, sosiologi kedokteran, antropologi kedokteran,agama, bioetika dan hukum
kesehatan, bahasa, serta Pancasila dan kewarganegaraan.
Ilmu Kedokteran Klinik meliputi ilmu penyakit dalam dengan percabangannya,ilmu
bedah dengan percabangannya, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan, ilmu penyakit syaraf, ilmu kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit dan
kelamin, ilmu kesehatan mata, ilmu THT, ilmu gizi klinik,radiologi, ilmu anestesi,
ilmu rehabilitasi medik, ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
Ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran komunitas meliputi
biostatistik, epidemiologi, ilmu kedokteran keluarga, ilmu kedokteran kerja, ilmu
kesehatan lingkungan,ilmu manajemen dan kebijakan kesehatan, ilmu sosial dan
perilaku kesehatan, serta gizi masyarakat.
Prinsip metode ilmiah meliputi metodologi penelitian, berpikir kritis, penalaran klinis,dan
kedokteran berbasis bukti.
Isi Kurikulum pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi harus terdiri dari
muatan yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi Indonesia yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia sebesar 80% isi
kurikulum serta 20% muatan unggulan lokal yang dikembangkan oleh setiap institusi
pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi sesuai dengan visi, misi dan kondisi
lokal.
17
Perencanaan proses pembelajaran,
Strategi pembelajaran berpusat pada pasien berdasarkan masalah kesehatan perorangan,
keluarga, dan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
terintegrasi secara horizontal dan vertikal, elektif, serta terstruktur dan sistematik.
Pelaksanaan proses pembelajaran,
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan pendidikan interprofesi kesehatan
berbasis praktik kolaboratif yang komprehensif dengan memperhatikan keselamatan
pasien, keluarga pasien, masyarakat, peserta didik, dan dosen.
Beban belajar peserta didik.
Beban belajar peserta didik dan capaian pembelajaran lulusan pada proses Pendidikan
Dokter Subspesialis Obstetri Dan Ginekologi dinyatakan dalam sistem modul yang dapat
disetarakan dengan satuan kredit semester (SKS) yang berjumlah minimal 42 sks.
Program dokter subspesialis Obstetri Dan Ginekologi dilaksanakan paling singkat 5
semester, termasuk pembuatan tesis Subspesialis dan makalah yang telah diterbitkan di
jurnal nasional terakreditasi atau diterima di jurnal internasional atau karya yang
dipresentasikan atau dipamerkan dalam forum internasional. Masa studi paling lama
adalah 7 tahun. (Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015). Ma
Institusi pendidikan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi harus menjamin peserta didik
18
mendapat pengalaman belajar lapangan dalam sistem pelayanan kesehatan yang harus termuat
secara nyata dalam kurikulum.
Kurikulum pendidikan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi harus terdiri atas muatan
yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
Indonesia yang disahkan oleh Kolegium dokter Spesialis dan Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi Indonesia, dan dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES (Student-centred,
Problem-based, Integrated, Community-based, Elective, Systematic/Structured).
Setiap Peminatan Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi mempunyai model
kurikulum sendiri yang terstandar Nasional, telah disetujui oleh Himpunan Profesi, Komisi
Pendidikan Dokter Subspesialis Kolegium Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi.
Institusi Pendidikan dokter Subpesialis Obstetri dan Ginekologi harus menyediakan unit
bimbingan dan konseling untuk menangani masalah akademik dan non akademik peserta didik,
yang dikelola oleh dosen yang mendapat pelatihan khusus, selain itu setiap peserta didik harus
memiliki dosen pembimbing.
Institusi Pendidikan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi harus mempunyai kebijakan
melibatkan perwakilan mahasiwa untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi kurikulum, serta hal lainnya yang berkaitan dengan kepentingan peserta didik,
selain itu juga institusi Pendidikan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi harus
memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan kegiatan organisasi kepesertadidikan. Kegiatan
kepeserta didikan diwadahi oleh organisasi kepesertasdidikan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
19
II.4 Standar Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang Pendidikan
Kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
Rumah sakit yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dapat ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.
Rumah sakit pendidikan melakukan koordinasi, kerja sama, dan pembinaan terhadap wahana
pendidikan kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20
II.5 Standar Wahana Pendidikan Kedokteran
Wahana Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri Dan Ginekologi merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan selain rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
21
Pendidikan Kedokteran, yang dapat berupa pusat kesehatan masyarakat, laboratorium, klinik,
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memenuhi persyaratan proses Pendidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan dan ditetapkan sebagai wahana pendidikan
kedokteran oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fakultas kedokteran melatih pembimbing lapangan yang berasal dari wahana pendidikan
kedokteran dan/atau fakultas kedokteran, untuk menjamin tercapainya kompetensi sesuai dengan
standar kompetensi Dokter Subspesialis Obstetri Dan Ginekologi,
22
pengembangan kurikulum, pengembangan proses belajar mengajar, pengembangan sumber
pembelajaran, pengembangan penilaian peserta didik, pengembangan profesionalisme dosen
sebagai pendidik, penjaminan mutu pendidikan dokter spesialis, dan evaluasi pendidikan.
23
Rasio seluruh peserta didik dan Ekuivalen Waktu Mengajar Penuh (EWMP) dosen maksimal 5:1
dan jumlah penerimaan peserta didik pada program studi baru diatur sesuai dengan peraturan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Rencana rekrutmen mahasiswa mengikuti kalender pendidikan, yaitu 2 kali penerimaan dalam 1
tahun. Calon peserta program studi Subspesialis Obstetri dan Ginekologi akan melaksanakan
ujian secara komprehensif sesuai dengan bidang keilmuannya dan ujian lainnya sesuai ketentuan
Universitas. Kebijakan penerimaan peserta program studi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi tidak bisa bersifat MEME (Multi Entry Multi Exit) karena kekhususan dalam ilmu
subspesialis obstetri dan ginekologi bersifat sangat spesifik dan subspesialistik. Setelah tahun
pertama, peserta program studi akan mendapatkan sertifikat kompetensi setiap semester sesuai
kekhususan Program Studi Subspesialis Obstetri dan Ginekologi.
Alur Proses Seleksi Penerimaan Peserta Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi
24
Persyaratan Administrasi dan Akademik Seleksi Penerimaan di Senter Pendidikan
Surat lamaran calon peserta Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
ke Universitas yang dituju.
Surat pernyataan calon peserta Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi dilegalisir Notaris bersedia kembali ke institusi pengirim sesudah
menyelesaikan pendidikan.
Surat rekomendasi dari instansi pengirim.
Mengisi formulir lamaran Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi.
Salinan ijazah yang dilegalisir Dekan universitas asal.
Salinan transkrip nilai yang dilegalisir dari universitas asal.
Salinan STR dan SIP dokter Spesialis Obgin yang masih berlaku
Salinan KTP / SIM / Passport yang masih berlaku
Sertifikat mengikuti pertemuan ilmiah/kursus sesuai kekhusususan peserta Program Studi
Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi.
Bagi pelamar yang sudah mendaftar sebelumnya dan belum diterima supaya
melampirkan surat penolakannya.
Untuk dapat memperoleh Surat Rekomendasi Kolegium mengikuti ujian masuk Program
25
Pendidikan Subspesialis Obstetri dan Ginekologi di Kolegium Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, calon peserta didik Subspesialis harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Berikut ini adalah persyaratan-persyaratannya.
Setelah calon peserta didik dinyatakan lulus dalam seleksi administrasi dan akademik yang
diselenggarakan oleh Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia, maka calon peserta didik
akan mendapatkan Surat Rekomendasi dari Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia sebagai
salah satu syarat pendaftaran ke Perguruan Tinggi yang dituju. Surat kelulusan sebagai peserta
didik Program Subspesialis Obstetri dan Ginekologi akan dikeluarkan oleh Rektor Perguruan
Tinggi yang dituju.
26
Tersedia kepustakaan elektronik untuk mengakses e-book dan e-journal.
c. sistem dokumentasi;
d. audiovisual;
e. buku;
f. buku elektronik;
g. repositori;
h. peralatan pendidikan;
i. peralatan laboratorium keterampilan;
j. media pendidikan; dan
k. kasus sesuai dengan materi pembelajaran.
2. Prasarana
Lahan berada dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, serta membangun suasana
akademik untuk menunjang proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bangunan harus memiliki standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum; memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan; terdapat instalasi listrik dan air yang memadai; dan pengelolaan limbah
domestik dan limbah khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prasarana yang harus ada terdiri atas:
c. ruang kuliah;
d. Ruang laporan dan kegiatan akademis bagi seluruh peserta didik
e. ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil, untuk 10-15 peserta
didik dengan dilengkapi sarana untuk berdiskusi (misalnya flipchart,
papan tulis).;
f. ruang jaga peserta didik;
g. ruang praktikum atau laboratorium;
h. ruang keterampilan klinis (ruang kamar bersalin, ruang kamar operasi dan
bedah minimal invasif, poliklinik);
i. ruang komputer;
j. ruang dosen dengan luas minimal 4m2/dosen;
k. ruang pengelola pendidikan;
l. perpustakaan; dan
m. penunjang kegiatan kemahasiswaan.
Ruang keterampilan klinis digunakan untuk pelatihan keterampilan klinis bagi
maksimum 10 peserta didik pada setiap sesi dan memiliki peralatan sesuai dengan
panduan uji kompetensi nasional. Luas ruangan untuk aktivitas pembelajaran minimal
0,7m2/peserta didik.
27
Rumah sakit pendidikan terdiri atas rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan
afiliasi/eksilensi, dan rumah sakit pendidikan satelit. Rumah sakit pendidikan utama hanya dapat
digunakan oleh satu institusi pendidikan kedokteran. Rumah sakit yang digunakan untuk
pendidikan harus ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai rumah sakit pendidikan untuk
menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi, selain
itu juga jumlah dan jenis kasus harus bervariasi menurut umur dan penyakit, baik untuk rawat
inap maupun rawat jalan.
1. Program studi subspesialis Obstetri dan Ginekologi dibawah Fakultas kedokteran merupakan unit
kerja di bawah universitas
2. Pengelolaan Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi didasarkan pada prinsip tata kelola
yang baik mencakup transparansi, akuntabilitas, berkeadilan, objektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan
3. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi dipimpin oleh seorang ketua program studi
dibawah dekan yang memiliki kompetensi di bidang obstetri dan ginekologi
4. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi paling sedikit memiliki struktur organisasi yang
mempunyai fungsi:
a. Penyusunan kebijakan strategis;
b. Penyusunan kebijakan taktis dan operasiona;
c. Pelaksanaan kebijakan;
d. Melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi, dan
e. Pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal.
5. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi memiliki pengelompokkan peminatan disiplin
ilmu pengetahuan obstetri dan ginekologi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
6. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi dibawah Fakultas kedokteran membuat standar
prosedur operasional yang mencakup pengembangan, implementasi, evaluasi kebijakan strategis, dan
operasional
7. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi dibawah Fakultas kedokteran memiliki sistem
penganggaran, melaksanakan realisasi anggaran pada setiap tahun anggaran, dan menyampaikan
laporan keuangan auditan kepada pemangku kepentingan terkait.
8. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi dibawah Fakultas kedokteran menerapkan sistem
penjaminan mutu internal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan sistem
penjaminan mutu universitas.
9. Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi melalui Fakultas kedokteran harus menyampaikan
laporan kinerja program studi ke Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
10. Hasil sistem penjaminan mutu internal digunakan untuk peningkatan mutu Program studi
subspesialis obstetri dan ginekologi secara berkelanjutan.
28
II.11 Standar Pembiayaan Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
Indonesia
Dasar Hukum
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
Permendiknas RI No.85 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Statuta Perguruan
Tinggi
Keputusan Mendiknas No.234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi
Peraturan Pemerintah RI No.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi
Permen Keuangan No.64/PMK.02/2008 tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran
2009
UU RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Permenristek DIKTI RI No 18 tahun 2018.
Metoda Perhitungan
Metode activity dan input based costing (ABC) dengan konsep perhitungan unit cost
aktual.*
Metoda standar deviasi untuk menentukan unit cost berdasarkan tiga kelompok program
studi.
29
Langkah-langkah Activity dan Input Based Costing*
Menguraikan semua kegiatan dalam proses pendidikan.
Mengidentifikasi input apa yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing kegiatan
tersebut.
Memperkirakan nilai moneter setiap jenis input yang dipergunakan.
UC aktual = TC/Q
Dasar Pertimbangan - 1
Program pendidikan dokter subspesialis obstetri dan ginekkologi memiliki metoda pendidikan
pemagangan yang tentu berbeda dengan program pascasarjana (S2) dan S3 pada umumnya. Pola
pendidikan pemagangan lebih menekankan pada kompetensi skill atau pola pendidikan
ketrampilan klinis.
Dasar Pertimbangan - 2
Kegiatan pengajaran dalam program pendidikan dokter subspesialis 80% merupakan kegiatan
bimbingan klinik ke seorang peserta didik.
Artinya seorang peserta didik bisa diberikan pengajaran/dibimbing/diuji oleh 3 – 5 orang staf
pengajar/pembimbing/penguji.
Target kompetensi skill yang harus dicapai oleh masing-masing peserta didik cukup banyak dan
dibawah bimbingan/supervisi oleh minimal 2 staf pengajar setiap kompetensi skill.
Komponen Perhitungan
1. Unsur pembiayaan
2. Tahapan pendidikan
3. Kegiatan
4. Rincian kegiatan
5. Dasar perhitungan
30
6. Volume
7. Biaya satuan
8. Total biaya
9. Pembagi
10. Unit cost
11. Penanggung biaya
12. Input biaya
13. Jenis biaya
Unsur Pembiayaan
Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi
Unsur pembiayaan terdiri dari :
Pelaksanaan akademik
Pelaksanaan administrasi
Penunjang pendidikan
Living cost
Tujuan
Standar Penilaian ini disusun dengan tujuan menjadi acuan bagi institusi pendidikan dokter
dalam menentukan penilaian pendidikan kedokteran sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas
pendidikan sehingga lulusan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dapat memenuhi seluruh
standar kompetensi
31
Prinsip penilaian mencakup:
a. valid
b. andal
c. edukatif
d. otentik
e. objektif
f. adil
g. akuntabel dan
h. transparan.
Program studi menetapkan rumus untuk menentukan penilaian akhir hasil pembelajaran peserta
didik berdasarkan hasil penilaian dari setiap pelaksanaan penilaian.
Dalam Program Pendidikan Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia, standar penilaian
yang dilakukan dapat berupa:
1. LOG BOOK dan portofolio
Log book merupakan dokumentasi pencapaian kompetensi yang diharapkan pada setiap
tahapan pendidikan sesuai capaian pembelajaran dan kompetensi yang telah ditetapkan pada
kurikulum.
Portofolio merupakan buku kegiatan harian yang dilakukan oleh peserta pendidikan dokter
subspesialis obstetri dan ginekologi selama mengikuti pendidikan meliputi:
1.1. Kegiatan klinik harian sesuai dengan stase yang telah ditentukan oleh program studi
dan didasarkan pada kurikulum nasional.
1.2. Kegiatan ilmiah rutin: konferensi klinik, referat, presentasi kasus, journal reading,
tutorial klinik (pada berbagai setting) dengan pembimbing, dsb.
1.3. Kegiatan pembimbingan: Dokter muda (Co-asisten), pendidikan bidan, keperawatan,
pelatihan, penyuluhan, dsb
1.4. Kegiatan presentasi: presentasi di tingkat lokal, nasional, internasional
2. UJIAN PERIODIK
Merupakan ujian yang dilakukan kepada peserta didik untuk kenaikan tingkat, dilakukan
dengan:
2.1. Selama proses pendidikan dilakukan melalui penilaian Log Book dan portofolio
2.2. Pada tiap periode kenaikan tingkat:
2.2.1. Pada setiap mata kuliah
2.2.2. Pada setiap akhir modul
2.2.3. Evaluasi yang dilakukan meliputi:
2.2.3.1. Pengetahuan (Kognitif)
2.2.3.2. Keterampilan (Motorik)
2.2.3.3. Sikap dan tingkah laku (Behaviour)
32
3.2. Ujian komprehensif akhir
3.3. Ujian portofolio
4. UJIAN NASIONAL
4.1. Pengertian
4.1.1 Ujian nasional ialah evaluasi kompetensi keprofesian tahap nasional yang
dikoordinasi oleh Kolegium dengan tujuan menjamin dan menyetarakan mutu
lulusan seluruh Indonesia.
4.1.2. Ujian nasional terdiri dari ujian tulis dan ujian lisan
4.2. Untuk dapat mengikuti ujian nasional, peserta pendidikan dokter subspesialis harus :
4.2.1. Telah menyelesaikan pendidikan penuh minimal 5 semester.
4.2.2. Mencapai TOEFL like testscore 6 bulan terakhir minimal 450
4.2.3. Melampirkan intisari karya ilmiah akhir (dalam format siap publikasi)
4.2.4. Sudah lulus ujian lokal
33
3. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau
cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam
produk atau proses produksi.
4. Etika Penelitian adalah pedoman etika yang berlaku pada semua kegiatan penelitian
termasuk didalamnya perilaku peneliti dalam melakukan penelitian.
5. Indikator Mutu Penelitian adalah indikator kinerja yang dapat dipergunakan untuk
memantau keberhasilan pencapaian sasaran dan strategi kinerja penelitian
6. Hak Cipta dan Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada pencipta
atau inventor yang dapat diwariskan pada ahli waris atau penerima wasiat.
7. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati hasil kreativitas intelektual secara
ekonomis.
Sebelum menentukan lingkup penelitian terlebih dahulu perlu dibicarakan kategori penelitian
berdasarkan kegiatannya yaitu:
1. Penelitian dasar atau fundamental merupakan penelitian ilmu dasar yang sangat berkaitan
dengan pengembangan teori dan yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan tertentu.
2. Penelitian terapan merupakan kegiatan penelitian untuk menerapkan ilmu dasar agar
dapat menghasilkan produk teknologi yang kelak bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat.
3. Penelitian pengembangan merupakan kegiatan penelitian pengembangan teknologi atas
permintaan masyarakat untuk meningkatkan produk yang telah ada agar dapat memenuhi
kebutuhan mereka.
4. Penelitian transasional merupakan penelitian yang memanfaatkan pengetahuan dasar
(basic science) untuk pengembangan suatu metode baru untuk diagnosis, terapi dan
pencegahan penyakit.
Dengan merujuk pada produk yang dihasilkan maka ruang lingkup penelitian dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu:
Lingkup pertama adalah penelitian yang yang terkait langsung dengan kegiatan
pendidikan misalnya penelitian untuk menghasilkan skripsi, tesis dan disertasi atau
penelitian yang dipakai untuk meningkatkan kualitas mengajar.
Lingkup kedua adalah penelitian yang dilakukan untuk tujuan pengembangan teori dan
ilmu pengetahuan, atau untuk tujuan pelayanan dan pengabdian pada publik
Kedua lingkup penelitian ini saling terkait dan saling menopang dan dapat melibatkan
semua staf akademik beserta mahasiswanya dan juga berbagai pihak luar yang
berkepentingan.
Standar penelitian pada pendidikan dokter subspesialis Obstetri dan ginekologi Indonesia:
1. Standar penelitian pada pendidikan akademik merupakan kriteria minimal mengenai
sistem penelitian.
2. Peserta pendidikan dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi melaksanakan penelitian
dalam ruang lingkup ilmu kedokteran yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
kedokteransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai bidang
34
peminatan masing-masing.
3. Penelitian sebagaimana dimaksud menggunakan manusia dan hewan percobaan sebagai
subjek penelitian harus lolos kaji etik dari komite etik bidang kedokteran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Program studi memiliki kebijakan yang mendukung keterkaitan antara penelitian dengan
pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat serta menetapkan prioritas penelitian
beserta sumber daya penunjangnya.
5. Program studi menyelenggarakan program penelitian untuk PPDS sesuai dengan jenjang
pendidikannya di bawah bimbingan dosen pembimbing.
6. Program studi mengalokasikan anggaran untuk menjamin aktivitas penelitian yang
mendukung Pendidikan Kedokteran paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari anggaran
operasional fakultas kedokteran.
7. Hasil akhir luaran adalah publikasi pada jurnal nasional maupun internasional.
35
Ginekologi Indonesia
Pendahuluan
Dalam setiap program pendidikan akademik ataupun profesi, terdapat beberapa standar yang
disusun sebagai pedoman agar kegiatan pengajaran dapat terlaksana, salah satunya adalah
standar pengabdian masyarakat. Program Pendidikan sebaiknya berperan aktif dalam
perencanaan dan implementasi program dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan
membuktikan efektivitas pemanfaatannya di dalam masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat
dilaksanakan sebagai kontribusi kepakaran, kegiatan pemanfaatan hasil pendidikan, dan/atau
hasil penelitian dalam bidang ipteks dalam upaya memenuhi permintaan atau memprakarsai
peningkatan mutu hidup masyarakat serta untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan
Standar pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan agar tercipta integrasi antara pelayanan
kesehatan masyarakat dan proses pendidikan keprofesian.
Standar pengabdian masyarakat
1. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran pada proses pendidikan akademik
dan profesi merupakan standar pengabdian kepada masyarakat
2. Pelaksanaan pengabdian kepada masyakarat yang berbentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mengutamakan keselamatan pasien dan masyarakat.
3. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran
atau fakultas kedokteran gigi merupakan bagian dari penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.
4. Pelayanan klinik yang tersedia harus tetap berjalan secara optimal disertai dengan
peningkatan kualitas pelayanan selama proses pendidikan berlangsung.
5. Penyusunan Standar Prosedur Operasional sebagai dasar penatalaksanaan terhadap
pasien.
6. Kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka pendidikan subspesialis obstetri dan
ginekologi mendapat pendanaan dari fakultas kedokteran.
7. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Diadopsi dari Peraturan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi republik indonesia
nomor 18 tahun 2018 tentang standar nasional pendidikan kedokteran bagian keempat belas
mengenai standar pengabdian kepada masyarakat pasal 30 dan 59.
II.15 Standar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana
Pendidikan Kedokteran dengan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Kedokteran
Pendahuluan
Fakultas Kedokteran Program Studi Dokter Subsubspesialis Obstetri dan Ginekologi atas nama
perguruan tinggi bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan
Kedokteran, dan/atau lembaga lain, serta berkoordinasi dengan Organisasi Profesi. Kerja sama
36
sebagaimana dimaksud bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, produktivitas,
kreativitas, inovasi, mutu, dan relevansi pelaksanaan Tri dharma Perguruan Tinggi untuk
meningkatkan daya saing bangsa; memberikan kontribusi nyata untuk bidang pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan bidang
kesehatan di wilayahnya untuk meningkatkan daya saing bangsa; dan meningkatkan
sinkronisasi dan harmonisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang kesehatan.
Tujuan
Standar Kontrak kerja sama dengan RS Pendidikan ini disusun dengan tujuan menjadi acuan
bagi institusi pendidikan dokter dalam menentukan kerja sama dengan RS pendidikan sebagai
tempat penyelenggaraan aktivitas pendidikan sehingga lulusan dokter subspesialis Obstetri dan
Ginekologi .
Kerja sama antara Fakultas Kedokteran Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, dan/atau
lembaga lain meliputi kerja sama akademik dan kerja sama nonakademik.
Kerja sama akademik meliputi kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat secara terintegrasi.
Kerja sama nonakademik meliputi kerja sama bidang sumber daya manusia, sarana prasarana,
dan/atau pendanaan.
Kerja sama antara Fakultas Kedokteran Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri dan
Ginekologi dengan Rumah Sakit Pendidikan dilaksanaka sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Perjanjian kerja sama antara Fakultas Kedokteran Program Studi Dokter Subspesialis Obstetri
dan Ginekologi dengan Wahana Pendidikan dan/atau Lembaga lain ditandatangani oleh pihak
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.
37
Dalam hal salah satu pihak merupakan pihak asing, perjanjian kerja sama harus dibuat dalam
Bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Evaluasi Program
Sistem Evaluasi Program
38
IPDS bersama dengan Kolegium menciptakan mekanisme evaluasi program pendidikan, tercakup dalam
hal ini ialah monitoring proses pendidikan, menilai kemajuan proses pendidikan dan kelengkapan
fasilitas pendidikan.
Evaluasi pelaksanaan pendidikan dokter subspesialis dilakukan secara berkala termasuk evaluasi seleksi
masuk, proses dan lulusan pendidikan.
Evaluasi dilakukan oleh Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi bersama dengan Kolegium
terkait.
1. Evaluasi hasil seleksi masuk dikaitkan dengan proses pendidikan peserta didik yang bersangkutan
2. Evaluasi program dilaksanakan dengan sistem evaluasi yang sahih dan dapat diandalkan. Keikut
sertaan pakar pendidikan kedokteran akan sangat membantu pelaksanaan evaluasi
3. Dalam evaluasi harus dapat diidentifikasi masalah yang dapat menghambat kelangsungan proses
pendidikan.
4. Evaluasi yang dilakukan mencakup organisasi pendidikan, saran/prasarana dan lingkungan
pendidikan.
5. Penilaian dan informasi tentang kompetensi lulusan digunakan sebagai umpan balik pengembangan
proses pembelajaran.
Program studi subspesialis obstetri dan ginekologi mendapat kewenangan melaksanakan program
pendidikan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, berdasarkan rekomendasi KKI.
Program studi subspesialis obstetri dan secara berkala akan dipantau dan dievaluasi oleh lembaga yang
berwenang melalui sistem yang ditetapkan.
Program studi subspesialis obstetri dan diakreditasi oleh Lembaga akreditasi Mandiri Pendidikan
Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)
39
Lampiran.1. Draft Surat Perjanjian antara RS Pendidikan dengan Peserta Program
Pendidikan Subspesialis
SURAT PERJANJIAN
ANTARA
RS………………………
DENGAN
PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS
TENTANG
PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN
DI RS………………
Nomor : …………………………………..
Tanggal :
Pada hari ini, …………………………. belas kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Alamat/Kedudukan :
2. Nama : ...................................................................
Jabatan : Peserta Didik Dokter Subspesialis Program Studi
........................
Tahap .......................................................
Alamat/Kedudukan : ..................................................................
Nomor SIP : ................................................
40
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PESERTA DIDIK
yang selanjutnya dalam surat perjanjian ini disebut sebagai
PIHAK KEDUA
Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah bersepakat
mengadakan kerjasama tentang pelaksanaan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Program
Pendidikan Dokter Subspesialis (PPDS 1) di RS.....................dengan ketentuan sebagai
berikut :
Pasal 1
Lingkup Perjanjian
PIHAK PERTAMA memberi tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima
tugas memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan kewenangan yang diberikan
dalam rangka kegiatan pendidikan dokter subspesialis.
Pasal 2
Kewajiban dan Hak
1. Kewajiban PIHAK KEDUA :
a. Menaati semua peraturan yang berlaku di RS.....................terkait penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, organisasi dan tata tertib Peserta Didik Pendidikan Dokter
Subspesialis;
41
b. Memberikan pelayanan kepada pasien di PIHAK PERTAMA sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan klinik yang diberikan sesuai tahapan pendidikan dokter subspesialis di
bawah supervisi Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP);
c. Memberikan pelayanan sesuai standar mutu dan keselamatan di RS.....................
d. Menaati Kode Etik Kedokteran;
e. Melakukan Hand Hygiene pada 5 (lima) moment;
f. Melakukan pengisian catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) secara tepat,
lengkap, dan konsisten
g. Bersedia untuk ditugaskan di luar RSCM;
h. Mengikuti ketentuan kehadiran dengan sistem elektronik yang berlaku di RS………
i. Tidak menuntut untuk diangkat sebagai pegawai RS…………..
2. Hak Peserta PIHAK KEDUA:
a. Mendapat insentif sesuai perhitungan kinerja Peserta Didik yang diatur sesuai Surat
Keputusan Direktur Utama;
b. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang berada di RS.....................dalam rangka
pelayanan kepada pasien;
c. Mendapat supervisi dari Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP).
Pasal 3
Jangka Waktu Perjanjian
Jangka waktu pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peserta Program Pendidikan Dokter
Subspesialis (PPDS 1) di RS.....................terhitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian
yaitu ……………….. dan berakhir pada tanggal ……………..
Pasal 4
Biaya Pekerjaan
Cara Pembayaran
Insentif kinerja Periode Januari - Desember 2017 dibayarkan setiap bulan kepada PIHAK
KEDUA melalui transfer ke rekening PIHAK KEDUA melalui :
42
Bank :
Cabang :
Nomor Rekening :
Nama Pemegang Rekening :
dengan melampirkan :
1. Rekapitulasi keberadaan PIHAK KEDUA oleh Program Studi yang dikirimkan ke Bagian
Pendidikan dan Pelatihan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
2. Rekapitulasi penilaian yang dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
yang dilakukan setiap akhir bulan dengan menggunakan formulir implementasi standar
mutu dan keselamatan yang sudah diberikan kepada program studi pendidikan dokter
subspesialis dan dikirimkan ke Bagian Pendidikan dan Pelatihan paling lambat tanggal 10
(Sepuluh) setiap bulan.
Pasal 6
Beban Biaya dan Pajak
1. Segala pengeluaran biaya sehubungan dengan pembuatan Surat Perjanjian ini termasuk
biaya materai tempel Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) dibebankan kepada PIHAK KEDUA.
2. Segala pajak-pajak sehubungan dengan pekerjaan ini, ditanggung oleh PIHAK KEDUA,
dan dilunasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 7
Sanksi
1. Yang dimaksud dengan “Keadaan Memaksa“ dalam Surat Perjanjian ini adalah peristiwa-
peristiwa sebagai berikut :
43
a. Bencana alam (Gempa bumi, tanah longsor dan banjir)
b. Bencana Non Alam
c. Bencana Sosial (Perang, huru hara, pemberontakan)
d. Pemogokan
e. Kebakaran
f. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan bersama Keputusan Menteri
Keuangan dan Menteri Teknis Terkait
2. Apabila terjadi “Keadaan Memaksa“ maka :
a. PIHAK KEDUA menyatakan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA bahwa telah
terjadi “keadaan memaksa“.
b. Jika dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA tentang “Keadaan memaksa“ tersebut, PIHAK PERTAMA tidak
memberikan jawaban, maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui terjadinya keadaan
memaksa tersebut.
3. Apabila “Keadaan Memaksa“ itu ditolak oleh PIHAK PERTAMA maka berlaku
ketentuan-ketentuan Pasal 7 surat perjanjian ini.
Pasal 9
Pemutusan Perjanjian
1. PIHAK PERTAMA dapat melakukan pemutusan perjanjian secara sepihak apabila PIHAK
KEDUA tidak melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud Pasal 2 surat perjanjian
ini.
2. Jangka waktu Perjanjian telah selesai.
Pasal 10
Penyelesaian Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah mufakat.
2. Apabila dalam musyawarah tidak didapatkan penyelesaian, maka Kedua Belah Pihak
memilih domisili hukum yang tetap dan tidak berubah-ubah pada Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Denpasar.
Pasal 11
Penutup
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan
yang dipandang perlu oleh PARA PIHAK, akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian
Tambahan (Addendum) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Perjanjian ini.
44
2. Surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) untuk Para Pihak, bermeterai cukup dan
semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Notaris
NIM.Muliawan
Direktur
45
BAB III
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
DOKTER SUBSPESIALIS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA
Sistematika bab ini adalah sbb:
Sub Bab 2. Sistematika Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Sub Bab 3. Standar Kompetensi Dokter Subspesialis Obsteri dan Ginekologi Indonesia
Daftar Masalah
Daftar Keterampilan
46
Sub Bab 1
Pendahuluan
Dalam 50 tahun terakhir profesi kedokteran telah berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi kedokteran serta tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan dengan kualitas yang
tinggi (high standard care).
Dengan perkembangan yang begitu cepat, tidak mungkin seorang dokter dapat menguasai semua cabang
profesi kedokteran, oleh karena itu pada saat ini dikenal gelar dokter sebagai luaran dari pendidikan
profesi tingkat pertama (primary professional educa-tion), spesialis (second professional education) dan
subspesialis (third professional education). Pendidikan subspesialis merupakan fase penting dalam
pendidikan kedokteran, yang merupakan pendalaman ilmu, peningkatan kompetensi dan keterampilan
seorang dokter spesialis dan mencapai tingkatan tertinggi pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Seorang dokter subspesialis dituntut untuk dapat memberikan pelayanan pada kasus sulit yang
memerlukan keilmuan mendalam, kecanggihan diagnostik dan keterampilan yang tidak dapat dilakukan
oleh seorang spesialis (kasus subspesialistis). Dengan demikian kehadiran dokter subspesialis akan dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta juga memberikan kepuasan kepada pasien (patient safety
and satisfaction). Dalam menjalankan praktek kedokteran seorang dokter subspesialis dituntut untuk
selalu menjalankan praktek berbasis bukti (evidence-based practice), sehingga selain menjamin
keselamatan pasien juga ilmu dan keterampilan yang dimiliki akan selalu terbarukan. Diharapkan pula
seorang dokter subspesialis dapat memberi kontribusi pada bidang keilmuannya melalui kegiatan
penelitian. Tujuan lain dari pendidikan subspesialis adalah menciptakan seorang pendidik yang baik bagi
peserta didik kedokteran, peserta pendidikan dokter spesialis dan tenaga kesehatan lain. Sebagai
kesimpulan, dokter subspesialis berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi,
memiliki kualitas sebagai peneliti dan sebagai pendidik.
Pendidikan dokter subspesialis merupakan pendidikan profesi kedokteran tertinggi, dalam Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia berada pada jenjang sembilan. Dokter subspesialis melalui kegiatan
penelitian harus dapat memberikan kontribusi berupa pengembangan ilmu atau keahlian profesi yang
baru, kreatif, orisinal, dan teruji. Melalui pengembangan yang berguna bagi ilmu pengetahuan dan
kesejahteraan umat manusia mampu memperoleh pengakuan baik nasional maupun internasional.
Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah keilmuan atau keprofesian melalui pendekatan multi
dan interdisiplin.
Kebutuhan masyarakat akan keberadaan dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi masih sangat tinggi,
pada saat terdapat sekitar 850 dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi untuk seluruh Indonesia
sehingga memberikan rasio sekitar 1: 300.000 penduduk. Di negara maju rasio tersebut adalah 1:
30.000. Adanya persaingan global dalam industri kesehatan, memungkinkan kebutuhan akan dokter
subspesialis di Indonesia akan diisi oleh tenaga dari luar negeri, yang belum tentu dapat memenuhi
harapan bangsa Indonesia.
Sejalan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang betul-betul sesuai dengan ilmu
kedokteran mutakhir, maka makin banyak kebutuhan sub-spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan IPTEKDOK. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut serta mengantisipasi akan datangnya dokter sub-spesialis asing pada era globalisasi di
bidang jasa kesehatan sesuai dengan dari masing-masing cabang ilmu di atas akan bertugas di 16 Institusi
47
Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Fakultas Kedokteran) minimal 3 orang di masing-
masing pusat pendidikan dengan total kebutuhan minimal 39 orang dan perlu juga ditempatkan minimal
satu orang (Sub-spesialis) dimasing-masing rumah sakit tipe A dan B di seluruh Indonesia.
Dengan kebutuhan akan dokter subspesialis yang besar, dukungan kurikulum yang dibuat oleh Kolegium
Obstetri dan Ginekologi Indonesia, dukungan sumber daya manusia - sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh Institusi Pendidikan Dokter Subspesialis dan Rumah Sakit Pendidikan serta rumah sakit
satelit/institusi afiliasi, program studi telah berjalan dengan baik dan terjamin akan berlangsung secara
berkesinambungan (sustainability).
Selain itu pendidikan dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi mempunyai misi untuk menjawab
kebutuhan masyarakat sebagai berikut :
• Untuk meningkatkan pengetahuan, tatalaksana, pembelajaran dan penelitian,
• Mempromosikan pengalaman, fasilitas, dan klinik khusus yang mempunyai kelebihan untuk
tatalaksana pasien
• Meningkatkan rekrutmen dari lulusan yang berpotensi pada bidang subspesialis tertentu
• Menjalankan kerjasama antar disiplin dengan pengertian yang lebih baik
• Melaksanakan pengelolaan pelayanan klinis secara terkordinasi dalam suatu daerah
• Melaksanakan tanggung jawab sebagai pusat pendidikan untuk pendidikan lanjutan, penelitian
dan pengabdian masyarakat khususnya dibidang subspesialisasi.
Undang-undang Nomor 20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran dalam pasal 7 menegaskan bahwa
bahwa fakultas kedokteran dengan akreditas katagori tertinggi seperti Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran merupakan penyelenggara pendidikan dokter subspesialis. Pembukaan penyelenggaraan
program studi pendidikan dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi merupakan pengejawantahan dari
amanat yang terkandung dalam undang-undang tersebut yang berada di bawah naungan satu institusi
pendidikan dengan kurikulum yang disusun oleh Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
48
Sub Bab 2
Sistematika Standar Kompetensi
Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Secara garis besar, kompetensi pada Subspesialis dibagi menjadi 3, yaitu kompetensi utama kompetensi
penunjang, dan kompetensi lainnya yang dijabarkan sebagai berikut.
Kompetensi utama yang dicirikan oleh Kurikulum Inti (80%), ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi
bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan (SK Mendiknas No. 045/U/2002), melalui Kolegium
Obstetri dan Ginekologi Indonesia, yaitu :
1. Profesionalitas yang Luhur (Etika, moral, profesionalisme dan medikolegal)
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
8. Bidang riset (sebagai ilmuwan atau peneliti)
Kompetensi penunjang dan Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama
membangun 20% bagian kurikulum yang juga merupakan kurikulum institusional.
Kompetensi penunjang adalah kompetensi yang diberikan sebagai unggulan, seperti tindakan operasi
minimally invasive pada peminatan okologi gonekologi, penapisan prenatal kelainan kongenital janin
pada peminatan kedokteran fetomaternal atau program bayi tabung pada peminatan fertilitas
endokrinologi reproduksi.
Kompetensi penunjang juga mencakup kompetensi lain yang ditetapkan oleh perguruan tinggi sebagai ciri
lulusannya dan untuk memberi bekal lulusan agar mempunyai keleluasaan dalam memilih bidang
kehidupan serta meningkatan kualitas hidupnya. Kompetensi ini disajikan dalam bentuk kuliah pilihan
seperti manajerial.
Kompetensi lainnya adalah jenis kompetensi lulusan yang berasal dari program studi lain , namun diambil
untuk memperkaya lulusannya seperti penanganan kasus gawat darurat yang terpadu dengan layanan
perawatan intensif (ICU).
Untuk dapat menyandingkan kualifikasi kompetensi sehingga dapat setara dan terintegrasi antara bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor, digunakanlah kerangka penjejangan kualifikasi kompetensi
yang disebut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
49
Oleh karena itu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan dinyatakan dalam rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sikap merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan
norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman
kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran
Pengetahuan merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara
sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa,
penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.
Keterampilan merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori,
metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa,
penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat.
Mengacu pada Pasal 33 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
No 18 Tahun 2018 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, maka Standar kompetensi lulusan
pada pendidikan profesi dokter subspesialis Obstetri dan Ginekologi sesuai dengan jenjang KKNI 9
(sembilan), terkait dengan kesesuaian tingkat kedalaman ilmu di bidangnya.
50
Untuk melakukan penjaminan mutu program Pendidikan Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi
maka disusun indikator keberhasilan penerapan standar kompetensi lulusan, yaitu :
1. ketersedianan pedoman perumusan capaian pembelajaran
2. ketersediaan profil lulusan
3. ketersediaan rumusan capaian pembelajaran dan bukti pelaksanaan capaian pembelajaran lulusan
4. kesesuaian rumusan capaian pembelajaran julusan dengan visi, misi Perguruan Tinggi dan visi, misi
Prodi
5. ketesediaan SK Dekan tentang tim perumus capaian pembelajaran lulusan
6. ketersediaan bukti uji publik rumusan capaian pembelajaran lulusan
7. ketersediaan SK Rektor tentang capaian pembelajaran lulusan
8. 75 % lulusan memiliki rata-rata nilai kompetensi lulusan adalah ≥ 4
9. 50% lulusan memiliki nilai IPK 3,00
10. 75% masa tunggu lulusan untuk mendapatkan pekerjaan adalah ≤ 6 bulan
11. 75% lulusan bekerja sesuai bidang studi
51
Sub Bab 3
Standar Kompetensi
Dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Perumusan masing-masing unsur deskripsi CP diuraikan dalam parameter sebagaimana dinyatakan dalam
Tabel 3.3.1 berikut :
PARAMETER CP
SIKAP Unsur sikap harus mengandung makna yang sesuai dengan rincian unsur sikap
yang ditetapkan di dalam SN DIKTI. Penambahan pada unsur sikap dimungkinkan
bagi program studi untuk menambahkan ciri perguruan tinggi pada lulusan atau
bagi program studi yang lulusannya membutuhkan sikap-sikap khusus untuk
menjalankan profesi tertentu.
KETERAMPILA Unsur keterampilan umum harus mengandung makna yang sesuai dengan rincian
N
UMUM unsur ketrampilan umum yang ditetapkan di dalam SN DIKTI. Penambahan pada
unsur keterampilan dimungkinkan bagi program studi untuk menambahkan ciri
perguruan tinggi pada lulusan.
KETERAMPILA Unsur keterampilan khusus harus menunjukkan kemampuan kerja di bidang yang
N
KHUSUS terkait program studi, metode atau cara yang digunakan dalam kerja tersebut,
dan tingkat mutu yang dapat dicapai, serta kondisi/proses dalam mencapai hasil
tersebut. Lingkup dan tingkat keterampilan harus memiliki kesetaraan dengan
lingkup dan tingkat kemampuan kerja dokter subspesialis yang tercantum di dalam
deskripsi CP KKNI yaitu mampu untuk melakukan pendalaman dan perluasan
IPTEKS, riset multi-transdisiplin.
Jumlah dan macam keterampilan khusus ini dapat dijadikan tolok ukur kemampuan
minimal lulusan dari suatu jenis program studi yang disepakati.
PENGETAHUAN Unsur pengetahuan harus menunjukkan dengan jelas bidang/cabang ilmu atau
gugus pengetahuan yang menggambarkan kekhususan program studi, dengan
menyatakan tingkat penguasaan, keluasan, dan kedalaman pengetahuan yang
harus dikuasai lulusannya. Hasil rumusan pengetahuan harus memiliki
kesetaraan dengan Standar Isi Pembelajaran dalam SN DIKTI, yaitu menguasai
filosofi keilmuan bidang pengetahuan dan keterampilan dokter subspesialis sesuai
peminatannya.
Dalam pemetaan atau penggambaran bidang keilmuan tersebut dapat menggunakan
referensi rumpun ilmu atau bidang keahlian yang telah ada atau kelompok
bidang keilmuan/pengetahuan yang dibangun oleh program studi sejenis.
52
Sikap
Ketrampilan Umum
Tujuan
Daftar masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi pendidikan dokter
Subspesialis Obstetri dan Ginekologi agar dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi yang dihasilkan
memiliki kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal
atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangka penatalaksanaan pasien. Tingkat
kompetensi setiap masalah merupakan kemampuan yang harus dicapai pada akhir pendidikan dokter
Subspesialis Obstetri dan Ginekologi.
53
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap masalah tersebut dan menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Dengan demikian didalam Daftar Masalah ini level kompetensi tertinggi adalah 4B
54
DAFTAR MASALAH
A. Daftar Masalah Subspesialis Fetomaternal
Kompetensi Jumlah
Kompetensi Kompetensi
No Daftar Penyakit Dokter Kasus
SpOG SpOG(K)
Umum Minimal
FETOMATERNAL
1. FETAL PROGRAMMING (DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA LEVEL LANJUT)
Optimalization on pre-
1 conceptional, antenatal, 4A 5
intrapartum diagnosis and
intervention
Nutritional intervention and
2 monitoring for optimal fetal 4A 5
outcome
Medical intervention and
3 monitoring for optimal fetal 4A 5
outcome
Pre-conditional management
prior pregnancy and intra-
4 4A 5
pregnancy for medical
disorders
5 Hypertension (advance) 4A 5
6 Renal disease (advance) 4A 5
7 Cardiac disease (advance) 4A 5
8 Liver disease (advance) 4A 5
9 Respiratory disease (advance) 4A 5
10 Gastrointestinal disease 4A 5
(advance)
11 Diabetes (advance) 4A 5
13 Neurological disease 4A 5
(advance)
15 Haematological disease 4A 5
(advance)
16 Thromboembolic disease 4A 5
(advance)
55
17 Psychiatric disease (advance) 4A 5
18 Skin disease (advance) 4A 5
19 Neoplastic disease (advance) 4A 5
20 Substance abuse (advance) 4A 5
56
41 Fetal growth disorders 4A 5
(advance)
Antepartum haemorrhage
42 4A 5
(advance)
43 Preterm birth (advance) 4A 5
44 Malpresentation (advance) 4A 5
45 Alloimmunisation (advance) 4A 5
Abdominal and gynaecological
46 4A 5
problems (advance)
Failure to progress in labour
47 4A 5
(advance)
Non-reassuring fetal status
48 4A 5
(advance)
Multiple pregnancy and
malpresentation Failure to
progress in labour (advance)
57
54 Anaesthesia and analgesia 4B 5
(advance)
55 Maternal collapse (advance) 4B 5
56 Medical disorders (advance) 4B 5
4. GENETIKA DAN KELAINAN KONGENITAL (DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
LEVEL LANJUT)
57 Chromosomal anomalies 4A 5
(advance)
58 Affected fetus (advance) 4A 5
Genetic anomalies
59 (previous/family 4A 5
history/current) (advance)
Syndromic anomalies
60 4A 5
(previous/family
history/current) (advance)
72 HIV (advance) 4A 5
73 Hepatitis (advance) 4A 5
Other viral infections in
74 4A 5
pregnancy (advance)
75 Toxoplasmosis (advance) 4A 5
58
76 Urinary tract infection 4A 5
(advance)
77 Pulmonary infection (advance) 4A 5
Kompetensi Jumlah
Kompetensi Kompetensi
No Daftar Penyakit Kasus
Dokter Umum SpOG Sp2 FER Minimal
GINEKOLOGI
Kelainan Jinak Ginekologi
Miometrium
Mioma uteri dengan penyulit
(infertilitas, perlekatan, distorsi
1. 3A 4A 10
anatomi, uterus miomatosus, mioma
serviks, dsb)
2. Adenomiosis terkait infertilitas 3A 4A 5
Endometrium
Hiperplasia endometrium dengan
3. 3A 4A 5
atypia
4. Endometritis 3A 4A 5
Ovarium
5. Endometriosis dengan infertilitas 3A 4A 20
Gangguan Haid
6. Dismenore dengan infertilitas 3A 4A 20
8. Amenore primer 3A 4A 10
9. Amenore sekunder 30
59
- WHO kelas IV 3A 4A
Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas
10. Sindroma ovarium polikistik 3A 4A 20
11. Infertilitas 3A 4A 50
14. Menopause 3A 4A 20
Disorders of Sexual Development
15. 2 4A 3
(DSD)
16. Keguguran berulang (pasca TRB) 3A 4A 5
Teknologi Reproduksi Berbantu
Kompetensi Jumlah
Kompetensi Kompetensi
No Daftar Masalah Dokter Kasus
SpOG SpOG(K)
Umum Minimal
Obstetri
1 Mola hidatidosa dengan penyulit 4A 3
2 Plasenta previa dengan kecurigaan
3B 4A 3
akreta
3 Ruptur uteri dengan penyulit (syok
hipovolemik, cedera ke organ 4A 3
sekitar)
Ginekologi
4 Kondiloma akuminatum selain di
4A 3
vulva pada organ reproduksi
5
Mioma uteri dengan penyulit
lainnya (perlekatan, distorsi
4A 3
anatomi, uterus miomatosus,
mioma serviks, dll)
60
6 Adenomiosis dengan penyulit
lainnya (perlekatan, distorsi 4A 3
anatomi, dll)
14 Keganasan endometrium 1 3A 4A 3
15 Sarkoma uteri 2 4A 3
16 Keganasan ovarium dan Tuba 3A 4A 12
17 Penyakit trofoblas maligna
low-risk dengan resistensi
4A 12
kemoterapi
61
bladder
2 Inkontinensia urin tipe stres 2 3A 4A 10
Inkontinensia urin urgensi
3 4A 10
refrakter
4 Inkontinensia urin campuran 2 3A 4A 5
5 Inkontinensia urin overflow 2 3A 4A 3
6 Retensio urin ginekologi 2 3A 4A 10
Retensio urin akut
7 4A 10
postpartum gagal terapi
8 Fistula vesiko-genital 2 3A 4A 2
9 Disfungsi berkemih 3A 4A 2
Sindroma nyeri kandung
10 3A 4A 2
kemih
11 Fistula rektovagina 2 3A 4A 2
12 Ruptur perineum total lama 3A 4A 5
Prolaps organ panggul
stadium I dengan penyulit
13 4A 10
(inkontinensia tipe stres,
retensio urine)
Prolaps organ panggul
14 2 3A 4A 30
stadium II-IV
15 Prolaps tunggul vagina 3A 4A 3
16 Kista Gartner 3A 3B 4A 3
17 Kista Duktus Skene 2 4A 3
18 Adhesi labia 2 4A 3
Himen imperforata dengan
19 4A 2
gangguan berkemih/defekasi
Amenore primer pada kasus
20 3A 4A
kelainan kongenital
Kelainan anatomi uterus dan
21 1 2 4A 3
vagina
22 Septum vagina 1 3A 4A 3
23 Disfungsi seksual perempuan 3A 3B 4A 5
Sexual pain disorder
24 (termasuk vaginismus, 3A 3B 4A 5
disparenia)
25 Ginekologi estetik 2 4A 3
Ruptur kandung kencing
26 4A 1
dengan penyulit
Infeksi saluran kemih bagian
27 4A 5
bawah refrakter
62
E. Daftar Masalah Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Sosial
Pendahuluan
Keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan dokter secara
berkesinambungan. Daftar Keterampilan Klinis ini bersumber dari modul inti pendidikan dokter
Subspesialis Obstetri dan Ginekologi yang sudah disusun oleh Kolegium Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi dengan metode focus group
discussion (FGD) bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan.
63
Kemampuan klinis di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi,
demikian pula untuk kemampuan klinis lain di luar standar kompetensi dokter yang telah ditetapkan.
Pengaturan pendidikan dan pelatihan kedua hal tersebut dibuat oleh organisasi profesi, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkeadilan (pasal 28 UU Praktik
Kedokteran no.29/2004).
Tujuan
Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan keterampilan minimal yang harus
dikuasai oleh lulusan dokter Subspesialis Obstetri dan Ginekologi.
Sistematika
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk menghindari
pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di akhir
pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows, does).
64
dapat dicapai peserta didik melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan
penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik
dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau
Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini, tingkat kompetensi tertinggi adalah
4A.
65
66
A. Daftar Keterampilan Subspesialis Fetomaternal
67
Patologi kehamilan trimester 1
(kelainan yolk sac, IUFD, acrania,
anensefalus, kembar siam, omfalokel,
13 gastroskizis, dll). 4A 5
Ekokardiografi janin level madya
(situs, aksis, CTR, 3VV, 4CV, 5CV,
14 dan M-mode). 4A 5
Patologi kehamilan trimester 2 dan 3
(anomali SSP, wajah, leher, thoraks,
traktus gastrointestinal, traktus
15 urinarius, vertebra, skeletal, dll). 4A 5
16 Pemeriksaan USG intrapartum level. 4A 5
17 Pemeriksaan USG pospartum. 4A 5
Aplikasi Doppler dalam bidang
obstetri : a. uterina, a. serebri media, a.
18 umbilikalis dan duktus venosus 4A 5
19 Kelainan plasenta dan tatalaksana. 4A 5
Kelainan air ketuban dan
20 tatalaksananya. 4A 5
21 Gemelli : kelainan dan tatalaksananya 4A 5
Pertumbuhan janin terhambat :
24 diagnosis dan tatalaksana. 4A 5
25 Preterm : prediksi dan diagnosis. 4A 5
Amniosentesis untuk uji kematangan
26 paru. 4A 5
27 USG pada kasus amenore primer. 4A 5
USG pada gangguan haid masa
28 reproduksi dan perimenopause 4A 5
USG pada kasus gangguan kesuburan
29 dan keguguran berulang. 4A 5
Organ dasar panggul normal
30 (transperineal). 4A 5
Gambaran normal dan patologi sfingter
31 ani interna dan eksterna. 4A 5
68
Aplikasi Doppler dalam bidang
35 endokrinologi reproduksi. 4A 5
36 Kelainan kongenital ginekologi. 4A 5
Tindakan invasif dalam bidang obstetri
(amniosentesis genetik, biopsi vili
37 khoriales, kordosintesis, fetocide, dll). 4A 5
Gemelli dan penatalaksaan
komplikasinya (TTTS, kematian pada
38 satu janin, TRAP) 4A 5
Pemeriksaan USG 3D/4D madya
39 dalam bidang obstetri. 4A 5
2. PROSEDUR TINDAKAN KONSULTAN FETOMATERNAL (DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
LEVEL LANJUT)
40 CVS (chorionic villous sampling) 4A 5
41 Amniocentesis 4A 5
42 Chordocentesis 4A 5
43 Intrauterine transfusion 4A 5
44 Amnioinfusion 4A 5
45 Amnioreduction 4A 5
46 Cerclage 4A 5
Percutaneus shunting with ultrasound
47 guidance 4A 5
48 Thoracocentesis 4A 5
Other centesis procedures related to
49 pregnancy 4A 5
50 NIPT (non invasive prenatal testing) 4A 5
Fetal surgery related to pregnancy
51 including EXIT 4A 5
69
Laparoscopic oovorectony for ovarial
59 pregnancy 4A 5
Hydrostatic tamponade for post partum
60 haemorrhage 4A 5
61 B'Lynch Suture and modification 4A 5
Compression suture for post partum
62 haemorrhage 4A 5
Hypogastric artery and ovarian vessels
63 ligation for post partum haemorrhage 4A 5
Hysterectomy following post partum
64 haemorrhage 4A 5
Other surgical procedures related
65 complication of hysterectomy 4A 5
Myometrial resection for placental
66 acreta, increta, or percreta 4A 5
Kompetensi Jumlah
Kompetensi Kompetensi
No Daftar Keterampilan Dokter Kasus
SpOG Sp2 FER
Umum Minimal
KONTRASEPSI
Konseling kontrasepsi bermasalah
1. 3A 4A 10
(ekstraksi IUD sulit)
ULTRASONOGRAFI
2. Saline infusion sonography 2 4A 10
70
Laparoskopi kistektomi/ovarektomi
7. 2 4A 10
(endometriosis dengan infertilitas)
Laparoskopi lisis adhesi dengan
8. 2 4A 10
infertilitas
Laparoskopi oklusi tuba pada kasus
9. 4A 10
hidrosalping pra IVF
11 Ovarian drilling 2 4A 5
Laparoskopi histerektomi (LAVH,
12 LASH, dan TLH) dengan nyeri pelvik 2 3A 3
kronik
Laparoskopi miomektomi pada kasus
13 infertilitas dan perdarahan uterus 2 3A 3
abnormal
Laparoskopi Deep infiltrating
14. 2 3A 3
endometriosis
Histeroskopi diagnostik pada kasus
15. 3 4A 10
infertilitas
Histeroskopi operatif L3 dengan
16. 2 4A 5
infertilitas
Menangani kasus medikolegal
17. 4A 5
infertilitas
Melakukan audit manajemen
18. 4A 5
infertilitas
TEKNOLOGI REPRODUKSI BERBANTU
19. Ovum pick up 2 4A 10
Jumlah
Kompetensi Kompetensi Kompetensi
No Daftar Keterampilan Kasus
Dokter Umum SpOG SpOG(K)
Minimal
71
Seksio sesaria pada kecurigaan
plasenta akreta dengan penyulit
1 (invasi ke vesika urinaria, perforasi, 4A 3
adhesi ke viscera)
Salpingo-ooforektomi dengan
6 penyulit (adhesi, perdarahan, 4A 5
infeksi, komorbid)
72
20 Konisasi sekunder 4A 3
21 Krioterapi serviks sekunder 4A 3
22 Pungsi asites (parasentesis) 3 4A 5
Kemoterapi pada TTG low
23 risk dengan kemoterapi resisten 4A 10
28 Sistoskopi 2 3 3
29 Neovagina 2 3 1
Destruksi lesi kondiloma di luar
30 vulva pada organ reproduksi 4A 3
Onkologi Ginekologi
Vulva
31 Kolposkopi dan Biopsi Vulva 4A 3
32 Eksisi Biopsi Vulva 4A 3
33 Eksisi vulva lokal dan luas 4A 3
Mayor
34 Vulvektomi sederhana 4A 3
Biopsi kelenjar getah bening
35 superfisial 4A 3
Ultra radikal
40 Eksenterasi Pelvis anterior 4A 1
41 Eksenterasi Pelvis Posterior 4A 1
42 Eksenterasi Pelvis Total 4A 1
Vagina
43 Kolposkopi dan Biopsi vagina 4A 3
44 Eksisi biopsi vagina 4A 1
73
Major
45 Vaginektomi parsial 4A 1
46 Vaginektomi Total 4A 1
Radikal
47 Vaginektomi radikal 4A 1
Diseksi kelenjar getah bening
48 4A 2
terbuka
Trakelektomi sederhana
-Terbuka
49 4A 2
-Vaginal
-Laparoskopi
Trakelektomi Radikal
-Terbuka
50 4A 2
-Vaginal
-Laparoskopi
Ultra Radikal
51 Eksenterasi Pelvis Anterior 4A 1
52 Eksenterasi Pelvis Posterior 4A 1
53 Eksenterasi Pelvis Total 4A 1
Serviks
Minor
54 Kolposkopi dan Biopsi 4A 20
55 Polipektomi servikal 4A 10
56 LEEP/krio 4A 10
57 Konisasi 4A 3
58 Cistoskopi dan atau proctoskopi 2
Major
Histerektomi Extra Fascial
Sederhana / Histerektomi
Tipe I
59 4A 10
, +/- BSO,
-Terbuka atau
-Perlaparoskopi
Trachelektomi
60 -Terbuka 4A 2
-Laparoskopi
Histerektomi Vaginal +/-
61 4A 3
BSO
Radikal
74
Histerektomi Radikal / Histeretomi
62 type II / type III, - Terbuka atau 4A 10
Perlaparoskopi
Trachelectomy - Terbuka -
64 Laparoskopi. Vaginal hysterectomy 4A 2
+/-, BSO
75
Histerektomi Radikal/
Histerektomi type II atau
78 type III 4A 10
-Terbuka atau
-Laparoskopi
Histerektomi+ Diseksi
kelenjar getah bening pelvis,
79 4A 10
-Terbuka atau
-Laparoskopi
Histerektomi + Diseksi
kelenjar getah bening pelvis
+ Pengambilan sampel
80 4A 10
kelenjar Getah bening Para-Aorta
-Terbuka atau
-Laparoskopi
Histerectomi + Diseksi
kelenjar getah bening pelvis
+ Diseksi kelenjar Getah
81 4A 10
Para-Aorta
-Terbuka atau
-Laparoskopi
Histerectomi + Diseksi
kelenjar getah bening pelvis
+ Diseksi kelenjar Getah
82 4A 10
Para-Aorta + Omentektomi
-Terbuka atau
-Laparoskopi
Ultra Radikal
Surgical staging dengan
83 4A 3
reseksi usus dan anastomosis
Ovarium/ Tuba Fallopi
Minor
84 Laparoskopi diagnostik dan biopsi 4A 3
85 Paracentesis 4A 3
86 biopsi 'Truecut" USG guided/FNAC 4A 3
Major
Risk reduction surgery for ovarian
87 4A 12
cancer
Salphingo-oovarektomi
88 4A 3
bilateral untuk tatalaksana
76
Kanker Payudara
Histerektomi Extra- Fascial
sederhana +/- BSO
89 4A 10
-Terbuka atau
-Perlaparoskopi
Salpingo-oophorectomy,
90 4A 3
unilateral atau bilateral
Radikal
Histerektomi Salpingo-
91 oovarektomi Total Bilateral 4A 10
Omentektomi
Histerektomi Salpingo-
oovarektomi Total Bilateral
92 4A 10
Omentektomi + Diseksi
kelenjar Getah Bening Pelvis
Histerektomi Salpingo-
oovarektomi Bilateral
Omentektomi + Diseksi
93 kelenjar Getah Bening 4A 10
Pelvis+Pengambilan sampel
kelenjar Getah bening Para-
aorta
Histerektomi Salpingo-
oovarektomi Bilateral
Omentektomi + Diseksi
kelenjar Getah Bening
94 4A 5
Pelvis+Diseksi kelenjar
Getah Bening Para- aorta
Fertility preserving complete
staging surgery
Ultra Radikal
Histerektomi Total Salpingo-
oovarectomi Bilateral
Omentectomi +/- Diseksi
kelenjar getah bening
95 dengan satu atau beberapa 4A 2
prosedur :
-Peritonektomi Pelvic
-peritonectomi Parietal
-stripping Diaphragma
77
-Excision of involved
diaphragm and repair
-Reseksi usus and
anastomosis
-Excision of lesser sac
disease
-Lesser omentectomy
-Reseksi Liver parsial
-Eksisi Kapsula Glisson
-Splenectomi
-HIPEC
Kemoterapi, Imunoterapi,
hormonal terapi dan target
terapi pada terapi keganasan
96 4A 20
kanker ginekologi
Radioterapi pada keganasan
kanker ginekologi
Radioterapi pada keganasan
97 3 5
kanker ginekologi
78
Manchester Fothergill -
11 2 4A 10
Sturmdorf
12 Kelly Plikasi 2 4A 10
13 Fenton’s procedure 2 4A 2
14 Ekstirpasi Kista Gartner 2 4A 3
15 Ekstirpasi Kista Duktus Skene 2 4A 3
18 Insisi Adhesi labia 3 4A 3
19 Pemeriksaan Uroflowmetry 1 3 4A 3
20 Pemeriksaan Urodinamik 1 3 4A 3
Perawatan luka episiotomi
21 4A 5
terbuka/kronis
22 Eksisi septum vagina 2 4A 5
Pembentukan Neovagina
23 2 4A 3
dengan pendekatan vaginal
Pembentukan Neovagina
24 4A 1
dengan pendekatan laparoskopi
Laparoscopically assisted
25 4A 5
vaginal hysterectomy (LAVH)
26 Rekonstruksi tuba 4A 1
Ruptur perineum derajat 3 dan 4
27 3 4A 15
lama
28 Repair fistula rectovagina 2 4A 5
29 Repair fistula vesicovagina 2 4A 5
Eksisi Himen imperforata
30 4A 2
dengan gangguan berkemih
Trans-Obturator Tape (TOT)
31 2 4A 1
procedure
Tension-free vaginal tape
32 2 4A 1
(TVT) procedure
Tension Free Vaginal Tape-
33 2 4A 1
Obturator (TVT-O) procedure
34 Sistoskopi diagnostik 2 4A 20
35 Sistoskopi operatif 2 4A 1
36 USG sfingter ani 2 4A 10
USG dasar panggul untuk
37 mendiagnosis disfungsi dasar 2 4A 10
panggul
Percutaneous tibial nerve
38 4A 3
stimulation
39 Sacral Neuromodulation 4A 3
40 Laser vaginal rejuvenation 4A 3
Ginekologi estetika
(labioplasty, perineoplasty,
41 himenorraphy, 2 4A 2
Clitoral hood reduction,
vaginal tightening)
79
E. Daftar Keterampilan Subspesialis Obstetri dan Ginekologi Sosial
No Daftar Keterampilan Kompetensi Kompetensi Jumlah Kasus
SpOG SubSpOG- Minimal
ObGinSos
OBSTETRI
1. Konseling prakehamilan pada - 4A 10
perempuan dengan masalah
biopsikososial
2. Konseling ibu hamil dengan - 4A 10
masalah biopsikososial
KONTRASEPSI
3. Konseling kontrasepsi pria secara - 4A 10
holistik
4. Konseling kontrasepsi wanita - 4A 20
secara holistik
5. Konseling kontrasepsi bermasalah - 4A 10
secara holistik
6. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 10
pemasangan dan pelepasan AKDR
dengan penyulit
7. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 10
pemasangan dan pelepasan
implant dengan penyulit
8. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
tubektomi interval dengan
penyulit
9. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
tubektomi pasca persalinan
pervaginam dengan penyulit
GINEKOLOGI
10. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 10
pengambilan sitologi serviks
11. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 10
biopsi lesi serviks
12. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 10
kolposkopi
13. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
LEEP
14. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
konisasi
15. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
krioterapi serviks
16. Konseling kasus kanker - 4A 5
ginekologi stadium lanjut secara
holistik
17. KIE dan legitimasi risiko pada - 4A 5
pengambilan sampel pada kasus
infeksi genitalia interna
80
ETIKMEDIKOLEGAL
18. Menangani kasus medikolegal - 4A 5
secara biopsikososiokultural
19. Melakukan audit secara holistik - 4A 5
MANAJEMEN PELAYANAN OBSTETRI GINEKOLOGI DI RUMAH SAKIT
20. Manajemen perumahsakitan - 4A 5
secara holistik
21. Manajemen pengelolaan - 4A 5
pelayanan secara holistik
22. Manajemen kendali mutu secara - 4A 5
holistik
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN OBSTETRI GINEKOLOGI DI RUMAH SAKIT
23. Pelatihan Keterampilan Klinis - 4A 5
Tenaga Kesehatan Reproduksi
sebagai pelatih
24. Pelatihan Keterampilan Melatih - 4A 5
Kesehatan Reproduksi sebagai
pelatih
25. Pelatihan Keterampilan Melatih - 4A 3
Calon Pelatih Klinik Kesehatan
Reproduksi
26. Pendidikan Obstetri dan - 4A 5
Ginekologi di Rumah Sakit
27. Pendidikan tenaga kesehatan - 4A 5
terkait pelayanan Obstetri dan
Ginekologi di Rumah Sakit
MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
28. Dasar-dasar melakukan - 4A 5
manajemen program kesehatan
reproduksi dengan melibatkan
stakeholder yang terkait
29. Teknik dan aplikasi dalam - 4A 5
perencanaan dan pelaksanaan
program kesehatan reproduksi
30. Teknik dan aplikasi dalam 4A 5
pengembangan program sistem
informasi kesehatan reproduksi
EPIDEMIOLOGI DAN RISET KESEHATAN REPRODUKSI
31. Melakukan riset epidemiologi dan 4A 3
riset kesehatan reproduksi sebagai
basis pengembangan program
kesehatan reproduksi
81
Sub Bab 4
Buku Log
Definisi
Buku Log adalah buku yang memuat data objektif tahap pencapaian kompetensi peserta didik.
Setiap Peminatan mempunyai Log Book tersendiri yang sesuai dengan kurikulum masing masing
dengan daftar masalah, tingkat kompetensi yang diharapkan dan jumlah kasus minimal.
Tujuan
Mencatat tahap pencapaian kompetensi peserta didik dan memantau kekurangan dalam
pencapaian kompetensi.
82
83
Sub Bab 5
Portofolio
Definisi
Portofolio memuat data pengalaman dan pencapaian objektif pendidikan peserta selama aktivitas
pendidikan. Data ini merupakan data detail kasus yang ditangani sebelum dimasukkan ke dalam buku
log
Tujuan
Mencatat pencapaian objektif pendidikan dan memantau Mencatat pencapaian objektif
pendidikan selama aktivitas pendidikan
84
Tingkat Objektif Pendidikan yang diharapkan adalah
Tingkat 1 = OBSERVASI
• Mengetahui langkah dan urutan suatu prosedur atau aktivitas, tetapi masih
memerlukan bantuan.
• Melakukan observasi tindakan yang dilakukan.
• Membantu sejawat melakukan tindakan.
Tingkat 2 = SUPERVISI
• Mengetahui langkah dan urutan suatu prosedur atau aktivitas dan mampu
mengerjakannya.
• Melakukan tindakan dibawah pengawasan langsung supervisor.
• Melakukan tindakan dalam supervisi indirek.
Tingkat 3 = MANDIRI
• Mengetahui langkah dan urutan suatu prosedur atau aktivitas dan mampu
mengerjakannya secara efisien.
• Melakukan tindakan secara mandiri.
85
Bab IV
Penutup
Standar pendidikan profesi dokter Subspesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia bersifat
dinamis mengikuti perkembangan pendidikan teknologi kedokteran, sehingga setiap lima
tahun akan dilakukan pengkajian ulang dan revisi sesuai dengan perkembangan situasi.
Setiap institusi pendidikan dokter Subspesialis obstetri dan ginekologi harus memenuhi
minimal Standar Pendidikan profesi dokter Subspesialis obstetri dan ginekologi Indonesia
dalam menyelenggarakan program pendidikan dokter Subspesialis. Ketentuan mengenai
kesesuaian dengan standar pendidikan profesi dokter Subspesialis obstetri dan ginekologi
Indonesiadilakukan melalui mekanisme sistem standarisasi pendidikan dokter Subspesialis.
86
Daftar Kepustakaan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
87