Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE

DENGAN METODE PILATES EXERCISE TERHADAP


KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA
DI PUSKESMAS LUBUK PAKAM
TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

AMITELLA SINAGA
NIM: 16.61.001

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pemberian Core

Stability Exercise Dengan Metode Pilates Exercise Terhadap Keseimbangan

Dinamis Pada Lansia Di Puskesmas Lubuk Pakam tahun 2020”.

Penyusunan proposal ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik

untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Gelar Sarjana Fisioterapi

pada Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam.

Penulis menyadari dalam menyusun proposal ini banyak mendapat

dukungan, bimbingan bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga

proposal ini dapat diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku KetuaYayasan

MEDISTRA LubukPakam.

2. Drs. David Ginting, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan

MEDISTRA Lubuk Pakam.

3. Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

4. Sabirin Berampu, SST, M.Fis selaku Ketua Program Studi Fisioterapi

Institut Kesehatan Medistra LubukPakam.


5. Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan & bimbingan kepada peneliti sehingga

proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh staf dosen berserta staf pegawai dilingkungan Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam yang telah banyak memberikan bimbingan

selama megikuti pendidikan.

7. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas penulis sampaikan kepada

orangtua tercinta yaitu Ibunda L. Rajagukguk yang senantiasa

memberikan doa, motivasi,cinta, perhatian dan dukungan moral kepada

penulis agar tetap optimis dalam mengikuti pendidikan. Untuk

Ayahanda M. Sinaga, lelaki terhebat dan motivatorku. Terimakasih buat

semuanya, meskipun tidak sempat melihat dan mendampingi saya

mengenakan toga yang diimpikan.

Lubuk Pakam, Juni 2020

Peneliti

Amitella Sinaga
NIM: 16.61.001
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia............................................................................ 5
2.1.1 Defenisi Lansia................................................................... 5
2.1.2 Batasan Lansia.................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi Lansia............................................................... 6
2.1.4 Tipe – tipe Lanjut Usia....................................................... 6
2.2 Keseimbangan............................................................................ 7
2.2.1 Definisi Keseimbangan...................................................... 7
2.2.2 Fisiologi............................................................................. 7
2.2.3 Komponen Keseimbangan.................................................. 8
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan...................... 10
2.2.5 Pemeriksaan Keseimbangan................................................ 13
2.3 Core Stability Exercise............................................................... 14
2.3.1 Definisi............................................................................... 14
2.3.2 Anatomi ............................................................................. 15
2.3.3 Mekanisme Core Stability Terhadap Keseimbangan......... 18
2.3.4 Manfaat Core Stability Exercise........................................ 18
2.3.5 Indikasi Core Stability Exercise......................................... 18
2.3.6 Kontraindikasi Core Stability Exercise.............................. 19
2.4 Pilates Exercise.......................................................................... 19
2.4.1 Definisi............................................................................... 19
2.4.2 Manfaat Pilates .................................................................. 20
2.4.3 Pengaruh Pilates Exercise.................................................. 20
2.4.4 Indikasi dan Kontraindikasi Pilates Exercise .................... 21
2.4.5 Program Pilates Exercise ................................................... 21
2.4.6 Bentuk-bentuk Gerakan Pilates.......................................... 22
2.5 Kerangka Teori.......................................................................... 26
2.6 Kerangka Konsep....................................................................... 27
2.7 Hipotesis Penelitian.................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 29
3.2.1 Tempat............................................................................... 29
3.2.2 Sampel............................................................................... 30
3.3 Populasi Dan Sampel................................................................. 32
3.3.1 Populasi............................................................................. 32
3.3.2 Sampel............................................................................... 32
3.4 Tehnik Pengambilan Sampel...................................................... 34
3.4.1 Krietria Inklusi.................................................................. 34
3.4.2 Kreteria Eksklusi............................................................... 34
3.5 Metode Pengumpulan Data........................................................ 35
3.5.1 Data Primer....................................................................... 35
3.5.2 Data Sekunder................................................................... 36
3.6 Variabel Dan DefenisiOperasional........................................... 36
3.6.1 Variabel Penelitian............................................................ 36
3.6.2 Definisi Operasional.......................................................... 37
3.7 Metode Pengukuran Data........................................................... 38
3.8 Pengolah Data dan Analisis data................................................ 41
3.9 Analisa Data............................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 43
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Penelitian

Lampiran 3. Lembar Observasi Skala Keseimbangan

Lampiran 4. Standart Operasional Procedur Pilates Exercise


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan

berpengaruh pada Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia. Pada tahun 2000-

2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun, angka ini akan meningkat

pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun. Begitu pula

denga laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun

2000 UHH di Indonesia adalah 64,5tahun. Angka akan meningkat menjadi 69,43

tahun pada tahun 2010 danpadatahun 2011 menjadi 69,65 tahun (Kemenkes,

2013).

Meningkatnya jumlah lansia dan UHH berdampak besar terhadap

kesehatan masyarakat, terlebih dengan perubahan-perubahan yang dialami lansia

dari berbagai system tubuh, seperti segifisik, psikologi, social dan spiritual.

Perubahan yang paling terlihat adalah kemunduran dan penurunan aktifitas fisik,

misalnya penurunan massa otot, melemahnya koordinasi dan hilangnya

kemampuan bergerak dan mempertahankan keseimbangan (Granacher et al,

2011). Penurunan kemampuan tersebut dapat menyebabkan lansia rawan

mengalami masalah, salah satunya adalah resiko jatuh. Resiko jatuh merupakan

suatu masalah fisik yang sering terjadi pada lansia.

Pada lansia risiko jatuh sering sekali terjadi, dikarenakan pada lansia

terjadi penurunan gangguan keseimbangan, karena adanya fisiologis yang berubah

pada lansia akibat degenerasi dan diantaranya merupakan komponen

1
2

keseimbangan utama tubuh, seperti visual, kekuatanotot, lingkup gerak sendi,

sensomotorik. 

Komponen tersebut berperan penting dalam menjaga kontrol postural pada

tubuh. Kontrol postural berfungsi menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh

saat berdiri, berjalan maupun beraktivitas (D’Silvaet al, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah kelompok 

penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013

proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari

total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. 

Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hiup orang di dunia

adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013

menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap

tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari

total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 di dapatkan

proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).

Ditinjau dari beberapa latihan yang bias diterapkan untuk meningkatkan

keseimbangan pada lansia penulis memilih untuk memberikan bentuk latihan 

berupa pilates exercise. Menurut Moore dalam Septiana (2014) untuk

meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia ialah latihan yang berhubungan

dengan penstabilan dari core, antara lain Pilates exercise. Menurut Mazzarino,

dkk (2015) Pilates exercise adalah bentuk latihan gerak tubuh (olahraga) yang

dikembangkan oleh Joseph Pilates. Secara umum pilates sebagai bentuk latihan

utama untuk meningkatkan kesehatan fisik (kekuatan otot, daya tahan, stabilitas,
3

pernapasan) dan fungsi motorik (control otot, kontrol postural dinamis,

keseimbangan dan koordinasi). Pilates exercise memiliki 6 prinsip yaitu:

breathing, concentration, control, centering, precission dan flow (Isacowitz dan

Clippinger dalam Ratnasari, 2017).

Dikutip oleh Moore (2005) Beberapa latihan yang dapat diberikan untuk

meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia ialah latihan yang berhubungan

dengan penstabilan dari core, antara lain adalah pilates exercise. Pilates exercise

sendiri adalah latihan kebugaran yang lebih menekankan kepada keseimbangan

tubuh dengan bentuk latihan core strength, adalah program menstabilkan core

untuk melatih komponen sensorik dan motorik yang terkait dengan system tulang

belakang agar dapat bekerja secara optimal dalam pencapaian nilai stabilitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu : Apakah terdapat pengaruh core stability exercise dengan

metode pilates exercise terhadap keseimbangan dinamis pada lansia di Puskesmas

Lubuk Pakam Tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh core stability exercise dengan metode pilates 

exercise terhadap keseimbangan dinamis pada lansia di Puskesmas Lubuk

Pakam.

Tujuan Khusus
4

a. Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sebelum melakukan tindakan

core stability exercise dengan metode pilates exercise.

b. Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sesudah melakukan tindakan

core stability exercise dengan metode pilates exercise.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Teoritis

a.Memberikan referensi dalam kegiatan pelayanan kesehatan. 

b.Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah dalam

pembelajaran kasus pada lansia.

2. Bagi Praktis

Diharapkan dapat dikembangkan lagi demi perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

3. Bagi Institut Kesehatan Medistra

Untuk menambah bahan, informasi atau data-data bagi

mahasiswa/mahasiswi dalam pengembangan program penelitian

selanjutnya dan sebagai sumber kepustakaan untuk perpustakan Institut

Kesehatan Medistra   Lubuk Pakam.

4. Bagi Puskesmas Lubuk Pakam.

Sebagai bahan masukkan atau sumber informasi yang didapat tentang

meningkatkan upaya-upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pada

lansia.

   
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Konsep Lansia

2.1.1    Definisi Lansia

 Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir

dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami

suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan. Menua adalah

suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan

proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi

dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua

(Nugroho, 2015).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua

akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang

terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,

mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya

sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada

makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan

kapasitas fungsional.

Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada

kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh

lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan

5
6

terkena berbagai penyakit, sindrom dan kesakitan dibandingkan dengan orang

dewasa lain (Kholifah, 2016)

2.1.2    Batasan Lansia 

Batasan lanjut usia menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2015), 

dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun

2. Usia lanjut (erderly)                  : usia 60-74 tahun

3. Usia lanjut tua (old)                  : usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old)         : usia diatas 90 tahun

2.1.3    Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima yaitu pralansia, lansia, lansia resiko

tinggi, lansia potensial, lansia potensial. Pralansia (prasenelis) adalah seseorang

yang berusia antara 45−59 tahun. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih untuk Lansia Resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih dan bermasalah dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia,

mengalami kelemahan dan lain-lain, lansia potensial yaitu lansia yang masih

mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang

atau jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.4     Tipe – tipe Lanjut Usia

    Tipe kepribadian lanjut usia menurut Kunjoro 2010 sebagai berikut :

a. Tipe bijaksana
7

b. Tipe mandiri

c. Tipe tidak puas

d. Tipe bingung

2.2    Keseimbangan

2.2.1    Definisi Keseimbangan

    Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas

setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali.

Keseimbangan ini terdiri atas keseimbangan statis (tubuh dalam posisi diam) dan

keseimbangan dinamis(tubuh dalam posisi bergerak). Keseimbangan statis

diperlukan saat duduk atau berdiri diam. Keseimbagan dinamis diperlukan saat

jalan, lari atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu

ruang (Nala, 2015).

2.2.2    Fisiologi 

Keseimbangan banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia

memungkinkan kita untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling

penting adalah proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk

merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown dkk,2006).

Keseimbangan dipengaruhi oleh komponen-komponen keseimbangan yaitu sistem

informasi sensoris (meliputi visual, vestibulardan somatosensoris), respon otot

postural yang sinergis, kekuatan otot, sistem adaptif, dan lingkup gerak sendi

(Munawwarah, 2015). 

Proprioseptif berkaitan dengan kesadaran mengenai orientasi dan posisi

segmen tubuh. Sistem proprioseptif yang memberikan informasi ke saraf pusat


8

mengenai posisi tubuh melalui sendi, tendon, otot, ligament, dan kulit, mengalami

gangguan sehingga turut berperan pada terjadinya gangguan keseimbangan.

Melemahnya kekuatan otot akibat aktivitas, tidak digunakannya otot, dan

deconditioning dapat berperan pada terjadinya gangguan cara berjalan serta

memperbaiki posisi setelah kehilangan keseimbangan. Terjadinya penurunan

kekuatan otot akibat proses penuaan, bahkan pada lansia yang sehat dan aktif

(Munawwarah, 2015).

2.2.3    Komponen Keseimbangan

Keseimbangan yang baik didapat dengan adanya integrasi yang baik antara

komponen-komponen penyusunnya yaitu :

1. Visual 

Visual berperan penting dalam system sensoris. Visual

memberikan informasi mengenai posisi kepala, penyesuaian kepala untuk

mempertahankan penglihatan dan mengatur arah serta   kecepatan

pergerakan kepala karena ketika kepala bergerak, objek sekitar berpindah

dengan arah berlawanan. Adanya informasi visual tubuh dapat bereaksi

terhadap perubahan pada lingkungan sehingga memberikan kerja pada otot

yang sinergi untuk mempertahankan keseimbangan (Kisner dan Colby,

2012).

2.  Vestibular

Sistem vestibular memiliki peranan yang juga cukup penting dalam

keseimbangan. Sistem vestibular berhungan dengan sistem visual dan

pendengaran yang berguna untuk merasakan arah dan kecepatan

pergerakan kepala. Informasi mengenai arah pergerakan, ekuilibrium, serta


9

orientasi ruang didapat dari sistem vestibular pada bagian apparatus

vestibular. Apparatus vestibular ini terdiri dari utricle, saccule, dan tiga

kanal setengah lingkaran. Utricle dan saccule berfungsi untuk mendeteksi

gravitasi.

Gerakan dari kanal semisirkular dapat mendeteksi pergerakan

secara rotasi, dimana terdapat cairan endolymph didalamnya. Saat organ

vestibular dikedua sisi kepala berfungsi baik, maka impuls yang terkirim

keotak bersifat simetris. Namun, apabila salah satu dari kedua organ

vestibular mengalami gangguan yang menyebabkan impuls sisi kanan

tidak konsisten dengan impuls sisi kiri maka impuls yang terkirim ke otak

bersifat asimetris. Gangguan pada sistem vestibular dapat menyebabkan

terjadinya vertigo dan gangguan keseimbangan. Reflek vestibulo-occular

membantu dalam mengontrol gerakan mata ketika tubuh bergerak (Watson

et al, 2016)

3. Somatosensori

Sistem somatosensoris merupakan sistem yang terdiri dari taktil

atau proprioseptif serta persepsi – kognitif. Sistem somatosensoris

mempunyai tiga neuron yang panjang dan saling berhubungan. Sistem

somatosensoris terletak menyebar di bagian utama tubuh manusia yang

memiliki reseptor sensori dan motorik.

Reseptor sensorik dari sistem somatosensoris akan memberikan

input berupa proprioseptif, suhu, sentuhan, serta rasa nyeri. Apabila input

ini sudah diproses, otak akan memberikan sinyal kepada otot melalui
10

reseptor motoric untuk mempertahankan posisi tubuh guna menjaga

keseimbangan tubuh.

2.2.4     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ialah sebagai

berikut

1. Faktor Biomekanik meliputi derajat pergerakan sendi, kekuatan otot, serta

stabilitas yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan gerak dan bidang gerakan

sehingga akan terjadi respon gerakan yang sesuai dan efektif.

a. Pusat Gravitasi (Center of Gravity–COG)

Pusat Gravitasi ialah titik gravitasi yang terdapat pada makhluk hidup

maupun benda mati. Titik pusat ini terdapat pada titik tengah benda

tersebut. Center of gravityberfungsi untuk mendistribusikan massa benda

secara merata. Pada makhluk hidup khususnya manusia, beban tubuh

ditopang oleh titik ini sehingga tubuh dapat berada pada keadaan yang

seimbang. Pusat gravitasi dapat berubah –ubah sesuai dengan pergerakan

yang menyebabkan perubahan postur tubuh sehingga terjadi gangguan

keseimbangan. Pada keadaan tubuh yang seimbang, pusat gravitasi berada

tepat di bagian tengah tubuh. Namun, apabila pusat gravitasi berada di

bagian luardari tengah tubuh maka tubuh akan dalam keadaan tidak

seimbang. Pusat gravitasi seseorang berada pada 1 inchi di depan vertebrae

sacrum 2 (Huxham et al., 2014).

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)


11

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui

pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat

gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

Gambar 2.1. Garis gravitasi (Dhaenkpedro, 2013)

2. Faktor Fisik ialah faktor-faktor yang terkait dengan umur, berat badan,

jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik,

1. Usia

Lansia dibandingkan dengan orang yang lebih muda, menunjukan tingkat

ketidakseimbangan yang lebih besar ketika berdiri yang ditandai dengan

goyangan postur tubuh. Kebanyakan penelitian menunjukan bahwa

ketidakseimbangan meningkat dengan bertambahnya usia semakin

bertambah usia sistem tersebut semakin menurun (Achmanegara, 2012)


12

2. Berat Badan

Mempengaruhi keseimbangan. Berat badan yang berlebih dapat menjadi

acuan bahwa terdapat lemak berlebih dalam tubuh. Lemak ini akan

mendorong otot dan menyebabkan turunnya kekuatan otot. Penurunan

kekuatan ini akan menyebabkan kurangnya kemampuan otot untuk

menjaga posisi tubuh sehingga keseimbangan tubuh menjadi menurun.

Selain itu peningkatan berat badan juga dapat menyebabkan peningkatan

tekanan plantaris dan menyebabkan terjadinya penurunan tinggi arkus

longitudinal medial kaki. Keadaan ini akan meyebabkan berpindahnya

titip pusat tekanan yang akan mempengaruhi titik pusat gravitasi.

Perpindahan ini menyebabkan penurunan keseimbangan pada tubuh.

3. Jenis Kelamin 

Mempengaruhi kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan

luaspermukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah

haemoglobin, hormone, kapasitas paru –paru, dan sebagainya. Pada usia

belia hingga pubertas kebugaran pada anak laki –laki hampir sama dengan

kebugaran pada anak perempuan (Ruhayati dan Fatmah, 2011).

4. Genetik 

Genetik merupakan sifat –sifat spesifik seseorang yang dibawa sejak lahir.

Sifat genetic mempengaruhi fungsi pergerakan anggota tubuh dan

kontraksi otot yang berhubungan dengan jenis serabut otot seseorang.

(Ruhayati dan Fatmah, 2011).


13

5. Aktivitas Fisik

Menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontaksi otot

sehingga dihasilkan energi yang mampu digunakan dalam menjalankan

kehidupan sehari –hari. Aktivitas fisik yang bersifat sedang hingga berat

minimal dilakukan kurang lebih 30 menit setiap hari dalam seminggu

diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Aktivitas fisik dapat membantu seseorang untuk menjaga berat badannya

dimana penurunan berat badan ataupun pencegahan peningkatan berat

badan dapat dilakukan dengan beraktivitas fisik minimal kurang lebih 60

menit dalam satu hari.

2.2.5    Pemeriksaan Keseimbangan

Pemeriksaan keseimbangan ialah sebuah parameter yang digunakan untuk

mengetahui kualitas keseimbangan seseorang. Untuk melakukan pemeriksaan

keseimbangan menggunakan :

1. Time Up and Go Test (TUGT)

Time up and go test (TUGT) merupakan tes yang digunakan untuk

mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan

gangguan keseimbangan. Tes ini dilakukan dalam waktu 10 – 3 menit. Posisi

awal pasien pada tes ini ialah duduk bersandar pada kursi dengan lengan

kursi kemudian pasien diberikan aba – aba untuk “mulai”. Pasien kemudian

berdiri dari kursi dan berjalan dalam jarak 3 meter menuju ke dinding.

Kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju

kursi. 
14

Waktu dihitung sejak aba –aba “mulai” hingga pasien duduk bersandar

kembali. Pasien tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu

untuk melakukan tes ini. Bila kurang dari 10 detik, maka subjek dikatakan

normal, bila kurang dari 20 detik, maka subjek dikatakan sedang. Subjek

dapat berjalan sendiri tanpa membutuhkan bantuan. Namun bila lebih dari

40 detik, maka subjek harus mendapat pengawasan yang optimal karena

sangan beresiko untuk jatuh (Shmway, 2013). 

Nilai normal pada lansia sehat umur 75 tahun, rata – rata waktu tempuh

yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et al, 2014).

2.3 Core Stability Exercise

2.3.1 Definisi

Menurut Kibler (2006 dalam Yuliana, 2014) Core stability atau Core

Exercise secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan

batang badan melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal,

transfer dan kontrol kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas

rantai kinetik terintegrasi.

Core  adalah kumpulan otot pada perut yang terlihat seperti berbentuk

kubus dengan otot abdomen sebagai bagian depannya, otot paraspinal dan gluteus

pada bagian belakang, diafragma bagian atasnya dan bagian bawahnya adalah otot

pelvic floor dan otot-otot penyangga Hip. Core sendiri tersusun dari 29 otot yang

membantu manusia untuk menstabilkan tulang belakang, pelvis, juga sebagai


15

kinetic chain dalam membantu pergerakan. Jika sistem core bekerja secara efisien,

akan menghasilkan distribusi tenaga yang tepat, Kontrol yang optimal dan

efisiensi dalam gerakan (Escamila et al, 2015).

Core  exercise, merupakan komponen yang sangat penting dalam

memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktifitas

secara efisien. Aktifitas otot-otot core merupakan kerja integrasi sebelum adanya

suatu gerakan single joint maupun multiple joint untuk mempertahankan stabilitas

dan gerakan (Lubrika, 2016).

2.3.2 Anatomi 

Core Exercise  dalam berbagai media, core paling sering dikaitkan dengan

hanya sebatas grup otot, terutama otot-otot abdomen. Namun jaringan pasif

lainnya seperti tulang, kartilago, dan ligament juga ikut terkait dengan core

exercise (Willardson, 2014).

Otot-otot pada core  memberikan torsi atau tenaga yang diperlukan untuk

membuat gerakan, mengontrol gerakan, atau untuk mencegah gerakan terjadi.

Selain otot perut beberapa otot lain dianggap sebagai otot-otot core dan

memberikan kestabilan pada kekakuan dan fungsi gerak yang dinamis. Intinya

adalah bahwa tidak ada otot pada core yang paling penting yang memenuhi fungsi

pada postur saat tidak bergerak dan saat ada gerakan, tetapi semua otot core

berpengaruh besar pada setiap gerakan tubuh (Willardson, 2014). 

Berikut adalah anatomi global muscle dan deep muscle serta fungsi-

fungsinya menurut Irfan (2010) : 

1) Fungsi global muscle adalah: 

a) Menghubungkan kepala dan leher ke trunk 


16

b) Mentransfer beban eksternal antara trunk dan panggul 

c) Pengendalian orientasi tulang belakang dalam ruang (global postural control) 

d) Pada beban rendah, bertindak secara mandiri untuk memulai gerakan 

e) Pada beban tinggi, bertindak secara bilateral untuk menstabilkan trunk dengan

splinting. 

f) Memiliki pengaruh langsung pada zona netral dan segmental kontrol 

g) Target oleh latihan dan kekuatan pelatihan umum 

2) Global muscle terdiri dari: 

a) Musculus Rectus abdominis 

b) Musculus Obliques external dan internal 

c) Musculus Quadratus lumborum (lateral portion) 

d) Musculus Erector spine 

e) Musculus Iliopsoas 

                    
17

Gambar 2.1 : Postural Stability Global Muscle (Yuliana, 2014)

3. Fungsi deep / lokal muscle adalah: 

a) Terletak dalam, dekat dengan pusat rotasi, yaitu ideal untuk mengendalikan

gerak intersegmental 

b) Otot intersegmental kecil mungkin memiliki peran proprioseptif 

c) Peningkatan gerak zona netral menyimpang dapat diatasi oleh aktivitas sistem

otot lokal/deep. 

4) Otot yang terkait pada lumbal spine hingga lokal muscle adalah: 

a) Transversus Abdominus 

b) Lumbar Multifidus 

c) Diaphragm

d) Pelvic Floor 

Gambar 2.2 : Deep Muscle (Roache, 2012)


18

Target utama dari core exercise adalah otot yang letaknya lebih dalam

(deep muscle) pada abdomen, yang terkoneksi dengan tulang belakang (spine),

panggul (pelvic) dan bahu (shoulder) (Yuliana, 2014).

2.3.3    Mekanisme Core Stability Terhadap Keseimbangan

Menurut Lee dan Vleeming (2015), Core Stability dibagi menjadi dua

jenis yaitu global stability dan local stability. Sistem stability global mengacu

pada otot-otot besar sekitar daerah abdominal dan lumbal, seperti rectus

abdominus, paraspinal, dan external oblique. Sedangkan stability local mengacu

kepada otot-otot yang terletak pada abdominal seperti otot transverse abdominus

dan otot multifidus.

Otot-otot pada abdominal tersebut dihubungkan dengan stabilitas tulang

belakang sehingga terjadi penyesuaian postural selama gerakan. Penguatan otot-

otot Core Stability  akan memiliki efek pada tugas-tugas yang mencakup gerakan

seluruh tubuh dan kontrol postural dinamis (Kibler, 2016).

2.3.4    Manfaat Core Stability Exercise

Menurut Akuthota dkk (2014), Manfaat dari core stability exercise yaitu:

(1) meningkatkan performa

(2) megurangi resiko cedera

(3) meningkatkan kekuatan dan keseimbangan

(4) menstabilkan tulang belakang

(5) memaksimalkan keseimbangan dan gerak dari ekstremita satas dan

bawah

2.3.5    Indikasi Core Stability Exercise

Adapun indikasi dari core stability exercise adalah (Lawrence, 2007): 


19

a. Kelemahan otot 

b. Stabilisasi

c. Perbaikan pos

2.3.6. Kontraindikasi Core Stability Exercise

Adapun kontraindikasi core stability exercise adalah (Lawrence, 2007) :

2.  Adanya tumor atau cencer pada spine 

3.  Infeksi pada tulang belakang (osteomeilitis) 

4.  Spinal fraktur

5. Abdominal aneurysm

2.4     Pilates Exercise

2.4.1    Definisi

Pilates Exercise adalah suatu latihan yang menggabungkan kedua unsur

fisik dan mental. Teknik ini berfokus pada "kekuatan tubuh " sebagai inti. Pada

Pilates intinya terletak pada perut, gluteal, dan otot-otot paraspinal pada

khususnya. Latihan Pilates melibatkan perjalanan multiplanar progresif pada

batang tubuh dan anggota badan. Masing-masing dimulai dengan menstabilkan

otot-otot inti dan kemudian hasil melalui berbagai pengendalian gerak.

Tujuan adalah untuk meningkatkan kekuatan ototdan daya tahan serta

fleksibilitas dan memperbaiki postur tubuh dan keseimbangan (Akhutota, 2014).

Latihan ini ditujukan untuk meningkatkan fleksibilitas tubuh dan kesehatan,

kekuatan inti, postur, dan koordinasi bernafas dengan gerakan (Neil et all, 2015). 

Saat kekuatan otot inti meningkat maka memberikan kontribusi untuk

stabilitas regio lumbo pelvic,sehingga menyebabkan kerja otot-otot lain dalam


20

melakukan gerakan tubuh menjadi lebih baik dan ringan. Selain dapat

meningkatkan stabilitas tubuh, pilates juga memperbaiki postur tulang belakang

terhadap postur tubuh normal dan mengatasi masalah-masalah yang

ditimbulkannya Jika tulang belakang dalam posisi yang normal maka dapat

menahan beban dengan baik sehingga tubuh bisa bergerak dengan efisien dan

bebas.

2.4.2    Manfaat Pilates 

1. Meningkatkan Keseimbangan

Latihan pilates berfokus pada kekuatan otot perut. Otot perut yang kuat

dapat meningkatkan keseimbangan tubuh secara dan menyeluruh. 

2. Meningkatkan Energi 

Latihan pilates memungkinkan suplai oksigen dalam tubuh meningkat.

Meningkatnya suplai oksigen dalam tubuh dapat meningkatkan energi

dalam tubuh secara signifikan.

3. Meningkatkan Kekuatan 

Sekalipun latihan pilates bukan latihan yang efektif untuk meningkatkan

massa otot, namun latihan ini adalah latihan yang baik untuk

meningkatkan kekuatan tubuh keseluruhan.

2.4.3    Pengaruh Pilates Exercise

Teknik Pilates menawarkan penguatan otot dan juga meningkatkan

fleksibilitas dan keseimbangan. Selama pelaksanaan dilakukan dengan benar akan

meningkatkan kekuatan, body alignment, keseimbangan tubuh, kesadaran tubuh,


21

mengurangi berat badan, mengurangi resiko cedera tubuh dan meningkatkan

performa gerakan (Firmpointpilates, 2011).

2.4.4    Indikasi dan Kontraindikasi Pilates Exercise 

Pilates exercise diindikasikan untuk membantu dalam penguatan core,

membantu dalam meningkatkan keseimbangan dinamis serta dapat juga

digunakan untuk mengurangi berat badan. (Kenedy et al., 2006).

1. Indikasi

a. Meningkatkan keseimbangan

b. Mengurangi berat badan

c. Penguatan core

d. Pada ibu hamil

2. Kontraindikasi

a. Stroke

b. Sesak nafas

c. Tekanan darah tinggi

d. Perdarahan pada kehamilan

2.4.5    Program Pilates Exercise 

Pelaksanaan Pilates Exercise yang terdiri dari : 

(1) Latihan pemanasan

(2) Latihan inti, program latihan inti Pilates Exercise

(3) Pendinginan
22

2.4.6 Bentuk-bentuk Gerakan Pilates

1. Lumbar stretch 

Tujuan : 

Gerakan ini adalah untuk penguluran otot lumborum, obliqus

eksternus, erector spine. 

Posisi : 

Posisi awal tidur terlentang, kedua tungkai dan kaki rapat, lutut

ditekuk. Pelaksanaannya :

Lutut digerakkan ke samping kanan dan kiri sampai sendi panggul dan

lutut menyentuh lantai.

Dosis :

a. Intensitas : 5 detik

b. Repitisi : 5 kali pengulangan


23

         

Gambar 1, Lumbar stretch (Ellsworth, 2009)

2. Spine twist 

Tujuan : 

Gerakan ini adalah untuk mengulur otot tranversus abdominis dan

obliqus externus.

Posisi : 

Posisi awal duduk di atas matras, kedua tungkai lurus. 

Pelaksanaannya : 

Tarik napas, lalu hembuskan napas, badan diputar kearah kiri, sendi

panggul tetap menyentuh matras. Selanjutnya tarik napas dan kembali

ke posisi awal, dan hembuskan napas sambil mengulangi gerakan ke

sisi kanan, lalu tarik napas dan kembali ke posisi awal.

Dosis : 

a. Intensitas : 5 detik
24

b. Repitisi : 5 kali pengulangan

   

 
25

Gambar 2. Spine twist (Ellsworth, 2009)

3. Half curl 

Tujuan : 

Gerakan ini adalah untuk menguatkan core muscle, meningkatkan

daya tahan otot perut. 

Posisi : 

Posisi awal terlentang di atas matras, lutut ditekuk dan lengan lurus di

samping tubuh. Kedua kaki dirapatkan dan permukaan kaki rata pada

lantai. 

Pelaksanaannya : 

Membungkukkan punggung atas dan bahu terangkat dari lantai dengan

menggunakan otot perut atas, kedua lengan sejajar dengan lantai dan

punggung bawah tetap menyentuh lantai.

Dosis :

a. Intensitas : 5 detik

b. Repitisi : 5 kali pengulangan


26

Gambar 3. Half Curl (Ellsworth, 2009)

2.5. Kerangka Teori

Faktor Biomekanik Faktor Fisik

 Pusat Gravitasi (COG)  Usia


 Jenis Kelamin
 Garis Grafitasi (LOG)  Genetik
 Aktivitas Fisik

Lansia

Proses Penuaan

Core Stability Exercise Keseimbangan Menurun Pilates exercise

Meningkatkan
Keseimbangan

TUGT
27

Skema. 2.1 : Kerangka Teori

Modifikasi dari muhith & Siyono (2016)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Core Stability Exercise Meningkatkan


Metode Pilates Exercise Keseimbangan Pada Lansia

Skema 2.2 : Kerangka Konsep

Keterangan :

: Area di teliti

: Pengaruh

2.7    Hipotesis
28

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah : Ada pengaruh core stability

exercise dengan metode pilates exercise terhadap meningkatkan keseimbangan

pada lansia di Puskesmas Lubuk Pakam Tahun 2020.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Sastroasmoro &Ismail, 2014) Berikut ini akan

dibahas metode penelitian yang digunakan sesuai dengan variabel yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Core Stability Exercise Dengan Metode Pilates Exercise

Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Lansia Di Puskesmas Lubuk Pakam

Tahun 2020”

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini besifat Quasi Experimental untuk mempelajari pengaruh

pemberian core stability exercise dengan metode pilates exercise terhadap

keseimbangan dinamis pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara

melakukan pre and post test group design terhadap responden, kemudian

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 

Rancangan penelitian dapat dilihat pada skema dibawah ini :

S X₁ T X₂

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

28
29

Keterangan :

S : Subjek penelitian

X₁ : Hasil pengukuran keseimbangan dinamis sebelum diberikan pilates

exercise

T : Intervensi keseimbangan pada lansia

X₂ : Hasil pengukuran keseimbangan dinamis sesudah diberikan pilates

exercise

M: Selisih rerata sebelum dan sesudah diberikan pilates exercise

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Puskesmas Lubuk Pakam.alasan

peneliti mengambil lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena belum

pernah sebelumnya dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian core

stability exercise dengan metode pilates exercise terhadap keseimbangan dinamis

pada lansia dan berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh  peneliti pada lokasi

tersebut, pasien lansia yang berkunjung ke Puskesmas Lubuk pakam

prevalansinya yaitu rata-rata kunjungan 

sebanyak 24 orang (data di Puskesmas Lubuk Pakam tahun 2020). Lokasi

tersebut merupakan  salah satu wahana praktik peneliti sehingga mempermudah

dalam proses birokrasi untuk izin penelitian dan pengumpulan data penelitian dan

observasi peneliti selama melakukan praktik.


30

3.2.2    Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2020 sampai dengan

Mei 2020. 

Tabel 3.1 Rencana Waktu Penelitian

Bulan

N Uraian DE JAN FEB MAR APRIL MEI

o Kegiatan S
2020 2020 2020 2020 2020

20

19

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Pengajua

n Judul

2 Bimbinga

Proposal

BAB

1,2&3

3 Persentas

i &

seminar

proposal

4 Revisi
31

proposal

5 Pengump

ulan data

6 Analisa

data

Bimbinga

n bab IV,

V, dan VI

7 Penulisan

laporan

8 Sidang

skripsi

9 Pengump

ulan

skripsi

3.3 Populasi dan Sampel


32

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Imam, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien lansia yang mengalami gangguan

keseimbangan yang datang ke Puskesmas di Lubuk Pakam sebanyak 24 orang.

Kriteria inklusi subyek adalah berumur minimal 60 tahun (elderly), mampu

berjalan 3 meter atau tanpa alat bantu dan bukan bantuan dari orang lain, mampu

mengikuti instruksi atau perintah sederhana. Pemeriksaan dengan  TUGT, mampu

melihat dan membedakan dua benda pada jarak 3 meter, tidak menderita penyakit

neurologis seperti parkinson, stroke. Teknik pengumpulan data fungsi 

keseimbangan dalam penelitian ini adalah TUGT. Yang dikembangkan oleh Cook

and Woollacott (2015).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popul

asi tersebut, populasi yang besar tidak mungkin keseluruhan dapat diteliti. Karena

keterbatasan waktu, tenaga dan dana maka peneliti menggunakan sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul respesentif atau mewakali (Sugiyono,

2013). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien lansia yang memenuhi

criteria inklus di Puskesmas Lubuk Pakam Tahun 2020 dengan menggunakan

rumus dibawah ini :


33

Keterangan :

n     =     Jumlah Sampel

N    =     Jumlah Populasi

d    =    Presisiabsolutkesalahan (0,05)

Z     =     Nilai Z pada kurva normal untuk α = 0,05 = 1,96


(1-α/2)

P    =    Nilai proporsi sebesar 0,92

q    =    1-p (1-0,92=0,08).

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel pada penelitian ini

adalah :

n=23.8774090

n=24

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 orang. Dari

hasil perhitungan diatas menggunakan teknik pengambilan sampel (Purposive


34

Sampling) dengan menggunakan rumus Lameshow telah dapat diketahui bahwa

dari 30 populasi pasien lansia terdapat 24 sampel yang akan diteliti.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penilaian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili

keseluruhan populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel

(notoatmodjo, 2012).

3.4.1    Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh

subjek agar dapat diikut sertakan kedalam penelitian ( Harun dan Etal, dalam

Sastroasmoro dan Ismail, 2014 ).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Usia 60 – 75 tahun

2. Subjek berjenis kelamin pria dan wanita

3.Bersedia menjadi sampel dalam penelitian sampai selesai, yaitu dengan

mengikuti program

3.4.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena sebagai penyebab. Penyebab ekslusi dalam penelitian

ini adalah :
35

1. Sesak nafas

2.  Tekanan darah tinggi

3. Perdarahan pada kehamilan

  

3.5 Metode pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1  Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama, baik

dari individu atau  perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian lembar

kuesioner dan lembar observasi yang bisa dilakukan peneliti. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan lembar observasi

(lampiran 1 dan 2) yang berisi dengan data karakteristik responden (umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dan pengukuran keseimbangan.

Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

adalah:

a. Tahap persiapan

Pertama sekali dilakukan peneliti di Puskesmas Lubuk Pakam, dengan

penelitian di Puskesmas peneliti melakukan kerja sama dengan pasien yang

berkunjung di Puskesmas Lubuk Pakam.

b. Pemilihan responden 

Responden yang dipilih adalah pasien yang datang ke Puskesmas Lubuk

Pakam yang sesuai dengan kriteria inklusi dan esklusi.

c. Tahap pelaksanaan tindakan 


36

Sebelum memberi tindakan tentang faktor yang mempengaruhi Core Stability

Exercise Dengan Metode Pilates Exercise peneliti memberikan tindakan dan

menjelaskan tujuan dari penanganan, lalu mengukur keseimbangan sebelum dan

sesudaah dilakukan tindakan pemberian Core Stability Exercise Dengan Metode

Pilates Exercise.

3.5.2  Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Lubuk Pakam adalah berdasarkan

pasien yang berkunjung  di Puskesmas Lubuk Pakam sebanyak 24 orang.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1  Variabel

Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu

variabel dependen atau variabel terikat dan menjadi variabel bebas atau variabel

independen (Hidayat,2012).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen yaitu variabel yang dapat ditentukan variabel lain

(Nursalam,2011).Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian

Core Stability Exercise Dengan Metode Pilates Exercise

2. Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent yaitu nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam,2011).Variable dependent dalam penelitian ini adalah gangguan

keseimbangan  pada pasien lansia.


37

3.6.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional 

berdasarkan kerakteristik yang diamati. Sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian,sedangkan pengukuran merupakan cara dimana variabel

dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2009).

Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional Alat ukur, Hasil ukur dan skala data

Alat

No Variabel Defenisi Operasional Ukur Hasil Skala

Ukur

Variabel Independen

1 Pemberian Core Merupakan salah satu  - - -

Stability Exercise teknik yang dapat

Dengan Metode diberikan pada pasien

Pilates Exercise lansia yang bertujuan

untuk meningkatkan

keseimbangan

Variabel Dependen

2 Pengukuran Ukuran atau intensitas TUGT   <10 Ratio

Keseimbangan perasaan tidak (Time detik =

menyenangkan berupa Up and Normal


38

gangguan keseimbangan Go Test <20

yang dirasakan oleh ) detik =

pasien karena mengalami  Sedang

gangguan keseimbangan
>40
yang diukur sebelum dan
detik =
sesudah diberikan
Buruk
intervensi.

3.7 Metode Pengukuran Data

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. instrumen penelitian ini dapat berupa: formulir observasi dan 

formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap permasalahan yang ada maka

disusunlah satu instrumen penelitian yang dipilih dalam penelitian ini dengan

menggunakan Time Up and Go Test, dan pasien diminta untuk menjelaskan angka

keseimbangan nya setelah fisioterapi memberikan penjelasan nilai keseimbangan

pada pasien.

Timed Up and Go Test adalah salah satu metode/protocol untuk memeriksa

fungsi mobilitas secara keseluruhan mencakup kemampuan untuk berpindah

tempat, berjalan dan mengubah arah yang mencerminkan kualitas koordinasi,

persepsi ruang/jarak, kecepatan dan keseimbangan bergerak.

Peralatan :

Kursi dengan penyangga lengan, Meteran, Stopwatch, Penanda.


39

Pelaksanaan : 

a. Penanda diletakkan dengan jarak 3 meter dari kursi.

b. Pada saat aba-aba “GO” pasien akan berdiri, berjalan ke arah tanda yang

telah disiapkan, kemudian berputar di sekitar cone/penanda lain dan berjalan

kembali ke kursi dan duduk. Berjalan dengan kecepatan biasa.

c. Waktu dihitung mulai saat aba-aba “GO”, dan berhenti saat pasien duduk

kembali dikursi.

Kursi 3 Meter Penanda

Tujuan :

Untuk mengetahui perbandingan tingkat keseimbangan yang diukur dengan

metode Timed Up and Go Test (TUGT) antara lansia sebelum dan sesudah

Prosedur :

Mempersiapkan Alat:

1. Fisioterapis memilih tempat pemeriksaan di dalam ruangan dengan lantai datar.

2. Fisioterapis menyiapkan form pemeriksaan.

3. Fisioterapis menyiapkan satu buah kursi yang tidak terlalu ringan ataupun

    mudah bergeser.

4. Fisioterapis menyiapkan stopwatch.

5. Fisioterapis menandai jarak / lintasan tes sejauh 3 meter dari kursi dengan
40

    midline.

Mempersiapkan Pasien :

1. Klien diinstruksikan memakai pakaian yang longgar atau fleksibel.

2. Fisioterapis memberikan gambaran singkat tentang pemeriksaan yang akan

   dilakukan kepada pasien.

Pelaksanaan:

1. Fisioterapis mengatur posisi pasien dengan duduk santai di kursi, kedua tangan

    di atas paha.

2. Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk berjalan secepat mungkin kearah

    garis putar kemudian kembali lagi duduk di kursi.

3. Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk mengulangi gerakan tersebut sekali

lagi.

4. Fisioterapis mencatat hasil kecepatan gerakan pasien yang kedua.

5. Fisioterapis mencatat dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan pada form

    pemeriksaan.

   

Untuk menyaring data mengenai pengaruh penerapan core stability exercise

dengan metode pilates exercise di Puskesmas Lubuk Pakam dibantu oleh

observasi, diukur berdasarkan hasil pengukuran menggunakan Time Up and Go

Test (TUGT)

3.8 Pengolah Data dan Analisa Data


41

Pengolahan data adalah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah

pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data) perlu diolah sehingga

menjadi informasi yang akhirnya digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.

Menurut Notoadmojo (2012) dalam pengolahan data dilakukan melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

a. Editing (Pengeditan)

Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. kuesioner yang dikembalikan reponden diperiksa

kelengkapan pengisian terutama identitas responden beserta jawaban yang

diberikan. Peneliti melakukan editing di lapangan sehingga apabila terjadi

kesalahan data dapat segera dilakukan perbaikan.

b. Coding

Setelah semua kuesioner dilakukan pengeditan, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Peneliti memberi tanda pada masing-masing

jawaban dengan angka kemudian dimasukkan dalam tabel kerja agar pembaca

lebih mudah.

c. Entry Data (Memasukkan Data) atau Processing

Memasukkan data yang telah dilakukan koding dengan bantuan

komputerisasi.

d. Cleaning (Pembersih Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-


42

kesalahan kode, dan ketidak lengkapan data, maka harus dilakukan pembetulan

atau koreksi.

3.9 Analisa Data

Analisa data adalah data hasil penelitian diolah dengan komputerisasi uji

Paired Sampel T-test Pada penelitian ini analisa data dilakukan secara bertahap

(Budianto, 2008).

a. Univariat 

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau

mendeskriptifkan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti secara

sederhana yang meliputi jenis kelamin, umur, dan rerata keseimbangan sebelum

dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok yang disajikan bentuk tabel

distribusikan frekuensi.

b. Bivariat

Analisa ini diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan

karateristik apakah ada pengaruh perbedaan yang signifikan antara variabel

independen dan variabel dependen, data di analisis untuk perhitungan bivariat

pada penelitian ini menggunakan uji Paired Sampel T-test dengan tingkat

kepercayaan = 95%. Apabila nilai p  ≤  0,05 maka hipotesa pada penelitian ini

diterima yaitu ada Pengaruh Pemberian Core Stability Exercise Dengan Metode

Pilates Exrcise Di Puskesmas Lubuk Pakam Tahun 2020.


DAFTAR PUSTAKA

Bryden & Lincoln., 2009, Stability Ball Exercises,

www.fitnesstrainingforlife.com, diakses tanggal 6 April 2016.

Dan, K., &amp; Fungsional, A. (n.d.). Alat Ukur Sederhana Untuk Evaluasi

Kognitif Keseimbangan Dan Aktivitas Fungsional Lansia Nawangsasi

Takarini,(2015)

Fitri, S. Sri, H,&Ikhsan, N. R.(2018). Pengaruh Pilates Exercise Lansia Terhadap

Keseimbangan Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK).

Freiria, Heloisa et al. (2015).”Effectiveness of a vestibular Rehabilition Protocol

to Improve the Health-Related Quality of life and Postural Balance in

patients with Vertigo”.

Yulianto Wahyono, Budi Utomo Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Surakarta Jurusan Fisioterapi,(2016). 54–60.

Mekayanti, A., Indrayani, &amp; Dewi, K. (2015). Optimalisasi Kelenturan

(Flexibelity), Keseimbangan (Balance), dan Kekuatan (Strength) Tubuh

Manusia secara Instan dengan Menggunakan “Secret Method.” Jurnal

Virgin, Jilid 1, Nomor 1, Januari 2015, 2000, 40-49. ISSN: 2442-2509.

Mehta, Ranjana K.et al. (2014).”Functional and Biomechanical Assessment of A

Matterof Balance/Volunteer Lay Leader Model: A pilot

Investigation.”185-89.

43
Karen, C. (2016).” Core stability mampu mengontrol posisi dan gerak”,

Universitas Indonesia, Jakarta, (2015)

Kloubec JA. Pilates for improvement of muscle endurance, flexibility, balance,

and posture. J Strength Cond Res 2014;24:661—7.

Munawarah, S. Triarian,Y. (2017) factor yang mempengaruhi keseimbangan

dinamis pada lansia. Program Ilmu Fisioterapi STIKes Fort De Kock.

Paterson, J., 2009, Teaching Pilates for Postural Faults, Illness &Injury: a

Practical Guide, Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia.

Phrompaet, S., Paungmali, A., Pirunsan, U., Sitilertpisan, P., 2010, Effects of

Pilates on Lumbopelvic Stability and Flexibility, Chiang Mai University,

Thailand, hal 17.

Primana, D.C, “Penilaian Kekuatan Otot dan Fleksibilitas pada Berbagai

Komposisi Tubuh Wanita Lanjut Usia”, Thesis, Universitas Indonesia,

Jakarta, 2015.

Pudjiastuti, S dan Utomo, B. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC.

Sairang,C.M .Kumaat, L.T.&Katuuk, M.E.(2018).

hubungan pelayanan posyandu lansia dengan tingkat kepuasan lansia di

wilayah kerja puskesmas ranomuut kecamatan paal ii kota manado.Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Utomo, B., &amp; Takarini, N. (2009). Uji Validitas Kriteria Time Up and Go

Test ( Tug Sebagai Alat Ukur Keseimbangan Pada Lansia. Jurnal

Fisioterapi, 9(2), 86–93.

Wells, C., Kolt, G. S., &amp; Bialocerkowski, A. (2012). Defining Pilates

exercise: A systematic

44
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Amitella Sinaga

Nim : 16.61.001

Program Studi : Fisioterapi Fakultas Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam

Dalam kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian untuk

mengetahui “Pengaruh Pemberian Core Stability Exercise Dengan Metode Pilates

Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada lansia Di Puskesmas Lubuk

Pakam Tahun 2020”. Peneliti ini ditunjukan untuk menyelesaikan program

pendidikan S1 (strata 1) Sarja Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam.

Apabila Bapak/Ibu/Saudar/i berpartisipasi dalam hal penelitian ini dengan

cara menandatangani persetujuan untuk menjadi responden dan bersedia

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah saya buat. Atas dan kerja samanya,

saya ucapkan terima kasih.

Lubuk Pakam, Juni 2020

Peneliti,

Amitella Sinaga
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Dengan ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden

penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa/i Program Studi Fisioterapi

Fakultas Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang bernama

….dengan judul “Pengaruh Pemberian Core Stability Exercise Dengan Metode

Pilates Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada lansia Di Puskesmas

Lubuk Pakam Tahun 2020”. Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi

reponden penelitian ini atas kesadaran saya sendiri.

Lubuk Pakam, Juni 2020

Peneliti,

( Responden )
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI SKALA KESEIMBANGAN

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DENGAN


METODE PILATES EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN
DINAMIS PADA LANSIA DI PUSKESMAS LUBUK PAKAM TAHUN 2020

Identitas Skala Selisih


Keseimbangan Nilai
No
Jenis Sebelum Sesudah
Responden Umur Selisih
Kelamin

10

11

12

13

14

15

16
17

18

19

20

21

22

23

24
Lampiran 4

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PILATES EXERCISE

A. Pengertian

Pilates Exercise adalah suatu latihan yang menggabungkan kedua unsur

fisik dan mental pada kekuatan tubuh.

B. Tujuan

1. Meningkatkan kekuatan otot

2. Meningkatkan daya tahan

3. Meningkatkan fleksbilitas dan keseimbangan

C. Prosedur

a. Persiapan Alat

1. Fisioterapi mengecek kebersihan dan lokasi tempat

2. Matras

D. Persiapan Fisioterapi

1. Fisioterapi melakukan cuci tangan 6 langkah sesuai prosedur.

2. Semua aksesoris yang dapat menganggu dilepas (cincin, gelang, jam

tangan)

C. Persiapan pasien

Gerakan yang dilakukan pasien yaitu:

2. Lumbar stretch 

Tujuan : 
Gerakan ini adalah untuk penguluran otot lumborum, obliqus

eksternus, erector spine. 

Posisi : 

Posisi awal tidur terlentang, kedua tungkai dan kaki rapat, lutut

ditekuk. Pelaksanaannya :

Lutut digerakkan ke samping kanan dan kiri sampai sendi panggul dan

lutut menyentuh lantai.

Dosis :

c. Intensitas : 5 detik

d. Repitisi : 5 kali pengulangan

         

Gambar 1, Lumbar stretch (Ellsworth, 200

3. Spine twist 

Tujuan : 

Gerakan ini adalah untuk mengulur otot tranversus abdominis dan

obliqus externus.
Posisi : 

Posisi awal duduk di atas matras, kedua tungkai lurus. 

Pelaksanaannya : 

Tarik napas, lalu hembuskan napas, badan diputar kearah kiri, sendi

panggul tetap menyentuh matras. Selanjutnya tarik napas dan kembali

ke posisi awal, dan hembuskan napas sambil mengulangi gerakan ke

sisi kanan, lalu tarik napas dan kembali ke posisi awal.

Dosis : 

c. Intensitas : 5 detik

d. Repitisi : 5 kali pengulangan

   
 

Gambar 2. Spine twist (Ellsworth, 2009)

4. Half curl 

Tujuan : 

Gerakan ini adalah untuk menguatkan core muscle, meningkatkan

daya tahan otot perut. 

Posisi : 

Posisi awal terlentang di atas matras, lutut ditekuk dan lengan lurus di

samping tubuh. Kedua kaki dirapatkan dan permukaan kaki rata pada

lantai. 

Pelaksanaannya : 
Membungkukkan punggung atas dan bahu terangkat dari lantai dengan

menggunakan otot perut atas, kedua lengan sejajar dengan lantai dan

punggung bawah tetap menyentuh lantai.

Dosis :

c. Intensitas : 5 detik

d. Repitisi : 5 kali pengulangan

Gambar 3. Half Curl (Ellsworth, 2009)


Lampiran 5

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENATALAKSANAAN PENGUKURAN

Time Up and Go Test (TUGT)

A. Pengertian

Time Up and Go Test adalah salah satu metode/protocol untuk memeriksa

fungsi mobilitas secara keseluruhan mencakup kemampuan untuk berpindah

tempat, berjalan dan mengubah arah yang mencerminkan kualitas koordinasi,

persepsi ruang/jarak, kecepatan dan keseimbangan bergerak.

Kursi 3 Meter Penanda

B. Tujuan

Untuk mengetahui perbandingan tingkat keseimbangan yang diukur

dengan metode Timed Up and Go Test (TUGT) antara lansia sebelum dan sesudah

C. Prosedur

Mempersiapkan Alat:

1. Fisioterapis memilih tempat pemeriksaan di dalam ruangan dengan lantai datar.

2. Fisioterapis menyiapkan form pemeriksaan.

3. Fisioterapis menyiapkan satu buah kursi yang tidak terlalu ringan ataupun

    mudah bergeser.
4. Fisioterapis menyiapkan stopwatch.

5. Fisioterapis menandai jarak / lintasan tes sejauh 3 meter dari kursi dengan

    midline.

Mempersiapkan Pasien :

1. Klien diinstruksikan memakai pakaian yang longgar atau fleksibel.

2. Fisioterapis memberikan gambaran singkat tentang pemeriksaan yang akan

   dilakukan kepada pasien.

D. Pelaksanaan Intervensi

1. Fisioterapis mengatur posisi pasien dengan duduk santai di kursi, kedua tangan

    di atas paha.

2. Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk berjalan secepat mungkin kearah

    garis putar kemudian kembali lagi duduk di kursi.

3. Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk mengulangi gerakan tersebut sekali

lagi.

4. Fisioterapis mencatat hasil kecepatan gerakan pasien yang kedua.

5. Fisioterapis mencatat dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan pada form

    pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai