Anda di halaman 1dari 73

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena

memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan

terhadap kinerja lingkungan pada perusahaan PT. Perkebunan Nusantara

V Pekanbaru”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Methodist Indonesia .

Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan bimbingan,

dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan cintai Bapak

Moraima Sihotang dan Ibu Tiurma Ulina Hutasoit yang telah

memberikan banyak doa ,motivasi, dan berupa materi kepada penulis

dimulai dari perkuliahaan sampai penelitian skripsi selesai.

2. Bapak Drs. Humuntal Rumapea,M.Kom selaku Rektor Universitas

Methodist Indonesia.

3. Ibu Dimita H.P Purba,S.E.,M.Si,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Methodist

Indonesia, dan selaku Dosen Pembimbing I telah membimbing dan

mengarahkan penulis dengan sabar sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

i
4. Bapak Arison Nainggolan, S.E.,M.Sc selaku Dosen Pembimbing II

saya yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Drs. Jatongam Nainggolan, M.M selaku Dosen Pembahas saya

yang telah memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas

Methodist Indonesia yang telah memberikan ilmu berharga selama

perkuliahaan.

7. Pimpinan dan seluruh staf pada PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru yang telah memberikan izin riset kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

8. Buat keluarga saya yang saya sayangi adek saya Santo Leonardo

Sihotang, Yohana Fransiska Sihotang, Vincencia De Olivia Sihotang,

Janu Efri Sihotang dan Seluruh keluarga Op. Marudut Sihotang yang

telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

9. Terkhusus buat teman spesial saya Gopin Lumban Raja yang telah

memberikan dukungan dan mendoakan saya.

10. Teruntuk sahabat saya Kristina Turnip, Novi Tampubolon, Amy

Sinaga, Dedi Nababan, Hida, dan Ridha Harahap, Rini Simbolon yang

selalu mendukung saya, dan mendoakan saya.

ii
11. Teruntuk teman- teman seperjuangan saya Arnanda Pasaribu, Reno

Siahaan, Hepi Zai, Marta Kumala Munthe yang selalu memberi

semangat, doa dan dukungan.

12. Buat teman-teman semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

atas doa serta dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi skripsi ini masih penuh dengan

kekurangan, oleh karena itu setiap saran dan kritik yang dapat membangun akan

penulis terima dengan senang hati, demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2021

Penulis

Dina Septi Diana Sihotang

iii
ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP


KINERJA LINGKUNGAN PERUSAHAAN PT PERKEBUNAN
NUSANTARA V PEKANBARU

NAMA : DINA SEPTI DIANA SIHOTANG


NIM :215420364
JURUSAN : AKUNTANSI
E-mail : dinasihotang110997@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan


akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan perusahaan. Penelitian dilakukan
diperusahaan PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru. Dalam penelitian ini
menggunakan data primer dengan cara wawancara dan data sekunder dari data
laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
kepada perusahaan PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru penulis dapat
menyimpulkan bahwa perusahaan sudah menerapkan penerapan akuntansi
lingkungan yang terdiri dari lima tahapan alokasi biaya pengelolaan limbah yaitu
tahapan identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan.
Tetapi tahapan penyajian dan pengungkapan belum sesuai dengan standar
akuntansi yang berterima umum sehingga perlu adanya saran untuk pertimbangan
masa yang akan datang, dan kinerja lingkungan menunjukkan hasil yang baik
berdasarkan hasil dari pengawasan dan penilaian Dinas Lingkungan Hidup.

Kata Kunci : Akuntansi Lingkungan, Kinerja Lingkungan

iv
ABSTRACT

ANALYSIS OF ENVIRONMENTAL ACCOUNTING APPLICATION TO


THE ENVIRONMENTAL PERFORMANCE OF THE COMPANY PT
PERKEBUNAN NUSANTARA V PEKANBARU

NAME : DINA SEPTI DIANA SIHOTANG


ID: 215420364
ACCOUNTING MAJOR
E-mail : dinasihotang110997@gmail.com

This study aims to determine and analyze the application of


environmental accounting and environmental performance of the company. The
research was conducted at PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru. This study
uses primary data by interview and secondary data from the company's financial
statement data. Based on the results of research conducted on the company PT
Perkebunan Nusantara V Pekanbaru, the authors can conclude that the company
has implemented the application of environmental accounting which consists of
five stages of waste management cost allocation, namely the stages of
identification, recognition, measurement, presentation and disclosure. However,
the stages of presentation and disclosure are not in accordance with generally
accepted accounting standards, so there is a need for suggestions for future
considerations, and environmental performance shows good results based on the
results of the supervision and assessment of the Environmental Service.

Keywords: Environmental Accounting, Environmental Performance

v
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i

ABSTRAK......................................................................................................iv

DAFTAR ISI..................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah................................................................4
1.4 Rumusan Masalah....................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7


2.1 Landasan Teori.........................................................................7
2.1.1 Pengertian Akuntansi...................................................7
2.1.2 Fungsi Akuntansi..........................................................9
2.1.3 Pengertian Lingkungan................................................9
2.1.4 Pengertian Akuntansi Lingkungan..............................12
2.1.5 Fungsi Akutansi Lingkungan......................................13
2.1.6 Manfaat Akuntansi Lingkungan..................................14
2.1.7 Tujuan Akuntansi Lingkungan....................................15
2.1.8 PSAK yang terkait dengan Akuntansi Lingkungan....16
2.1.9 Penerapan akuntansi Lingkungan................................18
2.1.10 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)....................................................................26
2.1.10.1 Pengertian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.....................................................26
2.1.10.2 Tujuan dan Manfaat AMDAL......................27
2.1.11 Biaya Lingkungan.......................................................28
2.1.11.1 Pengertian Biaya........................................28
2.1.11.2 Pengertian Biaya Lingkungan.....................29
2.1.12 Kinerja Lingkungan.....................................................31
2.1.12.1 Kinerja........................................................31
2.1.10.2 Kinerja Lingkungan......................................31
2.1.13 Peran Akuntansi dalam Meningkatkan Kinerja
Lingkungan..................................................................34
2.2 Penelitian Terdahulu...............................................................35
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................38

vi
2.4 Gambar Umum Perusahaan.....................................................39
2.4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara
V Pekanbaru...................................................................39
2.4.2 Struktur Organisasi Perusahaan.....................................40
2.4.3 Visi,Misi dan Nilai-nilai Perusahaan.............................43

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................46


3.1 Jenis Penelitian........................................................................46
3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................46
3.3 Sumber dan Jenis Data............................................................46
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional........................46
3.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................47
3.6 Analisis Data...........................................................................47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................49


4.1 Hasil Penelitian......................................................................49
4.1.1 Penerapan Biaya Akuntansi Lingkungan
Pada Perusahaan..........................................................50
4.1.1.1 Mengindentifikasi Biaya Lingkungan............50
4.1.1.2 Mengakui Biaya Lingkungan.........................51
4.1..1.3 Mengukur Biaya Lingkungan........................53
4.1.1.4 Menyajikan Biaya Lingkungan......................54
4.1.1.5 Mengungkapkan Biaya Lingkungan..............55
4.1.2Peran Akuntansi dalam Meningkatkan Kinerja
Lingkungan.....................................................................56
4.2 Pembahasan............................................................................57
4.2.1 Penerapan Biaya Lingkungan Pada Perusahaan.........57
4.2.1.1 Mengindentifikasi Biaya Lingkungan............57
4.2.1.2 Mengakui Biaya Lingkungan.........................58
4.2.1.3 Mengukur Biaya Lingkungan.........................58
4.2.1.4 Menyajikan Biaya Lingkungan......................58
4.2.1.5 Mengungkapkan Biaya Lingkungan..............59

4.2.2 Peran Akuntansi dalam Meningkatkan


Kinerja Lingkungan.......................................................59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................60


5.1 Kesimpulan..............................................................................60
5.2 Saran........................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

vii
viii
BAB I

PEND

AHUL

UAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lingkungan dan sumber daya alam merupakan dua faktor

yang sangat berkaitan dan berpengaruh terhadap perusahaan.

Keterkaitan serta berpengaruhnya lingkungan dan sumber daya alam

terhadap perusahaan, memunculkan berbagai isu yang berkaitan

dengan lingkungan seperti pemanasan global, polusi udara,

pembuangan limbah sembarangan dan kegiatan perusahaan lainnya

yang memberikan dampak terhadap lingkungan.

Akuntansi lingkungan adalah bidang yang mengidentifikasi

penggunaan sumber daya, mengukur dan mengomunikasikan biaya

perusahaan atau dampak ekonomi nasional pada lingkungan.

Akuntansi lingkungan diperlukan perusahaan sebagai bentuk

pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Jika

perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka

akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk melakukan fungsi

pengumpulan, perhitungan, analisis dan pelaporan biaya-biaya

lingkungan dan transaksi lain yang berkaitan dengan lingkungan agar

dapat digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek lingkungan.


Akuntansi yang dimaksud adalah akuntansi lingkungan karena

akuntansi tradisional memiliki keterbatasan, yaitu menggabungkan

biaya- biaya tidak langsung termasuk biaya lingkungan ke dalam

biaya overhead pabrik

Penerapan akuntansi lingkungan untuk menjadi alat

komunikasi dengan masyarakat, akuntansi lingkungan digunakan

untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi

lingkungan dan hasilnya kepada publik.

1
2

Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari berbagai

pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk

mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Kinerja lingkungan merupakan hasil yang dapat diukur dari sistem

manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.

Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran

lingkungan dan target lingkungan (Pertiwi, et al. 2015).

Penerapan kinerja lingkungan perusahaan difasilitasi dengan adanya

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup ( PROPER ), yaitu instrumen yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia

Melalui Kementrian Lingkungan Hidup ( KLH ) untuk melakukan penilaian dan

pemeringkatan ketaatan perusahaan dalam melakukan kinerja lingkungannya

(Fitriani, 2013).

Hasil diberlakukannya peraturan pemerintah tentang PROPER ( Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup )

sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan, karena terbukti dari perusahaan

yang mengikuti PROPER ( Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) masih ada yang mendapatkan peringkat

hitam. Peringkat hitam diberikan kepada perusahaan yang sengaja melakukan

perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau

kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan

atau tidak melaksanakan sanksi administrasi (Iriyanto dan Nugroho, 2014).


3

Peningkatan kinerja lingkungan juga dapat mendorong

perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan pengungkapan

informasi lingkungannya kepada pihak eksternal. Pengungkapan yang

dimaksud di sini adalah pengungkapan yang bersifat sukarela sebagai

wujud tanggung jawab lingkungan perusahaan yang biasanya

disajikan dalam bentuk laporan tahunan, sustainability report, website

atau bentuk pengungkapan sukarela lainnya tentang lingkungan

(Burhany, 2014).

Penelitian ini mengambil objek penelitian pada PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru. Perusahaan ini merupakan Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Selain

menghasilkan minyak setengah jadi, PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru juga menghasilkan limbah dari hasil produksi yang

dijalaninya, dan diketahui bahwa limbah industri yang tidak dikelola

dan dipertanggungjawabkan dengan baik akan berdampak pada

lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan

adalah limbah produksi. Limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha

atau kegiatan produksi, sedangkan pencemaran diartikan masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke


4

dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui

mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Limbah yang dihasilkan

dari operasional perusahaan memiliki kemungkinan bahwa limbah

tersebut berbahaya bagi lingkungan sehingga limbah tersebut

memerlukan pengelolaan dan penanganan yang khusus oleh

perusahaan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar

terhadap lingkungan tempat perusahaan beroperasi.


5

Oleh karena itu, sebagai salah satu institusi yang juga berperan dalam

menjaga kelestarian lingkungan ,PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru juga

memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan pengelohan limbah yang

dihasilkan guna menjaga kelestarian lingkungan , baik disekitar perusahaan PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru maupun lingkungan luas pada umumnya.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya akuntansi

lingkungan, maka penulis tertarik mengkaji tentang “ Analisis Penerapan

Akuntansi Lingkungan terhadap Kinerja Lingkungan Perusahaan PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru “

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Kurang efisiennya perusahaan dalam penerapan akuntansi lingkungan

pada perusahaan Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

2. Kinerja lingkungan perusahaan Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

belum berjalan dengan baik.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah pada penulisan ini dibuat supaya tidak menyimpang

dari tujuan yang telah dilakukan, batasan masalah ini adalah mengenai penerapan

akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan perusahaan PT Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru.
6

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan akuntansi lingkungan pada perusahaan PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru?

2. Bagaimana kinerja lingkungan pada perusahaan PT Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru berjalan dengan baik?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi lingkungan pada

perusahaan PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja lingkungan perusahaan PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru yang baik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Perusahaan

Bagi Perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan

meningkatkan performa perusahaan yang berkaitan dengan penerapan

akuntansi lingkungan.
7

2. Untuk Penulis

Penelitian ini diharapkan penulis untuk memenuhi syarat meraih gelar

sarjana di Universitas Methodist Indonesia. Dan penulisan skripsi ini

diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan sebagai pembelajaran

sekaligus penerapan ilmu-ilmu akuntansi yang telah dipelajari

sebelumnya.

3. Untuk Akademik

Penelitian ini diharapkan bisa melengkapi koleksi pustaka mengenai isu

akuntansi lingkungan.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi dan informasi untuk

memungkinkan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang

akuntansi lingkungan.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi

menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu

periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Secara umum,

akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan

untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi

perusahaan. Selain itu, ada juga pengertian akuntansi menurut beberapa ahli yaitu

Surwadjono (2015) menyatakan bahwa:

Akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat yang mempelajari

perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit

organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian

(pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan

dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik”.

Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik, akuntansi dapat

didefinisikan sebagai:

Proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,

pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan

dasar (bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-

transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara


9

tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang

berkepentingan.

Menurut Walter (2012:3) pengertian akuntansi adalah sebagai berikut:

“Akuntansi merupakan suatu sistem informasi, yang mengukur aktivitas bisnis,

memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada

pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi

aktivitas bisnis”.

Selanjutnya, menurut Rudianto (2010:10), “Akuntansi adalah aktivitas

mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka,

mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas/transaksi

suatu badan usaha dalam bentuk informasi keuangan”.

Menurut James M Reeve, et al (2013:9) pengertian akuntansi adalah

sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan

laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi

ekonomi perusahaan. Selain itu akuntansi juga memberikan informasi untuk pihak

lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja perusahaan”.

Sedangkan menurut Warren, et al (2014:3) “Akuntansi dapat diartikan

sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku

kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi

akuntansi adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasikan,

mencatat dan menyajikan informasi yang diberikan organisasi melalui laporan


10

keuangan dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai

kondisi suatu organisasi.

2.1.2 Fungsi Akuntansi

Menurut Hery (2012:1) “Akuntansi mempunyai fungsi memberikan

informasi kuantitatif, terutama informasi tentang posisi keuangan serta hasil

kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi dari berbagai pilihan yang ada”.

Menurut Sumarsan (2013:4) “Akuntansi mempunyai fungsi untuk

memberikan informasi keuangan perusahaan, mengalokasikan sumber-sumber

daya langka sehingga pemakai informasi dapat memutuskan modal harus

diinvestasikan kemana, melaporkan pertanggung jawaban kinerja manajemen

kepada pemilik dan untuk mengetahui perkembangan perusahaan”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi berfungsi sebagai pemberi

informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas

perusahaan dalam lingkungannya serta sebagai pertimbangan dalam pengambilan

keputusan di dalam lingkungan perusahaan.

2.1.3 Pengertian Lingkungan

Istilah Lingkungan Hidup pada bab I, Pasal 1 ayat 1 Undang-undang

No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dirumuskan sebagai

berikut:

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang


11

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain”.

Dalam Ensiklopedia Indonesia, lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada di luar suatu organisme, meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu

lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri dari benda atau faktor alam yang

tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer dan lainnya. (2)

Lingkungan hidup (biotik) yaitu lingkungan yang terdiri atas organisme hidup,

seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

Ensiklopedia Amerika, menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor-

faktor yang membentuk lingkungan sekitar organisme, terutama komponen-

komponen yang mempengaruhi prilaku, reproduksi dan kelestarian organisme.

Jenis Lingkungan :

Para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini atas beberapa

macam,secara garis besarnya lingkungan hidup manusia itu dapat digolongkan

atas 3 (tiga) jenis golongan:

1. Lingkungan fisik (physical environment)

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar kita yang berbentuk

benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar matahari dan

lain lain yang semacamnya.

2. Lingkungan biologis (biolocal environment)


12

Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di sekitar

manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain dari manusia

sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasad renik (plankton) dan lainlain.

3. Lingkungan sosial (social environment)

Lingkungan sosial adalah manusia lain yang berada disekitarnya seperti

tetangga, teman dan lain-lain.

Menurut Sartain (Ngalim Purwanto, 2014: 28) lingkungan meliputi

semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang alam cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes

kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai

menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.

Aspek lingkungan didefinisikan adalah elemen dari aktivitas organisasi,

produk, dan jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Contoh: konsumsi

air, pengeluaran zat beracun ke udara. Elemen dari aktivitas, produk, dan jasa

perusahaan yang mengakibatkan atau dapat aktivitas, produk, dan jasa perusahaan

yang mengakibatkan atau dapat berakibat dampak lingkungan. Contoh kriteria

aspek lingkungan yaitu, biaya pembuangan limbah, dampak pada kesehatan

manusia, biaya material,tingkatan toksitas, konsumsi energi, dan dampak pada

sumber daya.
13

Dampak lingkungan didefinisikan sebagai interaksi aktual dengan atau

memberi dampak pada lingkungan (Sari, 2017). Dampak lingkungan adalah setiap

perubahan pada lingkungan, apakah menguntungkan atau merugikan, serta

keseluruhan atau sebagian yang di akibatkan dari aktivitas organisasi, produk,

atau jasanya. ( Arfan, 2008).

Kebijakan lingkungan pada awalnya selalu mengambil sikap reaktif,

yaitu mengantisipasi dampak merugikan, yang dihasilkan dari suatu aktivitas

kegiatan manusia. Ketika pendekatan ini dirasa kurang menguntungkan terutama

dari segi perkembangan ilmu lingkungan dekade terakhir ini, kemudian beralih

menjadi pendekatan lebih proaktif dalam menangani masalah lingkungan. Dalam

hal ini fokus perhatian pakar lingkungan adalah pada aspek yang menimbulkan

dampak lingkungan, yang menjadi pertanyaan adalah dalam hal apa bagiamana

aspek lingkungan berperan atau diberdayakan.

2.1.4 Pengertian Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkunngan (Enviromental Accounting atau EA) merupakan

istilah berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkunngan (enviromental cost) ke

dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintahan. Akuntansi

lingkungan didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan dan atau

penghindaran dampak terhadap lingkungan, bergerak dari kesempatan, dimulai

dari perbaikan kembali kejadian-kejadian yang menimbulkan bencana atas

kegiatan-kegiatan tersebut (Indrawati, 2018).


14

Aniela dalam jurnalnya (2012) menyatakan, “akuntansi lingkungan

merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi, mengukur, menyajikan,

dan mengungkapkan biaya-biaya terkait dengan aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan lingkungan”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi lingkungan adalah suatu

tahapan identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan atas

seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperbaiki

kualitas lingkungan dengan cara mencegah, mengurangi bahkan menghindari

dampak negatif terhadap lingkungan.

2.1.5 Fungsi Akuntansi Lingkungan

Pentingnnya penggunaan akuntansi lingkungan bagi perusahaan atau

organisasi lainnya dijelaskan dalam fungsi dan peran akuntansi lingkungan.

Fungsi dan peran tersebut dibagi kedalam dua bentuk. Fungsi pertama disebut

dengan fungsi internal dan fungsi kedua disebut fungsi eksternal. (Indrawati,

2018). Masing-masing fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi Internal

Fungsi internal merupakan funggsi yang berkaitan dengan pihak internal

perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan

usaha, seperti rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi ini

maupun jasa lainnya. Adapun yanng menjadi aktor dan faktor dominan

pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan. Sebab pimpinan

perusahaan merupakan orang yang bertanggungjawab dalam setiap


15

pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal

perusahaan.

2. Fungsi Eksternal

Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek

pelaporan keuangan. Fungsi ini faktor penting yang perrlu diperhatikan

perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi

lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Informasi yang diungkapkan

merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif dari kegiatan konservasi

lingkungan. Termasuk didalamnya adalah informasi tentang sumber-

sumber ekonomi suatu perusahaan. Fungsi eksternal memberikaan

kewenangan bagi perusahaan untuk mempenngaruhi pengambilan

keputusan stakeholder, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor,

penduduk lokal maupun bagian administrasi.

2.1.6 Manfaat Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan secara spesifik mendefenisikan dan

menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan perusahaan.

Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridetifikasi, perusahaan akan cenderung

mengambil keuntungan dari peluangpeluang untuk mengurangi dampak

lingkungan. Manfaat-manfaat dari mengadopsi akuntansi lingkungan dapat

meliputi :
16

1. Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk

memproduksi produk atau jasa. Ini sangat bermanfaat dalam

memperbaiki harga dan profitabilitas.

2. Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk, proses, sistem,

atau fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya tersebut pada tanggungjawab

manajer.

3. Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan

biaya dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas.

4. Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran

perbaikan kualitas.

5. Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi

biaya-biaya lingkungan.

6. Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan

sumberdaya dan mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi

pasar bagi limbah.

7. Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan

dan keselamatan kerja.

2.1.7 Tujuan Akuntansi Lingkungan

Menurut Santoso (2012) tujuan akuntansi lingkungan adalah untuk

menyediakan informasi biaya lingkungan yang relevan bagi mereka yang

memerlukan. Tujuan lain dari pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan

dengan kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun


17

organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-

perusahaan publik yang bersifat lokal.

Maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan sebagai

berikut:

1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan,

akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan

konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi

lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk

menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan

konservasi lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan

pengelolaan lingkungan.

2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat,

akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak negatif

lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik.

Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari berbagai

pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk

mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan

lingkungan.

2.1.8 PSAK yang terkait dengan Akuntansi Lingkungan

PSAK yang terkait dengan akuntansi lingkungan saat ini yaitu

menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Lingkungan (PSAK) No. 1 tentang

penyajian laporan keuangan menyebutkan bahwa laporan mengenai lingkungan


18

hidup dapat disajikan secara terpisah dari laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1

laporan keuangan yang lengkap terdiri dari: laporan posisi keuangan, laporan laba

rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas

laporan keuangan berisi mengenai kebijakan akuntansi dan penjelasan terkait

dengan pos-pos dalam laporan keuangan, laporan posisi keuangan komparatif.

PSAK No. 1 ini dapat dijadikan standar dalam pelaksanaan akuntansi lingkungan

berupa pembuatan laporan lingkungan hidup di luar laporan keuangan khususnya

untuk industri yang memiliki hubungan erat dengan lingkungan. Akan tetapi di

Indonesia saat ini belum adanya standar yang secara khusus untuk melaksanakan

akuntansi lingkungan yang diterbitkan Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) . Berikut

ada beberapa pernyataan dalam PSAK yang dapat dijadikan standar akuntansi

lingkungan, antara lain sebagai berikut:

1. PSAK No. 57 provisi, liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi.

Menurut PSAK ini perusahaan yang melaksanakan perbaikan lingkungan

misal pemulihan lingkungan karena limbah dapat mencatat biaya

pemulihan tersebut sebagai provisi. Provisi tersebut diukur dengan

estimasi terbaik biaya pemulihan. Provisi diakui sebagai kewajiban atas

peristiwa masa lalu, misal pencemaran lingkungan terjadi pada tahun

2011, maka provisi diakui sebagai provisi untuk pemulihan lingkungan

atas pencemaran yang terjadi pada tahun 2011.

2. PSAK No. 64 eksplorasi dan evaluasi sumberdaya mineral.


19

Pada PSAK No. 64 ini menimbulkan pengakuan terhadap kewajiban

akibat dari pemindahan dan restorasi yang terjadi selama periode tertentu

sebagai konsekuensi dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.

3. PSAK No. 25 membahas mengenai kebijakan akuntansi, perubahan

estimasi akuntansi dan kesalahan.

PSAK ini terkait dengan estimasi yang tidak dapat dikukur secara tepat.

Firoz dan Ansari dalam Sadjiarto (2011) beberapa biaya yang dapat

diestimasi terkait dengan pemulihan lingkungan sebagai berikut: - Provisi

biaya pembersihan (cleanup costs) - Provisi rehabilitasi di industri

pertambangan - Provisi klaim atas kontinjensi - Provisi biaya lingkungan

seperti penanggulangan polusi udara, polusi suara, gas dan limbah

berbahaya. - Provisi pembelian peralatan untuk mengendalikan polusi.

4. PSAK No. 5 tentang Segmen Operasi, entitas perlu mengungkapkan

informasi untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan

mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis yang

melibatkan entitas dan lingkungan ekonomi tempat entitas beroperasi.

2.1.9 Penerapan Akuntansi Lingkungan

Menurut Munn dalam Wanggono (2016:16) “Pencatatan pembiayaan

untuk mengelola sampah-sampah yang dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu

usaha dialokasikan dalam tahapan-tahapan tertentu yang masingmasing tahap

memerlukan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan”. Pengelompokkan dalam

tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan dalam Standar Akuntansi

Keuangan, yaitu:
20

1. Identifikasi

Pertama kali perusahaan menentukan biaya untuk pengelolaan biaya

penanggulangan exsternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan

operasional usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak negatif

dari peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut, misalnya rumah sakit yang

dalam menjalankan kegiatan pelayanan pasien menghasilkan berbagai

jenis limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap. Setelah

teridentifikasi peristiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat untuk

menjadi jalur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas

pembuatan jurnal peristiwa-peristiwa secara sistematis dan kronologis

yang diukur dalam satuan mata uang. Informasi keuangan akan

disampaikan melalui laporan-laporan akuntansi. Agar laporan keuangan

bisa bermanfaat, para akuntan melaporkan data yang tercatat dalam cara

yang terstandarisasi. Setiap biaya-biaya lingkungan yang ada,

diklasifikan oleh perusahaan secara berbeda. Jadi, setiap perusahaan

masih memiliki pandangan berbeda dari penentuan biaya akuntansi

lingkungan. Hal ini dikarenakan akan lebih memudahkan manajemen

untuk lebih fokus dalam menentukan keputusan. (Mulyani, 2013:15).


21

2. Pengakuan

Setelah dilakukan pengidentifikasian dampak negatif peristiwa ekonomi

tersebut, kemudian unsur tersebut diakui sebagai akun atau rekening

biaya pada saat penerimaan manfaat dan sejumlah nilai yang telah

dikeluarkan. Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam

sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos

dan tergambar dalam laporan keuangan (Suwardjono dalam Wanggono,

2016:17). Pengakuan biaya-biaya dalam rekening ini dilakukan pada saat

menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada

saat sebelum nilai atau jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut

sebagai biaya sehingga pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat

sejumlah nilai dibayarkan untuk pembiayaan pengelolaan lingkungan

(Permatasari, 2014:6). Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan

Keuangan paragraf 82 (2015) menjelaskan bahwa “Pengakuan

merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi defenisi unsur

serta kriteria pengakuan”. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus

diakui jika: a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan

dengan pos tersebut akan mengalir dari/ke dalam perusahaan; b) Pos

tersebut mempunyai nilai/biaya yang dapat diukur dengan andal.

3. Pengukuran

Menurut Suwardjono pengukuran (measurement) adalah penentuan

angka atau satuan pengukur terhadap suatu objek untuk menunjukkan

makna tertentu dari objek tersebut. Pada umumnya, perusahaan


22

mengukur biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

pengelolaan lingkungan dengan menggunakan satuan moneter yang

sudah ditetapkan sebelumnya atau dengan kata lain dilakukan dengan

mengacu pada realisasi biaya yang telah dikeluarkan pada periode

sebelumnya sehingga akan diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai

kebutuhan riil perusahaan setiap periode. Pengukuran dilakukan untuk

menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan tersebut sesuai

dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan masingmasing perusahaan

memiliki standar pengukuran yang berbeda-beda karena dalam SAK

(Standar Akuntansi Keuangan) dan teori-teori masih belum ada yang

mengatur khusus tentang pengukuran biaya lingkungan (Mulyani,

2013:16). Namun, dalam kerangka dasar penyusunan penyajian laporan

keuangan paragraf 100 (2015) dijelaskan bahwa sejumlah dasar

pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang

berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Biaya historis

Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar

atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan

untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban

dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban

(obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak

penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan


23

akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha

yang normal.

b. Biaya kini

Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya

dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang.

Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak

didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian

Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat

diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal

(orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian;

yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang

diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam

pelaksanaan usaha normal.

d. Nilai Sekarang

Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang

didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat

memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban

dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang

didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan

untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

4. Penyajian
24

Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos

dalam seperangkat laporan keuangan agar elemen atau pos tersebut

cukup informatif, standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang

apakah suatu informasi objek harus disajikan secara terpisah dari laporan

utama, apakah suatu informasi harus disajikan digabung dengan akun

laporan keuangan yang lain, apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah

suatu informasi cukup disajikan dalam bentuk catatan kaki (Suwardjono

dalam Mulyani, 2013:18). Biaya yang timbul dalam pengelolaan

lingkungan ini disajikan bersama-sama dengan biaya-biaya unit lain yang

sejenis dalam sub-sub biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya

lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama

rekening yang berbeda-beda, sebab tidak ada ketentuan baku untuk nama

rekening yang memuat alokasi pembiayaan lingkungan perusahaan

tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang

Penyajian Laporan Keuangan paragraf 12 menyatakan bahwa

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added

statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan

hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan

penting”. Menurut Hansen dan Mowen (2008:416), Pelaporan biaya

lingkungan sangat penting jika organisasi serius untuk memperbaiki dan

mengendalikan biaya lingkungannya. Laporan biaya lingkungan yang


25

baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan

menurut kategori biayanya. Pelaporan biaya lingkungan yang

dikelompokkan berdasarkan kategori biayanya memberikan dua hasil

yang penting yaitu dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas

perusahaan dan jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.

5. Pengungkapan

“Pengungkapan (disclosure) memiliki arti tidak menutupi atau

menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti

memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi,

data tersebut harus bermanfaat, karena apabila data tersebut tidak

bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tidak akan tercapai” (Ikhsan,

2008:131). “Akuntansi lingkungan menuntut adanya alokasi pos khusus

dalam pencatatan rekening pada laporan keuangan yang dibuat oleh

perusahaan sehingga dalam pelaporan akuntansi keuangan akan muncul

bahwa pertangggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan

tidak sebataas pada retorika namun telah sesuai dengan praktis

pengelolaan sisa hasil operasional perusahaan” (Mulyani, 2013:20).

Menurut Ikhsan (2008:140) “Pengungkapan akuntansi lingkungan

merupakan pengungkapan informasi data akuntansi lingkungan dari

sudut pandang fungsi internal akuntansi lingkungan itu sendiri, yaitu

berupa laporan akuntansi lingkungan. Pengungkapan dalam akuntansi

lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela”. Tujuan dari

pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan


26

konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu

mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan

publik yang bersifat lokal. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan bertujuan memperlihatkan kepada masyarakat

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan berserta pengaruh yang

ditimbulkan kepada masyarakat. Pengaruh di sini antara lain adalah

seberapa jauh lingkungan, pegawai, konsumen, masyarakat lokal, dan

yang lainnya dipengaruhi oleh kegiatan dan operasi bisnis perusahaan.

Hasyim (2011:3) menyatakan bahwa “Sampai saat ini pengungkapan

tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan masih bersifat sukarela”.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang

Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 12 menyatakan bahwa:

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added

statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan

hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan

penting”.“Dimensi dalam pengungkapan data akuntansi lingkungan

dalam hal ini meliputi: proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan,

item-item yang membentuk dasar akuntansi lingkungan, dan hal yang

dikumpulkan dari akuntansi lingkungan” (Ikhsan, 2008:140). Di

Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menjadi wadah

profesional Akuntan kelihatannya masih belum ada perhatian serius


27

sehubungan dengan pengembangan dan penetapan prosedur standar

akuntansi lingkungan untuk dapat dijadikan sebagai pedoman bagi

perusahaan-perusahaan dalam pelaporan akuntansi lingkungannya

(Ikhsan, 2008:12).

2.1.10 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL )

2.1.10.1 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah suatu proses

dalam studi formal untuk memperkirakan dampak lingkungan atau rencana

kegiatan proyek dengan bertujuan memastikan adanya masalah dampak

lingkungan yang di analisis pada tahap perencanaan dan perancangan proyek

sebagai pertimbangan bagi pembuat keputusan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

tentang Izin Lingkungan, Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak

penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Amdal disusun oleh

Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Penyusunan

Amdal dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:

1. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis dampak

lingkungan hidup yang merupakan hasil perlingkupan.

2. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara

cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan.


28

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ( RKL ) adalah upaya

penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang

ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL ) adalah upaya

pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan

penting akibat dari rencana usaha atau kegiatan”.

Kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting diwajibkan

menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL / UPL),

prosedur penyusunannya yaitu pemrakarsa melakukan studi kelayakan lingkungan

sesuai dengan format yang berlaku selanjutnya dikonsultasikan dan diajukan

kepada instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak lingkungan

untuk mendapat persetujuan.

2.1.10.2 Tujuan dan Manfaat AMDAL

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

tentang Izin Lingkungan Pasal 1, menjelaskan bahwa “Izin Lingkungan

merupakan izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL / UPL dalam rangka perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha

dan/atau kegiatan”.

Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau

kegiatan agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Agar

pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang

diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. AMDAL


29

digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin

usaha dan/atau kegiatan.

Manfaat dari AMDAL adalah:

1. Bahan perencanaan pembangunan wilayah.

2. Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan

lingkungan hidup dari rencana usaha atau kegiatan.

3. Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari

rencana usaha atau kegiatan.

4. Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup.

5. Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang

ditimbulkan dari suatu rencana usaha atau kegiatan.

6. Memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif.

7. Digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan

/pemberi ijin usaha atau kegiatan.

2.1.11 Biaya Lingkungan

2.1.11.1 Pengertian Biaya

Menurut Mulyadi, (2015: 8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Baridwan (2013:37), Biaya (expense)

adalah aliran keluaran atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (komisi

keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan
30

barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan

utama badan usaha.

Krismiaji & aryani (2011:17) menyatakan bahwa biaya atau cost adalah

kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang

diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk

periode mendatang.

2.1.11.2 Pengertian Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan merupakan akibat yang timbul dari aktifitas

perusahaan yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Definisi biaya

lingkungan mencakup dari seluruhh biaya-biaya yang paling nyata (seperti limbah

buangan). Menurut Hansen dan Mowen (2011) mendefinisikan biaya lingkungan

sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan

yang rusak atau biaya-biaya untuk mencegah terjadinya kerusakan dimasa depan.

Biaya lingkungan dapat disebut sebagai biaya kualitas lingkungan. Sama halnya

dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena

adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang

buruk mungkin terjadi. Biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen (2009:

403):

a) Biaya pencegahan (enviromental prevention costs) adalah biaya-biaya

untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah

dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Contoh aktivitas-

aktivitas pencegahan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi

dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain proses dan


31

produk untuk mengurangi atau menghapus limbah, melatih pegawai,

mempelajari dampak lingkungan, audit resiko lingkungan, pelaksanaan

penelitian lingkungan, pengembangan sistem manajemen lingkungan,

daur ulang produk, serta pemerolehan sertifikat ISO 14001.

b) Biaya deteksi lingkungan (enviromental detection costs) adalah biaya-

biaya untuk aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar

lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh aktivitas deteksi lingkungan

adalah audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses (agar

ramah lingkungan), pengembangan ukuran kinerja lingkungan,

pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari

pemasok, serta pengukuran tingkat pencemaran.

c) Biaya kegagalan internal (enviromental internalfailure cost) adalah biaya-

biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan

sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh aktivitas

kegagalan internal adalah pengoperasioan peralatan untuk mengurangi

atau menghilagkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun,

pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi

limbah, serta daur ulang sisa bahan.

d) Biaya kegagalan eksternal lingkungan (enviromental external failure

costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas

limbah atau sampah kedalam lingkungan. Contoh aktivitas kegagalan

eksternal adalah membersihkan tanah yang tercemar, menyelesaikan


32

klain kecelakaan pribadi (yang berhubungan dengan lingkungan),

merestorasi tanah ke keadaan alamiah, hilangnya penjualan karena

reputasi lingkungan yang buruk, menggunakan bahan baku dan listrik

secara tidak efisien, menerima perawatan medis karena polusi, hilangnya

lapangan pekerjaan karena pencemaran, hilangnya manfaat danau

sebagai tempat rekreasi, dan rusaknya ekosistem karena pembuangan

sampah padat.

2.1.12 Kinerja Lingkungan

2.1.12.1 Kinerja

Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama

periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Menurut Sutrisno (2016:172) “Kinerja adalah hasil kerja

karyawan dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.”

Menurut Mangkunegara (2017:67) “Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

2.1.12. 2 Kinerja Lingkungan

Menurut beenett dan James dalam Burhany (2012) kinerja lingkungan

merupakan “’the company’s achievement in managing any interaction between

the company’s activities, products or service and the enviroment”. Kinerja


33

lingkungan adalah pencapaian perusahaan maupun kegiatan usaha dalam

melakukan pengelolaan interaksi antara aktivitas, produk, dan jasa dengan

lingkungan di mana perusahaan tersebut menjalankan kegiatan ekonominya.

Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER ( Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) adalah mendorong

penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif

bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan

pengelolaan lingkungan yang buruk. Pelaksanaan PROPER ( Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) diharapkan

dapat memperkuat berbagai instrument pengelolaan lingkungan yang ada,seperti

penegakan hukum lingkungan dan instrument ekonomi.

Penilaian kinerja berdasarkan pada kriteria penilaian PROPER ( Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup )

yang terdiri atas:

a. kriteria ketaatan yang digunakan untuk pemeringkatan biru, merah, dan

hitam.

b. kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond

compliance) untuk pemeringkatan Hijau dan Emas.

Kriteria penilaian PROPER ( Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) yang lebih lengkap dapat di

lihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 tahun 2011 tentang

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Secara umum peringkat kinerja PROPER ( Program Penilaian Peringkat


34

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) dibedakan menjadi 5

warna dengan pengertian sebagai berikut:

1. Emas, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan

(environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa,

melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap

masyarakat;

2. Hijau, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan

dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem

pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui

upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery), dan melakukan upaya

tanggung jawab sosial (CSR/Comdev) dengan baik;

3. Biru, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan

sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang- undangan;

4. Merah, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

yang upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai

dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan; dan
35

5. Hitam, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang

mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak

melaksanakan sanksi administrasi.

2.1.13 Peran Akuntansi dalam meningkatkan Kinerja Lingkungan

Green accounting umumnya diterapkan oleh perusahaan yang memiliki

perhatian dan minat terhadap kelestarian lingkungan, kebersinambungan

(sustainability), efektivitas lingkungan (ecoeffectiveness), efisiensi lingkungan

(ecoefficiency), dan menerapkannya secara langsung dengan banyak sarana

pemasaran dalam manajemen strategik (Cohen dan Robbins, 2011:190).

Aktivitas dalam green accounting dijelaskan oleh Cohen dan Robbins

(2011:190) sebagai berikut:

“Environmental accounting collects, analyzes, assesses, and prepares


reports of both environmental and financial data with a view toward
reducing environmental effect and costs. This form of accounting is
central to many aspects of governmental policy as well. Consequently,
environmental accounting has become a key aspect of green business and
responsible economic development”.

Artinya adalah bahwa green accounting mengumpulkan, menganalisis,

memperkirakan, dan menyiapkan laporan baik data lingkungan maupun finansial

dengan tujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan biaya. Bentuk akuntansi

ini memusat pada beberapa aspek kebijakan pemerintah sebaik mungkin.

Konsekuensinya, akuntansi lingkungan menjadi aspek penting dalam green

business concept dan pengembangan perekonomian yang bertanggung jawab.


36

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian analisis penerapan akuntansi lingkungan telah banyak

dilakukan. Berikut ini adalah hasil penelitian sebelumnya:

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian

1 Aminah,Noviani 2014 Analisis Penerapan Hasil dari penelitian


Akuntansi Lingkungan Aminah, Noviani adalah
Di Rumah Sakit Mardi perlakuan pengalokasian
Waloyo Metro. biaya dilakukan oleh
bagian keuangan rumah
sakit dengan unit sanitasi
lingkungan dimana biaya
tersebut diakui sebagai
salah satu asset tetap
rumah sakit dengan
konsekuensi biaya yang
dikeluarkan oleh unit
tersebut selama
operasional mana biaya
tersebut diakui sebagai
biaya operasional Rumah
Sakit.

1. Fitri Nilasari 2014 Analisis Penerapan Hasil dari penelitian ini


Akuntansi Lingkungan adalah bahwa peneliti
Terhadap Pengelolaan menemukan bahwa biaya
limbah (PG Djatiroto)lingkungan merupakan
biaya yang timbul karena
adanya kegiatan atau
aktifitas yang berkaitan
dengan pengelolaan
limbah produksi agar
tidak mencemari
lingkungan.
2. Yoshi Anela 2012 Peran Akuntansi Hasil dari penelitian
Lingkungan Dalam tersebut mengungkapkan
Meningkatkan Kinerja bahwa penerapan Green
Lingkungan dan Accounting memiliki
Kinerja Keuangan dampak positif terhadap
Perusahaan kinerja financial
perusahaan , yaitu
37

meningkatnya perspektif
positif dari konsumen
berakhir pada
peningkatan penjualan
dan laba perusahaan.
3. Rosinta dan Holly 2012 Evaluasi Hasil dari penelitian
Pengungkapan tersebut adalah
Akuntansi Lingkungan perusahaan PT Timah
Dalam Perspektif PT belum menerapkan
Timah ( Persero ) Tbk akuntansi lingkungan
secara penuh, kemudian
tidak terlihat system
informasi yang
meningtegrasikan data
lingkungan dengan data
ekonomi yang terakhur
adalah perusahaan belum
mengkonversikan satuan
unit menjadi satuan unit
moneter atas efesiensi
biaya yang diperoleh.

4. Hadi 2012 Analisis Penerapan Biaya yang digunakan


Akuntansi Lingkungan untuk mengelola limbah
pada PT. Istana Cipta dan pertanggungjawabnya
Sembada Banyuwangi dimasukkan dalam beban
operasional perusahaan
karena perusahaan
menilai limbah tersebut
dihasilkan oleh factor
produksi. Perusahaan
tersebut juga sudah
menggunakan IPAL
dalam pnegelolaan
limbahnya.
5. Sahasrakirana 2012 Evaluasi Peran PT Sahabat Mewah dan
Akuntansi Lingkungan Makmur sebenarnya
untuk mendukung sudah siap untuk
keputusan Manajemen menerapkan system
Lingkungan Dalam akuntansi lingkungan
Mencapai dalam menjalankan
Sunstainbility aktivitas bisnisnya.
Perusahaan ( PT Terdapat cukup data dan
Sahabat Mewah dan informasi relevan yang
Makmur) tersedia di perusahaan
untuk menunjang proses
awal dalam menerapkan
akuntansi lingkungan di
perusahaan. PT Sahabat
Mewah dan Makmur
38

sudah melaporkan
aktivitas lingkungannya
dalam laporan
tahunannya.untuk laporan
corporatesocial
responsibility(CSR).
Perusahaan juga sudah
membuatnya , namun
masih bersifat internal.
6. Siska Ayu Intan 2016 Analisis Penerapan Hasil penelitian
Pertiwi Akuntansi Lingkungan menunjukkan bahwa
Terhadap Pengelolaan perusahaan telah
Limbah (Studi kasus menetapkan kebijakan
pada Pabrik Gula mengenai pangakuan
Semboro) biaya pengelolaan limbah
yang sesuai dengan teori
winarno, pengalokasian,
pembiayaan untuk biaya
pengelolaan lingkungan
dialokasikan pada awal
periode akuntansi.
Dian Imanina 2014 Pengaruh Hasil penelitiannya
7. Burhany Implementasi menunjukkan bahwa: 1.
Akuntansi Lingkungan Imlpementasi akuntansi
Terhadap kinerja lingkungan berpengaruh
lingkungan dan positif dan signifikan
pengungkapan terhadap kinerja
informasi lingkungan, dan 2.
lingkungan(Studi pada Implementasi akuntansi
Perusahaan lingkungan dan kinerja
Pertambangan Umum lingkungan berpengrauh
yang mengikuti positif dan signifikan
PROPER Periode terhadap pengungkapan
2008-2009) informasi lingkungan
,baik secara simultan
maupun parsial. Hasil ini
menimbulkan implikasi
terhadap perlunya praktik
akuntansi perusahaan
diperluas dengan
memasukkan aspek
lingkungan. Dengan
demikian akuntansi dapat
berkontribusi dalam
pertanggungjawaban
lingkungan perusahaan.
39

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Adapun langkah-langkah atau tahapan dalam menyusun kerangka

berpikir, diantaranya :

1. Menentukan variabel yang lebih detail

2. Membaca buku- buku hasil penelitian

3. Deskripsikan teori serta hasil penelitian

4. Menganalisis komparatif tentang teori dan hasil penelitian

5. Menganalisis teori dan juga hasil penelitian secara kritis

6. Sintesa kesimpulan

7. Kerangka berpikir

Dengan kata lain, kerangka berpikir merupakan sebuah model atau juga

gambaran yang berupa konsep yang didalamnya itu menjelaskan mengenai suatu

hubungan antara variabel yang satu dengan varibel yang lainnya.Oleh karna itu,

sebaiknya kerangka berpikir tersebut dibuat di dalam bentuk diagram atau juga

skema, dengan tujuan untuk dapat mempermudah memahami beberapa variabel

data yang kemudian akan dipelajari ditahap selanjutnya.

Kerangka berpikir ini pun juga bisa atau dapat dikatakan yakni sebagai

rumusan masalah yang telah dibuat dengan berdasarkan adanya suatu proses

deduktif di dalam rangka menghasilkan beberapa dari konsep serta juga proposisi
40

yang digunakan untuk dapat atau bisa memudahkan seorang peneliti itu didalam

merumuskan hipotesis penelitiannya.

Penulis memerlukan kerangka berpikir untuk mengetahui penerapan

akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Berdasarkan

penjabaran diatas maka penulis menyusun kerangka berpikir seperti pada gambar

dibawah ini :

Gambar 2.3
Kerangka Berpikir

Akuntansi Lingkungan Kinerja Lingkungan

2.4 Gambar Umum Perusahaan

2.4.1 Sejarah Perusahaan Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

PT. Perkebunan Nusantara V ( Persero) merupakan hasil konsolidasi

wilayah perkebunan PTP II , IV dan V pada tahun 1996 yang berdiri pada tanggal

14 Februari 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1996 dan

disahkan pada 11 Maret 1996. Secara efektif perseoran mulai beroperasi sejak

tanggal 9 April 1996 dengan kantor pusat di Pekanbaru.

Kebun Terantam terletak di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu

Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Kebun Terantam adalah salah satu

pengembangan PTP II ( Tanjung Morawa) di Provinsi Riau berdiri pada tahun


41

1985 yang merupakan bagian dari PTP II adalah kebun Tandun sejak tahun 1996.

Kebun Terantam adalah pemisahan dari kebun Tandun sejak tanggal 15 Agustus

2001.

2.4.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan gambaran tentang kerangka dan susunan

perwujudan dari hubungan diantara fungsi, bagian posisi maupun orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas,wewenang ,kewajiban dan tanggungjawab bagi

masing-masing anggota organisasi. Dengan terciptanya struktur organisasi yang

baik akan terciptanya suatu kerjasama yang harmonis antara sesame anggota

organisasi sehingga tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya akan

tercapai sesuai harapan masing-masing anggota perusahaan.

Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Terantam

berbentuk staf dan lini. Struktur organisasi ini banyak perintah dari atasan kepada

bawahannya dan tingkat tanggungjawab dari kebawahan kepada atasan.

Struktur organisasi PT.Perkebunan Nusantara V Kebun Terantam dapat

dilihat pada gambar 2.4.2


42

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Terantam

Perusahaan dipimpin oleh satu manajer yang bertindak sebagai pengawas

langsung terhadap seluruh bagian- bagian untuk lebih rincinya tugas dan

wewenang masing-masing dari struktur organisasi sebagai berikut :

1. Manajer, bertugas mengarahkan, memadukan, mengawasi,

mengkoordinasikan pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.


43

2. Asisten Kepala, bertugas mengkoordinasikan seluruh sumber kebutuhan

yang tersedia agar kegiatan yang dilakukan dapat terlaksana dengan

tingkat efisiensi yang tinggi dan efektif sesuai dengan target dan

anggaran yang telah ditetapkan.

3. Asisten Administrasi, bertugas mengelola bidang administrasi umum dan

keuangan diunit kinerja untuk mencapai kinerja yang optimal dengan

berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan direksi. Asisten administrasi

merupakan tanggung jawab umum mengenai pembukuan tahunan dan

keuangan.

4. Asisten SDM Umum, bertugas melaksanakan kegiatan bidang sumber

daya manusi ( SDM ) dan untuk mencapai kinerja yang optimal kepada

kebijakan yang ditetapkan oleh direksi. Asisten SDM umum

bertanggungjawab atas administrasi umum, membuat laporan – laporan

seperti laporan tenaga kerja, laporan mengenai serikat buruh karyawan,

pendidikan, laporan bulanan ke kantor pusat dan menjadi humas bagi

perusahaan untuk berhubungan dengan pihak luar.

5. Asisten Teknik, mengelola prasarana sipil ( bangunan, jalanan, jembatan

dan saluran air ) dan bertanggung jawab terhadap semua peralatan

perusahaan, melayani pengangkutan buah segar ( TBS ), hasil produksi

dan kendaraan dinas karyawan.

6. Asisten Afdeling, bertugas mengelola afdeling meliputi perencanaan

pelaksanaan, pengawasan produksi, pemeliharaan lapangan dan tanaman

guna mencapai kinerja yang optimal. Fungsi asisten afdeling yaitu


44

mengontrol seluruh kegiatan yang telah diberikan oleh setiap pekerja

dan membantu mencari titik terang dalam permasalahan yang ada dalam

pekerjaan.

7. Satpam, bertugas menyelenggarakan keamanan dan ketertiban

dilingkungan perusahaan yang meliputi, mengamankan suatu asset ,

melakukan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan jalur akses

afdeling terhadap pencurian, kehilangan di setiap afdeling.

8. Karyawan Pelaksana, bertugas pelaksana kegiatan pemanenan,

pengawasan, dan pemeliharaan. Tingkatan yang dimiliki pada karyawan

pelaksana yaitu mandor I , krani administrasi, krani produksi, mandor

panen dan buruh panen serta mandor pemeliharaan tanaman.

2.4.3 Visi ,Misi dan Nilai-nilai Perusahaan

Perusahaan Perkebunan Nusantara V memiliki visi dan misi yang

berkelanjutan yaitu :

1. Visi PT Perkebunan Nusantara V

“ Menjadi Perusahaan agribisnis teritegritas yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan” . Artinya perusahaan yang bergerak dalam

pengolalaan budidaya kelapa sawit dan karet yang menghasilkan bahan

baku, proses pengolahan hasil produksi, pemanfaatan limbah produksi

hingga pemasaran serta efisien untuk memperoleh keuntungan ,

mengelola komoditas kelapa sawit dan karet sebagai bisnis utama

perusahaan,mencakup kegiatan di hulu dan hilir secara terpadu melalui

pemanfaatan hasil riset dan teknologi, dalam mencapai tujuan bisnisnya


45

perusahaan memperhatikan peningkatan nilai jangka panjang bagi

pemenang saham dengan mengintegrasikan ekonomi,sosial dan

lingkungan kedalam strateginya.

2. Misi PT Perkebunan Nusantara V

1. Mengelola agro industri kelapa sawit dan karet secara efisien bersama

mitra untuk kepentingan stakeholder.

2. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, kriteria minyak

sawit berkelanjutan.

3. Penerapan standar industri dan pelestarian lingkungan guna

menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pelanggan.

4. Menciptakan keunggulan kompetitif di bidang SDM melalui

pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan praktek-praktek teknik

dan system manajemen SDM terkini guna meningkatkan kompetensi

perusahaan.

3. Nilai-nilai Perusahaan ( Perseroan)

1. Sinergis, setiap insan PTPN V selalu bekerjasama secara harmonis,

antusias,saling percaya, membangun komunikasi yang efektif dan

membudayakan umpan balik positif untuk menciptakan saling

ketergantungan.

2. Integritas,setiap insan PTPN V dalam mengelola perusahaan sellau

menjujung prinsip kebenaran, kejujuran bertanggungjawab, konsisten,

dan selaras anatara ucapan dan tindakan.


46

3. Professional , setiap insan PTPN V selalu menghasilkan kinerja yang

terbaik dan meningkatkan kompetensi sesuai dengan perubahan

lingkungan bisnis.
47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari gambaran atau hasil

dari suatu peristiwa, situasi, perilaku, subjek, atau fenomena pada masyarakat Tujuan

Penelitian ini untuk menjelaskan penerapan akuntansi lingkungan pada

perusahaan .

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

3.3 Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer merupakan data yang diperoleh penulis secara langsung.

Data primer dalam penelitian ini adalah data wawancara dengan staff

administrasi PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dalam

bentuk data yang sudah diolah yang diperoleh melalui penelusuran

catatan dan dokumen perusahaan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru.

3.4 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

1. Akuntansi lingkungan adalah bidang yang mengidentifikasi penggunaan

sumber daya, mengukur dan mengomunikasikan biaya perusahaan atau

dampak

46
48

ekonomi nasional pada lingkungan. Akuntansi lingkungan diperlukan

perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan

terhadap lingkungannya.

2. Kinerja Lingkungan adalah pencapaian perusahaan maupun kegiatan

usaha dalam melakukan pengelolaan interaksi antara aktivitas, produk,

dan jasa dengan lingkungan di mana perusahaan tersebut menjalankan

kegiatan ekonominya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data

maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.

2. Dokumentasi ,merupakan pengumpulan data sekunder dari berbagai

sumber untuk menghasilkan data yang mendukung penelitian ini.

3. Kepustakaan, penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan

informasi-informasi dengan cara menelaah sumber bacaan yang relevan

dari internet yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian

ini.

3.6 Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan

metode deskriptif. Teknik analisis data yang dikumpulkan penulis dengan

47
49

menggunakan metode deskriptif yakni metode dimana data dikumpulkan ,

disusun, diinterprestasikan ,dan dianalisis sehingga dapat menerangkan apa

adanya sesuai dengan data, melakukan pembahasan data data ,membandingkan

data dengan teori teori yang relevan , menarik kesimpulan dari hasil pembahasan,

dan memberikan saran dari hasil perbandingan.


50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru didirikan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 178/KTPTS/UM/III/1979 dan disetujui

oleh Gubernur Riau pada tanggal 20 April 1980 untuk mengembangkan

perkebunan kelapa sawit dikawasan transmigrasi dengan membentuk mitra kerja

petani dengan pihak perusahaan, hal ini untuk mensukseskan program pemerintah

dalam menuntaskan kemiskinan. Landasan hukum perusahaan ditetapkan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 Tahun 1996 tentang

penyetoran Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian PT. Perkebunan

Nusantara V (persero).

Kegiatan utama perusahaan pada saat ini adalah menjalankan usaha

perkebunan kelapa sawit termasuk pengolahan tandan buah segar yang berlokasi

di Pekanbaru, Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Perusahaan mulai mengoperasikan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan

kapasitas produksi sebesar 20 ton tandan buah segar per jam sejak bulan april

2005 di Pekanbaru. Hingga saat ini PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

belum menerapkan dokumen AMDAL karena keberadaan perkebunan ini tidak

relatif besar, dan sebagai solusinya pihak perkebunan menggunakan dokumen

UKL –UPL ( Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan).

49
51

Dokumen ini merupakan alternatif pengelolaan dan pemantauan terhadap

usaha dan/atau kegiatan menghindari dampak negatif limbah produksi berupa

pencemaran, perusakan, gangguan terhadap lingkungan atau dampak sosial

lainnya.

4.1.1 Penerapan akuntansi lingkungan pada PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru

4.1.1.1 Mengidentifikasi Biaya Lingkungan

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru dalam mengidentifikasikan

limbah yang dihasilkan ini menjadi empat bagian yaitu limbah padat, limbah cair,

limbah bahan berbahaya dan beracun, dan limbah gas buangan pabrik sawit.

Dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah terbagi menjadi dua yaitu limbah

padat dan limbah cair. Untuk limbah cair PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

kabupaten Kampar melakukan pemupukan kelapa sawit di area pengkajian lebih

kurang 17 Ha selama satu tahun. Dan khusus untuk limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3) di kelola oleh pihak ketiga, biaya yang timbul akibat pengelolaan

limbah B3 akan di catat sesuai dengan surat perjanjian kerja antara PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan cara wawancara,

tahapan identifikasi PTPN IV Kebun Dolok Ilir yaitu telah teridentifikasinya

biaya-biaya dalam pengelolaan limbah yang merupakan penurunan manfaat

ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar.

PTPN IV Kebun Dolok Ilir sudah menerapkan akuntansi lingkungan

yaitu memasukkan biaya terkait pengelolaan limbah ke dalam praktik


52

akuntansinya, biaya-biaya pengelolaan limbah terdiri dari biaya tenaga kerja,

biaya pengangkutan limbah, biaya listrik, biaya material dan biaya bahan bakar.

4.1.1.2 Mengakui biaya lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

Pengakuan terkait dengan bagaimana suatu perusahaan mencatat segala

pengeluaran maupun pemasukan terkait dengan transaksi keuangan ke dalam pos

laporan keuangan.

Langkah-langkah dalam tahapan pengakuan akuntansi lingkungan

perusahaan PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru adalah sebagai berikut :

1. Setelah akun/pos/rekening biaya pengelolaan limbah telah teridentifikasi,

maka dipilihlah metode pengakuan dalam memasukkan transaksi tersebut

ke dalam laporan keuangan.

2. Metode pengakuan tersebut berfungsi untuk menentukan dimana jurnal

transaksi akan dimasukkan dalam laporan keuangan.

3. Pengakuan biaya pengelolaan limbah dapat dilakukan apabila biaya

tersebut telah digunakan dalam proses operasional perusahaan.

4. Setelah diakui bahwa biaya tersebut telah digunakan dalam proses

operasional, barulah transaksi tersebut dapat dimasukkan ke dalam

laporan keuangan perusahaan.

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru mengakui biaya pengelolaan

limbah sebagai biaya eksploitasi yang dicatat sebagai beban untuk menghitung

harga pokok penjualan perusahaan. Berikut ini adalah perbandingan antara

pengakuan menurut Undang-Undang RI Nomor 32 Pasal 43 Tahun 2009 Tentang


53

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan menurut PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

Tabel 4.1.1.2

Perbandingan Pengakuan Biaya Pengolahan Limbah

Undang-undang RI Nomor 32 Pasal 43 PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

Tahun 2009

Instrument perencanaan pembangunan Perusahaan mengakui biaya


dan kegiatan ekonomi meliputi, pengolahan limbah sebagai biaya
internalisasi biaya lingkungan hidup eksploitasi atau produksi dan dicatat
adalah memasukkan biaya pencemaran sebagai biaya untuk menghitung harga
hidup dalam perhitungan biaya pokok penjualan perusahaan
produksi atau biaya suatu usaha/
kegiatan

Berdasarkan perbandingan diatas PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru dalam mengakui biaya pengelolaan limbah telah sesuai dengan

Undang-Undang RI sebagai standar aturan yang berlaku di Indonesia.

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, dalam hal pengakuan

PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru sudah melakukan langkah-langkah

pengakuan yaitu dengan mengakui biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

dalam bentuk akun dan sejumlah uang yang dikeluarkan termasuk didalamnya

biaya lingkungan terkait pengelolaan limbah pada saat biaya tersebut timbul atau

pada saat biaya tersebut telah digunakan dalam proses operasional perusahaan

tanpa memperhatikan uang telah dikeluarkan atau belum


54

4.1.1.3 Mengukur Biaya Lingkungan

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru dalam mengukur nilai dan

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini menggunakan

acuan realisasi anggaran periode sebelumnya. Perusahaan mengasumsikan bahwa

realisasi anggaran periode yang lalu merupakan acuan yang valid dalam

menentukan nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan

lingkungan dalam satu periode karena akan diperoleh jumlah dan nilai yang tepat

sesuai dengan kebutuhan real setiap periode.

Langkah-langkah tahapan pengukuran akuntansi lingkungan dalam

pengelolaan limbah perusahaan PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru adalah

sebagai berikut :

1. Setelah diakui, akun/pos/rekening biaya pengelolaan limbah ditentukan

berapa jumlah cost yang dikeluarkan.

2. Jumlah kos yang dikeluarkan dapat dilihat dari hasil RKAP ( Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan )perusahaan sehingga dapat diketahui

berapa selisih biaya yang dikeluarkan.

3. Pengukuran yang dilakukan harus sebaik mungkin karena tahapan

pengukuran ini dijadikan sebagai dasar dalam statement keuangan

perusahaan.

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan,PT Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru sudah melakukan langkah-langkah tahapan pengukuran

dengan baik yaitu dalam mengukur biaya-biaya akuntansi lingkungan dalam


55

pengelolaan limbah dan telah menggunakan salah satu dasar pengukuran yaitu

dimana menggunakan satuan moneter berdasarkan kos yang dikeluarkan dan

diambil dari realisasi anggaran tahun sebelumnya.

4.1.1.4 Menyajikan Biaya Lingkungan

Penyajian berkaitan dengan masalah bagaimana suatu informasi

keuangan akan disajikan dalam laporan keuangan. Biaya yang timbul akibat

pengelolaan limbah pada PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru disajikan ke

dalam biaya tidak langsung pabrik kelapa sawit perusahaan. Pada laporan neraca

unit disajikan di biaya tidak langsung dengan akun biaya pengelolaan limbah

selanjutnya biaya tersebut dimasukkan ke dalam penyajian laporan keuangan

perusahaan sebagai harga pokok penjualan.

Langkah-langkah dalam tahapan penyajian akuntansi lingkungan dalam

pengelolaan limbah adalah sebagai berikut :

1. Setelah tahapan identifikasi, pengakuan dan pengukuran telah selesai

dilakukan, maka bagian akuntansi menentukan bagaimana cara penyajian

akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah.

2. Ada dua pilihan yang dapat dipilih, apakah biaya pengelolaan limbah

tersebut dimasukkan ke dalam laporan keuangan bersama dengan biaya

lain atau membuat laporan akuntansi lingkungan secara tersendiri

(terpisah).
56

3. Jika biaya pengelolaan limbah ini dimasukkan ke dalam laporan

keuangan maka masuk ke dalam laporan laba rugi perusahaan.

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, perusahaan telah

melakukan langkah-langkah dalam tahapan penyajian dimana biaya-biaya yang

timbul dalam pengelolaan limbah oleh PT Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

disajikan tergabung dalam laporan keuangan yaitu masuk ke dalam laporan laba

rugi perusahaan dalam bagian harga pokok penjualan.

4.1.1.5 Mengungkapkan Biaya Lingkungan

Pengungkapan berkaitan dengan masalah suatu informasi keuangan atau

kebijakan akuntansi perusahaan tersebut diungkapkan atau tidak. PT. Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru mengungkapkan kebijakan akuntansi, kegiatan kewajiban

bersyarat sehubungan dengan masalah Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH)

dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.

Langkah-langkah dalam tahapan pengungkapan akuntansi lingkungan

dalam pengelolaan limbah adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis hal-hal informatif apa yang berkaitan dengan akuntansi

lingkungan dalam pengelolaan limbah yang perlu diungkapkan sebagai

pelengkap laporan keuangan

2. Pengungkapan ini berhubungan dengan informasi secara kualitatif.

3. Informasi yang dapat diungkapkan berupa aktivitas lingkungan yang telah

maupun akan dilakukan oleh perusahaan dan juga pengungkapan metode

penyusutan aktiva tetap yang digunakan dalam pengelolaan limbah.


57

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru memiliki bangunan kolam limbah yang

terdiri dari beberapa kolam yang pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Kolam

limbah tersebut diakui sebagai aset perusahaan dan memiliki masa manfaat 20

tahun. Tetapi ternyata aset kolam limbah tersebut telah habis masa manfaatnya

karena aset tersebut dibeli pada tahun 1996 artinya sejak tahun 2014 sudah tidak

ada penyusutan lagi karena sudah lebih dari 20 tahun. Di dalam akuntansi jika

suatu aset sudah habis masa manfaatnya tetapi masih bisa digunakan dan aset

tersebut masa berwujud maka biaya yang dikeluarkan untuk aset tersebut tidak

lagi biaya penyusutan tetapi menjadi biaya pemeliharaan agar aset tersebut tetap

berfungsi dengan baik. Hal inilah yang seharusnya diungkapkan oleh PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru di dalam catatan atas laporan keuangan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum melakukan langkah-langkah

tahapan pengungkapan secara menyeluruh.

4.1.2 Peran Akuntansi Lingkungan dalam Meningkatkan Kinerja

Lingkungan

Kinerja lingkungan perusahaan berfokus pada kegiatan perusahaan dalam

melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak negatif lingkungan yang timbul

akibat aktivitas perusahaan. Program penilaian peringkat kinerja perusahaan

dalam pegelolaan lingkungan hidup atau sering disebut PROPER dapat dijadikan

pilihan dalam mengukur kinerja lingkungan perusahaan yang ada di Indonesia.

Aspek penilaian PROPER ( Program penilaian peringkat kinerja perusahaan

dalam pegelolaan lingkungan hidup ) adalah ketaatan terhadap peraturan


58

pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengendalian

limbah B3, AMDAL, serta pengendalian pencemaran laut.

Kepedulian yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dalam

pelayanan masyarakat telah dilakukan oleh perusahaan. Pihak perusahaan PT

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru telah memiliki izin pengolahan limbah cair,

dan persyaratan agar izin prasarana itu terbit harus 3 bulan berturut-turut. Dan

harus menjaga baik-baik pemeliharaan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah )

supaya mutu air limbahnya baik untuk dibuang ke lingkungan, dan

pengawasannya selalu rutin mengirim laporan per 3 bulan, per 6 bulan dan

menurut penilaian mereka tidak ada masalah. Pihak rumah sakit mempunya izin

yang lengkap, seperti izin lingkungan, izin IPAL, izin pengangkutan.

Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong rumah sakit melakukkan

pengelolaan lingkungan melaui PROPER ( Program penilaian peringkat kinerja

perusahaan dalam pegelolaan lingkungan hidup ) dianggap efektif sebagai acuan

yang baik dalam rangka memperbaiki serta meningkatkan kinerja pengelolaan

lingkungan. Sumber daya manusia yang memahami permasalahan dan pengelolaan

lingkungan menjadi sangat penting untuk mencapai kinerja lingkungan yang baik, yang

bisa terhindar dari permasalahan hukum dan keluhan dari masyarakat.

4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Penerapan Akuntansi Lingkungan Perusahaan PT Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru

4.2.1.1 Pengidentifikasian aktivitas pengelolaan limbah


59

Identifikasi akuntansi lingkungan (dalam hal pengelolaan limbah) yang

dilakukan PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru Kabupaten Kampar saat ini

masih belum sesuai, akan tetapi perusahaan sudah mencatat kegiatan

lingkungannya.

4.2.1.2 Pengakuan Biaya lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru

PT. Perkebunan Sumatera Utara Tanjung Kasau Kabupaten Batubara

mengakui biaya pengolahan limbah sebagai biaya eksploitasi atau biaya produksi

dan sudah sesuai dengan Undang-Undang RI. PT Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru telah mengakui biaya pengelolaan limbah yaitu telah melakukan proses

pembentukan suatu akun/pos/rekening terkait pengelolaan limbah . Akun atau

rekening akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah telah diakui oleh

perusahaan.

4.2.1.3 Pengukuran Biaya lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru dalam mengukur jumlah biaya

yang dikeluarkan menggunakan satuan rupiah yang dikeluarkan perusahaan

berdasarkan realisasi anggaran periode sebelumnya.

4.2.1.4 Penyajian Biaya lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru
60

PT. Perkebunan Sumatera Utara Tanjung Kasau Kabupaten Batubara

melakukan penyajian biaya lingkungan ke dalam biaya tidak langsung dengan

akun biaya pengelolaan limbah dan dimasukkan ke dalam laporan keuangan

perusahaan.

4.2.1.5 Pengungkapan Biaya lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru

PT. Perkebunan Sumatera Utara Tanjung Kasau Kabupaten Batubara

mengungkapkan biaya pengelolaan limbah ke dalam catatan atas laporan

keuangan perusahaan.

4.1.2 Peran Akuntansi Lingkungan dalam Meningkatkan Kinerja

Lingkungan

Penerapan akuntansi lingkungan dalam meningkatkan kinerja lingkungan

yang dilakukan pihak perusahaan Perkebunan Nusantara V Pekanbaru berupa

penerbitan izin pengelolaan limbah cair, dan persyaratan agar izin prasarana terbit

3 bulan berturut-turut yang memenuhi syarat kimia, fisika, mikroobiologi yang

nantinya akan berdampak pada mutu air yang dibuang ke lingkungan itu baik dan

lingkungan tetap terjaga.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisis Penerapan

Akuntansi Lingkungan terhadap Kinerja Lingkungan Perusahaan PT. Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa :

1. PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru Kabupaten Kampar belum

melakukan klasifikasi biaya lingkungan tetapi sudah mengakui biaya-

biaya lingkungan yang terjadi sebagai biaya eksploitasi dan mengukur

biaya-biaya lingkungan menggunakan satuan rupiah sebesar yang

dikeluarkan perusahaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan mengacu pada

biaya realisasi anggaran periode sebelumnya dan menyajikan biaya

pengolahan limbah dalam biaya tidak langsung dalam Harga Pokok

Penjualan pada Laporan laba Rugi Perusahaan. Informasi yang berkaitan

dengan lingkungan hidup dilaporkan kedalam catatan atas laporan

keuangan perusahaan.

2. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengolahan limbah

belum sesuai dengan aturan yang mana dalam mengidentifikasi biaya-

biaya yang dikeluarkan PT. Nusantara V Pekanbaru Kabupaten Kampar

hanya biaya limbah padat dan biaya limbah cair, disisipkan dalam sub-

sub unit rekening biaya tertentu dalam laporan keuangannya.

60
61

3. Biaya lingkungan menurut perusahaan adalah biaya yang memiliki

dampak terhadap lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap aktifitas

lingkungan .

4. PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru telah mengakui biaya

pengelolaan limbah sesuai dengan jenis limbah sebagai biaya instalasi

limbah cair, instalasi limbah padat, dan instalasi limbah udara. Biaya-

biaya tersebut diakui dalam perkiraan pabrik yang merupakan komponen

penyusun harga pokok penjualan.

5.2 Saran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah :

1. Sebaiknya PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru Kabupaten Kampar

menyusun laporan biaya pengolahan limbah secara terpisah dari laporan

keuangan umum untuk memberikan informasi yang lebih jelas bagi

pengendalian kualitas lingkungan sebagai usaha peningkatan kualitas

lingkungan sekitar perusahaan.

2. Dalam memperbaiki kinerja lingkungan PT. Perkebunan Nusantara V

Pekanbaru sebaiknya dapat mengoptimalkan realisasi anggaran yang

sudah dianggarkan untuk biaya lingkungan, sehingga mampu

menurunkan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi.

3. Diharapkan agar PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru dapat mencatat

secara lebih rinci dan lebih detail dalam mengidentifikasi biaya-biaya

yang dikeluarkan akibat dari pengelolaan limbah perusahaan


62

DAFTAR PUSTAKA

Aniela, Yoshi (2011) .Peran Akuntansi Lingkungan dalam Meningkatkan Kinerja


Lingkungan dan Keuangan Perusahaan. Skripsi, Fakultas Bisnis
Universitas Widya Mandala Surabaya.

Gautomo, H. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan pada


Rumah Sakit Swasta di Kota Makassar. Skripsi, Universitas Sanata Dharma.

Panjaitan, Imanuel Armando. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan terhadap


Kinerja Lingkungan pada Perusahaan di Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, 2018.

Prasojo, Taufik Bagus. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan


Akuntansi Lingkungan (Studi pada Klh/Bth, Dinkeb, dan PDAM
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah). Skripsi, Semarang Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

Prasojo, Taufik Bagus. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan


Akuntansi Lingkungan (Studi Pada Klh/Blh, Dinkeb, dan PDAM
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah)”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UNDIP, 2012.

Perdana, Galih Bintang Kusuma.2015.” Penerapan Akuntansi Lingkungan


Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Lingkungan”.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Rustika, Novia, (2011). Analisis pengaruh Penerapan Akuntansi Manajemen


Lingkungan Terhadap Inovasi dan Strategi Perusahaan (Studi empiris pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Jawa Tengah). Skripsi,
Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP.
63

Hamidi. (2019). Analisis Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Kepulauan Riau. Vol.6. No.3.
Widyaka,Yosef.2011.” Kemungkinan Penerapan Akuntansi Lingkungan Sebagai
Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Lingkungan”.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Utami, Indah Putri 2013. Analisis Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Resiko
Bisnis dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Petrokimia Gresik.
Skripsi. Universitas Brawijaya.

https://ptpn5.com/struktur-organisasi-2/

Rahayu, Wida. Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Biaya Pengolahan Limbah


Pabrik Gula Lestari Nganjuk PT. Perkebunan Nusantara X. Artikel Ilmiah.
Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2015.

Hidayati, Nurul. Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada PT.


Perkebunan Nusantara V Sei Rokan. Artikel Ilmiah. Fakultas Ekonomi
Universitas Pasir Pengaraian Rokan Hulu, 2016.

Nilasari, Fitri (2014). “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan terhadap


Pengelolaan Limbah pada PG Djatiroto”. Artikel Ilmiah Mahasiwa 2014.

Suwardjono. 2015. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta : BPEE- Yogyakarta.

Herry,S.E, M.Si. (2012) .Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PTBumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai