Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS ISU GREEN ACCOUNTING/ENVIRONMENTAL ACCOUNTING

Mata Kuliah : Capita Selekta Akutansi


Dosen Pengampu : Ibu Ambarwati Akib S. Ak., M. Ak

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Nurdifna Az-Zahra 220901501102

Fahira Wahyuni Saputri 220901501103

Islamia 220901501100

Ayu Angraini 220901501094

KELAS G

PRODI AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya dan karunia-Nya sehingga kami selaku mahasiswa prodi Akuntansi S1 kelas G
bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Analisis Isu Green Accounting/Environmental Accounting”.

Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terimakasih sebesar-sebesarnya


kepada Ibu Ambarwati Akib S. Ak., M. Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah “Capita
Selekta Akuntansi” yang telah memberikan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
kepada kami sehingga kami dapat memahami materi ini dengan baik dan pastinya menambah
wawasan kami mengenai materi ini. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terimaksih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, guna membuat
makalah ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Makassar, Maret 2024

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................3

A. Latar Belakang ..........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4

C. Tujuan Penyusunan ...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................5

A. Pengertian Green Accounting/Environmental Accounting ............................................5

B. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Green Accounting/Environmental Accounting ..................5

C. Konsep Model Green Accounting/Environmental Accounting ......................................7

D. Peraturan Terkait Green Accounting/Environmental Accounting ..................................8

E. Pengelompokan Biaya dan Tahap-tahap Perlakuan Alokasi Biaya Green


Accounting/Environmental Accounting..............................................................................9

F. Dampak dari penerapan Green Accounting/Environmental Accounting dalam jangka


panjang bagi perusahaan, stakeholder, dan lingkungan secara luas ..................................... 11

G. Penerapan Green Accounting/Environmental Accounting di PTPN III Kebun Rambutan


dan Kebun Gunung Para ................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan............................................................................................................. 15

B. Saran ...................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perekonomian modern saat ini berkembangnya teknologi yang semakin
canggih sehingga menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kerusakan
lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan operasi
perusahaan mulai menjadi fokus masyarakat. Dalam melakukan kegiatannya perusahaan
tidak dapat lepas berada di lingkungan sekitar masyarakat. Menurut (Agustia, 2010)
perkonomian modern seperti saat ini, telah memunculkan berbagai isu yang berkaitan
dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoefisiensi, dan kegiatan industri lain yang
memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya. Semakin besarnya dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan terhadap masalah lingkungan dan pelestarian
alam, maka bidang akuntansi ikut berperan dalam upaya pelestarian lingkungan, yaitu
melalui pengungkapan sukarela dalam laporan keuangannya terkait dengan biaya
lingkungan (Ria & Deviarti, 2012).
Perkembangan bisnis yang semakin pesat mengakibatkan munculnya beragam
aktivitas bisnis yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan memunculkan berbagai
isu lingkungan. Hal ini mendorong perusahaan menerapkan Green Accounting yang tidak
hanya berfokus pada penciptaaan profit tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan.
Green Accounting merupakan konsep akuntansi hijau yang diperkenalkan di Eropa pada
tahun 1970 (Hamidi, 2019). Konsep Green Accounting muncul karena kekhawatiran
aktivitas bisnis perusahaan berdampak negatif pada lingkungan. Konsep ini berkaitan
dengan pemanasan global berdampak pada kelangsungan hidup manusia. Semakin banyak
aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan, tentu saja menghasilkan limbah atas pemakaian
energi tersebut yang jika tidak dikelola dengan baik akan merusak lingkungan.
Green accounting merupakan langkah awal yang menjadi solusi masalah
lingkungan tersebut. Penerapan green accounting akan mendorong kemampuan untuk
meminimalkan masalah lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan. Praktek penerapan
green accounting memiliki urgensi berkaitan dengan fungsi internal dan fungsi eksternal.
Fungsi internal sebagai manajemen perusahaan dan selaku pengambil keputusan. Fungsi
eksternal bentuk dari pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak eksternal yaitu melalui
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan digunakan untuk stakeholders dalam
pengambilan keputusan

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Green Accounting/Environmental Accounting?


2. Apa tujuan, fungsi dan manfaat dari Green Accounting/Environmental Accounting?
3. Apa konsep model Green Accounting/Environmental Accounting?
4. Apa saja peraturan terkait Green Accounting/Environmental Accounting?
5. Apa saja biaya-biaya dan tahapan dalam perlakuan alokasi biaya terkait penerapan
Green Accounting/Environmental Accounting?
6. Apa dampak dari penerapan Green Accounting/Environmental Accounting dalam
jangka panjang bagi perusahaan, stakeholder, dan lingkungan secara luas?
7. Bagaimana penerapan Green Accounting/Environmental Accounting di PTPN III Kebun
Rambutan dan Kebun Gunung Para?

C. Tujuan Penyusunan
1. Mengetahui apa itu Green Accounting/Environmental Accounting
2. Mengetahui tujuan, fungsi dan manfaat dari Green Accounting/Environmental
Accounting
3. Mengetahui konsep model Green Accounting/Environmental Accounting
4. Mengetahui peraturan terkait Green Accounting/Environmental Accounting
5. Mengetahui biaya-biaya dan tahapan dalam perlakuan alokasi biaya terkait penerapan
Green Accounting/Environmental Accounting
6. Mengetahui dampak dari penerapan Green Accounting/Environmental Accounting
dalam jangka panjang bagi perusahaan, stakeholder, dan lingkungan secara luas
7. Mengetahui bagaimana penerapan Green Accounting/Environmental Accounting di
PTPN III Kebun Rambutan dan Kebun Gunung Para?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Green Accounting/Environmental Accounting
Green Accounting atau yang sering juga disebut dengan akuntansi lingkungan
(Environment Accounting) merupakan praktek menggabungkan prinsip-prinsip pengelolaan
lingkungan dan konservasi ke dalam praktek pelaporan yang meliputi analisa biaya dan
manfaat. Menurut (Loen, 2018) Green Accounting merupakan sebuah konsep dimana
perusahaan mengutamakan efisiensi dan efektivitas sumber daya dalam proses produksinya
sehingga mampu mengharmonisasikan perkembangan dan pembangunan perusahaan
dengan fungsi lingkungan dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Penerapan
akuntansi lingkungan mempertimbangkan secara menyeluruh gagasan penghematan,
khususnya dalam hal menghemat lahan (saving land), menghemat bahan (saving material),
menghemat energi (saving energy).
Sedangkan aktivitas dalam akuntansi lingkungan dijelaskan oleh Cohen dan
Robbins (2011:190) menerangkan bahwa akuntansi lingkungan merupakan mengumpulkan,
menilai, dan mempersiapkan laporan dari data keuangan dan lingkungan dengan maksud
untuk mengurangi efek lingkungan dan biaya lingkungan. Bentuk akuntansi lingkungan
merupakan pusat bagi aspek pemerintah juga. Oleh sebab itu akuntansi lingkungan menjadi
aspek kunci dari bisnis hijau dan pembangunan ekonomi yang bertanggung jawab. Melalui
penerapan akuntansi lingkungan maka diharapkan lingkungan akan terjaga kelestariannya,
karena dalam menerapkan akuntansi lingkungan perusahaan akan sukarela mematuhi
kebijakan pemerintah tempat perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya.

B. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Green Accounting/Environmental Accounting


a. Tujuan Green Accounting/Environmental Accounting
1. Sebagai alat manajemen lingkungan. Untuk menilai keefektifan kegiatan
konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya-biaya konservasi
lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menentukan biaya
fasilitas pengelolaan lingkungan, menilai tingkat dan capaian tiap tahun agar
menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang berlangsung secara terus-menerus.
2. Sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Akuntansi lingkungan digunakan
untuk menyampaikan dampak yang disampaikan kepada publik. Tanggapan dan
pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari para pelanggan dan masyarakat
digunakan sebagai umpan 30 Vol. 6 No. 2, 2019 balik perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan. Penerapan akuntansi lingkungan juga bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar biaya lingkungan yang dikeluarkan dalam mengelola

5
limbah tersebut dengan menggunakan sistem akuntansi sehungga dapat
meminimalkan biaya yang dikeluarkan (Islamey, 2016).
b. Fungsi Green Accounting/Environmental Accounting
Pentingnya praktek akuntansi lingkungan bagi perusahaan berkaitan dengan
fungsi internal dan fungsi eksternal.
1. Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan
sendiri dimana pimpinan perusahaan merupakan orang yang bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan yang berfungsi sebagai alat manajemen yang
digunakan oleh manajer perusahaan.
2. Fungsi eksternal berkaitan dengan dengan aspek pelaporan keuangan perusahaan
dimana pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat untuk
stakeholder atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
c. Manfaat Green Accounting/Environmental Accounting
1. Pemantauan Dampak Lingkungan. Green Accounting memungkinkan
perusahaan untuk memantau dampak dari kegiatan ekonomi mereka terhadap
lingkungan secara lebih terperinci. Ini membantu dalam mengidentifikasi daerah-
daerah di mana perusahaan dapat mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan.
2. Penyusunan Kebijakan Lingkungan. Data yang dikumpulkan melalui Green
Accounting dapat membantu perusahaan dalam menyusun kebijakan yang lebih
baik terkait dengan perlindungan lingkungan. Informasi yang diperoleh dapat
digunakan untuk mengidentifikasi area-area di mana peningkatan kinerja
lingkungan dapat dicapai.
3. Penghematan Biaya Dengan memantau penggunaan sumber daya dan dampak
lingkungan, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk mengurangi limbah
dan efisiensi energi. Langkah-langkah ini dapat mengarah pada penghematan biaya
jangka panjang.
4. Kepatuhan Regulasi. Green Accounting membantu perusahaan untuk mematuhi
peraturan lingkungan yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan memantau dan
melaporkan dampak lingkungan mereka secara akurat, perusahaan dapat
menghindari denda dan sanksi yang mungkin timbul karena pelanggaran regulasi.
5. Reputasi Perusahaan yang Lebih Baik. Masyarakat semakin peduli terhadap isu-
isu lingkungan, dan perusahaan yang dianggap bertanggung jawab secara
lingkungan cenderung mendapatkan reputasi yang lebih baik di mata konsumen,
investor, dan masyarakat umum. Green Accounting membantu perusahaan untuk

6
membangun citra yang lebih positif dengan menunjukkan komitmen mereka
terhadap keberlanjutan lingkungan.
6. Inovasi Produk dan Layanan. Dengan memahami dampak lingkungan dari
produk dan layanan mereka, perusahaan dapat mendorong inovasi yang bertujuan
untuk mengurangi dampak lingkungan atau bahkan menawarkan solusi yang lebih
ramah lingkungan.
7. Keberlanjutan Jangka Panjang. Dengan menggunakan Green Accounting sebagai
alat untuk mengelola dampak lingkungan mereka, perusahaan dapat berkontribusi
pada keberlanjutan jangka panjang baik untuk bisnis mereka maupun untuk planet
ini secara keseluruhan.
8. Penerapan Green Accounting membantu perusahaan untuk menjadi lebih
transparan, bertanggung jawab, dan berkelanjutan dalam operasinya, sambil
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

C. Konsep Model Green Accounting/Environmental Accounting


1. Lean Green. Lean Green mencoba untuk menjadi bagian sosial yang baik, tetapi
mereka tidak fokus pada publikasi untuk menciptakan produk/jasa yang ramah
lingkungan. Meskipun demikian mereka termotivasi untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi melalui aktivitas yang ramah lingkungan, dengan tujuan untuk
menciptakan persaingan yang kompetitif dalam hal produk rendah biaya, dan bukan
semata untuk keselamatan lingkungan.
2. Defensive Green. Defensive Green seringkali menggunakan green marketing sebagai
pengukuran yang preventif, suatu respon terhadap krisis atau respon terhadap kegiatan
perusahaan pesaing. Mereka berusaha untuk meningkatkan brand image dan mengatasi
kerusakan, menyadari bahwa segmen industri ramah lingkungan adalah penting dan
menguntungkan. Inisiatif lingkungan mereka mungkin serius dan berkelanjutan, tetapi
usaha untuk mempromosikan dan mempublikasikan inisiatif tersebut sprodiac dan
terkadang temporer dikarenakan mereka tidak memiliki kemampuan untuk
membedakan dirinya dengan kompetitor lain pada permasalahan lingkungan hidup
tersebut. Perusahaan dalam kondisi ini akan melakukan kegiatan promosi peduli
lingkungan hidup dalam skala kecil baik untuk kegiatan-kegiatan tertentu ataupun
program-programnya. Sehingga dari sinilah mereka dapat bertahan dan berargumen
manakala industri mereka dikritik oleh aktivis peduli lingkungan ataupun bahkan
pesaing,
3. Shaded Green. Shaded Green menginvestasikan dalam jangka panjang, menyeluruh
proses industri yang ramah lingkungan yang membutuhkan komitmen tinggi terhadap

7
keuangan dan non keuangan. Perusahaan dengan tipe ini memandang lingkungan
sebagai kesempatan untuk mengembangkan inisiatif kebutuhan-pemenuhan produk dan
teknologi yang dihasilkan dalam proses yang mengutamakan persaingan yang
menguntungkan. Mereka memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dengan
sebenarnya pada isu lingkungan ini, tetapi mereka memilih untuk tidak melakukannya
disebabkan mereka dapat mencari keuntungan dengan mengutamakan permasalahan
lain selain isu lingkungan. Shaded green pada prinsipnya mempromosikan secara
langsung kelebihan yang dapat dihitung berkaitan dengan produk mereka melalui
saluran yang utama. Keuntungan akan produk/jasa yang ramah lingkungan hanya
mereka promosikan sebagai faktor pendukung saja.
4. Extreme Green. Filosofi dan nilai yang menyeluruh membentuk perusahaan dalam tipe
ini. Isu tentang produk yang ramah lingkungan diintegrasikan secara penuh ke dalam
bisnis dan proses siklus daur ulang produk perusahaan ini. Seringkali permasalahan
produk ramah lingkungan menjadi tujuan yang mengarahkan perusahaan dari hari ke
hari. Praktik yang terjadi tersebut mencakup pendekatan penentuan harga, pengelolaan
lingkungan yang berbasis pada TQM dan tentang pengelolaan untuk masalah
lingkungan (Hamidi, 2019)

D. Peraturan Terkait Green Accounting/Environmental Accounting


Terdapat beberapa peraturan pemerintah terkait pengelolaan lingkungan hidup yang
mewajibkan setiap pemilik usaha atau badan maupun perseroan untuk dapat memenuhi
tanggung jawabnya atas lahan dan lingkungan yang digunakan dalam menjalankan operasi
perusahaan.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau berkegiatan untuk menjaga,
mengelola, dan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup.
Akibat hukum juga telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 yang berisi tentang Penanaman Modal. Dalam
UU ini diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan usaha atau perorangan
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban
tersebut dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan
kegiatan dan/atau fasilitas penanaman modal.
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menjelaskan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin

8
menurun telah mengancam kelangsungan perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainnya
sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-
sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan.
Dengan peraturan undang-undang tersebut menimbulkan kesukarelaan dari
perusahaan dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan karena kepedulian yang timbul
akan keberlangsungan hidup makhluk hidup dan perusahan itu sendiri.

E. Pengelompokan Biaya dan Tahap-tahap Perlakuan Alokasi Biaya Green


Accounting/Environmental Accounting
a. Biaya Dalam Penerapan Green Accounting/Environmental Accounting
Terdapat beberapa biaya yangmenjadi indikator dalam penerapan green
Accounting, diantaranya yaitu;
1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost), yaitu biaya yang
timbul dari aktivitas untuk mencegah kotoran dan limbah produksi merusak
lingkungan. Contoh: biaya mendesain proses/produk yang dapat meminimalkan
atau menghilangkan polusi, biaya studi dampak lingkungan dan sebagainya.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost), yaitu biaya yang timbul
dari aktivitas untuk menjadikan produk, proses, dan aktivitas lain dalam perusahaan
memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan. Contoh: biaya audit aktivitas
lingkungan, biaya melakukan uji, polusi dan sebagainya.
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure cost), yaitu
biaya yang timbul dari aktivitas yang dilakukan karena kotoran dan limbah telah
dihasilkan namun belum dibuang ke lingkungan sekitar perusahaan. Contohnya:
biaya pengolahan dan pembuangan limbah berbahaya, biaya daur ulang sisa bahan
dan sebagainya.
4. Biaya kegagalan lingkungan, yaitu biaya yang timbul setelah kotoran dan limbah
dibuang ke lingkungan sekitar perusahaan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu:
 Biaya kegagalan eksternal yang terealisasi, yaitu biaya yang ditanggung dan
dibayar oleh perusahaan. Contoh: biaya konservasi lahan yang rusak, biaya
pembersihan lingkungan yang tercemar dan sebagainya.
 Biaya kegagalan eksternal yang tidak terealisasi, yaitu biaya yang
ditanggung dan dibayar oleh pihak lain di luar perusahaan dan tidak termasuk
dalam kelompok biaya lingkungan yang harus diakui atau dibebankan ke
perusahaan walupun timbulnya biaya tersebut disebabkan oleh perusahaan,
biasanya secara tidak langsung. Biaya ini disebut juga biaya sosial. Contoh:
biaya pengobatan warga yang sakit akibat terkena polusi akibat aktivitas

9
perusahaan, biaya kehilangan lingkungan yang sehat dan sebagainya
(Kartyaningsih Bela et al., 2023).
Selain itu, dalam akuntansi lingkungan terdapat komponen pembiayaan yang
harus dihitung, misalnya:
1. Biaya operasionalisasi bisnis , yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas
lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau pembayaran (fee)
kontrak untuk menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja
untuk menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk
pengelolaan limbah (recycling).
2. Biaya daur ulang yang dijual
3. Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang), yang terdiri dari biaya total untuk
material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk pengembangan material yang
ramah lingkungan, produk dan fasilitas pabrik
b. Tahap-tahap Perlakuan Alokasi Biaya Green Accounting/Environmental
Accounting
1. Identifikasi
Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk pengelolaan
biaya penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan
operasional perusahaan adalah dengan mengidentifikasi dampak-dampak negatif.
Sebagai contoh misalnya sebuah pabrik kelapa sawit yang diperkirakan akan
menghasilkan limbah berbahaya dalam proses pengelolaan bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi sehingga perlunya penanganan khusus, dengan cara
mengidentifikasikan limbah yang mungkin ditimbulkan antara lain: limbah padat
dan limbah cair yang berasal dari kegiatan tersebut.
2. Pengakuan
Elemen-elemen yang telah di identifikasi selanjutnya diakui sebagai akun
dan disebut sebagai biaya. Biayabiaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk
menceghah lingkungan dari pencemaran dapat diakui sebagai beban dalam laporan
laba rugi.
3. Pengukuran
Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang akan
dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya yang telah di
keluarkan pada periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh jumlah dan nilai yang

10
tepat sesuai dengan kebutuhan ril setiap periode. Pengukuran yang dilakukan untuk
menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi
perusahaan yang bersagkutan sebab masing-masing perusahaan memiliki standar
pengukuran jumlah dan nilai yang berbeda-beda.
4. Penyajian PSAK No.1 tahun 2015
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan
tersebut dapat tercapai, PSAK mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi
tertentu padahal pengungkapan informasi tersebut digunakan untuk menyajikan
laporan keuangan secara wajar. Dalam hal tersebut, perusahaan harus memberikan
tambahan pengungkapan informasi yang relevan sehingga laporan keuangan dapat
disajikan secara wajar.
5. Pengungkapan
Mengungkapkan pada umumnya akuntan akan mencatat biaya-biaya
tambahan. Biaya lingkungan dalam akuntansi konvensional sebagai biaya overhead
yang berarti belum dilakukan spesialisasi akun untuk biaya lingkungan.

F. Dampak dari penerapan Green Accounting/Environmental Accounting dalam jangka


panjang bagi perusahaan, stakeholder, dan lingkungan secara luas
a. Bagi Perusahaan
1. Efisiensi Operasional, dengan memahami dampak lingkungan dari operasinya,
perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya, mengurangi limbah, dan mengoptimalkan proses
produksi. Ini dapat menghasilkan penghematan biaya jangka panjang.
2. Inovasi Produk dan Layanan, melalui pemahaman yang lebih baik tentang
dampak lingkungan dari produk dan layanan mereka, perusahaan dapat mendorong
inovasi untuk mengembangkan solusi yang lebih ramah lingkungan, menciptakan
diferensiasi kompetitif, dan memenuhi permintaan pasar yang semakin peduli
terhadap lingkungan.
3. Reputasi dan Citra, perusahaan yang menerapkan praktik yang bertanggung jawab
secara lingkungan cenderung mendapatkan reputasi yang lebih baik di mata
konsumen, investor, dan masyarakat umum. Hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan pelanggan, menarik investor yang berorientasi pada keberlanjutan, dan
mengurangi risiko reputasi.
4. Kepatuhan Regulasi, dengan memantau dan melaporkan dampak lingkungan
mereka secara akurat, perusahaan dapat memastikan kepatuhan terhadap peraturan

11
lingkungan yang diberlakukan oleh pemerintah, mengurangi risiko hukum dan
denda.
b. Bagi Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
1. Informasi yang Lebih Baik, stakeholder seperti investor, konsumen, dan
masyarakat umum akan mendapatkan akses ke informasi yang lebih transparan
tentang dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan. Ini memungkinkan mereka
untuk membuat keputusan yang lebih baik yang memperhitungkan faktor-faktor
lingkungan.
2. Partisipasi yang Meningkat, dengan memperjelas dampak lingkungan perusahaan,
stakeholder dapat lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan perusahaan
terkait keberlanjutan, memberikan umpan balik, dan mendorong perusahaan untuk
mengadopsi praktik yang lebih bertanggung jawab secara lingkungan.
c. Bagi Lingkungan Secara Luas
1. Pengurangan Dampak Negatif, melalui pemantauan dan pengelolaan yang lebih
baik terhadap dampak lingkungan, penerapan Green Accounting dapat membantu
mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah, serta kerusakan ekosistem.
2. Pemulihan Ekosistem, dengan memahami dampaknya pada ekosistem, perusahaan
dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang
telah terjadi dan mendukung pemulihan ekosistem yang terganggu.
3. Konservasi Sumber Daya, penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien dan
pengelolaan limbah yang lebih baik dapat membantu dalam konservasi sumber daya
alam yang terbatas.

G. Penerapan Green Accounting/Environmental Accounting di PTPN III Kebun


Rambutan dan Kebun Gunung Para
Adapun salah satu Perusahan yang menerapkan Green Accounting/Environmental
Accounting adalah PTPN III Kebun Rambutan dan Kebun Gurung Para. PTPN III tersebut
merupakan unit kebun yang memproduksi sawit dan karet, dalam melaporkan biayanya
untuk pengelolaan limbah dan pengendalian lingkungan diakui dalam pos biaya umum
kebun. Setelah melakukan penelitian berdasarkan bukti-bukti yang ada terkait terkait
pengelolaan lingkungan maka dalam hal pengelolaan lingkungan hidup PKS Rambutan dan
PPK Gunung Para dalam mengelola limbahnya sudah sesuai dengan AMDAL dan sudah
mengacu pada UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, juga mengacu pada PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
KEPMENLH No. KEP51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kesehatan Industri, walaupun masih terdapat pencemaran lingkungan yang merugikan

12
masyarakat dan lingkungan sekitar, PKS Rambutan dan PPK Gunung Para sudah memenuhi
tanggung jawab dengan memberikan biaya ganti rugi yang disebut dengan biaya sosial.
Kemudian terkait dengan biaya-biaya lingkungan yang terdapat pada PKS Rambutan dan
PPK Gunung Para, dapat diketahui bahwa PKS Rambutan dan PPK Gunung Para sudah
mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan dengan kegiatan lingkungannya. Tetapi
biaya-biaya tersebut belum diidentifikasi secara khusus oleh masingmasing pabrik.
a. Mengakui Biaya Lingkungan Setiap awal periode
Masing-masing unit menerima rencana biaya yang telah ditetapkan untuk
periode satu tahun berdasarkan rata-rata realisasi anggaran periode sebelumnya. Akan
tetapi, pada dasarnya kas tersebut masih berbentuk alokasi anggaran (rencana biaya)
yang masih belum dapat disebut sebagai biaya, karena pembiayaan untuk pengedalian
lingkungan/limbah tersebut dilakukan setiap bulan dan pada akhir periode akuntansi
akan dijumlahkan untuk dilaporkan pada laporan keuangan.
b. Mengukur Biaya Lingkungan PKS Rambutan dan PPK Gunung Para
Dalam mengukur biaya pengendalian lingkungan/limbah menggunakan satuan
moneter sebesar biaya yang dikeluarkan. Biaya tersebut diambil dari rata-rata realisasi
periode sebelumnya atau sering disebut dengan metode historical cost. Pengukuran
biaya pengendalian lingkungan/limbah dilakukan dengan menentukan besarnya jumlah
rupiah yang akan dialokasikan pada suatu pos terkait dengan masing-masing jenis
pengendalian lingkungan yang dilakukan agar dapat diketahui seberapa besar jumlah
yang akan dikurangkan dari rencana biaya dalam setiap awal periode. Walaupun belum
ada peraturan yang mengatur pengukuran biaya lingkungan terkait pengelolaan limbah,
perusahaan dapat menggunakan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Pencatatan
Pencatatan yang dilakukan oleh PKS Rambutan dan PPK Gunung Para
menggunakan metode accrual basic, dimana biaya yang diakui dan dicatat jika suatu
kegiatan atau transaksi terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan tanpa
memperhatikan kas diterima maupun kas dikeluarkan. Keunggulan dari metode ini
adalah beban diakui saat terjadi transaksi sehingga informasi yang diberikan lebih
handal dan terpercaya walaupun kas belum dikeluarkan atau diterima. Metode ini
banyak digunakan perusahaan-perusahaan besar dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan menggunakan metode akrual ini.
d. Mengungkapkan Biaya Lingkungan Sehubungan dengan biaya lingkungan
Dalam hal pengolahan limbah masuk ke dalam perhitungan beban di luar beban
pokok produksi, PKS Rambutan dan PPK Gunung Para tidak mengungkapkan dalam

13
Catatan Atas Laporan Keuangan tentang kebijakan akuntansi yang diambil dan
diterapkan oleh pabrik yang berkaitan dengan masalah pembebanan biaya limbah ke
biaya umum kebun dan masuk ke dalam beban di luar beban pokok produksi. Masing-
masing pabrik hanya membuat evaluasi terhadap anggaran jika terjadi kenaikan atau
melebihi anggaran yang ditentukan, dan untuk Catatan Atas Laporan keuangan dibuat
oleh kantor Pusat. Namun, kantor pusat tidak membuat Catatan Atas Laporan Keuangan
mengenai biaya lingkungan ini. Kantor Pusat hanya menjelaskan Pengendalian
Lingkungan/limbah yang dilakukan perusahaan di Laporan Tahunan Tahun Buku tanpa
memuat biaya-biaya yang terkait. Ditinjau dari pemberian informasi akuntansi, maka
pengungkapan informasi lingkungan adalah untuk mengkomunikasikan antara seluruh
transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan dengan pemakainya untuk
pertimbangan ekonomis dan keputusan investasi yang rasional. Informasi yang
disampaikan di Catatan Atas Laporan Keuangan sudah dapat menggambarkan secara
relevan, dan dapat diandalkan, karena informasi yang ada sudah mencakup masalah
kuantitatif atas biaya yang telah dan akan dikeluarkan sehubungan dengan
environmental expenditure maupun informasi kualitatif tentang kerusakan lingkungan
yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, informasi yang dibuat oleh
perusahaan dapat mencerminkan aktivitas perusahaan yang menyeluruh tentang usaha
pengelolaan lingkungan hidup. Dan dari pengungkapan tersebut dapat memberikan
kepuasan bagi stakeholder karena dapat mempertimbangkan keputusan investasi yang
akan dilakukan serta lebih cepat untuk mengetahui permasalahan yang timbul selama
periode tertentu. PKS Rambutan dan PPK Gunung Para sebaiknya mengungkapkan
kebijakan tersebut dalam Catatan Atas Laporan Keuangan mengenai dimasukkannya
biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan untuk mengkomunikasikan seluruh
transaksi yang terjadi dalam perusahaan untuk mengungkapkan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang sudah dilakukan dan yang sedang berjalan sehingga dapat
menjadi nilai tambah bagi perusahaan (Nurafika, 2019)

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Green Accounting merupakan sebuah konsep yang memadukan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan dan konservasi ke dalam praktik pelaporan akuntansi. Tujuan dari
Green Accounting adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan
sumber daya perusahaan, sehingga dapat menjaga keseimbangan antara perkembangan
bisnis dan fungsi lingkungan serta memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. Dalam
penerapan Green Accounting, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai aspek seperti
penghematan lahan, bahan, dan energi. Peraturan terkait Green Accounting juga perlu
diperhatikan agar pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan keuangan perusahaan
dapat dilakukan secara transparan dan akurat. Selain itu, penerapan Green Accounting juga
dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi perusahaan, stakeholder, dan
lingkungan secara luas.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk perusahaan-perusahaan terkait Green
Accounting/Environmental Accounting. Pertama, perusahaan-perusahaan diharapkan untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya Green Accounting dalam
menjaga lingkungan dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat. Kedua,
perusahaan perlu mengintegrasikan Green Accounting ke dalam sistem akuntansi mereka
dan melakukan pengukuran yang akurat terhadap biaya dan manfaat lingkungan. Ketiga,
perusahaan juga perlu mematuhi peraturan terkait Green Accounting yang berlaku dan
melakukan pengungkapan informasi lingkungan secara transparan dalam laporan keuangan
mereka. Keempat, pemerintah dan lembaga terkait perlu mendorong adopsi Green
Accounting melalui kebijakan dan insentif yang mempromosikan praktik akuntansi yang
ramah lingkungan. Dengan mengimplementasikan saran-saran ini, diharapkan Green
Accounting dapat menjadi bagian integral dalam praktik bisnis yang berkelanjutan dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustia, D. (2010). Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi Pengambilan
Keputusan Yang Berkaitan Dengan Pengelolaan Lingkungan. AKRUAL: Jurnal Akuntansi,
1(2), 190–214. https://doi.org/10.26740/jaj.v1n2.p190-214

Hamidi. (2019). ANALISIS PENERAPAN GREEN ACCOUNTING TERHADAP KINERJA


KEUANGAN PERUSAHAAN. International Encyclopedia of Environmental Politics,
6(2), 238–239. https://doi.org/10.4324/9781315561103-15

Islamey, F. E. (2016). Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terhadap Pengelolaan Limbah Pada


Rumah Sakit Paru Jember. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember,
1(1), 1–20. www.unmuhjember.ac.id

Kartyaningsih Bela, R., Said, D., & Rasyid, S. (2023). Green Accounting: Reality And
Disclosure (Studies In The Forestry Industry In South Papua). Management Studies and
Entrepreneurship Journal, 4(3), 3198–3205. http://journal.yrpipku.com/index.php/msej

Loen, M. (2018). Penerapan Green Accounting Dan Material Flow Cost Accounting
(Mfca)Terhadap Sustainable Development. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis
Krisnadwipayana, 5(1), 1–14. https://doi.org/10.35137/jabk.v5i1.182

Nurafika, P. (2019). Analisis Penerapan Green Accounting di PTPN III Kebun Rambutan dan
Kebun Gunung Para. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Kontemporer, 2(1), 69–80.

Ria, R., & Deviarti, H. (2012). Evaluasi Pengungkapan Akuntansi Lingkungandalam Perspektif
PT Timah (Persero) Tbk. Binus Business Review, 3(2), 1010.
https://doi.org/10.21512/bbr.v3i2.1371

16

Anda mungkin juga menyukai