Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TOPIK KHUSUS AKUNTANSI KEUANGAN

ENVIRONMENTAL ACCOUNTING : VALUATION RELEVANCE OF


ENVIRONMENTAL PERFOMANCE

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Topik Khusus Akuntansi Keuangan yang diampu oleh

DR. Ira Novianty S.E.,Msi, Ak,CA, CAAT

Disusun Oleh :

Nadila Maharani 5211181007

Alifa Nur Annisa 5211181022

Andira Robianto 5211181040

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan pada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Penulis
dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik
Khusus Akuntansi Keuangan.

Penulis berterima kasih kepada Ibu DR. Ira Novianty S.E.,MSi, Ak,CA, CAAT selaku dosen
mata kuliah Topik Khusus Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta menambah
pengetahuan kita tentang ENVIRONMENTAL ACCOUNTING : VALUATION RELEVANCE
OF ENVIRONMENTAL PERFOMANCE.

Demikianlah kata pengantar dari Penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan dapat
dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata di dalam makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cimahi, 13 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 3

1.4 Metode Penulisan .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

2.1 Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Makassar ..................................................................................................................................... 4

2.2 Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Perusahaan ................... 7

2.3 Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan Daerah Wisata Gunung
Ijen Kabupaten Banyuwangi ..................................................................................................... 13

2.4 Model Penerapan Akuntansi Lingkungan Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Perusahaan di
Era Green Tourism Accounting ................................................................................................ 15

2.5 Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Badan Usaha Milik Desa Untuk Mewujudkan
Green Accounting ..................................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 24

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 24

3.2 Saran ................................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep akuntansi lingkungan (green accounting) sebenarnya sudah mulai berkembang


sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan dari lembaga-lembaga bukan pemerintah dan
meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan
bukan hanya sekedar berkegiatan industry demi bisnis saja, tetapi juga menerapkan
pengelolaan lingkungan. Secara singkat, green accounting dapat memberikan informasi
mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun
negatif terhadap kualitas hidup dan lingkungannya (Komar, 2004). Di Indonesia kesadaran
perusahaan dalam penerapan green accounting ini masih rendah, karena jika dilihat secara
umum penerapannya bagaikan 2 sisi mata uang, di satu sisi penerapannya akan mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan namun disisi lain seolah-olah akan menimbulkan potensi
peningkatan biaya melalui biaya lingkungan. Padahal jika ditelaah lebih dalam lagi, untuk
jangka waktu panjang penerapan green accounting akan sangat menguntungkan bagi semua
pihak, baik itu perusahaan, konsumen maupun stakeholder lain seperti investor dan
masyarakat. Pengorbanan yang dilakukan perusahaan dalam mengeluarkan biaya untuk
lingkungan dapat mengurangi potensi pengeluaran di masa yang akan datang seperti biaya
akibat tuntutan masyarakat atas perusakan lingkungan oleh perusahaan, sanksi dari pemerintah
dan lain sebagainya.
Dengan penerapan akuntansi lingkungan (Green Accounting) perusahaan dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi di perusahaannya. Selain itu, perhitungan harga pokok
produk menjadi lebih realistis karena pembebanan biaya lingkungan pada setiap produk dapat
dihitung dengan tepat. Kebutuhan terhadap akuntansi lingkungan tidak muncul dari pihak
internal saja, pihak luar atau eksternal perusahaan yang berasal dari pengguna laporan tahunan
juga membutuhkan informasi sosial dan lingkungan seperti kepedulian perusahaan terhadap
masalah lingkungan dan kontribusi perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Kinerja
lingkungan perusahaan dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam melestarikan lingkungan.

1
2

Di Indonesia sendiri, Kementrian Lingkungan Hidup membuat Program Penilai Peringkat


Kinerja Perusahaan (PROPER) yakni salah satu upaya untuk mendorong penataan perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi, yang diarahkan untuk
mendorong perusahaan agar mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku melalui
kontribusi yang dilakukan serta mendorong perusahaan yang sudah
baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production).
Peringkat dalam PROPER itu sendiri ada 5 yaitu emas, hijau, biru, merah dan peringkat
terendah yaitu hitam. Perusahaan yang mengikuti PROPER terdiri dari beberapa sektor, mulai
dari perusahaan manufaktur, industri jasa dan penghasil bahan baku atau pengelola sumber
daya alam. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI ) dan menjadi peserta
PROPER lebih banyak yang berasal dari perusahaan manufaktur, karena perusahaan
manufaktur lebih sensitive terhadap setiap kejadian yang terjadi dalam perusahaan, baik dari
internal maupun eksternal perusahaan. Umumnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan-perusahaan besar. Investor pada umumnya lebih
tertarik pada perusahaan manufaktur karena menjanjikan laba yang lebih besar. Disamping itu
perusahaan manufaktur juga menghasilkan limbah akibat proses produksi yang berpengaruh
terhadap lingkungan dan masyarakat disekitar lokasi industri. Tidak hanya itu, perusahaan
sektor pertambangan yang dalam proses produksinya meliputi kegiatan eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan pemurnian dan pengangkutan mineral atau tambang yang mana juga rawan
terhadap pengrusakan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Akuntansi Lingkungan di RSUD Makassar


2. Bagaimana Akuntansi Lingkungan terhadap kinerja perushaan?
3. Bagaimana penerapan Akuntansi Lingkungan sebagai strategi pengelolaan daerah wisata?
4. Bagaimana penerapan Akuntansi Lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab perushaan
di era Green Tourism Accounting?
5. Bagaimana penerapan Akuntansi Lingkungan ini pada BUMD ?
3

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Akuntansi Lingkungan di RSUD Makassar


2. Untuk Mengetahui pengaruh Akuntansi Lingkungan terhadap kinerja perushaan
3. Untuk mengetahui penerapan Akuntansi Lingkungan sebagai strategi pengelolaan daerah
wisata
4. Untuk mengetahui penerapan Akuntansi Lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab
perushaan di era Green Tourism Accounting.
5. Untuk mengetahui penerapan Akuntansi Lingkungan dalam BUMD

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang diguanakn untuk menyusun makalah ini adalah mencari artikel
maupun jurnal di internet mengenai masalah makalah ini
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Makassar

Pada perkembangannya, akuntansi kini tidak hanya sebagai suatu teknik pemrosesan data
saja, akan tetapi akuntansi juga sebagai alat penyajian, pengukuran, pengklasifikasian dari bentuk
pertanggungjawaban pihak perusahaan terhadap lingkungan untuk menghasilkan informasi yang
bersifat nyata dan relevan bagi pihak yang bersangkutan.

Adapun alasan yang melandasi sebuah organisasi dan akuntan harus peduli terhadap
lingkungan yaitu, banyaknya stakeholder perusahaan baik dari sisi internal maupun eksternal
menunjukkan kepentingannya terhadap kinerja lingkungan dari sebuah organisasi (Ikhsan,2009:3).
Akuntansi lingkungan adalah suatu ilmu akuntansi yang menunjukkan biaya riil atas input dan
proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya, selain itu juga dapat digunakan untuk
mengukur biaya kualitas dan jasa. Tujuan utamanya adalah dipatuhinya perundangan perlindungan
lingkungan untuk menemukan efisiensi untuk mengurangi dampak lingkungan.

Akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan


atau organisasi lainnya yang mengambil manfaat dari lingkungan. Manfaat yang diambil ternyata
telah berdampak pada maju dan berkembangnya bisnis perusahaan. Oleh karena itu penting bagi
perusahaan-perusahaan atau organisasi innya agar dapat meningkatkan usaha dalam
mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan (Ikhsan, 2009:11).

Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar adalah salah satu rumah sakit yang
mempunyai tempat untuk pengelolahan limbahnya sendiri. Rumah Sakit milik pemerintah
Sulawesi Selatan ini tampaknya sudah menerapkan pengelolahan limbahanya sendiri. Dengan
adanya proses pengelolahan limbah tersebut tentunya akan menghasilkan biaya-biaya yang
nantinya akan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit untuk mengelola limbah tersebut.

4
5

Permasalahannya adalah apakah Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar sudah
menyesuaikan antara SAP No.1 Tahun 2010 Tentang Penyajian Laporan Keuangan dengan proses
Pengidentifikasian, Pengakuan, Pengukuran, Pencatatan,Penyajian dan Pengungkapan Biaya
Lingkungannya.

A. Metode Penelitian
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu
peneliti mendeskripsikan hasil temuannya yang berasal dari data data yang terkumpul
melalui proses observasi di subyek penelitian yang kemudian akan diperbandingkan
dengan metode penerapan akuntansi lingkungan secara teori yang selama ini berkembang
dikalangan akademik.
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca,
mencari dan mempelajari data-data serta informasi dari berbagai media seperti artikel,
buku, materi kuliah dan media elektronik seperti internet. Penelitian ini mencari bahan-
bahan dan data mengenai pembahasan yang terkait yaitu biaya lingkungan serta
pertanggngjawaban sosial perusahaan. Penulis melakukan penelitian langsung ke
perusahaan dengan cara pengamatan langsung, dan data arsip.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tahap tahap pelaporan akuntansi memiliki kaitan yang erat terhadap perjalanan
sebuah rekening untuk diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Akuntansi
lingkungan sebagai metode untuk mengungkap dan menyajikan perlakuan biaya yang
berhubungan dengan pengelolaan lingkungan memerlukan tahap tahap yang runtut dan
rinci dengan tetap mengacu pada standar akuntansi maupun pernyataan akuntansi yang
berlaku umum. Tahap-tahap akuntansi ini meliputi: Identifikasi, Pengakuan, Penyajian ,
Pengungkapan, pencatatan dan Pelaporan. Analisis yang akan dilakukan berikut ini akan
memperbandingkan kembali tahap tahap yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Umum
Daerah Daya Makassar dengan prinsip yang berlaku secara umum.
1. Pengidentifikasian
Identifikasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar
dalam melakukan tahapan-tahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan
limbah diperlakukan sebagai biaya umum. Biaya umum artinya biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang tidak diperlakukan
6

secara khusus dalam rekening laporan keuangan. Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Makassar mengidentifikasikan semua kegiatan medis dan non medis memiliki potensi
menimbulkan pengaruh lingkungan. Secara teori, Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Makassar telah melakukan tahapan pertama ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya
untuk pengelolaan lingkungannya.
2. Pengakuan
Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar melakukan pengakuannya
menggunakan Akrual basis. Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar sudah
melakukan pengakuan seperti apa yang ada di PSAP No.1 Tahun 2010 dan menerapkan
akuntansi berbasis akrual dipemerintahan.
3. Pengukuran
Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar dalam mengukur nilai dan jumlah
biaya yang diakluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi
anggaran periode sebelumnya. Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar
mengasumsikan bahwa realisasi anggaran periode yang lalu merupakan pelajaran
pengalaman yang valid untuk dijadikan sebagai acuan dalam menentuka nilai dan
jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan dalam satu periode
tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar.
4. Pencatatan
Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar tersebut menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah Daya Makassar sudah melakukan pencatata atas terjadinya
pengelolahan limbah mereka sehingga dapat dikatakan bahwa Rumah Sakit Umum
Daerah Daya Makassar sudah melakukan pencatatan atas transaksi atau kegiatan
mereka tentang kegiatan pengelolahan limbahnya.
5. Penyajian
Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar melakukan penyajian alokasi biaya
lingkungan tersebut secara bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun.
Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening biaya
administrasi dan umum. Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar menyajikan biaya
lingkungannya dalam kelompok biaya administasi dan umum rumah sakit didalam sub
7

unit yang serumpun.Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar belum melaporkan
dan menyajikan biaya lingkungan dalam laporan secara khusus.
6. Pengungkapan
Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar dalam biaya lingkungan merupakan
jenis pengungkapan sukarela. Pengungkapan akuntansi lingkungan merupakan
pengungkapan informasi data akuntansi lingkungan dari sudut pandang fungsi internal
akuntansi itu sendiri, yaitu laporan akuntansi lingkungan. Penyajian dalam laporan
keuangan.

2.2 Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Perusahaan

Aktivitas manusia diakui sebagai pendorong utama dalam perubahan lingkungan global
(Russell, Milne, & Dey, 2017). Adapun menurut pendapat lain mengatakan bahwa akuntansi dan
pelaporan lingkungannya sangat penting, akuntansi lingkungan perlu bekerja sebagai alat untuk
mengukur efisiensi ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan dan efisiensi lingkungan dari
kegiatan bisnis perusahaan secara keseluruhan. Dampak lingkungan yang merugikan dari
pembangunan ekonomi telah menjadi masalah perhatian publik yang besar di seluruh dunia.
Tampaknya perhatian yang lebih besar ini dapat menyebabkan peningkatan biaya dan karenanya
dapat menurunkan laba (Magara et al., 2015). Selain itu, akuntansi juga memiliki dampak positif
seperti meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengembangan sistem penetapan biaya
lingkungan yang telah diartikulasikan dengan baik untuk menjamin atmosfer perusahaan bebas
konflik yang dibutuhkan oleh manajer dan pekerja untuk produktivitas maksimum (Cna et al.,
2013).

Ditemukan pula dampak negatif dari adanya aktivitas manusia terhadap lingkungan seperti
adanya dampak global (perubahan iklim, penipisan ozon, pencemaran laut dan sungai, dan spoliasi
hutan), regional (hasil dari kecelakaan industri, polusi air, dan polusi udara), serta juga dampak
lokal yang mengakibatkan dampak besar bagi sosial dan juga lingkungan, namun
ketidakseimbangan lokal ini bisa diatasi dengan benar dan diakui oleh otoritas, dapat dibatasi,
dianalisis, dan dihilangkan dengan keputusan menyatu dengan kebijakan lingkungan (Dascalu et
al., 2010).
8

Namun, dalam jurnal lain juga disampaikan bahwa jika dilihat dari perspektif akuntansi
sosial dan kinerja lingkungan, konsep laba konvensional menunjukkan bias dalam pengukuran
kinerja (Iqbal et al., 2013). Selain itu, (Mcnellis, 2013) menyampaikan bahwa kerusakan kinerja
yang sering menyerupai presisi menjadi berkurang. Seperti kurangnya skeptisisme catatan klien,
kurang konservatisme, dan ketergantungan yang lebih besar pada pekerjaan sebelumnya tentu ini
menjadi perhatian besar terkait dengan profesionalisme dalam bekerja. Sehingga, dengan
fenomena tersebut peneliti merasa terkait untuk melakukan penelitian dan mengkaji dampak
kinerja yang ditimbulkan oleh akuntansi lingkungan.

Kesadaran atau kemampuan untuk bertindak secara menyeluruh dan tepat merupakan salah
satu dari lima besar peningkatan kinerja yang paling luas dan dapat dianggap sebagai ciri-ciri
kepribadian. Selain itu, disposisi yang telah terbukti mengurangi efek kelelahan kerja dan
penarikan niat dalam lingkungan akuntansi adalah sifat tahan banting. Hal tersebut terbukti pada
individu yang memiliki kemampuan bawaan untuk memahami dan mengelola situasi di bawah
tekanan. Selain itu, konstruksi hati nurani dan ketangguhan memiliki relevansi yang substansial
dalam perjanjian dengan kinerja tugas efektif akurat terhadap penyelesaian (yaitu tingkat
efektivitas dan keakuratan dalam menyelesaikan tugas) dalam lingkungan akuntansi, namun
pemeriksaan sifat-sifat bersama ini adalah jalan yang relatif tidak ada dari literatur akuntansi
terbaru. Dengan demikian, studi saat ini memperluas penyelidikan sifat tahan banting dalam
akuntansi lingkungan dengan mempertimbangkan pengaruhnya, ketika disandingkan dengan hati
nurani, pada kinerja tugas akuntansi. Dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa studi
mengedepankan kesadaran sebagai prediktor positif yang konsisten dari kinerja, beberapa studi
mendokumentasikan hubungan negatif antara kesadaran dan kinerja. Dengan menyoroti
peningkatan kinerja tugas dan deteksi kesalahan, yang berimplikasi pada investigasi penipuan dan
risiko, hasilnya memberikan bukti lebih lanjut tentang kesesuaian dari kepribadian yang kuat
dalam mengelola stressor situasional akuntansi publik (Mcnellis, 2013).

A. Metode Penelitian
Dalam makalah ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka. Studi kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
9

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitiannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pendekataan content analysis
(kajian isi), penelitian ini bersifat pembahasan yang mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian
kualitatif. Content analysis (kajian isi) secara umum diartikan sebagai metode yang
meliputi semua analisis mengenai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan
untuk mendeskripsikan pendekatan analisis khusus.
Selain itu metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis. Di mana metode ini berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran
terkait obyek dari macam-macam dampak yang ditimbulkan dari akuntansi lingkungan.
Penelitian ini dibuat dengan mengkaji kembali data yang bersumber dari data
sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti
dari subjek penelitiannya. Dalam studi ini data sekundernya adalah artikel internasional
yang mendukung penulis untuk melengkapi isi serta interpretasi jurnal dari sumber data
primer. Dalam hal ini, sumber data sekunder berupa tulisantulisan yang sudah mencoba
membahas mengenai beberapa pemikiran tentang pengaruh implementasi akuntansi
lingkungan terhadap kinerja perusahaan dan literatur-literatur yang relevan dengan
penilitian ini.
Pencarian data diawali dengan masuk ke Google, dengan penulisan kata kunci
“akuntansi lingkungan” sehingga didapatkan 15.400.000 artikel terkait. Kemudian artikel
tersebut dipersempit dengan kata kunci jurnal internasional dan menghasilkan 939.000
artikel. Setelah itu hasil tersebut disempitkan kembali dengan tema artikel terkait yang akan
kita ambil seputar macam-macam dampak yang disebabkan oleh akuntansi lingkungan
sehingga mendapatkan hasil 341.000 artikel. Belum selesai sampai disitu, kami membatasi
artikel tersebut dengan tahun terbit dari setiap jurnal dengan batasan tahun 2009 sampai
2019 dengan mendapatkan hasil 22.300 artikel. Setelah hasil tersebut didapat, selanjutnya
diuji pada website beallisist.weebly.com (n.d.) untuk mendapatkan data jurnal
internasional yang bereputasi, melalui pengujian tersebut didapatkan hasil 54 artikel
bereputasi. Kemudian pada langkah akhir diambil beberapa sampel artikel yang cocok dan
sesuai dengan tema yang dikaji, sehingga didapatkan dan diambil 30 artikel untuk diteliti.
10

Dari ke 30 artikel yang kami dapatkan, semua bersumber dari beberapa jurnal internasional
seperti: Emerald, Elsevier, Scopus, Taylor and Francis, dan Scientific Research.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan terdapat beberapa faktor akuntansi
lingkungan yang berdampak terhadap kinerja perusahaaan baik itu dampak positif ataupun
negatif. Seperti pada sumber berikut dikatakan bahwa langkah-langkah kekerasan memiliki
korelasi positif dan signifikan dengan kepuasan tugas, namun sebaliknya hubungan antara
hati nurani dan kepuasan tidak signifikan. Korelasi ini memberikan bukti perbedaan antara
kedua sifat kepribadian serta aktivasi sifat tahan banting pada tugas rekonsiliasi bank.
Dengan demikian, hasilnya konsisten dengan anggapan bahwa subjek yang kuat mampu
menemukan yang lebih dalam tingkat kepentingan dalam kegiatan rekonsiliasi (Mcnellis,
2013). Dalam bidang lain, akuntansi lingkungan menjadi standar pelaporan terintegritas
yang ditargetkan untuk organisasi di semua ukuran di Indonesia berbagai sektor, swasta,
pemerintahan, dan nonpemerintahan. Melalui penelitian akademik transdisipliner yaitu inti
dari lingkungan yang bergerak dari akuntabilitas kinerja menuju kelestarian lingkungan,
menghasilkan kesimpulan bahwa strategi untuk peneliti masa depan dalam kinerja
lingkungan akuntansi banyak dan beragam (Burritt, 2012).
Akuntansi lingkungan ini juga memiliki dampak dalam peningkatan kuantitas
informasi dalam SBSC lima perspektif (keuangan, pelanggan, proses, belajar, dan
masyarakat) yang dapat meningkatkan peluang informasi, kelebihan daripada SBSC empat
perspektif (keuangan, pelanggan, proses, dan belajar), dengan menambahkan yang kelima
perspektif scorecard ini dapat dianggap sebagai tingkat kesulitan tugas yang lebih tinggi,
dan peningkatan kesulitan mungkin cukup untuk mengurangi peningkatan kinerja.
(Alewine & Stone, 2011).
Dari sumber lainnya ditemukan juga bahwa akuntansi lingkungan manajerial
menyediakan cara komprehensif untuk menggabungkan pertimbangan lingkungan ke
dalam pengambilan keputusan bisnis. Dimasukkannya internal biaya lingkungan dalam
accounting-nya akan membantu perusahaan dalam bekerja untuk memaksimalkannya
profitabilitas saat ini. Perusahaan selanjutnya dapat dibimbing dalam memaksimalkan
keuntungan jangka panjangnya dengan memperhitungkan biaya lingkungan eksternal,
terutama sejauh mungkin diperlukan untuk menginternalisasi biayabiaya ini di masa depan.
11

Adopsi metode ini dapat membantu organisasi dalam posisi kompetitif yang lebih kuat
dalam kaitannya dengan perusahaan tertentu (Dascalu et al., 2010). Selain itu, terdapat juga
faktor lain yang berpengaruh pada kinerja di akuntansi lingkungan ini seperti EMA
(Environmental Management Accounting) yang bertindak sebagai mediator pada
hubungan antara strategi lingkungan dan kinerja lingkungan. Dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara peringkat PROPER (Program Penilaian Peringkat
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan persepsi responden terhadap
kinerja lingkungan, yang berarti bahwa hasil model utama sudah memiliki ketahanan yang
baik. Temuan ini menegaskan bahwa tidak ada bias sistematis mengganggu hasil ini untuk
dua ukuran kinerja lingkungan. Semakin banyak strategi perusahaan itu berfokus pada
lingkungan, semakin besar pengaruh ini terhadap penggunaan EMA (Environmental
Management Accounting).
Dalam pengungkapan informasi, penggunaan EMA (Environmental Management
Accounting) sebagai aset tidak berwujud telah menguntungkan perusahaan dengan
memberikan informasi pada kegiatan operasional mereka, terutama yang berkaitan dengan
lingkungan dan hasil kinerja lingkungan yang baik. Serta strategi lingkungan dapat
memengaruhi kinerja lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
penggunaan EMA (Environmental Management Accounting). Bukti empiris menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara strategi lingkungan dan penggunaan
EMA (Environmental Management Accounting), yang, pada gilirannya, dapat
meningkatkan kualitas perusahaan (Solovida & Latan, 2017). Dikatakan pula bahwa
akuntansi berhasil mengungkapkan efisiensi unit ekonomi dalam tanggung jawab
sosialnya, terutama dalam pengendalian pencemaran lingkungan, seperti yang terjadi
sebelumnya dalam mengungkapkan informasi yang sesuai dan cukup tentang efisiensi
kinerja ekonomi atau keuangan, tentu akan memainkan peran penting untuk mengubah
perilaku pembuat keputusan dan orang-orang yang tertarik pada kesatuan ekonomi dan
meningkatkan keuntungan mereka ketika mereka mengambil keputusan yang tepat
(Alqtish & Qatawneh, 2017). Selain itu, karena pengungkapan informasi lingkungan secara
sukarela menjadikan perusahaan besar cenderung melaporkan lebih banyak informasi
lingkungan dalam laporan tahunan mereka daripada bisnis skala menengah; dan
pengungkapannya, cenderung lebih kualitatif daripada kuantitatif meskipun ada fakta
12

bahwa ada hubungan yang signifikan antara akuntansi lingkungan dan kinerja perusahaan
(Adediran & Alade, 2013).
Tetapi pendapat lain menyatakan kinerja lingkungan memiliki pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan. Hubungan yang tidak
signifikan ini terkait dengan pengungkapan informasi lingkungan yang tidak dipantau
sehingga manajemen perusahaan bebas menggunakan laporan informasi diskresioner
(Iqbal et al., 2013). Akuntansi lingkungan masih juga menghadapi sejumlah masalah,
mengenai kurangnya dukungan informasi, personil khusus serta tidak adanya model
akuntansi internasional proporsional. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk
pertumbuhan sistem informasi lingkungan telah mengarah pada penciptaan sistem
administrasi proporsional (Sistem Manajemen Lingkungan) yang menghadapi masalah
terkait dengan perawatan data lingkungan yang rumit (Moorthy & Yacob, 2013).
Berdasarkan penelitian terdahulu lainnya, (Cna et al., 2013) menyatakan adanya
dampak dari biaya lingkungan terhadap kinerja perusahaan minyak di negara-negara Delta
Niger di Nigeria. Dengan mengikuti analisis deret waktu yang terperinci, temuan ini
mengungkapkan bahwa biaya lingkungan dalam sektor minyak Nigeria memiliki dampak
signifikan pada kinerja perusahaan. Dengan demikian, hal ini menjelaskan tingkat
perubahan kinerja perusahaan yang sangat tinggi. Sehingga biaya pengembangan
masyarakat, biaya pengelolaan sampah, serta kesehatan karyawan dan biaya keselamatan
telah secara signifikan memengaruhi kinerja perusahaan di sektor minyak Nigeria.
Sedangkan menurut (Adediran & Alade, 2013), pada penelitiannya menunjukkan bahwa
ada hubungan negatif yang signifikan antara akuntansi lingkungan dan Return on Capital
Employed (ROCE) dan Earnings Per Share (EPS) dan hubungan positif yang signifikan
antara akuntansi lingkungan dan margin laba bersih dan dividen per saham. Berdasarkan
hal ini direkomendasikan bahwa pemerintah harus memberikan kredit pajak kepada
organisasi yang mematuhi undang-undang lingkungannya dan bahwa pelaporan
lingkungan harus dibuat wajib di Nigeria untuk meningkatkan kinerja organisasi dan
negara secara keseluruhan.
Penerapan akuntansi lingkungan yang diteliti oleh Iqbal et al., (2013) menunjukkan
bahwa akuntansi lingkungan belum mampu memengaruhi nilai perusahaan karena di
beberapa perusahaan, penerapan akuntansi lingkungan diterapkan karena diwajibkan oleh
13

pemerintah, yang membuktikan rendahnya kesadaran pihak manajemen. Sedangkan,


kinerja lingkungan pada penelitian ini ternyata mampu memengaruhi nilai perusahaan. Dan
dari keseluruhan temuan review yang diteliti oleh Hussain, Halim, & Bhuiyan (2016)
menyatakan bahwa akuntansi lingkungan adalah masalah vital untuk pembangunan
berkelanjutan terutama untuk berkonsentrasi pada pajak lingkungan, biaya lingkungan,
menilai jasa ekosistem, biaya karbon dioksida, biaya polusi air, dan memastikan
keberlanjutan pendapatan dari memimpin dengan cara pembangunan berkelanjutan.

2.3 Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan Daerah Wisata


Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami Akuntansi Lingkungan sebagai alat
strategi pengelolaan Gunung Ijen.
B. Akuntansi Lingkungan
Tujuan dari akuntansi lingkungan menurut Ikhsan (2008:6) akuntansi lingkungan
merupakan sarana informasi dalam sebuah alat manajemen lingkungan dalam menentukan
fasilitas pengelolaan lingkungan dan akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan
masyarkat digunakan dalam menyampaikan dampak negatif lingkungan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Akuntansi lingkungan ini digunakan sebagai media dalam pelaporan
tanggung jawab sosial dibidang lingkungan kepada stakeholder kususnya wujud dari ketataan
hukum industry kepada pemerintah dalam meningkatkan pembangunan berkelanjutan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif terdiri atas serangkaian praktek material interpretif yang membuat dunia bisa
disaksikan, yang menjadi serangkaian representasi, meliputi catatan lapangan, wawancara,
percakapan, foto, rekaman, dan memo tentang diri.
14

D. Hasil dan Pembahasan


1. Pengelolaan Taman Wisata Kawah Ijen
Tawan wisata kawah Ijen berada dibawah perlindungan
KementrianLingkungan Hidup dan Kehutanan, dan dikelola oleh Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur. Oleh karena itu segala hal yang terjadi di TWA
Kawah Ijen harus diketahui dan disetujui oleh BKSDA Jawa Timur sebagaikepanjangan
tangan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Termasukdidalamnya adalah
peningkatan ketersediaan kualitas dan peningkatan manajemen pelayanan sebagai
konsekuensi dari perubahan sebagian kawasan Cagar Alam KawahIjen Wilayah Taman
Wisata Kawah Ijen. Oleh karena itu dikeluarkanlah UU No. 36 Tahun 2010 tentang
pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan
taman wisata alam. UU ini terdiri dari 33 Pasal yang berisi tentang aturan-aturan dalam
pengusahaan wisata alam. UU pengusahaan wisata alam dikeluarkan dengan tujuan untuk
menyediakan barang/ jasa dalam memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
pariwisata alam. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan Cagar Alam Kawah Ijen dan
Taman Wisata Kawah ijen telah diatur didalam UU dengan diawasi oleh pemerintah terkait
dalam hal ini adalah BKSDA Jawa Timur.
2. Citra Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Bluefire merupakan fenomena alam yang hanya terdapat di 2 negara di dunia,
yang pertama yaitu di Indonesia dan yang kedua adalah di New Zeland. Fenomena bluefire
sendiri hanya bisa disaksikan pada malam hari yaitu sekitar jam 02.00 waktu setempat.
Fenomena alam seperti inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, walaupun dengan
perjalanan yang susah payah untuk menjakau ke lokasi.
D Kesimpulan
1. Pengelolaan lingkungan pada taman wisata kawah ijen telah diatur didalam UU karena status
Kawah ijen yang merupakan wilayah konservasi dan sebagian wilayahnya juga merupakan
cagar alam, maka taman wisata kawah ijen berada dibawah tanggung jawab Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan diawasi pengelolaannya oleh BKSDA Jawa
Timur sebagai kepanjangan tangan dari Kementrian.
2. Citra taman wisata kawah ijen sebagai daerah wisata sangat baik dimata wisatawan baik itu
wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestic. taman wisata kawah ijen memiliki
15

daya tarik tersendiri yaitu potensi alam yang dimiliki seperti bluefire dan tambang belerang
yang melimpah

2.4 Model Penerapan Akuntansi Lingkungan Sebagai Bentuk Tanggung Jawab


Perusahaan di Era Green Tourism Accounting

A. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengungkapan dan
penilaian komponen akuntansi lingkungan yakni biaya lingkungan dalam laporan
keuangan perusahaan dalam hal ini hotel yang berada di bawah naungan Hilton Property
Kabupaten Badung dan disusunnya model penerapan akuntansi lingkungan yang dapat
diterapkan di hotel pada era green tourism accounting.
Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengungkapan Tanggung Jawab
Lingkungan
Ada dua jenis pengungkapan dalam laporan keuangan, antara lain pengungkapan
wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang
diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial di Indonesia termasuk dalam
kategori pengungkapan sukarela.Beberapa perusahaan besar, terutama yang sudah tercatat
di pasar modal serta mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan, telah
mengungkapkan kinerja pengelolaan lingkungannya secara sukarela. Di samping itu
laporan kinerja pengelolaan lingkungan yang disampaikan perusahaan kepada instansi
lingkungan saat ini hanya berupa laporan penaatan (Compliance Report) dengan format
dan istilah yang sulit dimengerti oleh orang awam maupun oleh pihak yang berprofesi
nonlingkungan.
B. Metode Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kualitatif yakni proses kegiatan yang meliputi mencatat,
mengorganisasikan,mengelompokkan dan mensintesiskan dataselanjutnya memaknai
setiap kategori data,smencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan memaparkan
16

temuan-temuandalam bentuk deskripsi naratif, bagan, flowchart, matriks maupun gambar-


gambar yangvbisa dimengerti dan pahami oleh orang lain.

C. Hasil Dan Pembahasan


Mendeskripsikan Pengakuan Biaya Lingkungan Hilton Property Pengeluaran yang
timbul atas aktivitas lingkungan di Hilton Property diakui sebagai biaya. Pengeluaran
diakui dalam kategori biaya apabila terdapat penurunan manfaat ekonomi yang terjadi
selama satu periode akuntansi. Pencatatan atas pendapatan dan biaya di Hilton Property
dilakukan menggunakan basis kas.
1. Pengolahan Limbah Cair
Dalam aktivitas pengolahan limbah cair, Hilton Properti mengakui pengeluaran
untuk ativitas ini dalam kelompok biaya yaitu pada akun CSR, adapun biaya yg
dikeluarkan adalah biaya pemeliharaan alat-alat untuk mengolah limbah cair yang
dibayarkan ke BTDC setiap bulannya.
2. Pengolahan Limbah Padat
Dalam aktivitas pengolahan limbah padat, ada beberapa kegiatan yang tidak
mengeluarkan biaya sama sekali yakni pendistribusian sisa makanan untuk pakan
ternak dan pemanfaatan kembali sampah plastik serta pendistribusian sampah plastik
ke pihak ketiga. Untuk pembuatan kolam kompos dan pengolahan sisa sabun Hilton
Properti mengakui pengeluaran untuk ativitas ini dalam kelompok biaya yaitu pada
akun CSR.
3. Mengurangi penggunaan listrik
Dalam aktivitas mengurangi penggunaan listrik, Hilton Properti mengakui
pengeluaran untuk ativitas ini dalam kelompok asset yaitu pada akun persediaan. Hal
ini dikarenakan pembelian lampu hemat energy kontinyu dilakukan dan dalam
jumlah yang cukup besar mengingat luas bangunan dan banyaknya ruangan yang
memerlukan lampu dan jika rusak harus segera diganti sehingga Hotel harus
memiliki stok lampu.Untuk aktivitas pembayaran listrik, Hilton Propertimengakui
pengeluaran yang timbul dalam Biaya Listrik.
4. Program yang mendukung pelestarian lingkungan
17

Dalam aktivitas program meeting yang mendukung pelestarian lingkungan, Hilton


Propertimengakui pengeluaran untuk ativitas ini sebagai biaya dalam kelompok akun
CSR.
5. Pembersihan Terumbu Karang
Dalam aktivitas pembersihan terumbu karang, Hilton Properti mengakui pengeluaran
untuk ativitas ini sebagai biaya dalam kelompok akun CSR.
7. Pembersihan Pantai
Dalam aktivitas pembersihan pantai, Hilton Properti mengakui pengeluaran untuk
ativitas ini sebagai biaya dalam kelompok akun CSR.
8. Penggunaan Bahan-bahan Makanan Ramah Lingkungan
Dalam aktivitas penggunaan bahan makanan yang ramah lingkungan, Hilton Properti
akan melakukan uji kelayakan supplier dan bahan makanan terlebih dahulu. Hilton
Properti mengakui pengeluaran untuk ativitas ini sebagai biaya uji kelayakan.
Mendeskripsikan Penilaian Biaya Lingkungan
Penilaian setiap aktivitas pengelolaan lingkungan di Hilton Properti dicatat sesuai
dengan kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membiayai aktivitas tersebut. Setiap
transaksi dinilai dengan jumlah rupiah yang dikeluarkan sesuai dengan basis kas
Model Penerapan Akuntansi Lingkungan Hilton Properti
Berikut adalah klasifikasi biaya lingkungan :
1. Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam suatu usaha untuk
menjamin kofirmasi yang dibutuhkan, misalnya kegiatan-kegiatan yang termasuk
ke dalam orientasi anggota tim, pelatihan dan pengembangan standari perencanaan
serta prosedur.
2. Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk mengidentifikasi kesalahan
setelah terjadi misalnya kegiatan-kegiatan seperti pengujian.
3. Biaya kesalahan internal merupakan biaya mempekerjakan kembali dan biaya
perbaikan sebelum diserahkan kepada pelanggan.
4. Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya mempekerjakan kembali dan biaya
perbaikan setelah diserahkan kepada pelanggan.
5. Nilai tambah mengacu pada dasar biaya yang menghasilkan produk atau jasa
kinerja, tidak digolongkan pada usaha untuk menjamin kualitas.
18

D. Kesimpulan
Dengan adanya akuntansi lingkungan, perusahaan dapat menghemat
pengeluaran-pengeluaran serta menganalisa biaya-biaya yang terjadi terkait dengan
lingkungan. Akuntansi lingkungan dapat dilaporkan ke dalam bentuk klasifikasi biaya
lingkungan berdasar model kualitas biaya lingkungan yang terbagi atas lima kategori yaitu
biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kesalahan internal, biaya kesalahan eksternal, dan
biaya nilai tambah.

2.5 Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Badan Usaha Milik Desa Untuk Mewujudkan
Green Accounting

A. Metode Penelitian

1. Data

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif.Dalam penelitian ini
terdapat dua jenis data yang dipergunakan, yakni data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif berhubungan dengan angka, atau jumlahyang terdapat dalam laporan keuangan
BUMDes. Sedangkan data kualitatif yaitu berupa profil BUMDes, struktur organisasi,dan
informasi yang diperoleh daripihak-pihak yang terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Wawancarayang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancar


mendalam, agar wawancara mendalam bisa berlangsung secara terarah, disusun
pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pikiran yang terkait dengan
masalah yangditeliti. Penentuan informan difokuskan pada informan kunci yaitu
Kepala Desa, Kepala BUMDes dan Bagian keuangan BUMDes.
b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung mengenai proses bisnis
yang dijalankan di BUM Desa khususnya yang terkait dengan penerapan green
accounting.
c. Studi Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan perencanaan kegiatan BUM
Desa, catatan-catatan akuntansi terkait laporan keuangan BUM Desa dan
dokumentasi terkait lainnya yang relevan seperti referensi.
19

B. Hasil dan Pembahasan

Pembahasan atas penerapan akuntansi lingkungan pada BUMDes “X” dilakukan dengan
tahapan analisis yang digambarkan pada gambar 2. “TahapanAnalisis Penerapan
Akuntansi Lingkungan” yang tersaji sebagai berikut:

1. Identifikasi Kebijakan dan Peraturan

BUMDes “X” adalah salah satu BUMDes yang berada di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta. Berkaitan dengan kebijakan dan peraturan mengenai lingkungan, Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo menuangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022, bahwa “penyusunan RPJMD
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022 juga wajib untuk dilakukan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Proses pembuatan dan pelaksanaan
KLHS RPJMD sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis melalui mekanisme antara lain
pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan / atau program terhadap kondisi lingkungan
20

hidup”. Permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi adalah meningkatnya


pertumbuhan produk sampah, baik sampah domestik maupun sampah non
domestik.Upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan upaya reduksi sampah di
sumber penghasil sampah, yaitu di lingkungan rumah tangga. Salah satu cara yang telah
ditempuh adalah membentuk kelompok masyarakat pengolah sampah.

BUMDes “X” salah satu BUMDes yang menjalankan unit usaha pengolahan
sampah yang dimulai Tahun 2017 untuk infrastruktur dan Tahun 2018 untuk operasional
aktivitas pengolahan sampah. Aktivitas yang dilakukan adalah mengumpulkan sampah
rumah tangga, instansi dan industri dengan menerapkan retribusi sebesar Rp20.000,- untuk
rumah tangga dan Rp30.000,- untuk instansi dan industri per bulan. Sampah kemudian
akan dibawa ke tempat penampungan dengan memilah menjadi sampah organik, plastik
dan kaca.

2. Analisi Rencana Kegiatan

Berdasarkan dokumen RPJMD BUMDES “X” juga wajib menjalankan upaya


pengelolaan lingkungan.Tahun 2017 telah dimulai program pengelolaan lingkungan
dengan usulan pembanguna tempat penampungan dan pemilaha sampah.Sosialisasi kepada
masyaraka desa telah dilakukan untuk memberika edukasi kepada masyarakat terkai
dengan kesadaran lingkungan pada Februari 2018.Upaya yang saat ini sedang dikelola dan
direncanakan adalah reduksi sampah di sumber penghasil sampah, yaitu di lingkungan
rumah tangga. Salah satu cara melakukan reduksi sampah di lingkungan rumah tangga
adalah dengan membentuk kelompok masyarakat pengolah sampah. Pada Sampah plastik
telah dilakukan pengolahan oleh kelompok pengrajin rumahan menjadi beberapa produk
yang bernilai tambah. Sampah organik sedang dalam proses pengolahan menjadi pupuk
kompos. Infrastuktur untuk pengolahan kompos ini telah dibangun dengan program
hibah.Perencanaan selanjutnya adalah pengolahan terhadap limbah kaca untuk dapat diolah
atau didaur ulang kembali untuk dapat bernilai tambah.

3. Identifikasi Kos atau Prasarana dan Kewajiban Lingkungan


a. Identifikasi Kosatas Prasaran
21

Berdasar kanhasil wawancara dan telaah dokumen catatan keuangan


BUMDes “X” diperoleh beberapa prasarana yang berhubungan denganakuntansi
lingkungan dan kos yang melekat pada prasarana tersebut. Terdapat prasarana yang
merupakan bantuan yaitu berupa tempat penampungan dan pemilahan, sedangkan
kendaraan pengangkutsampah merupakan pengadaan yang dilakukan oleh BUMDes
“X”. Adapun rincian sarana dan kos yang melekat pada sarana tersebut tersaji pada
tabel 1.

b. Kewajiban Lingkungan

Kewajiban untuk membayar pengeluaran masa depan untuk memperbaiki


kerusakan lingkungan yang telah terjadi karena peristiwa, kegiatan atau transaksi
masa lalu atau untuk mengkompensasi pihak ketiga yang menderita kerusakan,
termasuk tanggung jawab lingkungan kontinjensi yang tergantung pada kejadian
atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa depan yang tidak pasti atau untuk
mengkompensasi pihak ketiga yang telah menderita kerusakan tersebut (Sunitha,
2015).Atas kewajiban ini, BUMDes “X” belum mengalokasikan pengeluaran
dengan pertimbangan program pengelolaan lingkungan ini baru dimulai di tahun
22

2018.Sehingga pengeluaran yang saat ini dilakukan adalah memenuhi sarana dan
prasarana dasar.

4. Analisis Laporan Keuangan

BUMDes“X” Berdasarkan analisa terhadap laporan keuangan BUMDes “X”


ini,didapati bahwa BUMDes “X” membuatt eberapa laporan keuangan sesuaidengan jenis
usaha yang ada meliputi simpan pinjam, penyewaan mesin molen, usaha fotokopi,
pengelolaan sampah dan BUMDes itu sendiri. Berkaitan dengan pengelolaan sampah ini
BUMDes “X” belum membuat laporan keuangan secara lengkap, seperti laporan neraca,
buku besar, jurnal, arus kas, dan laporan terkait lainnya.Namun, BUMDes “X” hanya
membuat sejumlah laporan keuangan yang sederhana dan ringkas dalam bentuk laporan
penerimaan dan pengeluaran kas yang disajikan pada tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 tersebut,
BUMDes “X” baru melakukan transaksi dengan memisahkan catatan untuk unit usaha
pengelolaan sampah di Bulan Agustus 2018 dengan memperoleh dukungan kas sebesar
Rp1.000.000,- Sedangkan kegiatan sebelumnya berupa sosialisasi edukasi kesadaran
lingkungan sebesar Rp550.000,- menggunakan kas dari BUMDes begitu pula pembelian
kendaraan pengangkut sampah sebesar Rp12.400.000,- menggunakan kas BUMDes.
Sehingga pencatatan yang terdapat di unit usaha pengelolaan sampah tidak termasuk
pengeluaran tersebut. Sedangkan pemasukan yang saat ini diperoleh adalah bersumber dari
retribusi sampah yang dikenakan kepada rumah tangga, instansi dan industri yang bersedia
bekerja sama. Besaran retribusi ini Rp20.000,- untuk rumah tangga dan Rp30.000,- untuk
instansi dan industri. BUMDes “X” melakukan pencataatn sesuai dengan transaksi yang
terjadi. Meskipun pencatatannya masih sederhana, akan tetapi penyajian terpisah laporan
pengelolaan sampah ini telah menunjukkan kepedulian BUMDes “X” dalam memberikan
informasi terkait dengan pengelolaan lingkungan.
23

Berdasarkan laporan yang disusun oleh BUMDes “X” tersebut, maka format
pelaporan akuntansi lingkungan yang digunakan adalah Outlay Cost Approach, yaitu
pelaporan akuntansi dengan cara mengungkapkan berapa cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan sehubungandengan pertanggungjawaban sosial yang dilakukannya degan
membagi ke dalam kategori tertentu (Parker, Ferris dan Otley (Purwono, 2000)).

C. Kesiimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, BUMDes “X” memiliki unit usaha pengelolaan sampah
yang sedang dalam tahap awal pengembangan.Secara regulasi atau kebijakan, BUMDes “X” telah
menjalankan yang diamanahkan RPJMD untuk melakukan usaha pengelolaan limbah.Selain itu,
sesuai dengan PSAK 1 tentang penyajian pelaporan keuangan, BUMDes “X” telah menyusun
laporan yang berkaitan dengan dampak lingkungan.Meskipun pencatatannya masih sederhana,
akan tetapi penyajian terpisah laporan pengelolaan sampah ini telah menunjukkan kepedulian
BUMDes “X” dalam memberikan informasi terkait dengan pengelolaan lingkungan. BUMDes
“X” telah memenuhi kaidah identifikasi, pengakuan, pengukuran dan penyajian akuntansi
lingkungan.Terkait dengan pengungkapan, belum dilakukan dalam bentuk catatan atas laporan
keuangan, tetapi pada laporan kinerja BUMDes.Secara konsep, akuntansi lingkungan telah
menjadi kepedulian sampai di tingkat pemerintah daerah, yaitu dengan dimasukkannya pada
RPJMD.Akan tetapi, secara istilah akuntansi lingkungan belum terlalu dipahami.Optimalisasi
penerapan akuntansi lingkungan pada akhirnya tergantung pada kebijakan, sumber daya manusia,
dan kesiapan infrastruktur dari entitas yang melaksanakan.Pembahasan yang mendalam di tingkat
pembuat kebijakan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Environmental Accounting ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian


perusahaan terhadap dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan. Selain itu Akuntansi
Lingkungan ini sangat berdampak baik untuk daerah wisata yang dampaknya dapat meningkatkan
parawisata di daerah yang melaksana Akuntansi Lingkugan in, dan untuk saat ini di beberapa
instansi Akuntansi Lingkungan ini sudah diterapkan dengan baik merskipun ada di beberapa
instansi masih kurang maksimal dalam melaksanana Akuntansi Lingkungan ini juga memiliki
dampak positif dan negatif di bentuk positif setiap perushaan mendapatkan keunggulan kompetitif
sehingga dapat menambah nilai tambah, dan di sisi negatif ada beberapa instansi yang menerapkan
Akuntansi Lingkungan tetapi instansi ini tidak mendapatkan nilai tambah atau tidak
mempengaruhi nilai perushaan, lalu selain itu Akuntansi Lingkungan ini juga dapat meghemat dan
mempurmudah untuk menganalisis keuangan mengenai Akuntansi Lingkungan ini karena dalam
Akuntansi Lingkungan ini terdapat 5 kategori yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kesalahan internal, biaya kesalahan eksternal, dan biaya nilai tambah.

3.2 Saran

Saran dari kami yaitu kami harap seluruh instansi teutama yang menghasilkan limbah
segera menerapkan Akuntansi Lingkungan ini dengan efisien dan maksimal. Ini dilakukan agar
alam tetap terjada dan masyarakat di sekitar daerah industri tidak terlalu merasakan dampak
negatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://economicsbosowa.unibos.id/index.php/eb/article/download/65/58/

https://www.researchgate.net/publication/338219542_Pengaruh_Implementasi_Akuntansi_Lingk

ungan_terhadap_Kinerja_Perusahaan

http://jraba.org/journal/index.php/jraba/article/view/10/6

http://ojs.pnb.ac.id/index.php/JBK/article/view/1194/939

https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/monex/article/view/1093/895

25

Anda mungkin juga menyukai