OLEH:
KELOMPOK 3
PUTRI INDAH PRATIWI (105731113019)
HAZIZAH (105731113219)
JUSRIADI (105731114719)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini. Disamping
itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini
masih terdapat banyak kekurangannya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi sosial lingkungan didasarkan pada klarifikasi tujuan yang terlibat
dalam akuntansi lingkungan. Tujuannya harus sesuai dengan kebijakan
pertimbangan lingkungan yang dibuat dalam kegiatan bisnis perusahaan dan
organisasi lain, serta dengan sasaran lingkungan mereka dan rencana aksi
lingkungan. Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasui perusahaan
akuntansi lingkungan adalah alat fleksibel yang dapat diterapkan dalam skala
penggunaan dan cakupan ruang lingkup yang berbeda.
Skala yang digunakantergantung dari kebutuhan, kepentingan, tujuan, dan
sumber daya perusahaan.Permasalahan dalam menentukan ruang lingkup
akuntansi lingkungan adalah bagaimana perusahaan dapat menentukan biaya
lingkungan yang muncul akibat aktivitas bisnisnya yang mana biaya tersebut
terkadang tidak dapat diukur secara akuntansi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana skala dan lingkup akuntansi keuangan?
2. Apa itu biaya berdasarkan kegitan dan manajemen berdasarkan kegiatan.?
3. Apa itu total manajemen kualitas/total kualitas lingkungan?
4. Bagamana proses bisnis re-engineering/pengurangan biaya?
5. Apa itu model kualitas biaya/model kualitas lingkungan biaya?
6. Bagamana desain untuk lingkungan/ desain siklus hidup?
7. Bagaimana akuntansi lingkungan pada alokasi biaya dan pada anggaran
modal?
8. Bagaimana lingkungan pada proses / desain produk?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui skala dan lingkup akuntansi keuangan?
2. Untuh mengetahui apa itu biaya berdasarkan kegitan dan manajemen
berdasarkan kegiatan.?
3. Untuk mengetahui apa itu total manajemen kualitas/total kualitas lingkungan?
4. Untuk mengetahui proses bisnis re-engineering/pengurangan biaya?
5. Untuk mengetahui apa itu model kualitas biaya/model kualitas lingkungan
biaya?
6. Untuk mengetahui desain untuk lingkungan/ desain siklus hidup?
7. Untuk mengetahuiakuntansi lingkungan pada alokasi biaya dan pada anggaran
modal?
8. Untuk mengetahui lingkungan pada proses / desain produk?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perusahaan dengan sistem manajemen lingkungan formal perlu
melembagakan akuntansi lingkungan merupakan suatu alat logis untuk
mendukung keputusan sistem ini. Sama halnya dengan beberapa alat
manajemen perusahaan lainnya, penggabungan pendekatan manajemen bisnis
yang ada sebelumnya sangat sesuai dengan konsep akuntansi lingkungan
bagi perusahaan, antara lain meliputi :
1. Biaya berdasarkan kegitan/manajemen berdasarkan kegiatan.
2. Total manajemen kualitas/total kualitas lingkungan.
3. Proses bisnis re-engineering/pengurangan biaya.
4. Model kualitas biaya/model kualitas lingkungan biaya.
5. Desain untuk lingkungan/ desain siklus hidup.
4
B. Biaya Berdasarkan Kegiatan
Biaya berdasrkan kegiatan atau biasa di sebut dehngan Activity Based
Costing (ABC) merupakan sutu metode dalam mengembangkan perkiraan
biaya di mana proyek di bagi kedalam aktivitas yang dapat dihitung secara
terpisah berdasrkan pada unit kerja. Aktivitas ini harus dapat dijelaskan jika
produktivitas dapat mengukur unit (jumlah sampel vs jam kerja). Setelah
proyek dimasukkan kedalam aktivitas, perkiraan berikutnya berkaitan dengan
biaya yang dipersiapkan untuk masing-masing aktivitas.
Perkiraan biaya individu meliputi semua biaya yang berhubungan
dengan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan kontrak tambahan biaya-
biaya mencakup biaya eksploitasi dari masing-masing kegiatan. Setiap
perkiraan biaya individu melengkapi dengan menambah aktivitas lainnya
untuk memperoleh keseluruan perkiraan. ABC merupakan suatu alat yang
kuat, tetapi tidak sesuai unyuk mengkur semua biaya.
5
Dengan demikian, hanya dengan mengelola dengan baik kegiatan untuk
menghasilkan produk dan jasa, manajemen akan mampu membawa
perusahaan unggul dalam jangka panjang dalam persaingan. Untuk mampu
mengelola kegiatan perusahaan, manajemen Sebagai upaya menunjang
perusahaan unggul dalam jangka panjang dalam persaingan, sistem
informasi akuntansi biaya harus dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu menyediakan jawaban teliti untuk berbagai pertanyaan berikut ini :
1) Biaya apa yang dapat dipengaruhi (secara langsung dapat diacu) dan
laba untuk setiap produk dan konsumen keluarga?
2) Bagaimana pola perilaku biaya untuk setiap kegiatan, termasuk
kapasitasnya, dan seberapa besar volume dapat dinaikan atau
diturunkan sebelum biaya berubah?
3) Apa yang menjadi unsur pemborosan biaya, dan apakah yang
menjadi praktik untuk suatu kegiatan?
6
dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang
diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakn oleh divisi penjual.
Contoh biaya ini adalah biaya desain produk. Biaya berhubungan dengan
batch kegiatan. Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang
diproduksi. Setiap biaya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menyiapkan mesin dan peralatan sebelum order produksi diproses adalah
contoh biaya yang termasuk ke dalam golongan ini. Biaya overhead pabrik
dalam ABC Systems memperoleh perlakuan yang lebih seksama. Biaya
ini bukan hanya terjadi, dikumpulkan, dialokasikan, kemudian hanya untuk
dibebankan kepada produk, melainkan dirinci untuk dapat dikelola dengan
baik. Oleh karena itu ABC Systems memfokuskan akuntansi terhadap
biaya overhead pabrik, untuk memungkinkan manajemen melakukan
pengelolaan berbagai kegiata yang menggunakan biaya overhead pabrik.
ABC Systems membebankan biaya overhead pabrik kepada produk
melalui dua tahap. Pada tahap pertama, biaya overhead pabrik dibebankan
kepada pusat-pusat biaya yang menggunakan sumber daya. Pada tahap
kedua, biaya yang dikumpulkan dalam pusat biaya dibebankan kepada
produk. Tujuan tahap pertama adalah untuk membebankan semua unsur biaya
overhead pabrik, baik yang berhubungan dengan penyediaan jasa
departemen pembantu maupun yang berhubungan langsung dengan
departemen produksi, sampai ke pusat biaya produksi. Untuk mencapai
tujuan ini ABC Systems menggunakan dasar pembebanan biaya overhead
pabrik yang lebih teliti dan membentuk pusat biaya yang lebih banyak,
sehingga penggunaan sumber daya dapat diikuti dengan teliti ke pusat biaya
yang mengkonsumsinya.
7
C. Manajemen Berdasarkan Kegiatan
Manajemen berdasarkan kegiatan (ABM) merupakan suatu
pendekatan yang pada pada saat ini sangatbanyak dipertimbangkan.
Manajemen berdasarkan kegiatan bukanlah merupakan sebuah tekhnik, akan
tetapi tentang manajemen. ABM diperlukan untuk memahami dan
menerapkan secara keseluruhan fungsi-fungsi kekuatan yang dapat digunakan
untuk memperoleh keuntungan. Dari waktu ke waktu, manajemen
berdasarkan kegiatan mempunyai pertimbangan dan sekarang diterapkan
dalam perusahaan menufaktur, perusahaan jasa, logistik, telekomunikasi,
badan pemerintah dan banyak sektor lainnya. Pada prinsipnya, manajemen
berdasarkan kegiatan akan membantu merubah pengambilan keputusan
manajemen. Dengan memahami bagaimana menajemen berdasarkan
kegiatan mendukung prakarsa lain dalam meningkatkan laba dalam proses
bisnis.
Manajemen berdasarkan kegiatan memungkinkan para manajer
untuk memahami produk dan profitabilitas pelanggan, ongkos proses
bisnis,dan bagaimana cara meningkatkannya. Aktivitas dapat dikerjakan oleh
metode yang berbeda dengan berbagai unit biaya. Aktivitas dihubungkan
bersama-sama untuk membentuk proses bisnis.Manajemen berdasarkan
kegiatan merupakan teori konsumsi sumber daya dengan aktivitas yang
dipandang sebagai permunculan biaya seperti pada ABC, tetapi dengan
analisa lebih lanjut memberikan manajemen pengertian mendalam yang
mengarah pada keseluruhan bisnis perusahaan. Manager seluruh bisnis
membutuhkan informasi yang benar dalam memahami manajemen
berdasarkan kegiatan dengan dua cara:
1) Bagaimana perusahaan dapat memposisikan dirinya lebih baik disisi
keakuratan produk dan informasi profitabilitas pelanggan.
2) Bagaimana perusahaan dapat meningkatkan kemampuan internal dan unit
biaya yang lebih rendah, untuk hal ini, dibutukan suatu pemahaman dan
8
perubahan prosedur, sistem dan proses yang menghasilkan produk dan
jasa yang diberikan pada pelanggan.
9
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia proses, dan
lingkungan memenuhi atau melebihi harapan.
Ditambahkan Tjiptono (2003) penerapan Total management kualitas
dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat utama yang pada
gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan bersangkutan.
Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka
perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua jalur. Jalur tersebut
sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut.
Jalur pertama, disebut rute pasar. Pada jalur ini perusahaan dapat
memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar
dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada
meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar.
Jalur kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari
10
kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya
operasi perusahaan berkurang dengan demikian laba yang diperoleh akan
meningkat. Adapun manfaat yang dapat diambil dari pendekatan total
management kualitas terbagi ke dalam empat prinsip utama, antara lain :
Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas.
Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan
untuk memuaskan pelanggan.
Tanggap Terhadap Setiap Orang.
Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai.
Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik
dan di beri kesempatan untuk terlibat dalam berpartisipasi dalam tim
pengambilan keputusan.
Manajemen Berdasarkan Fakta
Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada
perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini.
Pertama, prioritas dengan menggunakan data maka manajemen dan
tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada sesuatu
tertentu yang vital. Kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia.
Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang
merupakan bagian yang wajar dari setiap organisasi.
Perbaikan Berkesinambungan
Setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis dalam
melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana,
pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap
hasil yang diperoleh.
11
E. Proses Bisnis Re-Engineering (BPR) / Pengurangan Biaya
Process bisnis re-engineering (BPR) merupakan suatu pendekatan
manajemen yang bertujuan meningkatkan hal-hal yang berhubungan dengan
efisiensi dan efektivitas sepanjang proses organisasi. Kunci dari BPR pada
organisasi adalah melihat proses bisnis mereka dari pandangan yang bersih
dan menentukan bagaimana mereka dapat mengembangkan proses bisnis
mereka yang terbaik untuk meningkatkan bagaimana mereka
manghasilkan bisnis. Proses bisnis re-enginnering dikenal juga sebagai BPR,
Business Process Redesign, Business Transformation, atau Hammer and
Champy (1933) mendefinisikan BPR sebagai :
“... merupakan dasar untuk memikirkan kembali dan mendesain kembali
proses bisnis untuk mencapai perbaikan dramatis dalam pengukuran kinerja
secara kritis pada saat sekarang, seperti biaya, kualitas dan kecepatan”.
12
Sedangkan Johansson et al. (1993) memberikan penjelasan dari bagian BPR
dari proses atau pandangan lainnya, seperti Total Quality Management
(TQM) and Just-In-Time (JIT), dia mengatakan bahwa:
“Process bisnis re-engineering (BPR) walaupun relatif tertutup, namun
kelihatannya radikal dibandingkan dengan perbaikan kontinuitas. Hal ini
memperluas usaha dari Just-In-Time (JIT) and Total manajemen kualitas
untuk membuat orientasi proses sebagai alat strategik dan kemampuan
dari organisasi. BPR terkosentrasi pada kemampuan proses bisnis yang
menggunakan tekhnik-tekhnik khusus melalui just in time dan total
manajemen kualitas sampai berhasil, memperluas proses visi”.
13
F. Model Kualitas Biaya / Model Kualitas Biaya Lingkungan
Model kualitas biaya untuk sistem khas perencanaan yang
terintegrasi dapat menggunakan siklus hidup penuh yang mengharapkan
pembiayaan dimanapun antara 30-40 persen. Kualitas biaya merupakan
suatu tekhnik standar industri untuk mengevaluasi kecenderungan dalam
biaya penuh dalam menjamin masing-masing akhir produk dan
menyesuaikan jasa lebih dari yang dikehendaki oleh pelanggan.
Keutamaan pengguanaan laporan biaya kualitas berdasarkan
perencanaan adalah penyediaan perencanaan manajemen dengan suatu alat
untuk mengevaluasi kecenderungan perencanaan biaya terhadap kualitas.
Dengan menelaah analisis biaya berdasarkan kualitas setiap waktu, tim
perencanaan dapat mengidentifikasi daerah-daerah yang memungkinkan
untuk dirubah aatau diperbaiki, serta implementasi tindakan yang benar
tertuju pada peningkatan biaya terhadap kualitas (seperti yaang ditampilkan
pada gambar berikut).
14
Berdasarkan pada model di atas, maka ketegori biaya berdasarkan
kualitas dibagi kedalam faktor-faktor berikut:
1) Biaya Pencegahan
Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam suatu usaha
untuk menjamin konfirmasi yang dibutuhkan.
2) Biaya Penilaian
Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk mengidentifikasi
kesalahan setelah kejadian.
3) Biaya Kesalahan Internal
Biaya kesalahan internal merupakan biaya memperkejakan kembali
dan biaya perbaikan sebelum diserahkan kepada pelanggan.
4) Biaya Kesalahan Eksternal
Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya yang memperkejakan
kembali dengan biaya perbaikan setelah diserahkan kepada pelanggan.
5) Nilai Tambah
Nilai tambah mengacu padadasar biaya yang menghasilkan produk
atau jasa kinerja, tidak digolongkan pada usaha untuk menjamin
kualitas. Nilai tambah berusaha memasukkan setiap kegiatan dan
tugas yang dimodifikasi atau data yang diperbaiki dari data mentah
yang dinyatakan bermanfaat bagi seserang dari sudut pandang
pelanggan.
15
G. Desain Lingkungan / Desain siklus hidup
Penerapan dari konsep penilaian siklus hidup (life-cycle assesment/
LCA) adalah menentukan apa yang dikandung produk, bagaiman
memproduksinya, bagaiman kinerjanya, dan apa yang ditinggalkan setelah
manfaat kadaluarsa.
Sejumlah perusahaan-perusahaan telah mencoba memasukkan
pengaruh lingkungan sebagai suatukriteria produk/proses desain. Karena
LCD digunakan sebagai suatu alat pengambilan keputusan internal,sebagai
kekuatan, keberhasilan dan keterbatasan sisa yang sebagian besar tidak
terdookumentasikan. Praktek perusahaan atau praktek pengadopsian metode
LCD tidak menguntungkan dari pencapaian kemajuan metodologi oleh
yang lain, dengan beberapa pengecualian, kesempatan untuk memupuk
perusahaan yang terbatas.
16
Hubungan diantara kebutuhan keinginan manusia, kegiatan industri
dan lingkungan harus dipahami dengan baik untuk menilai dan
mengatur resiko.
17
1. Biaya dialokasikan pada produk-produk umum ke produk khusus.
2. Biaya yang tidak dimasukkan ke dalam setiap produk khusus.
18
I. Akuntansi lingkungaan Pada Anggaran Modal
Akuntansi Lingkungan Pada Anggaran Modal Manajer keuangan dan
akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada penyusunan anggaran
operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam pelaporan
kinerja setelahnya. Contoh-cotoh dari anggaran operasional meliputi anggaran
penjualan, anggaran biaya tenaga kerja, anggaran biaya produksi, dan
seterusnya, dimana penekanan pada perbandingan antara hasil aktual dan
anggaran untuk pengendalian , perencanaan dan koordinasi seluruh tujuan,
yang seluruhnya didasarkan pada jangka pendek.
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk
membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, kordinasi,
pengawasan dan juga sebagai pedomanm kerja dalam menjalankan
perusahaan utuk tujuan yang telah di tetapkan. Anggaran yang susun oleh
manajemen dalam jangka waktu satu tahun membawa perusahaan ke kodnisi
tertentu yang diinginkan dengan sumberdaya yang diperkirakan. Dengan
anggaran, manajemen mengarahkan jalannya perusahaan tehadap kondisi
tertentu. Proses penyusunan anggaran merupakan proses penyusunan rencana
jangka pendek, beriorentasi pada laba, perusahaan memilih rencana didasrkan
atas dampak rencana kerja tersebut tehadap laba.
Sedangkan anggaran modal adalah bagian dari anggaran perusahaan.
Anggaran modal merupakan proses dari perencanaan pemgembangan
investasi modal yang ingin dilakukan oleh perusahaan. Anggaran secara
khusus mencoba untuk membandingkan biaya yang diprediksi dengan arus
pendapatan dari proses operasional perusahaan saat ini serta alternatif
investasi yang bertolak belakang terhadap tolak ukur keuangan dalam biaya
modal perusahaan.
19
J. Akuntansi lingkungan pada proses / Desain Produk
Desain dari proses atau produk secara signifikan mempengaruhi biaya
dan kinerja lingkungan. Proses desain melibatkan kesetaraan biaya, kinerja,
budaya, hukum, dan kriteria lingkungan. Banyak perusahaan-perusahaan
mengadopsi “desain untuk lingkungan’ atau program “desain siklus hidup”
untuk pertimbangan lingkungan pada jumlah awal. Untuk melakukan ini, para
desain membutuhkan infoormasi berdasarkan biaya-biaya lingkungan dan
kinerja dari alternatif produk/proses desain, banyak informasi dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan penganggaran modal. Oleh karena itu,
membuat biaya lingkungan dan informasi kinerja memberikan bagi para
desain untuk memfasilitasi desain lingkungan produk dan proses yang lebih
baik.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya berdasarkan kegiatan merupakan suatu metode dalam mengembambangkan
perkiraan biay di mana proyek dibagi kedalam aktivtas yang dapat dihitung secara terpisah
berdasarkan pada unit kerja. Aktivitas berdasarkan sistem biaya (ABC Systems) merupakan
sistem informasi tentang pekerjaan ( atau kegiatan ) yang mengkomsumsi sumber daya dan
menghasilkan nilai bagi konsumen.
Manager seluruh bisnis membutuhkan informasi yang benar dalam memahami ABM
dengan dua cara : 1. bagamana perusahaan dapat memposisiskan dirinya lebih baik dipasar
baik disisi keakuratan produk dan informasi profitabilitas pelanggan. 2. bagaimana
perusahaaan dapat meningkatkan kemampuan internal dan unit biaya yang lebih rendah,
untuk hal ini, dibutuhkan suatu pemahaman dan dan perusahaan dan peruhan prosidu,
sistem dan proses yang menghasilkan produk dan jasa yang diberikan kepada pelanggan
21
DAFTAR PUTAKA
Ikhsan, Arfan. 2007. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yokyakarta: Graha Ilmu
https://zdocs.tips/doc/bab-4-elemen-dasar-akuntansi-lingkungan-3plej73jxj19
22