PEMBAHASAN KASUS
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Enni Savitri, SE, MM, Ak, CA
Kelompok 1
Aisyah Nabillah
Ahmad Hambali
Bangkit Aknico Priyangga
Suryadi
Segala Puji dan syukur hanya kepada Allah Subhanahu wataala.karena pada hari
ini kami dari kelompok 1 diberikan kesempatan dan Kesehatan sehingga dapat
melaksanakan pembuatan makalah Akuntansi Manajemen Biaya.
Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang materi awal dalam akuntansi
manajemen biaya yang terdiri dari Perkembangan akuntansi manajemen, Konsep
akuntansi biaya, hingga penentuan biaya per unit dan diakhiri pembahasan tentang kasus.
Diharapkan setelah penulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan tentang Bagaimana
akuntansi biaya itu sendiri. Sehingga output dari akuntansi biaya dapat diolah menjadi
informasi yang berguna bagi perusahaan.
Penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Semua bisnis pasti sangat memperhatikan Pendapatan dan biaya. Manajer atau
pimpinan dalam perusahaan tentu sangat membutuhkan perhitungan yang tepat
tentang masalah pendapatan dan biaya. Jika seorang manajer tidak mampu
mengendalikan 2 hal ini sudah dapat dipastikan akan membuat perusahaan menjadi
kehilangan arah dan tujuan. Begitu juga dengan manajer yang mampu
memperhitungkan pendapatan dan biaya dengan baik, maka dapat menjadi cara yang
sangat tepat dalam menentukan kemajuan perusahaan.
Manajer menjadikan informasi biaya sebagai alat untuk menentukan
pengembangan, perencanaan, penganggaran, penetapan harga produk. Perusahaan
Coca Cola sebagai contohnya, bagaimana perusahaan ini menggunakan strategi
pemasaran dengan sangat baik. Coca Cola yang tadinya lebih condong untuk
menggunakan kemasan botol kaca atau botol plastic besar untuk di jual. Pada saat ini
yang tersedia lebih banyak di pasaran adalah coca cola kemasan mini.
Coca cola sangat menyadari kecenderungan perilaku konsumen hari ini yang
mencoba untuk mengurangi makanan atau minuman yang mengandung gula yang
tinggi. Coca cola mencoba membuat terobosan baru yaitu membuat kemasan baru,
yang mana ukurannya sangat mini tetapi dengan harga yang kompetitif. Konsumen
akan berfikir bahwa tidak masalah kesehatan meminum minuman soda dengan
ukuran yang kecil.
Perubahan strategi pemasaran ini juga ternyata membuat keuntungan
tersendiri bagi Coca cola. Kemasan yang kecil tentunya isinya juga akan kecil
sehingga biaya untuk ukuran akan semakin kecil sehingga akan lebih
menguntungkan. Hal ini terbukti bahwa penjualan Produk ukuran mini jauh lebih
tinggi daripada ukuran besar. Strategi ini merupakan keuntungan besar bagi pihak
coca cola. Strategi ini akan berhasil jika pihak manajer memiliki manajemen biaya
yang baik sehingga dapat menentukan biaya per unit dan menentukan berapa harga
jual yang sesuai untuk pasaran agar lebih kompetitif.
Kesimpulan nya adalah bahwa Manajemen biaya dalam perusahaan sangatlah
penting di dalam menjalankan kegiatan usaha. Sehingga diharapkan dapat
memotivasi bagi kita agar mendalami ilmu tentang biaya. Selain itu pembahasan kali
ini juga akan membahas tentang Perbedaan akuntansi biaya, akuntansi keuangan
hingga akuntansi manajemen hingga penentuan biaya per unit.
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keputusan dan akuntansi pertanggungjawaban (Ashton et al., 1995). Pada fase ini,
praktik-praktik akuntansi manajemen yang digunakan antara lain Standart Costing,
Cost-Volume-Profit (CVP) dan Break-Even Analysis.
Fase ketiga yaitu pengurangan limbah dalam proses produksi. Pada fase ini
dilakukan pengeliminasian terhadap “non-value-added activities”, serta penggunaan
formula matematika seperti Economic Order Quantity (EOC model), Inventory
evaluation models (LIFO, FIFO), dan multiple regression. Fase ini menjawab
tantangan untuk memenuhi persaingan global diantisipasi dengan memperkenalkan
teknik manajemen dan produksi yang baru, dan pada saat yang sama mengendalikan
biaya, melalui pengurangan limbah sumber daya yang digunakan dalam proses bisnis
(IFAC, 1998).
Fase keempat, yaitu penciptaan nilai melalui penggunaan sumber daya yang
efektif menjelaskan bahwa fokus akuntan manajemen bergeser ke generasi atau
penciptaan nilai melalui penggunaan sumber daya secara efektif. Pada 1990-an 22
industri di seluruh dunia terus menghadapi ketidakpastian dan hal-hal yang belum
pernah terjadi sebelumnya di bidang manufaktur dan teknologi pengolahan informasi
(Ashton et al., 1995). Untuk mengatasi masalah ini makan diperlukan penggunaan
teknologi yang memakai driver dari nilai pelanggan, nilai pemegang saham, dan
inovasi organisasi (IFAC, 1998). Teknik-teknik akuntansi manajemen yang
diperkenalkan pada fase ini antara lain Just In Time (JIT), Balance Score Card, dan
Strategic Management Accounting.
Perbedaan penting antara fase 2, fase 3 dan fase 4 adalah perubahan dalam
fokus penyediaan informasi dan arah pengelolaan sumber daya. Selain itu, dapat
dilihat bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen yang digunakan juga berbeda di
tiap fase. Hal ini mnunjukkan bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen juga
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menuju kearah yang lebih baik.
4
1. mengembangkan, mengkomunikasikan, dan menerapkan strategi.
2. mengoordinasikan desain produk, produksi, dan keputusan pemasaran serta
mengevaluasi kinerja perusahaan.
5
biaya manfaat
Rentang Waktu dan Jenis Harian, Mingguan dan Laporan keuangan tahunan dan
Laporan Bulanan triwulanan.
Terutama melaporkan peristiwa
Dirancang untuk ekonomi tetapi juga
mempengaruhi perilaku mempengaruhi perilaku karena
Penerapan Perilaku
manajer dan karyawan kompensasi manajer seringkali
lainnya didasarkan pada hasil keuangan
yang dilaporkan
Tidak ada mandatory rule Memakai pedoman pada
Tipe Informasi
(aturan wajib) SAK/IFRS
6
2.3 Konsep dan Perilaku Biaya
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber Ekonomis yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang
dimasukkan dalam neraca. Contoh : Persediaan bahan baku. Persediaan produk dalam
proses, Persediaan produk selesai, Supplies atau aktiva yang belum digunakan.
Sedangkan Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat
dan sekarang telah habis. Beban ini dimasukkan ke dalam Laba/Rugi, sebagai
pengurangan dari pendapatan. Contoh : Beban penyusutan, Beban pemasaran, Beban
yang tergolong sebagai biaya operasi.
Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan
informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Oleh sebab itu perlu diketahui
penggolongan biaya atas dasar perilakunya yang dimaksud dengan perilaku biaya
adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan
atau aktivitas perusahaan (misalnya volume produksi atau volume penjualan). Besar-
kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi atau volume
penjualan. Berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.
Biaya dapat digolongkan atas : Biaya Variabel, Biaya Tetap dan Biaya Semi
Variabel.
7
relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : Gaji eksekutif produksi.
Penyusutan jika menggunakan metode garis lurus. Pajak properti. Amortisasi
paten. Gaji supervisor. Asuransi properti dan kewajiban. Gaji satpam dan
pegawai kebersihan. Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan. Sewa.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh :
Perlengkapan. Bahan bakar. Peralatan kecil. Kerusakan bahan. Sisa dan beban
reklamasi. Royalty. Biaya komunikasi. Upah lembur. Biaya pengangkutan dalam
pabrik.
Biaya Campuran
Biaya Campuran adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsur tetap dan
unsur variable.
Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya
tetap) dan berpola variable ( biaya variable). Umumnya untuk penyederhanaan
dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus dan linier, untuk hal tersebut,
diperlukan beberapa asumsi, yaitu :
1. Hubungan teknis antara input dan output bersifat linier, misalnya setiap satuan
output memerlukan jumlah input yang sama besarnya.
2. Jumlah input yang diperlukan harus sama dengan jumlah input yang
digunakan
3. Harga perolehan input bersifat linier dengan kuantitas input yang digunakan
8
Biaya variable total jumlahnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume
kegiatan. Dengan perkataan lain biaya variable total merupakan hasil perkalian
antara biaya variable per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian fungsi
biaya tersebut diatas dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel per unit x Volume
Kegiatan
Hingga 120.000 mil, TTC dapat beroperasi dengan satu truk; dari 120.001
hingga 240.000 mil, TTC beroperasi dengan dua truk; dan beroperasi dengan dua
9
truk; dan dari 240.001 hingga 360.000 mil, beroperasi dengan tiga truk. Pola ini akan
terus berlanjut seiring dengan penambahan truk pada armadanya untuk memberikan
jarak tempuh yang lebih jauh. Mengingat perkiraan penggunaan 170.000 mil untuk
tahun 2017, maka kisaran jarak tempuh 120.001 hingga 240.000 mil yang diangkut
adalah kisaran yang diharapkan TTC untuk beroperasi, sehingga menghasilkan biaya
sewa tetap sebesar $80.000. Dalam kisaran yang relevan ini, perubahan jarak tempuh
tidak akan mempengaruhi biaya tetap tahunan.
Namun, biaya tetap dapat berubah dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Misalnya, jika total biaya sewa total biaya sewa kedua truk meningkat sebesar $2.000
untuk tahun 2018, maka tingkat total biaya tetap akan meningkat menjadi $82.000
(semua hal lain tetap sama). Jika kenaikan tersebut terjadi, total biaya sewa akan tetap
pada tingkat yang baru ini ($82.000) untuk tahun 2018 untuk jarak tempuh yang
diangkut dalam kisaran 120.001 hingga 240.000.
Kisaran yang relevan juga berlaku untuk biaya variabel. Di luar kisaran yang
relevan, biaya variable seperti biaya bahan baku langsung, mungkin tidak lagi
berubah secara proporsional dengan perubahan volume produksi. Sebagai contoh, di
atas volume tertentu, biaya bahan langsung dapat Hubungan Antara Jenis-jenis Biaya
10
3) Metode Scatter Graph adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis
dengan memplot data dalam suatu grafik, sehingga hubungan antara biaya dan
tingkat aktivitas dapat terlihat. (Y2 - Y1) Biaya variabel per unit = (X2 - X1)
Biaya tetap = biaya aktivitas – (biaya variabel per unit x tingkat aktivitas)
Dari gambar 2.1 di atas menujukkan bahwa biaya per unit didapat dari
pembagian total biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead dengan jumlah unit yang sudah produksi.
11
1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
3. Pengakuan biaya overhead pabrik
4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
6. Pembebanan estimasi biaya overhead
7. Penyelesain pesanan
8. Penjualan produk
Persamaan antara job order costing dan proses costing terletak pada
tujuannya yaitu, tujuan utama kedua sistem tersebut adalah membebankan
biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead ke produk dan memberikan mekanisme
penghitungan biaya per unit. Keduanya menggunakan rekening yang sama termasuk
overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Selain mempunyai persamaan, ternyata kedua system ini mempunyai
perbedaan seperti yang disajikan dalam table berikut:
Perbedaan job order costing dan process process costing disebabkan dua
faktor. Pertama, aliran unit dalam system process costing bersifat kontinyu dan
kedua, masing-masing unit ini tidak bisa dibedakan. Berdasarkan proses costing,
tidak mungkin untuk mencoba mengidentifikasi biaya bahan, tenaga kerja, dan
overhead berdasarkan pesanan dari konsumen (seperti yang dilakukan dalam job
order costing) karena setiap order dipenuhi dari unit-unit yang identik yang
mengalir secara terus-menerus dari bagian produksi. Biaya diakumulasikan per
depertemen dan mebebankan biaya ini secara merata ke seluruh unit yang melewati
depertemen tersebut selama satu periode.
Perbedaan lebih lanjut antara kedua system penentuan harga pokok ini adalah
bahwa kartu biaya tidak digunakan dalam process costing, karena kuncinya ada di
12
tiap departemen. Sebagai gantinya digunakan dokumen yang disebut Laporan
Produksi yang disiapkan di setiap depertemen yang melakukan pekerjaan atas produk.
Laporan produksi memiliki beberapa fungsi yaitu memberikan ringkasan jumlah unit
yang melalui depertemen selama satu periode dan digunakan juga untuk menghitung
biaya per unit.
Selanjutnya, laporan tersebut juga menunjukkan biaya yang dibebankan ke
departemen dan disposisi apa yang akan dilakukan terhadap biaya ini. Laporan
produksi departemen adalah dokumen sumber dalam process costing.
Terdapat dua metode dalam menghitung biaya per unit yaitu metode FIFO
dan Metode Rata-rata tertimbang. Kedua metode mengikuti lima langkah yang sama
untuk menyiapkan laporan biaya produksi. Namun, kedua metode tersebut biasanya
hanya menghasilkan hasil yang sama untuk langkah 1. Kedua metode paling baik
diilustrasikan dengan contoh. Metode FIFO dibahas terlebih dahulu, dilanjutkan
dengan pembahasan metode rata-rata tertimbang.
13
Gambar 2.3 Unit Ekuivalen
Karena bahan baku langsung telah dimasukkan kedalam produk dalam proses
awal, maka biaya bahan baku langsung tidak perlu lagi ditambahkan. Lalu biaya
konversi telah diserap sebesar 70% pada persediaan dalam proses awal, sehingga sisa
nya sebesar 30% dapat dikalikan dengan unit dalam proses awal.
Untuk menghitung biaya yang ditransfer dapat dilakukan dengan cara berikut:
14
Setelah dilakukan 5 langkah tersebut, dapat dirangkum menjadi sebagai berikut:
Dari perhitungan tersebut dapat kita jadikan dasar untuk melakukan jurnal.
Berikut jurnal yang dilakukan:
15
Gambar 2.5 aliran fisik metode rata-rata tertimbang
Sedangkan untuk menilai persediaan akhir dilakukan dengan cara sebagai berikut:
16
Langkah 5. Rekonsiliasi Biaya
17
itulah kemudian dapat ditelusuri kaitannya dengan penentuan dasar biaya overhead
pabrik.
Orientasi pada hasil produksi, dasar dasar overheadnya jumlah unit
Orientasi pada tenaga kerja, dasar overheadnya tenaga kerja atau jam tenaga
kerja,
Orientasi pada teknologi, dasar overheadnya jam mesin
Orientasi pada bahan baku, dasar overheadnya biaya bahan baku
Overhead pabrik/unit = Estimasi BOP/Estimasi unit produksi
Overhead pabrik sebagai persentase dari biaya tenaga kerja langsung = Estimasi
BOP/Estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung
Overhead pabrik berdasarkan jam tenaga kerja langsung = Estimasi BOP/jam
tenaga kerja langsung
Overhead pabrikberdasarkan jam mesin = Estimasi BOP/jam mesin
Overhead pabrik sebagai persentase dari biaya bahan langsung = Estimasi
BOP/Estimasi jumlah biaya bahan langsung.
18
Over applied terjadi karena overhead actual lebih besar daripada overhead
budget
Adanya over/applied dibebankan ke harga pokok penjualan, barang dalam
proses dan barang jadi
b. Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya perunit. Pada dasarnya
untuk menghitung biaya perunit antara perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur adalah sama. Pertama sekali, perusahaan jasa yang disediakan dan
mengidentifikasi total biaya untuk unit jasa yang disediakan. Perusahaan jasa maupun
perusahaan manufaktur menggunakan data biaya dengan tujuan yang sama, yaitu
untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan layanan baru,
membuat keputusan harga jual dan lainnya, hanya perusahaan jasa tidak memerlukan
data biaya untuk menentukan nilai persediaan, karena jasa tidak menghasilkan produk
fisik.
2.5 Pembahasan Kasus
Pada materi studi Kasus kali ini, penulis akan menyajikan sebuah data kasus
tentang Perhitungan biaya per unit di salah Satu UMKM Roti Abadi di Kabupaten
Nganjuk. Dalam memilih kasus studi ini penulis sengaja memilih kasus UMKM
19
karena alasannya banyak sekali UMKM kesulitan dalam menghitung Biaya produksi
per unit dari produk yang dia produksi. Untuk itu semoga kasus studi ini bisa
menambahkan wawasan bagi bagaimana cara untuk menghitung biaya produksi per
unit.
Deskripsi Kasus UMKM Roti Abadi Nganjuk.
UMKM Roti Abadi merupakan UMKM yang bergerak dibidang produksi roti.
Produk yang dihasilkan adalah Roti gembung. Dalam produksinya dalam Bulan
Desember 2014, Roti Abadi membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut
Bahan Baku Awal
1. Tepung Cakra 2.300kg @ 2.500/kg
2. Tepung Lencana 2.300kg @ 3.500/kg
3. Mentega Kuning 230kg @15.700/kg
4. Mentega Putih 115kg @31.000/kg
5. Gula 230kg @10.000
6. Pengembang 11.5kg @ 42.000/kg
7. Pelembut 11.5 kg @ 42.000/kg
8. Susu 115 liter @ 33.000/kg
9. Telur 230 kg @ 21.000/kg
10. Selai Nanas 23 pack@100.000/pack
11. Selai strawberry 23 pack@ 100.000/pack
12. Selai Blueberry 23 pack @ 100.000/pack
13. Selai kelapa 23 pack @ 125.000/pack
14. Selai Meses 23 Pack @ 155.000/pack
15. Jeli Tulis 23 pack @ 28.000/pack
16. Gula Halus 23 pack @ 20.000/pack
Dalam Usaha tersebut Roti abadi memiliki Asset tetap sebagai berikut
20
5 Loyang 42.000 150 6.300.000 2.000.000 7
3 Mixer 50.000
5 Kendaraan 1.600.000
Jumlah 1.985.000
Dalam praktek selama ini, Roti abadi telah melakukan proses penentuan
Biaya per unit dengan perhitungan sebagai berikut :
21
8 Susu 5 liter 115 liter 33.000 3.795.000
Total 60.343.000
Roti/Potong 5.247,21
Pertanyaan:
1. Apakah perhitungan Harga Pokok Produksi per unit untuk perhitungan
dari Roti Abadi tersebut sudah mencerminkan seluruh biaya?
2. Jika bukan mencerminkan seluruh biaya, berikan perhitungan dan
penjelasan
3. Bandingkanlah perhitungan Roti Abadi dan Perhitungan Saudara
beserta analisanya.
Solusi
1. Apakah perhitungan Harga Pokok Produksi per unit untuk perhitungan
dari Roti Abadi tersebut sudah mencerminkan seluruh biaya?
Jawaban : Dalam Perhitungan HPP yang dilakukan oleh Roti Abadi
belum mencerminkan data perhitungan keseluruhan biaya.
2. Perhitungan ulang HPP per Unit dari kasus Roti Abadi dengan
menggunakan metode Full Costing
Tahapan dalam penyusunan HPP per unit sebagai berikut
Bahan Baku
Pembelian Jumlah
NO Nama Bahan Harga Satuan Saldo
setiap Kebutuhan
22
5 Gula 10 kg 230 kg 10.000 2.300.000
6 Pengembang ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000
7 Pelembut ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000
8 Susu 5 liter 115 liter 33.000 3.795.000
9 Telur 10 kg 230 kg 21.000 4.830.000
10 Selai Nanas 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
11 Selai strowberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
12 Selai Blueberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
13 Selai Kelapa 1 Pack 23 Pack 125.000 2.875.000
14 Selai Meses 1 Pack 23 Pack 155.000 3.565.000
15 Jeli Tulis 1 Pack 23 Pack 28.000 644.000
16 Gula Halus 1 Pack 23 Pack 20.000 460.000
Jumlah 47.311.000
Jumlah
No Gaji Per Bulan Jumlah
Karyawan
1 15 Orang 8.000.000 12.000.000
Jumlah
No Nama Bahan Penolong Harga Satuan Total
pemakaian
1 Solar 115 7.500 862.500
2 LPG 4 135.000 540.000
3 Pembungkus 11.500 500 5.750.000
Total 7.152.500
2. Biaya Listrik
Jumlah
No Nama Bahan Penolong Harga Satuan Total
pemakaian
1 Biaya Listrik 170.000
23
Jumlah Rp. 12.422.619
Dari perhitungan penyusutan diatas adalah total Biaya penyusutan Asset tetap
dalam satu tahun, Untuk menghitung biaya asset tetap per bulan tinggal di bagikan 12
bulan maka didapatkan Rp. 1.035.218
Jadi total Biaya Overhead Pabrik yang digunakan selama bulan Desember
adalah jumlah dari biaya bahan penolong, Biaya Listrik, Biaya Penyusutan Mesin,
Peralatan, dan Bangunan, dan Biaya perawatan dan Pemeliharaan mesin dan
peralatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jadi Total Harga Pokok Produksi Per Unit untuk Roti Abadi dengan
menggunakan metode Full Costing Adalah sebagai berikut
Jadi jika menggunakan perhitungan Full Costing HPP per Potong Roti adalah
Rp. 6.056,84
24
Perbandingan perhitungan Metode Variabel vs Metode Full Costing
Metode UMKM Roti abadi lakukan dalam menhitung HPP Per Unit lebih
rendah, karena tidak semua biaya dalam proses perhitungan dihitung secara merata.
Sehingga terjadi Penurunan terhadap HPP, Hal ini tentu kurang mencerminkan data
informasi yang sebenarnya. Untuk itu di harapkan UMKM Roti Abadi melakukan
proses perhitungan ulang untuk menentukan HPP per Unitnya. Sehingga mendekati
penilaian yang sesungguhnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Horngren Charles T., Datar Srikant M and Rajan Madhav V (2018). Horngren’s
Cost Accounting (A Managerial Emphasis). Sixteenth Edition. Pearson
Education, inc., New York, USA
Hansen Don R., Mowen Maryanne M and Guan Liming (2009). Cost Management
(Accounting & Control). Sixth Edition. South-Western Cengage Learning.,
USA
Nobles T., Mattison B., Matsumura Ella M (2011). Horngren’s Accounting. Teenth
Edition. Pearson, USA
26