Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN BIAYA

PERKEMBANGAN KONSEP AKUNTANSI MANAJEMEN


(Perbedaan Akuntansi Keuangan, Akuntansi Biaya, Manajemen Biaya Dan
Akuntansi Manjemen, Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen)

KONSEP DAN PERILAKU BIAYA


(Different Cost For Different Purpose, Perilaku Biaya, Konsep Relevant
Range, Teknik Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel)

PENENTUAN BIAYA PER UNIT


(Sistem Biaya Pesanan, Sistem biaya Proses, Pembebanan Overhead Pabrik)

PEMBAHASAN KASUS

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Enni Savitri, SE, MM, Ak, CA

Kelompok 1
Aisyah Nabillah
Ahmad Hambali
Bangkit Aknico Priyangga
Suryadi

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur hanya kepada Allah Subhanahu wataala.karena pada hari
ini kami dari kelompok 1 diberikan kesempatan dan Kesehatan sehingga dapat
melaksanakan pembuatan makalah Akuntansi Manajemen Biaya.

Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang materi awal dalam akuntansi
manajemen biaya yang terdiri dari Perkembangan akuntansi manajemen, Konsep
akuntansi biaya, hingga penentuan biaya per unit dan diakhiri pembahasan tentang kasus.
Diharapkan setelah penulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan tentang Bagaimana
akuntansi biaya itu sendiri. Sehingga output dari akuntansi biaya dapat diolah menjadi
informasi yang berguna bagi perusahaan.

Selanjutnya dalam penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan, penulis


mengucapkan maaf, Dan berharap penulisan makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Pekanbaru, 20 Februari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ I


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... II
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen ........................................................ 3


2.1.1 Perkembangan Konsep Akuntansi Manajemen ................................... 3
2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen ................................... 4
2.2.1 Perbedaan Akuntansi Biaya dan Manajemen Biaya ............................. 6
2.2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Akuntansi
Biaya dan Manajemen Biaya .............................................................. 6
2.3 Konsep dan Perilaku Biaya ..................................................................................... 7
2.3.1 Biaya yang Berbeda untuk Tujuan yang Berbeda ............................... 7
2.3.2 Perilaku Biaya.................................................................................... 7
2.3.3 Konsep Relevant Range ..................................................................... 9
2.3.4 Teknik Pemisahan Biaya Tetap Dan Variabel ..................................... 10
2.4 Penentuan Biaya Per Unit ....................................................................................... 11
2.4.1 Sistem Biaya Pesanan ........................................................................ 11
2.4.1.1 Akuntansi Untuk Job Order Costing ........................................... 11
2.4.2 Sistem Biaya Proses ........................................................................... 12
2.4.2.1 Metode FIFO .............................................................................. 13
2.4.2.2 Metode Rata-Rata Tertimbang .................................................... 15
2.4.3 Pembebanan Overhead Pabrik ............................................................ 17
2.5 Pembahasan Kasus .................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26

II
BAB I

PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Semua bisnis pasti sangat memperhatikan Pendapatan dan biaya. Manajer atau
pimpinan dalam perusahaan tentu sangat membutuhkan perhitungan yang tepat
tentang masalah pendapatan dan biaya. Jika seorang manajer tidak mampu
mengendalikan 2 hal ini sudah dapat dipastikan akan membuat perusahaan menjadi
kehilangan arah dan tujuan. Begitu juga dengan manajer yang mampu
memperhitungkan pendapatan dan biaya dengan baik, maka dapat menjadi cara yang
sangat tepat dalam menentukan kemajuan perusahaan.
Manajer menjadikan informasi biaya sebagai alat untuk menentukan
pengembangan, perencanaan, penganggaran, penetapan harga produk. Perusahaan
Coca Cola sebagai contohnya, bagaimana perusahaan ini menggunakan strategi
pemasaran dengan sangat baik. Coca Cola yang tadinya lebih condong untuk
menggunakan kemasan botol kaca atau botol plastic besar untuk di jual. Pada saat ini
yang tersedia lebih banyak di pasaran adalah coca cola kemasan mini.
Coca cola sangat menyadari kecenderungan perilaku konsumen hari ini yang
mencoba untuk mengurangi makanan atau minuman yang mengandung gula yang
tinggi. Coca cola mencoba membuat terobosan baru yaitu membuat kemasan baru,
yang mana ukurannya sangat mini tetapi dengan harga yang kompetitif. Konsumen
akan berfikir bahwa tidak masalah kesehatan meminum minuman soda dengan
ukuran yang kecil.
Perubahan strategi pemasaran ini juga ternyata membuat keuntungan
tersendiri bagi Coca cola. Kemasan yang kecil tentunya isinya juga akan kecil
sehingga biaya untuk ukuran akan semakin kecil sehingga akan lebih
menguntungkan. Hal ini terbukti bahwa penjualan Produk ukuran mini jauh lebih
tinggi daripada ukuran besar. Strategi ini merupakan keuntungan besar bagi pihak
coca cola. Strategi ini akan berhasil jika pihak manajer memiliki manajemen biaya
yang baik sehingga dapat menentukan biaya per unit dan menentukan berapa harga
jual yang sesuai untuk pasaran agar lebih kompetitif.
Kesimpulan nya adalah bahwa Manajemen biaya dalam perusahaan sangatlah
penting di dalam menjalankan kegiatan usaha. Sehingga diharapkan dapat
memotivasi bagi kita agar mendalami ilmu tentang biaya. Selain itu pembahasan kali
ini juga akan membahas tentang Perbedaan akuntansi biaya, akuntansi keuangan
hingga akuntansi manajemen hingga penentuan biaya per unit.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah perbedaan dari akuntansi keuangan, akuntansi biaya, manajemen
biaya, dan akuntansi manajemen?
2. Bagaiman Sejarah perkembangan akuntansi manajemen?
3. Apakah yang dimaksud dengan Different Cost for Different Purpose?
4. Apakah yang dimaksud dengan Perilaku biaya?
5. Apakah yang dimaksud Konsep Relevant Range?
6. Bagaimana cara teknik pemisahan Biaya tetap dan Variabel?
7. Apakah yang dimaksud penentuan biaya per unit dengan sistem pesanan,
sistem biaya proses, pembebanan Overhead Pabrik

1
1.3 Tujuan Penelitian

1. Agar pembaca dapat memahami perbedaan dan hubungan Akuntansi


Keuangan, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen.
2. Agar pembaca dapat memahami sejarah perkembangan Akuntansi
Manajemen.
3. Agar pembaca dapat memahami konsep akuntansi biaya yaitu Different Cost
for Different Purpose.
4. Agar pembaca dapat memahami konsep Relevant Range
5. Agar pembaca dapat mengetahui tken pemisahan biaya tetap dan variabel
6. Agar pembaca dapat memahami penentuan biaya per unit dengan sistem
pesanan, sistem biaya proses dan pembebanan overhead pabrik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen


Pada tahun 1880an, perusahaan manufaktur di Amerika mulai berkonsentrasi
dalam pengembangan teknologi produksi yang berkapasitas besar. Para manajer dan
insinyur pada perusahaan metal telah menyebarkan untuk menghitung relevant
product cost yang disebut scientific management. Prosedur ini dipakai untuk
menganalisis produktivitas dan keuntungan suatu produk. Akan tetapi seiring
berkembangnya pemikiran Akuntansi maka setelah tahun 1914 mekanisme tersebut
mulai hilang dari praktik Akuntansi perusahaan.
Setelah Perang Dunia I, terdapat peraturan Akuntansi keuangan yang
mempunyai dampak berkurangnya informasi Akuntansi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja bawahan dalam perusahaan besar (lost relevance). Sampai
tahun 1920an, semua manajer percaya pada informasi yang berafiliasi dengan proses
produksi utama, transaksi dan even yang menghasilkan jumlah nominal pada laporan
keuangan. Setelah tahun 1925, informasi yang dipakai oleh manajer menjadi lebih
sederhana dan banyak perusahaan manufaktur di Amerika telah menyebarkan
mekanisme Akuntansi Manajemen menyerupai yang dikenal sekarang.
Selama kurun waktu lebih dari enam puluh tahun, akuntan akademisi
berusaha untuk mengembalikan relevansi antara informasi kos akunting dengan
informasi Akuntansi keuangan. Usaha tersebut memakai model perusahaan
manufaktur sederhana, homogen dengan perusahaan tekstil abad 19, dan dalam
rangka mengatasi kasus produksi, akademisi menyusun ulang informasi pelaporan
kos persediaan. Meskipun demikian, model tersebut terlalu sederhana untuk
menjelaskan kasus faktual yang dihadapi oleh manajer akan tetapi hal tersebut
dimahfumkan dalam rangka mempermudah bagaimana informasi kos yang berasal
dari laporan keuangan sanggup dibentuk relevan dengan pengambilan keputusan.
Mulai tahun 1980an hingga sekarang, Akuntansi Manajemen mengalami masa
perkembangan yang pesat dengan kiprahnya sebagai pendamping Akuntansi
keuangan.

2.1.1 Perkembangan Konsep Akuntansi Manajemen


Menurut IFAC (1998) dalam Mahfar (2004), perkembangan akuntansi
manajemen dibagi ke dalam empat fase, antara lain penentuan biaya dan kontrol
keuangan, informasi untuk pengelolaan perencanaan dan pengendalian, pengurangan
limbah dalam proses produksi, dan penciptaan nilai melalui penggunaan sumber daya
yang efektif. Fase pertama menjelaskan bahwa sebelum tahun 1950, akuntansi
manajemen dianggap sebagai kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi, dimana berorientasi pada penentuan biaya produk dan kontrol keuangan.
Sumber utama data pada tahap ini diambil dari laporan keuangan, dimana analisis
rasio, analisis laporan keuangan dan teknik-teknik akuntansi biaya sangat populer.
fase ini ditandai dengan teknologi produksi relatif sederhana (produk melalui
serangkaian proses produksi yang berbeda), biaya tenaga kerja dan bahan mudah
diidentifikasi, serta proses manufaktur yang dijalankan secara manual.
Fase kedua yaitu informasi untuk pengelolaan perencanaan dan pengendalian
menjelaskan bahwa fokus akuntansi manajemen bergeser ke penyedia informasi
untuk perencanaan dan pengendalian tujuan. Fokus ini mulai bergeser menjelang
tahun 50-60an. Pada fase ini, akuntansi manajemen dilihat oleh IFAC sebagai
kegiatan manajemen dalam peran staf (Staff Role). Fase ini melibatkan dukungan staf
(manajemen) kepada manajemen lini melalui penggunaan teknologi analisis

3
keputusan dan akuntansi pertanggungjawaban (Ashton et al., 1995). Pada fase ini,
praktik-praktik akuntansi manajemen yang digunakan antara lain Standart Costing,
Cost-Volume-Profit (CVP) dan Break-Even Analysis.
Fase ketiga yaitu pengurangan limbah dalam proses produksi. Pada fase ini
dilakukan pengeliminasian terhadap “non-value-added activities”, serta penggunaan
formula matematika seperti Economic Order Quantity (EOC model), Inventory
evaluation models (LIFO, FIFO), dan multiple regression. Fase ini menjawab
tantangan untuk memenuhi persaingan global diantisipasi dengan memperkenalkan
teknik manajemen dan produksi yang baru, dan pada saat yang sama mengendalikan
biaya, melalui pengurangan limbah sumber daya yang digunakan dalam proses bisnis
(IFAC, 1998).
Fase keempat, yaitu penciptaan nilai melalui penggunaan sumber daya yang
efektif menjelaskan bahwa fokus akuntan manajemen bergeser ke generasi atau
penciptaan nilai melalui penggunaan sumber daya secara efektif. Pada 1990-an 22
industri di seluruh dunia terus menghadapi ketidakpastian dan hal-hal yang belum
pernah terjadi sebelumnya di bidang manufaktur dan teknologi pengolahan informasi
(Ashton et al., 1995). Untuk mengatasi masalah ini makan diperlukan penggunaan
teknologi yang memakai driver dari nilai pelanggan, nilai pemegang saham, dan
inovasi organisasi (IFAC, 1998). Teknik-teknik akuntansi manajemen yang
diperkenalkan pada fase ini antara lain Just In Time (JIT), Balance Score Card, dan
Strategic Management Accounting.
Perbedaan penting antara fase 2, fase 3 dan fase 4 adalah perubahan dalam
fokus penyediaan informasi dan arah pengelolaan sumber daya. Selain itu, dapat
dilihat bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen yang digunakan juga berbeda di
tiap fase. Hal ini mnunjukkan bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen juga
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menuju kearah yang lebih baik.

2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen


Seperti yang telah kita pelajari di Akuntansi Keuangan, sistem akuntansi
digunakan untuk mencatat peristiwa dan transaksi ekonomi, seperti penjualan dan
pembelian bahan, dan memproses data menjadi informasi yang berguna bagi manajer,
perwakilan penjualan, supervisor produksi, dan lainnya. Proses setiap transaksi
ekonomi berarti mengumpulkan, mengkategorikan, meringkas, dan menganalisis.
Misalnya, biaya dikumpulkan berdasarkan kategori, seperti bahan, tenaga kerja, dan
pengiriman. Biaya ini kemudian dirangkum untuk menentukan biaya total perusahaan
berdasarkan bulan, kuartal, atau tahun.
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki tujuan yang berbeda.
Seperti yang kita ketahui, akuntansi keuangan berfokus pada pelaporan informasi
keuangan kepada pihak eksternal seperti investor, lembaga pemerintah, bank dan
pemasok berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum atau “Generally
Accepted Accounting Principles” (GAAP). Cara yang paling penting informasi
akuntansi keuangan mempengaruhi keputusan dan tindakan manajer adalah melalui
kompensasi yang seringkali didasarkan pada angka dalam laporan keuangan. Cara
informasi akuntansi keuangan yang paling penting mempengaruhi keputusan dan
tindakan manajer adalah melalui kompensasi, yang seringkali sebagian didasarkan
pada angka dalam laporan keuangan.
Akuntansi Manajemen adalah proses mengukur, menganalisis, dan
melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang membantu manajer
membuat keputusan untuk memenuhi tujuan organisasi. Manajer menggunakan
informasi akuntansi manajemen untuk:

4
1. mengembangkan, mengkomunikasikan, dan menerapkan strategi.
2. mengoordinasikan desain produk, produksi, dan keputusan pemasaran serta
mengevaluasi kinerja perusahaan.

Adapun perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen adalah :


1. Berdasar tujuan, akuntansi keuangan tujuanya menghasilkan laporan keuangan
yang menggambarkan kondisi dan performa perusahaan pada periode tertentu.
Akuntansi manajemen tujuan untuk menghasilkan laporan secara spesifik dan
detail, mengidentifikasi masalah yang timbul serta menyelesaikan masalah
tersebut.
2. Berdasar pengguna laporan, Akuntansi keuangan membantu pihak eksternal
untuk membuat keputusan terkait ekonomi dan investasi sehingga dapat
dilakukan evaluasi kinerja manajemen dalam menjalankan bisnis. Sedangkan,
akuntansi manajemen digunakan untuk menyediakan informasi keuangan bagi
keperluan pihak manajemen atau pihak internal perusahaan yang dipakai sebagai
bahan evaluasi dan sarana pengambilan keputusan untuk perusahaan.
3. Berdasar rentang waktu, Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan
yang mencakup rentang jangka waktu tertentu misalnya pada periode satu tahun,
setengah tahun, atau bulanan. Sedangkan akuntansi manajemen memiliki rentang
waktu yang jauh lebih fleksibel dibanding dengan akuntansi keuangan, misalnya
harian atau mingguan.
4. Berdasar fokus informasi, Akuntansi keuangan fokus pada informasi masa lalu
dengan memberikan gambaran pertanggungjawaban manajemen perusahaan atas
pengelolaan dana perusahaan. Sedangkan akuntansi manajemen cenderung
berorientasi kepada masa yang akan datang.
5. Berdasar tipe informasi, Akuntansi keuangan hanya mengukur mengenai
keuangan saja dan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
berlaku. Sedangkan akuntansi manajemen mengukur keuangan dan operasional
serta pengukuran fisik proses, supplier, teknologi, kompetitor, dan juga
pelanggan. Laporan ini juga tidak memiliki batasan pada prinsip akuntansi.

Informasi dan laporan akuntansi manajemen tidak harus mengikuti prinsip


atau aturan yang ditetapkan. Pada tabel 1-1 dibawah ini merangkum perbedaan utama
antara Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan. Walau bagaimanapun bahwa
laporan seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas adalah umum untuk
Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan.

Keterangan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

Menghasilkan laporan keuangan


Menghasilkan laporan secara
Tujuan Informasi yang menggambarkan kondisi
spesifik dan detail
dan performa

Pengguna eksternal seperti


Pengguna Utama Pihak internal investor, bank, regulator, dan
supplier

Fokus dan Penekanan Fokus ke masa depan Fokus ke masa lalu

Tindakan dan laporan Laporan keuangan harus disusun


Aturan Pengukuran dan internal tidak harus sesuai dengan GAAP dan
Pelaporan mengikuti GAAP tetapi disertifikasi oleh auditor
didasarkan pada analisis independen eksternal

5
biaya manfaat

Rentang Waktu dan Jenis Harian, Mingguan dan Laporan keuangan tahunan dan
Laporan Bulanan triwulanan.
Terutama melaporkan peristiwa
Dirancang untuk ekonomi tetapi juga
mempengaruhi perilaku mempengaruhi perilaku karena
Penerapan Perilaku
manajer dan karyawan kompensasi manajer seringkali
lainnya didasarkan pada hasil keuangan
yang dilaporkan
Tidak ada mandatory rule Memakai pedoman pada
Tipe Informasi
(aturan wajib) SAK/IFRS

2.2.1 Perbedaan Akuntansi Biaya dan Manajemen Biaya

Akuntansi biaya memberikan informasi untuk akuntansi manajemen dan


profesional akuntansi keuangan. Akuntansi biaya adalah proses mengukur,
menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang berkaitan
dengan biaya untuk memperoleh atau menggunakan sumber daya dalam sebuah
organisasi. Misalnya, menghitung biaya suatu produk adalah fungsi akuntansi biaya
yang memenuhi kebutuhan penilaian persediaan akuntan keuangan dan kebutuhan
pengambilan keputusan akuntan manajemen (seperti memutuskan bagaimana
menentukan harga produk dan memilih produk mana yang akan dipromosikan).
Para pebisnis sering menggunakan istilah manajemen biaya. Sayangnya,
istilah tersebut tidak memiliki definisi yang tepat. kami menggunakan manajemen
biaya untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan manajer untuk menggunakan
sumber daya dengan cara yang meningkatkan nilai produk bagi pelanggan dan
mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, manajemen biaya tidak hanya tentang
mengurangi biaya. Manajemen biaya juga mencakup pengambilan keputusan untuk
mengeluarkan biaya tambahan misalnya, untuk meningkatkan kepuasan dan kualitas
pelanggan dan untuk mengembangkan produk baru—dengan tujuan meningkatkan
pendapatan dan laba. Memasuki pasar baru atau tidak, menerapkan proses organisasi
baru, dan mengubah desain produk juga merupakan keputusan manajemen biaya.
Informasi dari sistem akuntansi membantu manajer untuk mengelola biaya, tetapi
informasi dan sistem akuntansi itu sendiri bukanlah manajemen biaya.

2.2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Akuntansi


Biaya dan Manajemen Biaya

Secara keseluruhan akuntansi keuangan berfokus pada pelaporan informasi


keuangan saja dan akuntansi manajemen juga menyediakan informasi keuangan dan
non keuangan. Manajemen biaya juga di sebut sebagai akuntansi biaya. Bedanya pada
manajemen biaya menyediakan informasi secara lebih detail dan mencakup
pengambilan keputusan untuk mengeluarkan biaya tambahan dengan tujuan
meningkatkan pendapatan dan laba. Manajemen biaya merupakan sistem terstruktur
sempurna yang memberikan informasi yang komprehensif kepada manajemen
organisasi sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai peluang untuk
perencanaan strategis, peningkatan, dan Membuat keputusan operasional mengenai
pengadaan dan penggunaan sumber daya yang dibutuhkan.

6
2.3 Konsep dan Perilaku Biaya
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber Ekonomis yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang
dimasukkan dalam neraca. Contoh : Persediaan bahan baku. Persediaan produk dalam
proses, Persediaan produk selesai, Supplies atau aktiva yang belum digunakan.
Sedangkan Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat
dan sekarang telah habis. Beban ini dimasukkan ke dalam Laba/Rugi, sebagai
pengurangan dari pendapatan. Contoh : Beban penyusutan, Beban pemasaran, Beban
yang tergolong sebagai biaya operasi.
Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan
informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Oleh sebab itu perlu diketahui
penggolongan biaya atas dasar perilakunya yang dimaksud dengan perilaku biaya
adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan
atau aktivitas perusahaan (misalnya volume produksi atau volume penjualan). Besar-
kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi atau volume
penjualan. Berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.
Biaya dapat digolongkan atas : Biaya Variabel, Biaya Tetap dan Biaya Semi
Variabel.

2.3.1 Biaya yang Berbeda untuk Tujuan yang Berbeda


Manajer menggunakan cara-cara alternatif untuk menghitung biaya dalam
situasi pengambilan keputusan yang berbeda karena ada biaya yang berbeda untuk
tujuan yang berbeda. Suatu konsep biaya yang digunakan untuk tujuan pelaporan
eksternal mungkin tidak sesuai untuk pelaporan internal dan rutin.
Pertimbangkan biaya iklan yang terkait dengan peluncuran produk Microsoft
Corporation
dengan masa manfaat beberapa tahun. Untuk pelaporan eksternal kepada para
pemegang saham, Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum Accounting Principles
(GAAP) mengharuskan biaya iklan televisi untuk produk ini dibebankan secara
penuh. Dibebankan dalam laporan laba rugi pada tahun terjadinya. Namun, untuk
pelaporan internal, biaya iklan televisi dapat dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi
atau dihapuskan sebagai biaya selama beberapa tahun jika tim manajemen Microsoft
percaya bahwa hal itu akan lebih akurat dan adil mengukur kinerja manajer yang
meluncurkan produk baru.

2.3.2 Perilaku Biaya

Dasar-Dasar Perilaku Biaya


Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan bagaimana biaya
berubah ketika tingkat output berubah. Biaya yang tidak berubah ketika output
berubah adalah biaya tetap. Di sisi lain, Biaya Variabel, berubah secara proporsional
dengan perubahan output. Output adalah hasil dari aktivitas oleh karena itu dapat
diukur dengan pendorong aktivitas. Sebagai contoh, bahan penanganan. Bahan dapat
diukur dengan jumlah pergerakan, pengiriman barang dapat diukur dengan unit yang
terjual, dan output pencucian tempat tidur rumah sakit dapat diukur dengan berat
cucian. Sekarang kita akan melihat lebih dekat pada biaya tetap, variabel, dan biaya
campuran. Dalam setiap kasus, biaya hanya terkait dengan satu ukuran output.
 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang

7
relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : Gaji eksekutif produksi.
Penyusutan jika menggunakan metode garis lurus. Pajak properti. Amortisasi
paten. Gaji supervisor. Asuransi properti dan kewajiban. Gaji satpam dan
pegawai kebersihan. Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan. Sewa.
 Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh :
Perlengkapan. Bahan bakar. Peralatan kecil. Kerusakan bahan. Sisa dan beban
reklamasi. Royalty. Biaya komunikasi. Upah lembur. Biaya pengangkutan dalam
pabrik.
 Biaya Campuran
Biaya Campuran adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsur tetap dan
unsur variable.

Pola Perilaku Dan Fungsi Biaya


Ada 3 macam pola, yaitu :
1. Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah (biaya tetap)
2. Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan
(biaya variable)
3. Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan (biaya
semi variable)

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen harus


mengetahui pola perilaku masing-masing biaya. Untuk menggambarkan hubungan
antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan, pada umumnya dinyatakan
dengan fungsi biaya berikut :

Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total

Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya
tetap) dan berpola variable ( biaya variable). Umumnya untuk penyederhanaan
dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus dan linier, untuk hal tersebut,
diperlukan beberapa asumsi, yaitu :

1. Hubungan teknis antara input dan output bersifat linier, misalnya setiap satuan
output memerlukan jumlah input yang sama besarnya.
2. Jumlah input yang diperlukan harus sama dengan jumlah input yang
digunakan
3. Harga perolehan input bersifat linier dengan kuantitas input yang digunakan

Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh para


akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkah laku biaya. Pada
kenyataannya banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku tetap
atau variable. Misalnya biaya bahan baku tidak mutlak biaya variable, karena
suatu pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih banyak kemungkinan
besar akan mempunyai harga yang lebih rendah disbanding jika dibeli dalam
jumlah yang lebih sedikit. Karena asumsi tersebut maka pola tingkah laku biaya
yang tidak linear (nonlinear) tidak dikemukakan pada pembahasan ini.

8
Biaya variable total jumlahnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume
kegiatan. Dengan perkataan lain biaya variable total merupakan hasil perkalian
antara biaya variable per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian fungsi
biaya tersebut diatas dapat pula dinyatakan sebagai berikut :

Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel per unit x Volume
Kegiatan

Jika, Biaya total dinyatakan dengan symbol Y


Volume kegiatan dinyatakan dengan symbol X
Biaya tetap total dinyatakan dengan symbol a
Biaya variable per unit dinyatakan dengan symbol b
Maka fungsi biaya tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y = a + b.X

Metode Penentuan Pola Perilaku Biaya


Terdapat tiga pendekatan dalam menentukan Pola Perilaku Biaya :
a. Pendekatan Intuisi
Merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa
didasari atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain dan
sebagainya. Contoh: Manajemen menetapkan bahwa biaya penyusutan merupakan
biaya tetap, biaya komisi merupakan biaya variable dan lain sebagainya.
b. Pendekatan Analisis Enjinering
Yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas antara masukan (input) dengan
keluaran (output). Misalnya: sebuah perusahaan yang memproduksi mobil, maka
sebuah mobil secara fisik dapat diketahui bahwa akan memerlukan sebuah mesin,
4 buah ban, dan lain sebagainya. Dengan demikian harga ban merupakan harga
yang membentuk biaya variable. Insinyur dan atau tenaga kerja yang terlibat
langsung dengan pengolahan fisik mobil tersebut, biaya gaji atau upah mereka
merupakan biaya variable.
c. Pendekatan Analisis Data Biaya Masa Lalu
Pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini berasumsi
bahwa biaya dimasa yang akan dating sama perilakunya dengan biaya di masa
yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-
masing biaya.

2.3.3 Konsep Relevant Range


Kisaran yang relevan adalah kisaran tingkat aktivitas atau volume normal di
mana terdapat hubungan spesifik antara tingkat aktivitas atau volume dan biaya yang
bersangkutan. Sebagai contoh, biaya tetap ditetapkan hanya dalam kaitannya dengan
rentang aktivitas atau volume total tertentu (di mana perusahaan diharapkan untuk
beroperasi) dan hanya untuk rentang waktu tertentu (biasanya periode anggaran
tertentu). Misalkan BMW membuat kontrak dengan Thomas Transport Company
(TTC) untuk mengangkut X6 ke dealer BMW. TTC menyewa dua truk, dan setiap
truk memiliki biaya sewa tetap tahunan sebesar $40.000. Penggunaan tahunan
maksimum setiap truk adalah 120.000 mil. Pada tahun ini (2017), total pengangkutan
gabungan yang diperkirakan dari kedua truk tersebut adalah 170.000 mil.

Hingga 120.000 mil, TTC dapat beroperasi dengan satu truk; dari 120.001
hingga 240.000 mil, TTC beroperasi dengan dua truk; dan beroperasi dengan dua

9
truk; dan dari 240.001 hingga 360.000 mil, beroperasi dengan tiga truk. Pola ini akan
terus berlanjut seiring dengan penambahan truk pada armadanya untuk memberikan
jarak tempuh yang lebih jauh. Mengingat perkiraan penggunaan 170.000 mil untuk
tahun 2017, maka kisaran jarak tempuh 120.001 hingga 240.000 mil yang diangkut
adalah kisaran yang diharapkan TTC untuk beroperasi, sehingga menghasilkan biaya
sewa tetap sebesar $80.000. Dalam kisaran yang relevan ini, perubahan jarak tempuh
tidak akan mempengaruhi biaya tetap tahunan.

Namun, biaya tetap dapat berubah dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Misalnya, jika total biaya sewa total biaya sewa kedua truk meningkat sebesar $2.000
untuk tahun 2018, maka tingkat total biaya tetap akan meningkat menjadi $82.000
(semua hal lain tetap sama). Jika kenaikan tersebut terjadi, total biaya sewa akan tetap
pada tingkat yang baru ini ($82.000) untuk tahun 2018 untuk jarak tempuh yang
diangkut dalam kisaran 120.001 hingga 240.000.

Kisaran yang relevan juga berlaku untuk biaya variabel. Di luar kisaran yang
relevan, biaya variable seperti biaya bahan baku langsung, mungkin tidak lagi
berubah secara proporsional dengan perubahan volume produksi. Sebagai contoh, di
atas volume tertentu, biaya bahan langsung dapat Hubungan Antara Jenis-jenis Biaya

Kami telah memperkenalkan dua klasifikasi utama biaya: langsung/tidak


langsung dan variabel/tetap. Biaya dapat secara bersamaan menjadi sebagai berikut:
■ Langsung dan variabel
■ Langsung dan tetap
■ Tidak langsung dan variabel
■ Tidak langsung dan tetap

2.3.4 Teknik Pemisahan Biaya Tetap Dan Variabel


Pemisahan biaya variabel per unit dan biaya tetap per periode dalam jumlah
biaya campuran dapat menggunakan salah satu metode sebagai berikut:
1) Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Highand Low Point – HLP)
Persamaan untuk penentuan biaya variable per unit dan biaya tetap: (biaya tinggi
– biaya rendah) Biaya Variabel per unit = ( output tinggi – output rendah)
Biaya Tetap dihitung dengan rumus persamaan garis lurus (linier) yaitu
Y = a + bx , dimana
Y = Biaya campuran
a = Biaya tetap yang terdapat dalam biaya campuran
b = unit produksi atau ukuran lainnya
x = Biaya variabel per unit dalam biaya campuran

2) Metode Kuadrat Kecil (Least Square Method – LS)


Metode ini biaya variabel dan biaya tetap dihitung berdasarkan persamaan garis
lurus:
Y = a + bx, dimana
Y = Biaya campuran rata-rata per periode atau aktivitas
a = Biaya tetap yang terdapat dalam biaya campuran
b = unit produksi atau volume kegiatan atau ukuran lainnya
seperti jam mesin, jam tenaga kerja
x = Biaya variabel per unit dalam biaya campuran
nΣ XY - (Σ X) (Σ Y)b =nΣ x2 – (Σx)2

10
3) Metode Scatter Graph adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis
dengan memplot data dalam suatu grafik, sehingga hubungan antara biaya dan
tingkat aktivitas dapat terlihat. (Y2 - Y1) Biaya variabel per unit = (X2 - X1)
Biaya tetap = biaya aktivitas – (biaya variabel per unit x tingkat aktivitas)

2.4 Penentuan Biaya Per Unit


2.4.1 Sistem Biaya Pesanan
Sistem Biaya Pesanan adalah suatu metode pengumpulan harga pokok produk
yang dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak. Jadi setiap ada pesanan
mempunyai harga pokok tersendiri yang dibuat dalam job cost sheet. Pada metode
ini, produksi dilakukan untuk memenuhi pesanan pelanggan. Sistem biaya pesanan
biasanya digunakan untuk perusahaan yang memproduksi bermacam produk selama
periode tertentu. Konsekuensinya, biaya harus dicatat untuk masing-masing produk
atau pekerjaan.

Formulir permintaan bahan baku dan kartu jam kerja digunakan


untuk membebankan biaya bahan langsung dan tenaga langsung ke pekerjaan dengan
metode Job Costing System. Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan
menggunakan tarif overhead yang ditentukan dimuka. Tarif overhead yang ditentukan
dimuka diperhitungkan sebelum periodenya dimulai dengan membagi estimasi biaya
produksi total untuk periode tersebut dengan estimasi total basis alokasi untuk
periode tersebut. Basis alokasi yang biasanya digunakan adalah jam kerja langsung,
dan jam mesin. Overhead dibebankan ke pekerjaan dengan mengalikan tarif overhead
yang ditentukan dimuka dengan jumlah aktual basis alokasi yang terjadi untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Dokumen untuk mengidentifikasi setiap pesanan dan mengakumulasi setiap


biaya produksi disebut sebagai job-order cost sheet atau kartu biaya pesanan.

Gambar 2.1 Job-Cost Sheet


Sumber : Hanses et al (2006)

Dari gambar 2.1 di atas menujukkan bahwa biaya per unit didapat dari
pembagian total biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead dengan jumlah unit yang sudah produksi.

2.4.1.1 Akuntansi Untuk Job Order Costing


Menurut Carter (2009), dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan
melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi sebagai bertikut

11
1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
3. Pengakuan biaya overhead pabrik
4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
6. Pembebanan estimasi biaya overhead
7. Penyelesain pesanan
8. Penjualan produk

2.4.2 Sistem Biaya Proses


Sistem Biaya Proses (Process Cost) adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini,
proses produksi diperusahaan dilaksanakan secara terus menerus, barang yang
dihasilkan homogen, dan perhitungan harga pokok produksi didasarkan atas waktu.
Pada metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi stock.

Persamaan antara job order costing dan proses costing terletak pada
tujuannya yaitu, tujuan utama kedua sistem tersebut adalah membebankan
biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead ke produk dan memberikan mekanisme
penghitungan biaya per unit. Keduanya menggunakan rekening yang sama termasuk
overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Selain mempunyai persamaan, ternyata kedua system ini mempunyai
perbedaan seperti yang disajikan dalam table berikut:

Job Order Costing Process Costing


1. Beberapa pekerjaan yang berbeda 1. Hanya ada satu jenis produk yang
dikerjakan dalam satu periode. diproduksi secara kontinyu dan
Masing-masing pekerjaan memiliki dalam jangka Panjang. Seluruh
spesifikasi unit bersifat identik
2. Biaya dikumpulkan untuk setiap 2. Biaya diakumulasikan per
pekerjaan departemen
3. Kartu biaya adalah dokumen 3. Laporan produksi departemen
sumber yang digunakan untuk menjadi dokumen sumber yang
mengendalikan pengumpulan biaya menunjukkan pengumpulan dan
suatu pekerjaan disposisi biaya perdepartemen
4. Biaya per unit dihitung per
4. Biaya perunit dihitung untuk setiap
departemen berdasarkan laporan
pekerjaan berdasarkan kartu biaya.
produksi per departemen.

Perbedaan job order costing dan process process costing disebabkan dua
faktor. Pertama, aliran unit dalam system process costing bersifat kontinyu dan
kedua, masing-masing unit ini tidak bisa dibedakan. Berdasarkan proses costing,
tidak mungkin untuk mencoba mengidentifikasi biaya bahan, tenaga kerja, dan
overhead berdasarkan pesanan dari konsumen (seperti yang dilakukan dalam job
order costing) karena setiap order dipenuhi dari unit-unit yang identik yang
mengalir secara terus-menerus dari bagian produksi. Biaya diakumulasikan per
depertemen dan mebebankan biaya ini secara merata ke seluruh unit yang melewati
depertemen tersebut selama satu periode.
Perbedaan lebih lanjut antara kedua system penentuan harga pokok ini adalah
bahwa kartu biaya tidak digunakan dalam process costing, karena kuncinya ada di

12
tiap departemen. Sebagai gantinya digunakan dokumen yang disebut Laporan
Produksi yang disiapkan di setiap depertemen yang melakukan pekerjaan atas produk.
Laporan produksi memiliki beberapa fungsi yaitu memberikan ringkasan jumlah unit
yang melalui depertemen selama satu periode dan digunakan juga untuk menghitung
biaya per unit.
Selanjutnya, laporan tersebut juga menunjukkan biaya yang dibebankan ke
departemen dan disposisi apa yang akan dilakukan terhadap biaya ini. Laporan
produksi departemen adalah dokumen sumber dalam process costing.
Terdapat dua metode dalam menghitung biaya per unit yaitu metode FIFO
dan Metode Rata-rata tertimbang. Kedua metode mengikuti lima langkah yang sama
untuk menyiapkan laporan biaya produksi. Namun, kedua metode tersebut biasanya
hanya menghasilkan hasil yang sama untuk langkah 1. Kedua metode paling baik
diilustrasikan dengan contoh. Metode FIFO dibahas terlebih dahulu, dilanjutkan
dengan pembahasan metode rata-rata tertimbang.

2.4.2.1 Metode FIFO


Untuk mengilustrasikan metode FIFO, mari kita kembali ke Estrella
Company, sebuah perusahaan yang massal menghasilkan obat nyeri yang banyak
digunakan.
Langkah 1. Menghitung aliran fisik persediaan
Dalam contoh ini, 10.000 unit berasal dari persediaan awal. 70.000 unit lainnya
dimulai pada Oktober. Akhirnya, 20.000 unit tersisa dalam persediaan akhir, 40
persen selesai.

Gambar 2.2 Aliran Fisik Persediaan


Langkah 2. Menghitung Unit Ekuivalen
Ingat bahwa unit ekuivalen persediaan dalam proses awal pada periode sebelumnya
tidak dihitung. Hanya unit ekuivalen yang diselesaikan yang dihitung dengan cara
mengalikan jumlah unit dalam proses awal dengan persentase pekerjaan yang tersisa.
Untuk menghitungnya dapat di ilustrasikan pada gambar berikut.

13
Gambar 2.3 Unit Ekuivalen

Karena bahan baku langsung telah dimasukkan kedalam produk dalam proses
awal, maka biaya bahan baku langsung tidak perlu lagi ditambahkan. Lalu biaya
konversi telah diserap sebesar 70% pada persediaan dalam proses awal, sehingga sisa
nya sebesar 30% dapat dikalikan dengan unit dalam proses awal.

Langkah 3. Menghitung Biaya Unit


Untuk dapat menghitung Biaya Unit dapat dilakukan dengan cara berikut:

Langkah 4. Menilai Persediaan


Metode FIFO digunakan untuk menilai output yang berhubungan dengan periode saat
ini. Output tersebut terdiri dari 3 kategori, yaitu unit ekuivalen barang dalam proses
akhir, unit dimulai dan selesai, dan unit ekuivalen yang harus diselesaikan saat dalam
proses awal. Biaya barang dalam proses akhir dapat dihitung dengan cara berikut:

Untuk menghitung biaya yang ditransfer dapat dilakukan dengan cara berikut:

Langkah 5. Rekonsiliasi Biaya


Biaya produksi dapat dihitung dengan cara berikut:

14
Setelah dilakukan 5 langkah tersebut, dapat dirangkum menjadi sebagai berikut:

Gambar 2.4 Laporan Produksi Metode FIFO

Dari perhitungan tersebut dapat kita jadikan dasar untuk melakukan jurnal.
Berikut jurnal yang dilakukan:

2.4.2.2 Metode Rata-Rata Tertimbang


Metode rata-rata tertimbang menggabungkan biaya periode sebelumnya
dengan biaya periode saat ini dengan hanya menambahkan biaya produksi dalam
pekerjaan awal dalam proses ke biaya produksi yang dikeluarkan selama periode
berjalan. Total biaya diperlakukan seolah-olah itu total biaya produksi periode saat
ini.
Langkah 1. Menghitung aliran fisik persediaan
Untuk Langkah ini, antara metode FIFO dan rata-rata tertimbang tidak ada perbedaan.

15
Gambar 2.5 aliran fisik metode rata-rata tertimbang

Langkah 2. Menghitung unit ekuivalen


Perbedaan antara kedua metode terletak pada perhitungan unit ekuivalen. Dalam
metode rata-rata tertimbang, persediaan proses awal diiperhitungkan dengan unit
dalam proses saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.6 Unit Ekuivalen metode rata-rata tertimbang

Langkah 3. Menghitung Biaya Unit


Berikut Langkah dalam menghitung biaya unit dengan metode rata-rata tertimbang.

Langkah 4. Menilai Persediaan


Untuk menilai persediaan yang ditransfer dengan cara mengalikan antara jumlah unit
yang ditransfer dengan total biaya unit seperti berikut:

Sedangkan untuk menilai persediaan akhir dilakukan dengan cara sebagai berikut:

16
Langkah 5. Rekonsiliasi Biaya

Dari lima langkah tersebut dapat dirangkum menjadi seperti berikut:

Gambar 2.7 Laporan Produksi Metode Rata-rata Tertimbang

2.4.3 Pembebanan Overhead Pabrik


Overhead pabrik harus dimasukkan Bersama-sama dengan biaya bahan
langsung dan tenaga kerja langsung ke dalam kartu biaya karena overhead pabrik
juga termasuk biaya produk. Meskipun demikian pembebanan overhead pabrik untuk
setiap unit produk dapat menjadi tugas yang sulit karena tiga alasan:
a. Overhead pabrik adalah biaya tidak langsung. Hal ini berarti tidak mungkin
atau sangat sulit untuk menelusuri biaya ini ke produk atau pekerjaan tertentu.
b. Overhead pabrik terdiri dari berbagai macam jenis biaya mulai dari mesin
sampai gaji tahunan manajer.
c. Meskipun output produksi berfluktuasi, biaya overhead pabrik relative tetap
karena adanya biaya tetap.
Pemilihan metode perhitungan tarif overhead pabrik menjadi masalah yang
sangat penting karena ketidak tepatan dalam pemilihan dasar pembebanan
overhead pabrik pabrik akan berdampak pada ketidak tepatan pada kebijakan
perusahaan selanjutnya. Memang ada beberapa metode perhitungan tarif overhead
pabrik yang sudah kita ketahui, dan dalam pemilihan metode perhitungan yang tepat
adalah amat bergantung pada orientasi yang dianut perusahaan, dan dari orientasi

17
itulah kemudian dapat ditelusuri kaitannya dengan penentuan dasar biaya overhead
pabrik.
 Orientasi pada hasil produksi, dasar dasar overheadnya jumlah unit
 Orientasi pada tenaga kerja, dasar overheadnya tenaga kerja atau jam tenaga
kerja,
 Orientasi pada teknologi, dasar overheadnya jam mesin
 Orientasi pada bahan baku, dasar overheadnya biaya bahan baku
 Overhead pabrik/unit = Estimasi BOP/Estimasi unit produksi
 Overhead pabrik sebagai persentase dari biaya tenaga kerja langsung = Estimasi
BOP/Estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung
 Overhead pabrik berdasarkan jam tenaga kerja langsung = Estimasi BOP/jam
tenaga kerja langsung
 Overhead pabrikberdasarkan jam mesin = Estimasi BOP/jam mesin
 Overhead pabrik sebagai persentase dari biaya bahan langsung = Estimasi
BOP/Estimasi jumlah biaya bahan langsung.

1. Tarif Overhead Yang Ditentukan di Muka


Tarif overhead ditentukan dimuka lebih didasarkan pada estimasi daripada
yang actual. Hal ini disebabkan oleh perhitungan tarif overhead yang ditentukan
dimuka dilakukan sebelumnya dan digunakan untuk mnetapkan biaya overhead
sepanjang periode produksi. Proses pembebanan biaya overhead pabrik ke
produk disebut pembebanan pembebanan overhead dihitung dari tarif overhead
yang ditentukan dimuka dikali jumlah basis alokasi yang terjadi dalam suatu
pekerjaan. Sedangkan untuk menghitung tarif overhead ditentukan dimuka dihitung
dari estimasi biaya overhead pabrik totaltotal dibagi estimasi unit produksi total.
Bila perusahaan tidak menggunakan tarif yang ditentukan dimuka perusahaan
harus menunggu sampai akhir periode akuntansi untuk menghitung tarif overhead
aktual berdasarkan total biaya produksi dan total unit aktual selama periode tersebut.
Ada beberapa alasan penggunaan tarif overhead dibayar dimuka dibayar dimuka
daripada tarif overhead aktual:
A. Sebelum akhir periode akuntasi, manajer menginginkan untuk mengetahui
penilaian system akuntansi terhadap pekerjaan yang diselesaikan.
B. Jika overhead pabrik actual dihitung beberapa kali, factor musiman dan
biaya overhead dan basis lokasi dapat menimbulkan adanya fluktuasi tarif
overhead.
C. Penggunaan tarif overhead yang ditentukan dimuka dapat
menyederhanakan pencatatan.

2. Pembebanan Under/Overapplied ke Akun Persediaan


Karena tarif overhead yang ditentukan di muka didasarkan pada
estimasi, biaya overhead yang terjadi yang terjadi pada periode tersebut periode
tersebut mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada biaya overhead yang
dibebankan. Perbedaan tersebut disebut overhead overhead dibebankan terlalu
dibebankan terlalu rendah atau rendah atau terlalu tinggi. terlalu tinggi. Terjadinya
Under/Overapplied karena adanya ke kekurangan/kelebihan antara Overhead aktual
dengan Overhead pabrik standar, keadaan tersebut harus disesuaikan terhadap laporan
rugi laba dengan melakukan beberapa koreksi.
 Under applied terjadi karena overhead actual lebih besar daripada overhead
budget

18
 Over applied terjadi karena overhead actual lebih besar daripada overhead
budget
 Adanya over/applied dibebankan ke harga pokok penjualan, barang dalam
proses dan barang jadi

Ada dua cara mendisposisikan saldo overhead yang dibebankan terlalu


rendah atau terlalu tinggi, yaitu:
 Ditutup ke harga pokok penjualan
 Dialokasikan antara barang dalam proses, barang jadi, dan harga pokok
penjualan dalam proporsi overhead yang dibebankan selama periode tersebut
disaldo akhir masing-masing rekening.

Metode kedua yang mengalokasikan overhead yang dibebankan terlalu rendah


atau overhead dibebankan terlalu tinggi ke saldo akhir pesediaan dan harga pokok
penjualan ekuivalen dengan penggunaan tarif overhead “actual” dan karenanya
dianggap lebih akurat dibandingkan dengan metode yang pertama. Konsekuensinya,
jika overhead yang dibebankan terlalu rendah atau overhead yang dibebankan teralu
tinggi sangat material, banyak akuntan lebih menekankan pada pendekatan kedua.
3. Manfaat biaya per unit
a. Perusahaan Manufaktur
Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan biaya
sehingga biaya perunit dari suatu produk dapat ditentukan. Informasi biaya perunit
adalah sangat penting bagi perusahaan manufaktur untuk penilaian persediaan,
penentuan laba, dan pengambilan keputusan lainnya . Pengungkapan biaya persediaan
dan penentuan laba adalah kebutuhan pelaporan keuangan yang dihadapi setiap
perusahaan pada setiap akhir periode. Untuk menentukan biaya perunit, maka total
biaya yang digunakan tergantung tujuan informasi tersebut. Perusahaan dapat
menggunakan biaya produksi, atau biaya variabel, atau biaya produksi ditambah
biaya non produksi. Untuk pembuatan laporan keuangan untuk pihak eksternal, maka
informasi biaya perunit diperoleh dari total biaya produksi, sedangkan untuk
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus, dalam
kondisi perusahaan beroperasi dibawah kapasitas produksi, maka informasi biaya
yang dibutuhkan adalah informasi biaya variabel.

b. Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya perunit. Pada dasarnya
untuk menghitung biaya perunit antara perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur adalah sama. Pertama sekali, perusahaan jasa yang disediakan dan
mengidentifikasi total biaya untuk unit jasa yang disediakan. Perusahaan jasa maupun
perusahaan manufaktur menggunakan data biaya dengan tujuan yang sama, yaitu
untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan layanan baru,
membuat keputusan harga jual dan lainnya, hanya perusahaan jasa tidak memerlukan
data biaya untuk menentukan nilai persediaan, karena jasa tidak menghasilkan produk
fisik.
2.5 Pembahasan Kasus
Pada materi studi Kasus kali ini, penulis akan menyajikan sebuah data kasus
tentang Perhitungan biaya per unit di salah Satu UMKM Roti Abadi di Kabupaten
Nganjuk. Dalam memilih kasus studi ini penulis sengaja memilih kasus UMKM

19
karena alasannya banyak sekali UMKM kesulitan dalam menghitung Biaya produksi
per unit dari produk yang dia produksi. Untuk itu semoga kasus studi ini bisa
menambahkan wawasan bagi bagaimana cara untuk menghitung biaya produksi per
unit.
Deskripsi Kasus UMKM Roti Abadi Nganjuk.

UMKM Roti Abadi merupakan UMKM yang bergerak dibidang produksi roti.
Produk yang dihasilkan adalah Roti gembung. Dalam produksinya dalam Bulan
Desember 2014, Roti Abadi membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut
Bahan Baku Awal
1. Tepung Cakra 2.300kg @ 2.500/kg
2. Tepung Lencana 2.300kg @ 3.500/kg
3. Mentega Kuning 230kg @15.700/kg
4. Mentega Putih 115kg @31.000/kg
5. Gula 230kg @10.000
6. Pengembang 11.5kg @ 42.000/kg
7. Pelembut 11.5 kg @ 42.000/kg
8. Susu 115 liter @ 33.000/kg
9. Telur 230 kg @ 21.000/kg
10. Selai Nanas 23 pack@100.000/pack
11. Selai strawberry 23 pack@ 100.000/pack
12. Selai Blueberry 23 pack @ 100.000/pack
13. Selai kelapa 23 pack @ 125.000/pack
14. Selai Meses 23 Pack @ 155.000/pack
15. Jeli Tulis 23 pack @ 28.000/pack
16. Gula Halus 23 pack @ 20.000/pack

Dalam proses pengerjaan Karyawan yang butuhkan adalah 15 orang


karyawan yang giji @ 800.000/ Bulan. Dalam satu bulan Perusahaan
menghabiskan 115 liter @7.500, dan LPG 4 Buah@135.000/Tabung. Serta
menggunakan 11.500 pembungkus @ 500/bungkus. Biaya listrik dalam satu
bulan adalah Rp. 170.000.

Dalam Usaha tersebut Roti abadi memiliki Asset tetap sebagai berikut

Jumlah Harga Beli Umur

Harga Per Nilai Sisa

No Keterangan unit (AxB) Ekonomis


Unit (A) (Rp)

(B) (Rp) (Tahun)

1 Mesin Diesel 8.000.000 1 8.000.000 4.000.000 15

2 Oven 1.750.000 3 5.250.000 3.000.000 10

3 Kompor 500.000 3 1.500.000 600.000 5

4 Mixer 1.500.000 3 4.500.000 2.000.000 5

20
5 Loyang 42.000 150 6.300.000 2.000.000 7

6 Cetakan Roti 5.000 800 4.000.000 2.000.000 5

7 Bak Plastik 75.000 4 300.000 2

8 Pompa air 650.000 1 650.000 200.000 5

9 Wajan 140.000 4 560.000 2

10 Serok 25.000 4 100.000 2

11 Kendaraan 65.000.000 1 65.000.000 40.000.000 15

12 Bangunan 200.000.000 1 200.000.000 25

Dalam penyusutan menggunakan metode garis lurus.

Setiap bulannya biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan


satu bulan terdiri dari

No Keterangan Total Biaya

1 Mesin Diesel 100.000

2 Mesin Oven 160.000

3 Mixer 50.000

4 Pompa Air 75.000

5 Kendaraan 1.600.000

Jumlah 1.985.000

Jumlah produksi Roti dalam bulan tersebut adalah 11.500 Pcs.

Dalam praktek selama ini, Roti abadi telah melakukan proses penentuan
Biaya per unit dengan perhitungan sebagai berikut :

Kebutuhan Kebutuhan Harga per

No Keterangan Per per bulan kilogram/Liter Jumlah

Produksi (x23) (Rp)

1 Tepung Cakra 100 kg 2.300 kg 2.500 5.750.000

2 Tepung Lencana 100 kg 2.300 kg 3.500 8.050.000

3 Mentega Kuning 10 kg 230 kg 15.700 3.611.000

4 Mentega Putih 5 kg 115 kg 31.000 3.565.000

5 Gula 10 kg 230 kg 10.000 2.300.000

6 Pengembang ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000

7 Pelembut ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000

21
8 Susu 5 liter 115 liter 33.000 3.795.000

9 Telur 10 kg 230 kg 21.000 4.830.000

10 Selai Nanas 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000

11 Selai strowberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000

12 Selai Blueberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000

13 Selai Kelapa 1 Pack 23 Pack 125.000 2.875.000

14 Selai Meses 1 Pack 23 Pack 155.000 3.565.000

15 Jeli Tulis 1 Pack 23 Pack 28.000 644.000

16 Gula Halus 1 Pack 23 Pack 20.000 460.000

17 Biaya Listrik 170.000 170.000

18 Biaya Solar 5 Liter 115 Liter 7.500 862.000

19 Biaya Tenaga Kerja 15 orang 800.000 12.000.000

Total 60.343.000

Jumlah Produksi Roti 11.500/bulan

Roti/Potong 5.247,21

Pertanyaan:
1. Apakah perhitungan Harga Pokok Produksi per unit untuk perhitungan
dari Roti Abadi tersebut sudah mencerminkan seluruh biaya?
2. Jika bukan mencerminkan seluruh biaya, berikan perhitungan dan
penjelasan
3. Bandingkanlah perhitungan Roti Abadi dan Perhitungan Saudara
beserta analisanya.
Solusi
1. Apakah perhitungan Harga Pokok Produksi per unit untuk perhitungan
dari Roti Abadi tersebut sudah mencerminkan seluruh biaya?
Jawaban : Dalam Perhitungan HPP yang dilakukan oleh Roti Abadi
belum mencerminkan data perhitungan keseluruhan biaya.

2. Perhitungan ulang HPP per Unit dari kasus Roti Abadi dengan
menggunakan metode Full Costing
Tahapan dalam penyusunan HPP per unit sebagai berikut

Bahan Baku
Pembelian Jumlah
NO Nama Bahan Harga Satuan Saldo
setiap Kebutuhan

1 Tepung Cakra 100 kg 2.300 kg 2.500 5.750.000


2 Tepung Lencana 100 kg 2.300 kg 3.500 8.050.000
Mentega
3 10 kg 230 kg 15.700 3.611.000
Kuning
4 Mentega Putih 5 kg 115 kg 31.000 3.565.000

22
5 Gula 10 kg 230 kg 10.000 2.300.000
6 Pengembang ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000
7 Pelembut ½ kg 11.5 kg 42.000 483.000
8 Susu 5 liter 115 liter 33.000 3.795.000
9 Telur 10 kg 230 kg 21.000 4.830.000
10 Selai Nanas 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
11 Selai strowberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
12 Selai Blueberry 1 Pack 23 Pack 100.000 2.300.000
13 Selai Kelapa 1 Pack 23 Pack 125.000 2.875.000
14 Selai Meses 1 Pack 23 Pack 155.000 3.565.000
15 Jeli Tulis 1 Pack 23 Pack 28.000 644.000
16 Gula Halus 1 Pack 23 Pack 20.000 460.000
Jumlah 47.311.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)

Jumlah
No Gaji Per Bulan Jumlah
Karyawan
1 15 Orang 8.000.000 12.000.000

Biaya Overhead Pabrik (BOP)


1. Biaya Bahan Penolong

Jumlah
No Nama Bahan Penolong Harga Satuan Total
pemakaian
1 Solar 115 7.500 862.500
2 LPG 4 135.000 540.000
3 Pembungkus 11.500 500 5.750.000
Total 7.152.500

2. Biaya Listrik

Jumlah
No Nama Bahan Penolong Harga Satuan Total
pemakaian
1 Biaya Listrik 170.000

3. Biaya Penyusutan Peralatan, Mesin dan Bangunan

Nama Jumlah Umur Beban


No Nilai beli Harga Satuan Nilai Buku
Peralatan Beli Ekonomis Penyusutan
1 Mesin Diesel 8.000.000 1 8.000.000 4.000.000 15 266.667
2 Oven 1.750.000 3 5.250.000 3.000.000 10 225.000
3 Kompor 500.000 3 1.500.000 600.000 5 180.000
4 Mixer 1.500.000 3 4.500.000 2.000.000 5 500.000
5 Loyang 42.000 150 6.300.000 2.000.000 7 614.286
6 Cetakan Roti 5.000 800 4.000.000 2.000.000 5 400.000
7 Bak Plastik 75.000 4 300.000 2 150.000
8 Pompa air 650.000 1 650.000 200.000 5 90.000
9 Wajan 140.000 4 560.000 2 280.000
10 Serok 25.000 4 100.000 2 50.000
11 Kendaraan 65.000.000 1 65.000.000 40.000.000 15 1.666.667
12 Bangunan 200.000.000 1 200.000.000 25 8.000.000

23
Jumlah Rp. 12.422.619
Dari perhitungan penyusutan diatas adalah total Biaya penyusutan Asset tetap
dalam satu tahun, Untuk menghitung biaya asset tetap per bulan tinggal di bagikan 12
bulan maka didapatkan Rp. 1.035.218

4. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan

No Keterangan Total Biaya


1 Mesin Diesel 100.000
2 Mesin Oven 160.000
3 Mixer 50.000
4 Pompa Air 75.000
5 Kendaraan 1.600.000
Jumlah 1.985.000

Total Biaya pemeliharaan dan perawatan Rp. 1.985.000/ bulan

Jadi total Biaya Overhead Pabrik yang digunakan selama bulan Desember
adalah jumlah dari biaya bahan penolong, Biaya Listrik, Biaya Penyusutan Mesin,
Peralatan, dan Bangunan, dan Biaya perawatan dan Pemeliharaan mesin dan
peralatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Keterangan Total Biaya (Rp)

1 Biaya Bahan Penolong 7.152.500


2 Biaya Listrik 170.000
Biaya Penyusutan Peralatan, Mesin
3 1.035.218
Dan Bangunan
Biaya perawatan dan Pemeliharaan mesin
4 1.985.000
dan peralatan
Jumlah BOP 10.342.718

Jadi Total Harga Pokok Produksi Per Unit untuk Roti Abadi dengan
menggunakan metode Full Costing Adalah sebagai berikut

No Keterangan Total Biaya (Rp)

1 Biaya Bahan Baku Langsung (BBB) 47.311.000

2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) 12.000.000

3 Biaya Overhead Pabrik (BOP) 10.342.718

Jumlah Total (Per Desember 2014) 69.653.718

Jumlah Produksi Roti 11.500/bulan

HPP Per Potong Roti 6.056,84

Jadi jika menggunakan perhitungan Full Costing HPP per Potong Roti adalah
Rp. 6.056,84

24
Perbandingan perhitungan Metode Variabel vs Metode Full Costing

Metode UKM Metode Full


Keterangan Selisih (Rp)
Roti Abadi (Rp) Costing (Rp)

Roti Rp. 5.247,21 Rp. 6.056,84 Rp. 809.63,-

Metode UMKM Roti abadi lakukan dalam menhitung HPP Per Unit lebih
rendah, karena tidak semua biaya dalam proses perhitungan dihitung secara merata.
Sehingga terjadi Penurunan terhadap HPP, Hal ini tentu kurang mencerminkan data
informasi yang sebenarnya. Untuk itu di harapkan UMKM Roti Abadi melakukan
proses perhitungan ulang untuk menentukan HPP per Unitnya. Sehingga mendekati
penilaian yang sesungguhnya.

25
DAFTAR PUSTAKA
Horngren Charles T., Datar Srikant M and Rajan Madhav V (2018). Horngren’s
Cost Accounting (A Managerial Emphasis). Sixteenth Edition. Pearson
Education, inc., New York, USA

Hansen Don R., Mowen Maryanne M and Guan Liming (2009). Cost Management
(Accounting & Control). Sixth Edition. South-Western Cengage Learning.,
USA

Nobles T., Mattison B., Matsumura Ella M (2011). Horngren’s Accounting. Teenth
Edition. Pearson, USA

26

Anda mungkin juga menyukai