Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“Metode Activity Based Costing”


Dosen Pengampu : Bintang B. Sibarani, SE, MM

Disusun Oleh :
Arrifa Nadhila Virgie (201071024)
Debih Janita (201071025)

Program Studi S-1 Manajemen


Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Metode
Activity Based Costing pada tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Bintang B. Sibarani, SE, MM
pada mata kuliah Akuntansi Manajemen. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Bintang B.
Sibarani, SE, MM selaku dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
I.1 Latar Belakang...........................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
I.3 Tujuan Masalah..........................................................................................6
BAB II........................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN.........................................................................................................7
II.1 Pengertian Metode Activity Based Costing.............................................7
II.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing.......................................7
II. 3 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing..................................8
II. 4 Konsep total biaya, cara mengukur biaya dan cara membebankan
biaya sebagai dasar penting perhitungan harga pokok per unit......................8
II. 5 Mendefinisikan Pengukuran Biaya Overhead Sesungguhnya dan Biaya
Overhead Dibebankan Dimuka dan Menjelaskan Biaya Overhead Dibebankan
Lebih Sering digunakan.....................................................................................10
II.6 Mengetahui Pembebanan Biaya Overhead Secara Tradisional dan
Mengapa Dapat Menghasilkan Distorsi Biaya..................................................12
II. 7 Bagaimana Metode ABC Digunakan Dalam Pembebanan Biaya
Overhead dan Dapat Menghasilkan Biaya Produk Yang Lebih Akurat..........17
II.8 Mengetahui Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional
dengan Kontemporer.........................................................................................22
BAB III..................................................................................................................... 28
PENUTUP................................................................................................................ 28
Kesimpulan........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29

BAB I

iii
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Untuk mengatasi hal


tersebut diperlukan
sistem informasi yang
memadai,
yaitu sistem informasi
untuk perencanaan,
pengelolaan,
pengendalian dan
pengambilan keputusan.
Sistem informasi yang
berhubungan dengan
masalah

iv
akuntansi atau
keuangan merupakan
tugas dan tanggung
jawab dari akuntan
manajemen, dan sistem
informasi yang
berhubungan dengan
akuntansi tersebut
disebut Akuntansi
Manajemen.
(Machfoedz, Mas’ud,
Akuntansi Manajemen,
2002).
Activity Based Costing (ABC) merupakan bagian dari manajemen, dimana
ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam

v
berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. ABC merupakan salah satu
sistem biaya manajemen, dimana ABC membebani biaya ke produk berdasar
sumber daya yang dikonsumsi.

Sistem ini mengidentifikasi biaya aktivitas (cost of activity) seperti


menjalankan suatu mesin, menerima bahan baku, menjadwalkan suatu
pekerjaan, dan sebagainya yang berhubungan dengan suatu objek biaya.

ABC kemudian menelusuri aktivitas ini ke suatu produk khusus atau


pelanggan yang menimbulkan aktivitas. Biaya overhead ditelusuri ke produk
secara khusus daripada disebar secara arbitrer terhadap semua produk.
Dengan cara ini, manajemen dapat belajar mengendalikan terjadinya
aktivitas, dan belajar mengendalikan biaya-biaya yang akan timbul.
Pengertian ABC banyak didefinisikan oleh para ahli ekonom yakni: Menurut
Blocher, et.al (2000: 120), activity-based costing (ABC) adalah pendekatan
penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa
berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.

vi
Sedangkan Ahmad (2005: 13), mendefinisikan activity based costing (ABC)
sebagai suatu prosedur yang menghitung biaya objek seperti produk, jasa,
dan pelanggan. Dikatakan juga oleh Supriyono (2002: 230), sistem biaya
berdasar aktivitas [activity-basedcost (ABC) system] adalah sistem yang
terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas,
dan kemudian ke berbagai produk.

Oleh karena itu, bagi organisasi yang berorientasi pada profit atau yang
bertujuan mencari laba, penjualan adalah sumber utama yang menghasilkan
laba. Organisasi seperti itu akan berusaha menekan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Begitu pula dengan organisasi yang berorientasi nonprofit juga
tetap berusaha akan meningkatkan penjualan dengan tujuan menjaga
kelangsungan operasional organisasi dan memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas , maka masalah yang
dapat di didentifikasikan adalah :
1 Apa pengertian dari metode activity based costing?
2 Bagaimana konsep total biaya, cara mengukur biaya dan cara
membebankan biaya sebagai dasar penting perhitungan harga pokok
per unit?
3 Bagaimana pengukuran biaya overhead sesungguhnya dan biaya
overhead dibebankan dimuka dan menjelaskan mengapa biaya
overhead dibebankan lebih sering digunakan?
4 Bagaimana mengetahui pembebanan biaya overhead secara
tradisional dan mengapa dapat menghasilkan distorsi biaya?

vii
5 Bagaimana metode ABC digunakan dalam pembebanan biaya
overhead dan dapat menghasilkan biaya produk yang lebih akurat?
6 Bagaimana Mengetahui perbedaan pembebanan biaya overhead
secara tradisional dengan kontemporer?

I.3 Tujuan Masalah


Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk melaksanakann pengerjaan tugas
besar 1 sistem informasi manajemen. Tujuan dibuatnya makalah ini juga
untuk
mengetahui apa relasi (hubungan) dari organisasi dan sistem informasi,
mengetahui
dampak sistem informasi untuk organisasi dan perusahaan bisnis, dan
mengetahui
bagaimana caranya sistem informasi mencapai keunggulan kompetitif
1. Untuk mengetahui konsep total biaya, cara mengukur biaya dan cara
membebankan biaya sebagai dasar penting perhitungan harga pokok
per unit
2. Untuk mengetahui pengukuran biaya overhead sesungguhnya dan
biaya overhead dibebankan dimuka dan menjelaskan mengapa biaya
overhead dibebankan lebih sering digunakan
3. Untuk mengetahui bagaimana caranya mengetahui pembebanan
biaya overhead secara tradisional dan mengapa dapat menghasilkan
distorsi biaya
4. Untuk Bagaimana metode ABC digunakan dalam pembebanan biaya
overhead dan dapat menghasilkan biaya produk yang lebih akurat
5. Untuk Mengetahui perbedaan pembebanan biaya overhead secara
tradisional dengan kontemporer

BAB II

PEMBAHASAN

viii
II.1 Pengertian Metode Activity Based Costing
ABC merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi
aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih
akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari
sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan
informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta
dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi (Femala 2007).
Pengertian sistem ABC yang dikemukakan oleh Hansen and Mowen
sebagai berikut : “Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri
biaya ke aktivitas kemudian ke produk.” Menurut Mulyadi (2003: 52) ada dua
keyakinan dasar yang mendasari sistem ABC, yaitu:
1 Cost is caused Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah
aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalah tentang
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan
personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. Sistem
ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan
sekedar menyebabkan timbulnya biaya.
2 The causes of cost be managed Penyebab terjadinya biaya yaitu
aktivitas dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang
menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat
mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan
berbagai informasi tentang aktivitas.
II.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing
Sistem ABC adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada
aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. ABC
menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah
setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver)
yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam
organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam
sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem
ABC mengasumsikan bahwa aktivitasaktivitas lah, yang mengkonsumsi
sumber daya dan bukannya produk (Hansen & Mowen)

ix
II. 3 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem
ABC menyaratkan tiga hal (Femala 2007):
1 Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi.
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas
yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah
dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2 Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama
atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut
maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk
memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin
penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.
3 Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan sistem ABC untuk menghasilkan
informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan

II. 4 Konsep total biaya, cara mengukur biaya dan cara membebankan
biaya sebagai dasar penting perhitungan harga pokok per unit
Biaya total atau total cost 

Adalah keseluruhan biaya tetap, termasuk biaya variabel yang harus


dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang dalam periode tertentu. Di
mana maksud dari periode tertentu tersebut adalah serangkaian proses dari
mulai membeli bahan baku, mengolahnya, hingga mendistribusikan barang
jadinya kepada konsumen.

Biaya total dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbandingan


untuk mengevaluasi kedudukan produk di dalam pasar. Apabila dalam

x
peninjauan tersebut ditemukan bahwa biaya total dapat lebih murah
dibandingkan kompetitor, maka harga produk bisa disesuaikan agar bisa
bersaing dan bertahan di dalam pasar.

Perbandingan tersebut juga bisa dijadikan sebagai acuan apakah


perusahaan perlu meningkatkan penjualan guna meningkatkan keuntungan.
Begitu pun ketika biaya total digunakan sebagai indikator kinerja perusahaan.

Secara keseluruhan, mengetahui cara menghitung biaya total dan


besarannya dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan, terutama
dalam menentukan laba atau profit.

Cara menghitung biaya total dapat dilakukan dengan menggabungkan biaya


variabel dan biaya tetap dari penyediaan barang, yakni dengan
menggunakan rumus berikut.

Total Cost = (Biaya Tetap Rata-Rata + Biaya Variabel Rata-Rata) x


Jumlah Unit Produksi

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan saat menghitung biaya


menggunakan rumus tersebut ialah :

1. Pilih Produk yang Akan Dianalisis

Apabila bisnis yang Anda jalankan menawarkan lebih dari satu produk, maka
pilihlah terlebih dulu product line yang akan diperhitungkan biaya totalnya.
Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan bisnis.

2. Hitung Biaya Tetap

Selanjutnya, Anda perlu mengetahui dan menentukan biaya tetap. Biaya


tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan tidak dipengaruhi

xi
oleh jumlah produk maupun layanan/jasa yang diproduksi. Contoh dari biaya
tetap ini meliputi biaya sewa bangunan, biaya peralatan dan mesin, hingga
biaya asuransi.

3. Hitung Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan


terpengaruh oleh jumlah produk yang diproduksi. Pengeluaran ini dapat
berubah-ubah tergantung situasi di pasar.

Karena dapat berubah sewaktu-waktu, biaya ini sebaiknya dihitung dalam


jangka waktu tertentu. Contoh dari biaya ini meliputi harga bahan baku, harga
kemasan, dan biaya transportasi.

4. Hitung Jumlah Unit yang Akan Diproduksi


Nilai atau jumlah dari biaya total sangat bergantung pada banyaknya barang
atau unit yang diproduksi dalam kurun waktu tertentu. Oleh sebab itu, Anda
perlu menghitung jumlah unit yang akan diproduksi. Namun, pastikan bahwa
periode waktu yang digunakan untuk menghitung jumlah barang yang
diproduksi, bersamaan dengan waktu yang digunakan untuk mengukur biaya
tetap dan biaya variablel.

II. 5 Mendefinisikan Pengukuran Biaya Overhead Sesungguhnya dan


Biaya Overhead Dibebankan Dimuka dan Menjelaskan Biaya Overhead
Dibebankan Lebih Sering digunakan
Menurut Dewi dan Kristanto (2013, 9) mengemukakan bahwa Biaya
overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai biaya bahan baku
tidak langsung penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya
pabrik lainnya yang yang tidak dapat secaara nyata didefinisikan dengan
atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang
spesifik.
Menurut Mulyadi (2014, 2), bagi perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Penentuan tarif biaya overhead
pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:

xii
a.) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
b.) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
c.) Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Jadi, Overhead sesungguhnya adalah biaya overhead yang benar-benar
digunakan dalam proses produksi, dan ditampung dalam akun buku besar
overhead sesungguhnya.
Overhead dibebankan adalah biaya overhead produksi yang telah
ditentukan dari awal untuk dibebankan dalam akun Barang Dalam Proses.
Proses penentuan awal biasanya dibebankan menggunakan tarif tertentu
yang dapat berupa tarif fungsional (tradisional), atau dapat juga tarif
berdasarkan aktivitas (ABC).
Ketika akhir tahun buku, dilakukan penutupan buku overhead dibebankan ke
akun overhead sesungguhnya, dan ada kemungkinan terjadi selisih antara
overhead sesungguhnya dengan overhead dibebankan, dimana akan ditutup
ke akun Laba Rugi.
Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar
tarif yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut :
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya
harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu
ke bulan yang lain. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

xiii
terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi persatuan mungkin akan
berfluktuasi karena sebagai berikut ini:
a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi.
c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadic, menyebar tidak
merata selama jangka waktu setahun.
d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu
tertentu.
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan
metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi
per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead
pabrik yang baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun.

II.6 Mengetahui Pembebanan Biaya Overhead Secara Tradisional dan Mengapa Dapat
Menghasilkan Distorsi Biaya
Hansen dan Mowen terjemahan Fitriasari dan Kwary (2006:159) menjelaskan bahwa
perhitungan biaya berdasarkan tradisional, membebankan bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung dengan menggunakan penelusuran langsung. Biayan Overhead dibebankan
melalui proses dua tahap sebagai berikut:

a) Biaya overhead dikumpulkan dalam kelompok, baik pada tingkat pabrik atau tingkat
departemen.
b) Setelah kelompok didefinisikan, biaya kelompok overhead dibebankan ke produk
dengan menggunakan penggerak tingkat unit, yang paling umum yaitu dengan
menggunakan tenaga kerja langsung atau jam mesin.

Hansen dan Mowen terjemahan Fitriasari dan Kwary (2006:147-150) menjelaskan bahwa
dalam sistem biaya konvensional, tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen yang
umumnya digunakan oleh perusahaan dalam beberapa situasi, tarif tersebut tidak berfungsi
baik dan dapat menimbulkan distorsi biaya produk yang besar. Akibatnya distorsi biaya
produksi dapat merugikan perusahaan, terutama bagi perusahaan yang dikarakteristikan oleh
adanya peningkatan atau ketatnya tekanan persaingan serta tekanan atas teknologi canggih.

14
Dengan demikian sistem biaya konvensional tidak dapat secara tepat membebankan biaya
overhead ke masing-masing produk.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional

Menurut Supriyono (2002) pembebanan biaya overhead pabrik dengan sistem Tradisional
dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1). Produk Tunggal

Jika hanya memproduksi satu produk saja, maka biaya overhead akan dibebankan kepada
produk itu saja dan pembebanannya tidak akan menjadi masalah. Contoh perhitungannya
sebagai berikut

Tabel 2. Perhitungan biaya satuan (produk tunggal) Sumber: Supriyono (2002: 221)

Biaya Produksi Unit Produksi Biaya per Unit

Bahan Baku 600.000 10.000 60

Tenaga Kerja 100.000 10.000 10


Langsung

Overhead 300.000 10.000 30

Total 1.000.000 10.000 100

1) Produk Ganda

Dalam sebuah perusahaan yang memproduksi produk lebih dari satu, maka biaya
overhead pabrik akan dibebankan kepada semua produk tersebut. Untuk sistem
Tradisional pembebanan biaya overhead dianggap berhubungan dengan jumlah unit
yang diproduksi, yang diukur dari jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan harga
bahan. Namun, dengan pembebanan overhead yang seperti itu akan menimbulkan
masalah identifikasi overhead kepada masing-masing produk. Dan masalah ini dapat
diselesaikan dengan mencari cost driver. Cost driver adalah faktor- faktor yang dapat

15
menjelaskan penyebab terjadinya konsumsi biaya overhead pabrik. Berikut ini adalah
tabel penentuan Harga Pokok Produksi produk ganda

16
Tabel 3. Data penentuan Harga Pokok Produksi

Kertas pembungkus
Putih Biru Total
Produksi pertahun 20.000 100. 120.
000 000
Biaya utama 100.000 500. 600.
000 000
Jam kerja langsung 20.000 100. 120.
000 000
Jam mesin 10.000 50.0 60.0
00 00
Produksi berjalan 20 30 50
Jam inspeksi 800 1.20 2.00
0 0
Data departemen
Dep. 1 Dep. 2 Dep. 3
Jam kerja langsung:
Putih 4.000 16.0 20.0
00 00
Biru 76.000 24.0 100.
00 000
Total 80.000 40.0 120.
00 000
Jam mesin:
Pembungkus putih 4.000 6.00 10.0
0 00
Pembungkus biru 16.000 34.0 50.0
00 00
Total 20.000 40.0 60.0
00 00
Biaya overhead:
Biaya penyetelan 88.000. 88.0 176.
000 00 000
Biaya inspeksi 74.000 74.0 148.
00 000
Biaya listrik 28.000 140. 168.
000 000
Kesejahteraan 104.000 52.0 156.
00 000
Jumlah 294.000 354. 648.
000 000

Pembebanan biaya overhead pabrik dapat dihitung dengan tarif tunggal atau tarif

17
departemen. Contoh perhitungan penentuan Harga Pokok Produksi dapat dilihat

dari 2 tabel berikut ini:

a) Tarif overhead tunggal

Tarif tunggal berdasarkan jam mesin:

= (Rp.249.000+ Rp.354.000) : (10.000 JM + 50.000 JM)

= Rp.648.000.000 : 60.000

= Rp.10,80 JM

Tabel 4. Perhitungan Biaya Per Unit: Tarif Tunggal Satu Pabrik

Kertas Pembungkus Warna putih


Elemen biaya Biaya total J Biaya
Biaya utama 100.000 u per unit
Biaya overhead m 5,00 Pembebanan biaya
pabrik 108.000 la
= Rp.10,80 x 10.000 208.000 h 5,40 overhead pabrik
Jumlah 20 10,40
.0 dengan tarif tunggal
00
dilakukan melalui
20.000
Kertas Pembungkus Warna Biru dua tahap.
Elemen biaya Biaya Total Jumlah Biaya
Biaya utama 500.000 100.000 per Unit Pembebanan pada
Biaya overhead 5,00
pabrik 540.000 100.000 tahap pertama biaya
= Rp. 10,80 x 50.000 1.040.0 5,40
Jumlah 00 10,40 overhead pabrik

selama satu periode diakumulasikan menjadi satu berdasarkan jam mesin, unit produk

dan jam tenaga kerja. Kemudian tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang

sudah di bebankan kepada produk tersebut di akumulasikan kepada masing-masing

produk.

18
a) Tarif Departemen
Penentuan overhead berdasarkan tarif departemen lebih akurat jika dibandingkan

dengan penentuan overhead menggunakan tarif tunggal. Setiap departemen

mengkonsumsi biaya yang berbeda-beda dan tentunya perhitungnya juga harus

dibedakan. Perhitungan biaya berdasarkan tarif departemen dibagi sesuai dengan

sifat dari departemen tersebut. Berikut ini contoh perhitungan berdasarkan tarif

departemen yang akan disajikan dalam tabel 5.

Tarif departemen berdasarkan jam tenaga kerja langsung (JKL):

= Rp.249.000,00 : 80.000 JKL

= Rp.3,675 per JKL

Tarif departemen berdasarkan jam mesin (JM):

= Rp.354.000,00 : 40.000 JM

= Rp.8,85 per JM

Tabel 5. Perhitungan Biaya per Unit: Tarif Setiap Departemen

Kertas Pembungkus Warna


Putih
Elemen Biaya Biaya Total Jumlah Biaya
Biaya utama 100.000 20.000 per Unit
Biaya 5,000
overhead
Dep.1: 14.700 20.000
= Rp.3,675 x 4.000 = 0,735

19
Dep.2:
Sumber:
= Rp.8,85 x 6.000 = 53.100 20.000 2,655
Jumlah 167.800 8,390 Supriyono
(2002: 226)
Kertas Pembungkus Warna
Biru
Elemen biaya Biaya Total Jumlah Biaya per Unit
Biaya utama 500.000 100.000 5,000
Biaya
overhead
Dep.1: 279.300 100.000 2,793
= Rp. 3,675 x
76.000= 300.900 100.000 3,009
Dep.1: 1.080.200 10,802
= Rp. 8,85 x 34.000=
Jumlah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pembebanan overhead pabrik menggunakan tarif
departemen lebih baik jika dibandingkan dengan tarif tunggal. Dan tarif departemen
membebankan biaya overhead berdasarkan unit untuk setiap departemen.

II. 7 Bagaimana Metode ABC Digunakan Dalam Pembebanan Biaya Overhead


dan Dapat Menghasilkan Biaya Produk Yang Lebih Akurat
ABC mempunyai prosedur alokasi dua tahap dimana prosedur ini membebankan biaya
sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead pabrik ke cost pool dan
kemudian ke objek biaya berdasarkan bagaimana suatu objek menggunakan sumber
daya tersebut.

Cost pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan
satu dasar pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah
manajemen dalam membebankan biaya-biaya yang timbul.

Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif antara cost driver
dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-
transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan
dalam perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan
biaya-biaya tersebut.

20
Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan
hubungan sebab-akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Cost
pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead
pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas.

Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas
tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

Menurut Supriyono (2002: 237), aktivitas diklasifikasikan menjadi empat kategori


aktivitas, yakni :

1) Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap
satu unit. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah
pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen,
inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan mesin.
2) Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau
kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch yang ingin
diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup mesin, pemesanan
pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan penanganan
bahan,
3) Aktivitas untuk mendukung produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk
adalah merancang produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir
pesanan.
4) Aktivitas untuk mendukung fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi secara umum. Contoh aktivitas untuk mendukung fasilitas
adalah keamanan, kesehatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik,
depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.

Pengklasifikasian aktivitas menjadi 4 (empat) kategori ini akan memudahkan


kalkulasi biaya produk karena biaya akivitas yang berkaitan dengan tingkat berbeda
merespon jenis penggerak biaya yang berbeda. Menurut Blocher, et.al (2000: 122),
dengan sistem ABC, alokasi tahap pertama adalah proses pembebanan biaya sumber
daya, yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke „cost pool‟ aktivitas atau kelompok

21
aktivitas yang disebut pusat aktivitas (activity center) dengan menggunakan driver
sumber daya (resources driver) yang tepat. Alokasi tahap kedua adalah proses
pembebanan biaya, dimana biaya aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan
menggunakan driver aktivitas (activity driver) yang tepat.

Driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang digunakan oleh objek biaya.
Modifikasi ini menyebabkan prosedur dua tahap dalam sistem ABC melaporkan biaya
aktivitas yang berbeda secara lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional,
karena sistem tersebut mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas yang
berbeda-beda yang ada di perusahaan.

Metode Activity based costing atau ABC memiliki keunggulan yaitu :

Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based
Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

 Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi
tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari
total biaya.
 Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis

22
system biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga
biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
 Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi
aktivitas.
 Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan
membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.
 Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem
dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari
pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada
berbasis volume produk.
 Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya
produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan
terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem ABC ini akan menghilangkan
aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pembuatan
suatu produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu
inspeksi, dan waktu tunggu.

Contoh Soal
PT. Suryadinata membuat 4 produk A, B ,C dan D dengan data sebagai berikut:

Biaya tenaga kerja Rp. 7/jam

Biaya Overhead Pabrik :

23
 Biaya Variable jangka pendek Rp. 8.250
 Biaya Variable jangka panjang:
o Biaya penjadwalan Rp. 7.680
o Biaya set up Rp. 3.600
o Biaya penanganan material Rp. 7.650
o Total jumlah Biaya Rp. 27.180

Hitunglah harga pokok per unit:

1. Menggunakan kalkulasi biaya produk konversional dengan menggunakan tarif overhead


jam tenaga kerja
2. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut:
 Biaya variable jangka pendek: Jam mesin
 Biaya penjadwalan: Jumlah putaran produksi
 Biaya set up: Jumlah putaran produksi
 Biaya penanganan material: Jumlah komponen
3. Bandingkan hasil dari kedua material tersebut.

Jawaban:

1. Kalkulasi biaya konvensional

Jumlah jam kerja:

 A = 25 X 2 = 50
 B = 25 X 4 = 100
 C = 250 X 2 = 500
 D = 250 X 4 = 1000

Tarif overhead pabrik = 27.180 / 1.650 = Rp. 16.47/jam TK

2. Kalkulasi biaya dengan metode activity based costing

 Biaya variable jangka pendek Rp. 8.250/1.650 = Rp. 5/jam TK


 Biaya penjadwalan Rp. 7.680/24 = Rp.320 perputaran produksi

24
 Biaya set up Rp. 3.600/24 = Rp. 150 perputaran produksi
 Biaya penanganan material Rp. 7.650/3.825 = Rp. 2/komponen

Total komponen:

 A = 25 X 8 = 200
 B = 25 X 5 = 125
 C = 250 X 8 = 2000
 D = 250 X 6 = 1500

Jumlah total= 3825

3. Membandingkann hasil yang diperoleh

Metode ABC lebih banyak membebankan overhead terhadap produksi denga volume
yang lebih rendah dan cenderung membebankan secara relatif lebih kecil terhadap
produksi dengan volume yang lebih tinggi.

II.8 Mengetahui Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional dengan


Kontemporer

25
Penerapan sistem tradisional dalam penghitungan harga pokok produksi merupakan
bagian dari Akuntansi Biaya. sedangkan akuntansi biaya sendiri merupakan bagian
dari ak:untansi manajemen, yaitu ak:untansi yang menyajikan informasi keuangan
untuk para pemakai internal (manajemen). Akuntansi manajemen (termasuk akuntansi
biaya) dibutuhkan apabila perusahaan telah memerlukan manajemen.
Kebutuhan akan akuntansi manajemen benar-benar mendesak pada saat
kelangsungan hidup perusahaan tidak hanya tergantung pada mekanisme harga, tetapi
juga tergantung pada efektifitas transaksi-transaksi ekonomi internal.
Salah satu faktor yang membedakan antara sistem kalkulasi biaya Tradisional
dengan Activity-Based Costing terletak pada tingkat penggerak biaya (cost driver).
Mengabaikan tingkat penggerak biaya seperti terdapat pada sistem Tradisional
merupakan masalah serius jika terjadi keragaman produk atau keragaman volume.
Sedangkan sistem Activity-Based Costing tidak mengabaikan tingkat penggerak biaya.
Keragaman produk (product diversity) terjadi jika produk itu memerlukan suatu kegiatan
dan masukan dalam proporsi yang berbeda.
Contohnya, lini produk memerlukan uk:uran, kompleksitas, atau komponen
bahan yang berbeda. Produk yang kompleks mungkin membutuhkan masukan atau
input tingkat nonunit yang lebih banyak, seperti persiapan mesin, tetapi tidak
memerlukan jam mesin atau input tingkat unit lainnya yang lebih banyak daripada
produk yang kurang kompleks. Keragaman volume (volume diversity) atau keragaman
batch (batch-size-diversity) terjadi jika terdapat perbedaan jumlah unit yang diproduksi
oleh lini produk.
Sistem Activity-Based Costing dan sistem Tradisional sama-sama mempunyai
dua tahapan alokasi. Perbedaan antara dua metode tersebut ada pada tahap pertama.

Asumsi pertama yang mendasari tahap pertama .

Dalam ActivityBased Costing System (ABC) adalah sumber daya penunjang dan
yang bersifat tidak langsung menyediakan kapabilitas untuk melaksanakan aktivitas,
bukan menghasilkan biaya untuk dialokasikan.
Oleh karena itu tahap pertama dalam ABC adalah membebankan sumber daya
tidak langsung kepada aktivitas yang dilaksanakan oleh sumberdaya tersebut. Asumsi

26
kedua adalah produk-produk (dan para pelanggan) menciptakan permintaan terhadap
aktivitas.
Oleh karena itu tahap kedua dalam ABC adalah membebankan biaya-biaya
aktivitas ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan masing-masing produk
terhadap setiap aktivitas.
Sedangkan tahap pertama dalam sistem biaya tradisional adalah melacak biaya ke
suatu unit organisasi atau pusat-pusat biaya, misalnya pabrik atau departemen-
departemen yang menikmati biaya-biaya tersebut. Tahap kedua sistem biaya tradisional
adalah mengalokasikan biaya-biaya dari tahap pertama ke berbagai produk dengan
menggunakan unit based drivers ( biasanya jam kerja langsung atau jam mesin)
Sistem Biaya Tradisional Dalam perusahaan yang mengadakan pengolahan
produk melalui beberapa tahapan dan pengendalian biaya perlu dihubungkan dengan
bagian atau departemen di dalam pabrik, pada perusahaan tersebut perlu diadakan
departemenisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik.
Departemenisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang
mengolah produk atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau
produk yang dihasilkan perusahaan rnernungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui
semua tahapan pengolahan.
Departemenisasi biaya overhead pabrik adalah pernbagian pabrik ke dalam bagian-
bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) ke biaya overhead
pabrik yang akan dibebanakan.
Untuk tujuan pernbebanan biaya overhead pabrik kepada produk, tarif biaya
overhead pabrik akan dihitung untuk setiap departernen produksi, sehingga produk atau
pesanan akan dibebani dengan biaya overhead sesuai dengan departernen produksi
pabrik yang dilaluinya, dan selisih biaya overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap
departernen produksi.
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan departernenisasi tarif biaya
overhead pabrik secara garis besar sarna dengan langkah-langkah pada satu tarif
untuk seluruh pabrik. Perbedaannya terletak pada tahap-tahap yang diadakan untuk
memenuhi setiap langkah tersebut.
Tahap-tahap penentuannya adalah sebagai berikut:

27
1. Penentuan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi, tahap-
tahapnya meliputi :
a) Menyusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang dikelompokkan
ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
b) Mengadakan penelitian pabrik (.factory survey) pada awal periode yang akan
digunakan untuk distribusi dan alokasi biaya overhead pabrik, serta perhitungan
tarif biaya overhead pabrik.
c) Distribusi setiap elemen biaya overhead pabrik yang dianggarkan kepada setiap
departemen di dalam pabrik, baik departemen produksi maupun departemen
pembantu.
d) Mengalokasikan biaya overhead pabrik yang dianggarkan dari departemen
pembantu tertentu ke departemen produksi dan departemen pembantu lainnya.
e) Perhitungan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.

Pembebanan biaya overhead pabrik terhadap produk atau pesanan pada departemen
produksi Dengan ditetapkannya tarif biaya overhead pabrik setiap departemen
produksi, maka produk atau pesanan yang diolah akan dibebani biaya overhead pabrik
sesuai dengan departemen produksi yang dilalui produk dan besamya dasar kapasitas
penentuan tarif yang sesungguhnya dinikmati pada departemen produksi yang
bersangkutan.
1. Pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, tahap-tahapnya
meliputi:
a) Mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya.
b) Melakukan penelitian pabrik akhir periode untuk kepentingan distribusi biaya
tidak langsung departemen dan alokasi biaya departemendepartemen
pembantu yang sesungguhnya.
c) Mendistribusikan elemen biaya overhead pabrik langsung dan biaya overhead
pabrik tidak langsung kepada setiap departemen, baik departemen produksi
maupun departemen pembantu
d) Mengalokasikan biaya overhead pabrik sesungguhnya dari setiap departemen
pembantu ke departemen produksi dan departemen pembantu lainnya.

28
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya -biaya overhead pabrik
dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional,
tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama
dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat
berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.

Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan


sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada
prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal
sebagai berikut:

1.Cost Driver 

adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang


dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu
penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-
aktivitas selanjutnya.

2.Rasio Konsumsi

adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung
dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan
jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

3.Homogeneous Cost Pool 

merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan
dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang
homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai
rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC

Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap
kegiatan:

1. Tahap Pertama

29
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen,
terdiri dari 4 langkah :

1) Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas


2) Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini
biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level
activity costing, Batch related activity costing, product sustaining
activity costing, facility sustaining activity costing.
3) Mengidentifikasikan Cost Driver
4) 4.Menentukan tarif/unit Cost Driver
5) Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.

Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat
proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk
menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara
proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.

b.Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada


pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan
pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.

c.Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan
tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai
contoh merancang produk atau mengiklankan produk.

d.Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan
namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini

30
dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini
termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan
sebagainya.

II Tahap Kedua

Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang


menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Demikian tahapan dari pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk dengan


menggunakan metode activity based costing.

31
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Metode Activity-Based Costing (ABC) dapat dimanfaatkan oleh perusahaan
yang memiliki keragaman aktivitas sebagai pilihan metode perhitungan biaya yang
lebih baik dari pada metode tradisional. Metode ABC memiliki beberapa
keunggulan yakni dapat mengidentifikasi efisiensi pada level
produksi/departemen/aktivitas, perhitungan yang lebih akurat untuk membantu
pengambilan keputusan dan dapat membantu pengendalian biaya seperti overhead.

Metode ABC juga dapat memperhitungkan pengalokasian biaya atas


kapasitas produksi tidak terpakai dengan akurat dan pengalokasian waktu yang
dibutuhkan dalam produksi. Oleh karena itu, metode ABC dapat digunakan dalam
industri jasa untuk memperhitungkan biaya per aktivitas.

Adapun keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing (ABC) dalam
penentuan biaya produksi adalah : Biaya produk yang lebih realistic, sistem biaya ABC
mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah
produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas dan sistem biaya ABC
memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam
mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap
produk.

32
DAFTAR PUSTAKA

33

Anda mungkin juga menyukai