Universitas
KEBIJAKA KEBANKSENTRALA
N
N PERTEMUAN
3
MONETER
TUJUAN
PEMBELAJARAN
MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN MEMBANDINGKAN TUJUAN KEBIJAKAN MONETER
DAN PENGGUNAAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER
4 KEBIJAKAN MONETER DI
INDONESIA
DEFINISI K E B I JA K A N MONE TE R
PERTUMBUH
AN KEBIJAKAN MONETER
EKONOMI KEBIJAKAN
FISKAL
PENURUNAN
PENGANGGUR
KEBIJAKAN
AN LAJU INFLASI SEKTOR
RENDAH RIIL
(STABILITAS
HARGA)
Expansionary monetary
policy
Kebijakan moneter ekspansif
dilakukan untuk mendorong
pemulihan ekonomi pada saat resesi
POLA KEBIJAKAN (Misalnya dari poin B ke C dalam
MONETER gambar).
Contractionary monetary
policy
Kebijakan moneter kontraktif dilakukan
untuk menjaga agar kondisi SIKLUS KEGIATAN
EKONOMI
perekonomian tidak mengalami
pemanasan (overheating).
K E B I JA K A N MONE TE R DAN SIKLUS BISNIS
Procyclical/accommodative
monetary policy SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
TANPA INTERVENSI
KEBIJAKAN
Pola penerapan kebijakan moneter yang
cenderung “mengakomodasi” SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
fluktuasi perekonomian. DENGAN
PROCYCLICAL POLICY
ARAH KEBIJAKAN MONETER
Counter-
cyclical SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
monetary DENGAN
COUNTERCYCLICAL POLICY
policy
PERIODE
Pola penerapan kebijakan moneter WAKTU
yang secara aktif bersifat
“memperlunak” perkembangan
PENENTUAN R E S PO N S K E B I JA K A N MONE TE R
Rule-based
policy
Penetapan kebijakan dilakukan dengan merespons kondisi yang sedang terjadi,
sebagaimana telah diperhitungkan dalam formulasi penetapan instrumen kebijakan
yang telah dilakukan sebelumnya.
PENENTUAN
RESPONS
KEBIJAKAN
MONETER
Discretion-based policy
Penetapan kebijakan dilakukan dengan lebih mendasarkan pada evaluasi dari waktu ke
waktu yang memperhitungkan kondisi yang sedang berlangsung, serta menganggap
perkembangan dan kebijakan masa lalu sebagai sesuatu yang tidak lagi relevan.
PENENTUAN R E S PO N S K E B I JA K A N MONE TE R
Money growth
Rule-based
rules (McCallum,
policy 1988)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada pertumbuhan
jumlah uang yang beredar:
∆𝑚 = ∆𝑥 ∗ − ∆𝑣 ∗ − 𝜙 ∆𝑥 (𝑥 − 𝑥 ∗ )
PENENTUAN 𝑚, 𝑥, 𝑥 ∗ , dan 𝑣∗adalah variabel (dalam logaritma) jumlah
RESPONS uang yang beredar, pendapatan nominal, pendapatan nominal
KEBIJAKAN potensial, tingkat velocity of money.
MONETER
Interest rate rules
(Taylor, 1993)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada penentuan tingkat
suku bunga kebijakan:
𝑖 = 𝜋 + 𝑟 𝑒 + 𝜙𝜋 𝜋 − 𝜋 ∗ + 𝜙𝑦 (𝑦 − 𝑦 𝑝 )
𝑖 , 𝜋, 𝜋 ∗ , 𝑟 𝑒 , 𝑦, dan 𝑦 𝑝 adalah variabel tingkat suku bunga
nominal kebijakan moneter (policy rate), inflasi, target
inflasi, suku bunga riil kebijakan moneter bank sentral,
ouput riil, dan output riil potensial.
TUJUAN K E B I JA K A N MONE TE R
BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki satu
KEBIJAKA
tujuan (single objective) TUJUA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA
BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan
KEBIJAKA
(multiple objectives) TUJUA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA
BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan
KEBIJAKA
(multiple objectives) TUJUA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA
BANK
SENTRA
L
INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA
BANK
SENTRA
L
INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA
Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen tidak langsung yang sangat
penting
KONVENSIONAL
karena sangatdilakukan
OPT dapat fleksibelatas
dibandingkan
inisiatif bankdengan instrumen
sentral dengan lainnya.
frekuensi dan kuantitas sesuai dengan
Operasi Pasar yang diinginkan.
Terbuka
Fasilitas OPT dapat dilakukan di pasar primer atau pasar sekunder dengan menggunakan berbagai
diskonto instrumen pasar uang, seperti surat berharga bank sentral, surat berharga pemerintah, atau
Cadangan wajib surat berharga pasar uang.
minimum Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan
dapat bervariasi jangka waktunya.
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONE TER
BANK
SENTRA
L
INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA
BANK
SENTRA
L
INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA
Dalam kondisi tidak normal (misalnya full-scale financial crisis), beberapa negara maju yang mengalami
zero- lower-bound problem merumuskan instrumen non konvensional seperti berikut ini:
NON
KONVENSIONAL Liquidity provision merujuk kepada upaya pelonggaran fasilitas pinjaman oleh bank sentral kepada
Liquidity bank
provision komersial.
Large-Scale Asset Purchases merujuk kepada operasi pasar oleh bank sentral untuk pembelian
Large-Scale Asset
surat utang skala besar yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dari segmen
Purchases (baik
utang milik pemerintah ataupun
tertentu
Forward Guidance swasta).
Forward Guidance merujuk kepada upaya pengelolaan ekspektasi dari para pelaku pasar, terutama
mengenai tingkat suku bunga jangka panjang.
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONE TER
BANK
SENTRA
L
INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA
INGGRIS
Asset purchase facility – APF1 − CP 1/2009
Large-Scale Asset commercial paper
Purchases AMERIKA SERIKAT Large-scale asset purchases 3 LSAP3 12/2012
Forward Guidance JEPANG Quantitative and Qualitative QQE 4/2013
Easing Sumber: Committee on the Global Financial System,
2019
SASARAN OPERASIONAL K E B I JA K A N MO NE TE R
Pendekatan harga didasarkan pada hipotesis bahwa
bahwa
pengendalian tingkat harga secara efektif
BANK dapat mengendalikan stabilitas
SENTRA perekonomian.
L PENDEKATAN
HARGA
Suku
INSTRUME bunga TUJUA
N SASARAN N
OPERASION
KEBIJAKAN AKHIR
AL
MONETER
UTAMA
PENDEKATAN SASARA
KUANTITAS
Uang primer, Bank’s N
Reserve ANTARA
Suku bunga
Pendekatan kuantitas didasarkan Besaran moneter (M1, M2,
pada hipotesis bahwa Kredit)
pengendalian besaran- besaran
moneter secara efektif dapat
mengendalikan stabilitas
perekonomian.
ME K ANIS ME TRANSMISI K E B I JA K A N MONE TE R
SALURAN TRANSMISI KONDISI PASAR KEUANGAN PERMINTAAN AGREGAT TINGKAT HARGA UMUM
L SALURAN KREDIT
PERBANKAN
HARGA
ASET CONSUMER
INSTRUME SUKU
SALURAN HARGA
KEUANGAN PRICE INDEX TUJUA
ASET
N BUNGA N
KEBIJAKAN KEBIJAKA AKHIR
SALURAN NILAI PERMINTAAN
MONETER N TERM
TUKAR STRUCTURE
PERUSAHAAN UTAMA
OBLIGASI
SALURAN
EKSPEKTASI HARGA
KONDISI
BARANG
PASAR
IMPOR
SALURAN PERILAKU MODAL
RISK TAKING PERMINTAAN
BERSIH LUAR
NEGERI
SALURAN NERACA
PERUSAHAAN
Kebijakan moneter bekerja dalam suatu mekanisme transmisi, yaitu suatu proses dimana
kebijakan
moneter dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi & inflasi.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MO NE TE R
Mekanisme transmisi kebijakan moneter mempunyai kelambanan waktu (time lag) yang
relatif
panjang dan bervariasi (Friedman 1972; Batini and Nelson 2001; Goodhart 2001).
BANK
SENTRA
L
KEBIJAKA
N
MONETER
𝑷𝑬𝑹𝑰𝑶𝑫𝑬 𝒕 𝒕 + 𝒏𝟏 𝒕 + 𝒏𝟐 𝒕 + 𝒏𝟑
SHOC
1 2 3
K
RECOGNITION LAG IMPLEMENTATION IMPACT LAG
Periode waktu antara
Periode
LAG waktu antara saat guncangan Periode waktu antara ketika pembuat pelaksanaan kebijakan dan
terjadi danbahwa
menyadari ketikaguncangan
pembuat kebijakan
guncangan telah
kebijakan terjadi
sudah dan ketika
menyadari bahwa berlakunya dampak kebijakan
telah terjadi. mereka merumuskan kebijakan tersebut dalam meredam
untuk merespon guncangan. guncangan.
Menurut Hubbard, et al. (2012), setidaknya terdapat tiga jenis kelambanan waktu
(time lag) dalam diskusi kebijakan moneter.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MO NE TE R
Berdasarkan studi Havraneka dan Rusnak (2013), terdapat dua pola kelambanan waktu dari dampak
kebijakan
moneter terhadap tingkat harga, yaitu (1) hump-shape dan (2) strictly decreasing response.
TIP TIPE
E Hump-shaped 2 Strictly Decreasing
1 response Response
RESPON PERUBAHAN
RESPON PERUBAHAN
HARGA (%)
HARGA (%)
PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR 1
1 PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN
Grafik mengilustrasikan perubahan tingkat harga sebagai konsekuensi dari peningkatan suku bunga kebijakan moneter sebesar 1
percentage point oleh bank sentral di dalam suatu perekonomian.
Garis putus-putus pada grafik menunjukkan batas durasi (dalam bulan) hingga penurunan tingkat harga di dalam suatu
perekonomian terjadi secara maksimal.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MO NE TE R
RATA-RATA KELAMBANAN
NEGARA
WAKTU TRANSMISI Havraneka dan Rusnak (2013)
KEBIJAKAN
NEGARA MAJU
mendokumentasikan analisis meta
Amerika Serikat 42,2 Bulan dengan melibatkan 67 artikel yang
Uni Eropa 48,4 Bulan mempublikasikan studi empiris
Jepang 51,3 Bulan mengenai transmisi kebijakan
Jerman 33,4 Bulan moneter di 30 negara, terutama
Britania Raya 40,4 Bulan
negara maju dan negara pasca
Perancis 51,3 Bulan
Italia 26,6 Bulan
transisi.
NEGARA EROPA PASCA TRANSISI Tabel di samping menunjukkan
Polandia 18,7 Bulan
contoh rata-rata jumlah bulan hingga
Republik Ceko 14,8 Bulan
Hungaria 17,9 Bulan
tingkat harga mengalami penurunan
Slovakia 10,7 Bulan maksimum sebagai akibat dari
Slovenia 17,6 Bulan peningkatan suku bunga kebijakan
Data dapat diakses di alamat http://meta-analysis.cz/lags/index.html
. moneter di beberapa negara.
OUTLINE
PENGAJARAN
1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN
MONETER
4 KEBIJAKAN MONETER DI
INDONESIA
K E RA NG K A STRATEGI K E B I JA K A N MO NE TE R
SENTRA
L EXCHANGE MONETA
TARGETIN
RATE RY
INSTRUME G SASARAN
TARGETIN TUJUA
N
OPERASION G N
KEBIJAKAN AL AKHIR
MONETER
UTAMA
INFLATION IMPLICI
TARGETIN T
G TARGET
Merupakan strategi kebijakan Merupakan strategi kebijakan
dengan mengumumkan kepada tanpa penargetan secara tegas,
publik mengenai target inflasi tetapi tetap memberikan
jangka menengah dan komitmen perhatian dan komitmen untuk
bank sentral untuk mencapai mencapai tujuan akhir kebijakan
stabilitas harga. moneter.
K E RA NG K A STRATEGI K E B I JA K A N MO NE TE R
KERANGKA KELEBIHAN KELEMAHAN CONTOH NEGARA
Kebijakan moneter
Bergantung pada hubungan
independen, dapat Thailand (masa
yang stabil antara uang
MONETA fokus pada kondisi pendampingan
dan inflasi
perekonomian IMF)
RY domestik Terkendala gangguan aliran
Amerika Serikat
TARGETI Memberikan sinyal
keluar masuk dana dan
(1979-
ketidakstabilan permintaan
NG yang cepat
uang
1982)
Seriring dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya penetapan stabilitas harga sebagai
tujuan jangka panjang kebijakan moneter, beberapa bank sentral beralih pada penggunaan kerangka
strategi kebijakan moneter berbasis penargetan inflasi (Inflation Targeting Framework - ITF).
TAHUN
Hingga 2016, terdapat 36 negera yang menggunakan fully-fledged Inflation Targeting Framework
dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
PRINSIP PELAKSANAAN ITF
.
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang secara
transparan & konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan
yang secara eksplisit ditetapkan & diumumkan.
Overriding objectives:
1 INSTITUTIONAL COMMITMENT Inflation
4 GOOD GOVERNANCE
Memiliki sasaran utama, yaitu sasaran inflasi, yang dijadikan
Sesuai dengan sebagai prioritas pencapaian (overriding objective) dan
prinsip- prinsip tata acuan (nominal anchor) kebijakan moneter
kelola yang sehat, BANK
yaitu memiliki tujuan
yang jelas, SENTRA
transparan, L
akuntabel dan
kredibel.
BANK OF ENGLAND
Pada Oktober 1992, bank sentral Inggris
awalnya menetapkan target inflasi antara 1-
4%, kemudian menjadi 2,5% (Mei
1997), dan
terakhir menjadi 2% (Desember 2003
sampai
sekarang).
TINGKAT INFLASI PASCA ITF: NEGARA BERKE MBANG
INDONESIA
BRAZI ITF SEJAK 2005 THAILAND
LITF ITF
SEJAK SEJAK
1999 2000
AFRIKA KORE
SELATA A
IN
TF SEJAK 0 SELATA
ITF
20 0
NSEJAK
200
1
TIPE TARGET INFLASI DALAM ITF
Dengan kerangka ITF, bank sentral harus melakukan penetapan target inflasi dengan memilih
salah satu dari tiga tipe target berikut ini: (1) point target, (2) point target with tolerance band,
dan (3) target range.
1
min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋 𝑡 − 𝑡
𝜋𝑒 )
𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 + 𝖰𝑎𝒌
* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi
janji terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar,
(2) publik mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEO RE TIS ANALISIS ITF
Apabila bank sentral menggunakan strategi ITF, maka social loss
Dengan menentukan kondisi turunan orde pertama atas inflasi (𝜋 𝑡 ) function akan dimodifikasi dengan menambahkan komponen
dari proses minimisasi social loss function terhadap fungsi penalti terhadap bank sentral, sehingga tingkat inflasi yang
kendala, optimal menjadi sebagaimana berikut ini:
maka diperoleh tingkat inflasi yang optimal sebagai berikut:
1 1
min 𝜋 𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 + ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋 𝑡 − 𝜋 𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋 𝑡 −
𝑡 𝑡
𝜋𝑒 )
SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋 𝑡 = � EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋 𝑡 = �
𝜋 𝑒 )*: � 𝜋 𝑒 )*: �
𝝅𝒕 = 𝝅∗ + 𝖰𝑎𝒌 𝖰𝑎
𝒕 𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 + 𝒌
𝟏+𝒉
* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi
janji terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar,
(2) publik mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEO RE TIS ANALISIS ITF
MODEL 1: MODEL 2:
BANK SENTRAL TANPA BANK SENTRAL DENGAN
STRATEGI ITF STRATEGI ITF
1 1
min 𝜋 𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 + ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋 𝑡 − 𝜋 𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋 𝑡 −
𝑡 𝑡
𝜋𝑒 )
SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋 𝑡 = � EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋 𝑡 = �
𝜋 𝑒 ): � 𝜋 𝑒 ): �
𝝅𝒕 = 𝝅∗ + 𝖰𝑎𝒌 𝖰𝑎
𝒕 𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 + 𝒌
𝟏+𝒉
Dengan membandingkan solusi atas fungsi reaksi bank sentral dengan dua kondisi yang berbeda
tersebut, kita dapat melihat bahwa tingkat inflasi (𝝅) suatu negara akan relatif lebih rendah
karenabias inflasi menjadi relatif lebih kecil apabila bank sentral menggunakan ITF (yaitu 𝖰 𝑎 𝒌 < 𝖰𝑎𝒌).
komponen 𝟏+𝒉
OUTLINE
PENGAJARAN
1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN
MONETER
4 KEBIJAKAN MONETER DI
INDONESIA
TANTANGAN K E B I JA K A N MONE TE R
Global Financial Crisis (GFC) tahun 2008/2009 mengajarkan beberapa hal yang berkaitan
dengan implementasi kebijakan moneter:
KESTABILAN
BERAGAM TANTANGAN PERANAN KEBIJAKAN
MAKROEKONOMI DAN
DAN PILIHAN NILAI TUKAR DALAM
KESTABILAN SISTEM
INSTRUMEN IMPLEMENTASI ITF
KEUANGAN
Kerangka strategi yang berfokus pada sasaran stabilitas harga berevolusi dari Inflation Targeting
Framework (ITF), Flexible Inflation Targeting Framework (FITF) dan kemudian berubah menjadi
Integrated Inflation Targeting Framework (IITF).
IT Flexible Integrated
F ITF ITF
SASARAN
MAKROEKONOMI
FITF IITF
STABILITAS HARGA Upaya awal untuk menjaga stabilitas Upaya awal untuk menjaga stabilitas harga,
harga dan output diwujudkan melalui output, dan sistem keuangan diwujudkan
penerapan penargetan inflasi yang melalui penerapan penargetan inflasi yang
proses perumusannya perumusannya mempertimbangkan model
STABILITAS mempertimbangkan model Taylor rule State-contingent, augmented Taylor rule
OUTPUT untuk suku bunga jangka pendek (model yang mengkalibrasikan suku bunga
jangka pendek dengan variabel makroprudensial
Stabilitas keuangan didukung oleh dan penyaluran kredit)
penerapan kebijakan mikroprudensial
STABILIT
AS Stabilitas keuangan didukung oleh
KEUANGA Stabilitas keuangan didukung oleh penggunaan instrumen kebijakan
penerapan sistem nilai tukar mengambang
N makroprudensial dan sistem nilai tukar
(floating exchange rate) mengambang terkendali dengan intevensi
pasar valuta asing
Sumber: Agénor dan Silva
(2019)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK DARI PARADIGMA BARU
ASPEK
KELEMBAGAAN
FITF IITF
KEBIJAKAN
PENDUKUNG
FITF IITF
KEBIJAKAN FISKAL
Perumusan kebijakan fiskal Perumusan kebijakan fiskal yang didasarkan pada kaidah fiskal yang
DAN mempertimbangkan kaidah mempertimbangkan atas (1) posisi defisit Pemerintah, (2) alokasi dana stabilisasi
KEBERLANJUTAN fiskal atas posisi defisit (3) aspek kehati-hatian dari utang sektor swasta dengan denominasi mata uang
UTANG Pemerintah asing
PEMERINTAH (DEBT
SUSTAINABILITY)
Neraca modal terbuka dan sistem nilai tukar mengambang dengan prosedur
penerapan yang berbeda untuk tiap kondisi:
Peningkatan (apresiasi) nilai tukar, instrumen kebijakan makroprudensial
Neraca modal terbuka dan serta manajemen aliran modal
sistem nilai tukar Penurunan (depresiasi) nilai tukar, intervensi valuta asing untuk tujuan
mengambang smoothing
KEBIJAKAN ALIRAN
MODAL
Antisipasi atas spillovers dan spillbacks dari kebijakan termasuk kebijakan
makropruensial yang membutuhkan koordinasi internasional
Akumulasi cadangan
Akumulasi cadangan devisa serta kredit eksternal dari (1) Lembaga
devisa dan kredit
Keuangan Internasional dan (2) aktivitas swap Bilateral/regional
eksternal Lembaga Sumber: Agénor dan Silva
Keuangan Internasional (2019)
OUTLINE
PENGAJARAN
1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN
MONETER
4 KEBIJAKAN MONETER DI
INDONESIA
K E B I JA K A N MONE TE R INDONESIA: 1945 - 1998
UU NO.11 TAHUN 1953 U No.13 TAHUN
1968 PERIODE KEWENANGAN DEWAN MONETER (MENTERI KEUANGAN SEBAGAI KETUA, MENTERI EKONOMI DAN
PERIODE AWAL TERBENTUKNYA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA SEBAGAI ANGGOTA) SELAKU PERUMUS KEBIJAKAN MONETER
INDONESIA
NASIONALISASI DE JAVASCHE
PERAN BI PASCA KEBIJAKAN DEREGULASI
SEBAGAI BANK
BANK HIPERINFLASI SISTEM KEUANGAN DAN
SENTRAL
KRISIS EKONOMI 1997
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
MONETER:
Penukaran uang BANK INDONESIA MONETER: KEBIJAKAN
Tahun 1968, suku bunga
Pembersihan uang BERPERAN SEBAGAI BANK deposito dinaikkan dari MONETER:
Penerapan Paket
(monetary purge) SIRKULASI DAN AGEN 30% ke 72% per tahun PERAN BI DALAM Kebijakan 1 Juni 1983,
Pengguntingan uang PEMBANGUNAN Tahun 1970, Sertifikat PERIODE OIL PRICE Paket Kebijakan 27
KEBIJAKAN
MONETER: Bank Indonesia (SBI) SHOCK Oktober 1988, dan Paket
Penetapan tingkat suku diperkenalkan sebagai KEBIJAKAN Kebijakan 29 Januari 1990
bunga simpanan dan instrumen operasional MONETER:
Pada tahun 1978, BI Bank Indonesia
pinjaman Operasi Pasar Terbutka menurunkan reserve menggunakan instrumen-
Penetapan suku bunga (OPT) requirement bank-bank instrumen kontraksi untuk
rediskonto terhadap Kebijakan pemberian dari 30% menjadi 15% mengatasi krisis
surat- surat utang subsidi untuk kredit keuangan dan perbankan:
April 1974,
Kebijakan pemberian program pada sektor GWM, Fasilitas Diskonto,
diperkenalkan sistem
kredit langsung dan tertentu OPT, dan Intervensi
pagu kredit baru
penetapan pagu kredit Rupiah (IR)
Perubahan sistem devisa
Penetapan cadangan ‘ketat’
primer bagi bank menjadi ‘bebas
komersial
K E B I JA K A N MONE TE R INDONESIA: 1999 - 2020
UU NO. 23 TAHUN UU NO. 3 TAHUN UU NO. 6 TAHUN
1999 2004 2009
PERIODE BANK INDONESIA MEMILIKI TUJUAN UTAMA UNTUK MENCAPAI DAN MEMELIHARA KESTABILAN NILAI RUPIAH
(1) TERHADAP HARGA-HARGA BARANG DAN JASA (2) TERHADAP MATA UANG NEGARA LAIN.
IDR/
USD
Memperkuat transmisi kebijakan
N
1 0 ,0 0 0 moneter
IDR/
USD
N
NILAI TUKAR IDR/USD (SKALA INFLASI (YoY) (SKALA POLICY RATE (SKALA
KANAN) KIRI) KIRI)
STRATEGI F L E X I B L E ITF O L E H BI
ELEMEN PENGATURAN KARAKTERISTIK
Ditetapkan oleh Pemerintah
TARGET INFLASI Sasaran inflasi IHK
(KMK)
atas rekomendasi BI.
Independensi instrumen
INSTRUMEN Operasi Pasar Terbuka dengan
Suku bunga kebijakan: BI 7DRR Rate
& Surat Berharga Negara (SBN)
OPERASION Deposit Facility
AL
PROSES
Rapat Dewan Gubernur (RDG) RDG bulanan : BI 7DRR Rate
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Tinjauan Kebijakan Moneter bulanan, Laporan
Akuntabilitas kepada Kebijakan
TRANSPARANS Dewan Perwakilan Moneter Triwulanan
I& Rakyat (DPR) Siaran Pers dan Konferensi Pers
AKUNTABILITAS
Laporan-laporan dan Website
Komunikasi Diseminasi ke daerah dan diskusi dengan pelaku
pasar
Tim Pengendalian Inflasi Koordinasi kebijakan untuk menentukan
KOORDINASI yang beranggotakan BI dan target dan mengendalikan inflasi
DENGAN Pemerintah Pusat/Daerah Pembahasan asumsi makroekonomi
PEMERINTAH (TPI dan TPID) dalam Anggaran
PERUBAHAN KE RA N GK A STRATEGIS O L E H BI
ELEMEN POKOK INFLATION ELEMEN POKOK FLEXIBLE INFLATION
TARGETING FRAMEWORK TARGETING
BANK INDONESIA FRAMEWORK BANK INDONESIA
PENGINTEGRASIAN KEBIJAKAN PENGUATAN KEBIJAKAN
MONETER DENGAN KEBIJAKAN NILAI TUKAR DAN
MAKROPRUDENSIAL PENGELOLAAN ARUS
MODAL
INDIKATOR
Suku Bunga Depostio, Suku Bunga Kredit, Index Harga Aset, Nilai
BANK Tukar, Utang Perusahaan, Aliran Kas Perusahaan