Anda di halaman 1dari 35

DEFINISI K E B I JA K A N MONETER

Kebijakan Moneter adalah…..


Kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk Kebijakan ekonomi yang menjadi bagian integral dari
pengendalian besaran moneter (dapat berupa uang kebijakan ekonomi makro, yang bertujuan untuk menjaga
beredar, uang primer, atau kredit perbankan) dan atau suku keseimbangan kegiatan ekonomi dengan tingkat
bunga untuk mencapai stabilitas ekonomi makro. pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

PERTUMBUH
AN KEBIJAKAN MONETER
EKONOMI KEBIJAKAN
FISKAL
PENURUNAN
PENGANGGUR
KEBIJAKAN
AN LAJU INFLASI SEKTOR
RENDAH RIIL
(STABILITAS
HARGA)

DIMENSI STABILITAS EKONOMI KEBIJAKAN


MAKRO MAKROEKONOMI
K E B I JA K A N MONETER DAN PEREKONOMIAN TERBUKA

 Keterbukaan ekonomi suatu negara turut IMPOSSIBLE


memberikan konsekuensi pada perencanaan TRINITY
dan pelaksanaan kebijakan moneter.
FREE
CAPITAL
 Transaksi perdagangan dan keuangan internasional MOBILITY
CONTOH CONTOH
yang dilakukan oleh suatu negara mempengaruhi NEGARA NEGARA
PENGANUT SISI PENGANUT SISI
aliran dana luar negeri, sehingga pada gilirannya A: AMERIKA B: HONGKONG
SERIKAT
turut mempengaruhi jumlah uang yang beredar A B
dalam perekonomian.

 Konsep trilemma kebijakan (impossible trinity)


menjelaskan bahwa suatu negara dihadapkan pada
salah satu sisi dari segitiga pilihan kebijakan
(pengelolaan nilai tukar, keleluasaan arus modal, dan EXCHANGE C MONETARY
otonomi kebijakan moneter), sebagaimana RATE AUTONO
MANAGEMENT CONTOH MY
ditunjukkan gambar di samping. NEGARA
PENGANUT SISI
C: CINA
K E B I JA K A N MONETER DAN S IKLU S BISNIS

Expansionary monetary
policy
Kebijakan moneter ekspansif dilakukan
untuk mendorong pemulihan ekonomi
pada saat resesi (Misalnya dari poin
POLA KEBIJAKAN B ke C dalam gambar).
MONETER

Contractionary monetary
policy
Kebijakan moneter kontraktif dilakukan
untuk menjaga agar kondisi SIKLUS KEGIATAN
EKONOMI
perekonomian tidak mengalami
pemanasan (overheating).
K E B I JA K A N MONETER DAN S IKLU S BISNIS

Procyclical/accommodative
monetary policy SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
TANPA INTERVENSI
KEBIJAKAN
Pola penerapan kebijakan moneter yang
cenderung “mengakomodasi” SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
fluktuasi perekonomian. DENGAN
PROCYCLICAL POLICY
ARAH KEBIJAKAN MONETER

Counter-
cyclical SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
monetary DENGAN
COUNTERCYCLICAL POLICY
policy
PERIODE
Pola penerapan kebijakan moneter WAKTU
yang secara aktif bersifat
“memperlunak” perkembangan
PENENTUAN R E S PO N S K E B I JA K A N MONE TE R

Rule-based
policy
Penetapan kebijakan dilakukan dengan merespons kondisi yang sedang terjadi,
sebagaimana telah diperhitungkan dalam formulasi penetapan instrumen kebijakan
yang telah dilakukan sebelumnya.
PENENTUAN
RESPONS
KEBIJAKAN
MONETER

Discretion-based policy

Penetapan kebijakan dilakukan dengan lebih mendasarkan pada evaluasi dari waktu ke
waktu yang memperhitungkan kondisi yang sedang berlangsung, serta menganggap
perkembangan dan kebijakan masa lalu sebagai sesuatu yang tidak lagi relevan.
PENENTUAN R E S PO N S K E B I JA K A N MONE TE R

Money growth
Rule-based
rules (McCallum,
policy 1988)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada pertumbuhan
jumlah uang yang beredar:
∆𝑚 = ∆𝑥∗ − ∆𝑣∗ − 𝜙∆𝑥(𝑥 − 𝑥 ∗ )
PENENTUAN 𝑚, 𝑥, 𝑥 ∗ , dan 𝑣∗adalah variabel (dalam logaritma) jumlah
RESPONS uang yang beredar, pendapatan nominal, pendapatan nominal
KEBIJAKAN potensial, tingkat velocity of money.
MONETER
Interest rate rules
(Taylor, 1993)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada penentuan tingkat
suku bunga kebijakan:
𝑖 = 𝜋 + 𝑟 𝑒 + 𝜙𝜋 𝜋 − 𝜋∗ + 𝜙𝑦 (𝑦 − 𝑦 𝑝 )
𝑖 , 𝜋, 𝜋 ∗ , 𝑟 𝑒 , 𝑦, dan 𝑦 𝑝 adalah variabel tingkat suku bunga
nominal kebijakan moneter (policy rate), inflasi, target
inflasi, suku bunga riil kebijakan moneter bank sentral,
ouput riil, dan output riil potensial.
TU JUAN K E B I JA K A N MONETER

BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki satu
tujuan (single objective) TUJUA
KEBIJAKA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA


BERKEMBANG
KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE MONEY INFLATION LAIN-LAIN
RATE AGGREGATE TARGETI
STABILITAS HARGA ANCHOR
Burundi, Maroko Kongo, TARGETING
Sudan, Srilangka NG Ghana
Armenia, Mesir
SINGLE
OBJECTIVE STABILITAS NILAI TUKAR Cape Verde - - -
Sumber: IMF Staff Notes
(2015)
TU JUAN K E B I JA K A N MONETER

BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan
(multiple objectives) TUJUA
KEBIJAKA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA


BERKEMBANG KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE RATE MONEY AGGREGATE INFLATION LAIN-LAIN
ANCHOR TARGETING TARGETING
DUAL STABILITAS HARGA & NILAI Liberia Afghanistan - Republik
TUKAR Kyrgyz
OBJECTIVE STABILITAS HARGA Cambodia Guinea India -
& PERTUMBUHAN
EKONOMI
Sumber: IMF Staff Notes
(2015)
TU JUAN K E B I JA K A N MONETER

BANK
SENTRA
L
Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan
(multiple objectives) TUJUA
KEBIJAKA
N
N
MONETER AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA


BERKEMBANG KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE MONEY INFLATION LAIN-LAIN
RATE AGGREGATE TARGETI
3 OR STABILITAS HARGA, NILAI ANCHOR
Ethiopi TARGETING
Bangladesh NG - -
MORE TUKAR, PERTUMBUHAN a
OBJECTIV EKONOMI
ES Sumber: IMF Staff Notes
(2015)
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONETE R

BANK
SENTRA
L

INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

 Operasi Pasar Terbuka berbentuk kegiatan jual-beli surat-surat berharga oleh


bank sentral, baik di pasar primer maupun pasar sekunder melalui mekanisme
KONVENSIONAL lelang atau nonlelang.
 Operasi Pasar
 Fasilitas diskonto adalah fasilitas kredit (dan/atau simpanan) yang diberikan oleh
Terbuka
 Fasilitas bank sentral kepada bank-bank dengan jaminan surat surat berharga dan tingkat
diskonto diskonto yang ditetapkan oleh bank sentral sesuai dengan arah kebijakan moneter.
 Cadangan wajib minimum
 Cadangan wajib minimum adalah jumlah alat likuid minimum yang wajib dipelihara
oleh
bank komersial.
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONETE R

BANK
SENTRA
L

INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen tidak langsung yang sangat
penting
KONVENSIONAL
karena sangatdilakukan
OPT dapat fleksibelatas
dibandingkan
inisiatif bankdengan instrumen
sentral dengan lainnya.
frekuensi dan kuantitas sesuai dengan
 Operasi Pasar yang diinginkan.
Terbuka
 Fasilitas  OPT dapat dilakukan di pasar primer atau pasar sekunder dengan menggunakan berbagai
diskonto instrumen pasar uang, seperti surat berharga bank sentral, surat berharga pemerintah, atau
 Cadangan wajib surat berharga pasar uang.
minimum  Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan
dapat bervariasi jangka waktunya.
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONETE R

BANK
SENTRA
L

INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

CONTOH PENGGUNAAN INSTRUMEN


KONVENSIONAL
INSTRUMEN KEBIJAKAN KONVENSIONAL
KONVENSIONAL CONTOH
NEGARA OPERASI PASAR TERBUKA FASILITAS CADANGAN
 Operasi Pasar Terbuka DISKONT WAJIB
O MINIMUM*
 Fasilitas diskonto
MALAYSIA Surat berharga Pemerintah, Bank Sentral ≥ 3 bulan 3%-4%
 Cadangan wajib ARGENTINA Surat berharga Pemerintah ≤ 30 hari 18%-43%
minimum 5.5%-6.5% (GWM
INDONESIA Surat berharga Bank Sentral, Pasar Uang Overnight Rupiah)
8%*(GWM Valuta
Kisaran pada 10 tahun
Asing)
terakhir
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONETE R

BANK
SENTRA
L

INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

Dalam kondisi tidak normal (misalnya full-scale financial crisis), beberapa negara maju yang mengalami
zero- lower-bound problem merumuskan instrumen non konvensional seperti berikut ini:
NON
KONVENSIONAL  Liquidity provision merujuk kepada upaya pelonggaran fasilitas pinjaman oleh bank sentral kepada
 Liquidity bank
provision komersial.
 Large-Scale Asset Purchases merujuk kepada operasi pasar oleh bank sentral untuk pembelian
 Large-Scale Asset
surat utang skala besar yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dari segmen
Purchases (baik
utang milik pemerintah ataupun
tertentu
 Forward Guidance swasta).

 Forward Guidance merujuk kepada upaya pengelolaan ekspektasi dari para pelaku pasar, terutama
mengenai tingkat suku bunga jangka panjang.
INSTRUMEN K E B I JA K A N MONETE R

BANK
SENTRA
L

INSTRUME TUJUA
N N
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

CONTOH PENGGUNAAN INSTRUMEN NON


KONVENSIONAL
NON KONVENSIONAL CONTOH NEGARA INSTRUMEN KEBIJAKAN NAMA PROGRAM PERIODE
NON
 Liquidity provision KONVENSIONAL

INGGRIS
Asset purchase facility – APF1 − CP 1/2009
 Large-Scale Asset commercial paper
Purchases AMERIKA SERIKAT Large-scale asset purchases 3 LSAP3 12/2012
 Forward Guidance JEPANG Quantitative and Qualitative QQE 4/2013
Easing Sumber: Committee on the Global Financial System,
2019
SASARAN OPERASIONAL K E B I JA K A N MONE TE R
Pendekatan harga didasarkan pada hipotesis bahwa
bahwa
pengendalian tingkat harga secara efektif
BANK dapat mengendalikan stabilitas
SENTRA perekonomian.
L PENDEKATAN
HARGA
Suku
INSTRUME bunga TUJUA
N SASARAN N
OPERASION
KEBIJAKAN AKHIR
AL
MONETER
UTAMA
PENDEKATAN SASARA
KUANTITAS
Uang primer, Bank’s N
Reserve ANTARA
 Suku bunga
Pendekatan kuantitas didasarkan  Besaran moneter (M1, M2,
pada hipotesis bahwa Kredit)
pengendalian besaran- besaran
moneter secara efektif dapat
mengendalikan stabilitas
perekonomian.
ME K ANIS ME TRANSMISI K E B I JA K A N MONE TE R
SALURAN TRANSMISI KONDISI PASAR KEUANGAN PERMINTAAN AGREGAT TINGKAT HARGA UMUM

BANK SALURAN SUKU


PERMINTAAN
RUMAH
BUNGA PASAR
SENTRA KREDIT
TANGGA

L SALURAN KREDIT
PERBANKAN

HARGA
ASET CONSUMER
INSTRUME SUKU
SALURAN HARGA
KEUANGAN PRICE INDEX TUJUA
ASET
N BUNGA N
KEBIJAKAN KEBIJAKA AKHIR
SALURAN NILAI PERMINTAAN
MONETER N TERM
TUKAR STRUCTURE
PERUSAHAAN UTAMA
OBLIGASI
SALURAN
EKSPEKTASI HARGA
KONDISI
BARANG
PASAR
IMPOR
SALURAN PERILAKU MODAL
RISK TAKING PERMINTAAN
BERSIH LUAR
NEGERI
SALURAN NERACA
PERUSAHAAN

Kebijakan moneter bekerja dalam suatu mekanisme transmisi, yaitu suatu proses dimana
kebijakan
moneter dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi & inflasi.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MONE TE R

Mekanisme transmisi kebijakan moneter mempunyai kelambanan waktu (time lag) yang
relatif
panjang dan bervariasi (Friedman 1972; Batini and Nelson 2001; Goodhart 2001).
BANK
SENTRA
L

KEBIJAKA
N
MONETER
𝑷𝑬𝑹𝑰𝑶𝑫𝑬 𝒕 𝒕 + 𝒏𝟏 𝒕 + 𝒏𝟐 𝒕 + 𝒏𝟑

SHOC
1 2 3
K
RECOGNITION LAG IMPLEMENTATION
IMPACT LAG
Periode waktu antara
Periode
LAG waktu antara saat guncangan Periode waktu antara ketika pembuat pelaksanaan kebijakan dan
terjadi danbahwa
menyadari ketika pembuat kebijakan
guncangan guncangan telah
kebijakan terjadi
sudah dan ketika
menyadari bahwa berlakunya dampak kebijakan
telah terjadi. mereka merumuskan kebijakan tersebut dalam meredam
untuk merespon guncangan. guncangan.

Menurut Hubbard, et al. (2012), setidaknya terdapat tiga jenis kelambanan waktu
(time lag) dalam diskusi kebijakan moneter.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MONE TE R

Berdasarkan studi Havraneka dan Rusnak (2013), terdapat dua pola kelambanan waktu dari dampak
kebijakan
moneter terhadap tingkat harga, yaitu (1) hump-shape dan (2) strictly decreasing response.
TIP TIPE
E Hump-shaped 2 Strictly Decreasing
1 response Response
RESPON PERUBAHAN

RESPON PERUBAHAN
HARGA (%)

HARGA (%)
PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR 1
1 PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN

Grafik mengilustrasikan perubahan tingkat harga sebagai konsekuensi dari peningkatan suku bunga kebijakan moneter sebesar 1
percentage point oleh bank sentral di dalam suatu perekonomian.
Garis putus-putus pada grafik menunjukkan batas durasi (dalam bulan) hingga penurunan tingkat harga di dalam suatu
perekonomian terjadi secara maksimal.
KELAMBANAN DALAM K E B I JA K A N MONE TE R

RATA-RATA KELAMBANAN
NEGARA
WAKTU TRANSMISI  Havraneka dan Rusnak (2013)
KEBIJAKAN
NEGARA MAJU
mendokumentasikan analisis meta
Amerika Serikat 42,2 Bulan dengan melibatkan 67 artikel yang
Uni Eropa 48,4 Bulan mempublikasikan studi empiris
Jepang 51,3 Bulan mengenai transmisi kebijakan
Jerman 33,4 Bulan moneter di 30 negara, terutama
Britania Raya 40,4 Bulan
negara maju dan negara pasca
Perancis 51,3 Bulan
Italia 26,6 Bulan
transisi.
NEGARA EROPA PASCA TRANSISI  Tabel di samping menunjukkan
Polandia 18,7 Bulan
contoh rata-rata jumlah bulan hingga
Republik Ceko 14,8 Bulan
Hungaria 17,9 Bulan
tingkat harga mengalami penurunan
Slovakia 10,7 Bulan maksimum sebagai akibat dari
Slovenia 17,6 Bulan peningkatan suku bunga kebijakan
Data dapat diakses di alamat http://meta-analysis.cz/lags/index.html
. moneter di beberapa negara.
OUTLINE
PENGAJARAN
1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN
MONETER

2 TINJAUAN KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN


MONETER

3 PARADIGMA BARU KEBIJAKAN


MONETER

4 KEBIJAKAN MONETER DI
INDONESIA
K E R A N G K A STRATEGI K E B I JA K A N MONE TE R

Merupakan strategi kebijakan dengan


Merupakan strategi kebijakan
menetapkan nilai mata uang domestik
dengan menetapkan pertumbuhan
terhadap (1) harga komoditi tertentu yang
jumlah uang beredar (M1 dan M2)
diakui secara internasional (seperti emas),
dengan harapan masyarakat dapat
atau (2) mata uang negara-negara besar
mengetahui arah kebijakan
yang memiliki laju inflasi yang rendah.
BANK moneter.

SENTRA
L EXCHANGE MONETA
TARGETIN
RATE RY
INSTRUME G SASARAN
TARGETIN TUJUA
N
OPERASION G N
KEBIJAKAN AL AKHIR
MONETER
UTAMA
INFLATION IMPLICI
TARGETIN T
G TARGET
Merupakan strategi kebijakan Merupakan strategi kebijakan
dengan mengumumkan kepada tanpa penargetan secara tegas,
publik mengenai target inflasi tetapi tetap memberikan
jangka menengah dan komitmen perhatian dan komitmen untuk
bank sentral untuk mencapai mencapai tujuan akhir kebijakan
stabilitas harga. moneter.
K E R A N G K A STRATEGI K E B I JA K A N MONE TE R
KERANGKA KELEBIHAN KELEMAHAN CONTOH NEGARA
 Kebijakan moneter
 Bergantung pada hubungan
independen, dapat Thailand (masa
yang stabil antara uang
MONETA fokus pada kondisi pendampingan
dan inflasi
perekonomian IMF)
RY domestik  Terkendala gangguan aliran
Amerika Serikat
TARGETI  Memberikan sinyal
keluar masuk dana dan
(1979-
ketidakstabilan permintaan
NG yang cepat
uang
1982)

 Kebijakan moneter menjadi


 Mencegah inflasi tidak
dari kenaikan independen Malaysia
EXCHANGE harga barang
Hongkong
internasional  Dapat menimbulkan
RATE serangan spekulasi valas China
TARGETI  Relatif sederhana dan
jelas, sehingga dapat  Sulit menentukan nilai tukar Singapu
NG relatif mudah yang tepat sehingga sering
dimengerti oleh menimbulkan overvalued bila ra
masyarakat pengendalian tidak berhasil
K E R A N G K A STRATEGI K E B I JA K A N MONE TE R
KERANGKA KELEBIHAN KELEMAHAN CONTOH NEGARA
 Sederhana dan jelas  Dapat menyebabkan aturan
yang
rigid Selandia Baru
 Kebijakan moneter
independen, dapat fokus  Fluktuasi output lebih besar Kanada
INFLATION pada jika
Inggris
kondisi perekonomian terfokus hanya pada
domestik inflasi (meskipun pada Swedia
TARGETI praktik tidak
 Tidak bergantung pada menimbulkan masalah)
NG
hubungan yang stabil  Sinyal bersifat tidak langsung Thailand
antara terhadap pencapaian target
uang dan inflasi
 Kebijakan moneter  Relatif kurang
independen, sehingga transparan dan akuntabel
dapat fokus pada
kondisi perekonomian  Keberhasilan sangat
IMPLIC domestik tergantung pada individu Amerika Serikat
IT  Membutuhkan kredibilitas (Pasca 1982)
 Tidak bergantung pada
bank sentral sebelum
TARGET hubungan yang stabil
NEGARA-NEGARA PENGANUT ITF

Seriring dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya penetapan stabilitas harga sebagai
tujuan jangka panjang kebijakan moneter, beberapa bank sentral beralih pada penggunaan kerangka
strategi kebijakan moneter berbasis penargetan inflasi (Inflation Targeting Framework - ITF).

TINGKAT INFLASI (%)


*
* Tingkat inflasi
Argentina pada saat
implementasi ITF
adalah sebesar 35.5%

TAHUN

Hingga 2016, terdapat 36 negera yang menggunakan fully-fledged Inflation Targeting Framework
dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
PRINSIP PELAKSANAAN ITF
.
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang secara
transparan & konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan
yang secara eksplisit ditetapkan & diumumkan.

Overriding objectives:
4 GOOD GOVERNANCE 1 INSTITUTIONAL COMMITMENT Inflation
Memiliki sasaran utama, yaitu sasaran inflasi, yang dijadikan
Sesuai dengan sebagai prioritas pencapaian (overriding objective) dan
prinsip- prinsip tata acuan (nominal anchor) kebijakan moneter
kelola yang sehat, BANK
yaitu memiliki tujuan
yang jelas, SENTRA
transparan, L
akuntabel dan
kredibel.

3 INFORMATION-INCLUSIVE APPROACH 2 PUBLIC ANNOUNCEMENT


Pengumuman dilakukan kepada
Pendekatan inklusif digunakan dalam proses
publik dengan mempertimbangkan
perumusan dengan mendasarkan pada suatu
asas antisipatif (preemptive atau
aturan (rule based) namun cukup fleksibel
forward looking)
dalam operasionalisasinya (constrained
discretion).
KARAKTERISTIK ITF
KRITERIA BERNANKE ET AL SVENSSON (2000) KING (2004)
(2000)
KESTABILAN HARGA SEBAGAI TUJUAN
UTAMA Ya Ya Ya
KEBIJAKAN MONETER
PENGUMUMAN TARGET INFLASI Ya Ya Ya
TARGET INFLASI JANGKA MENENGAH Tidak Jelas Ya Ya
KOMUNIKASI INTENSIF DENGAN PUBLIK Ya Ya Ya
Penargetan inflasi
PENGGUNAAN MONETARY POLICY RULE Penargetan perkiraan
Tidak jelas dan respon
SECARA SPESIFIK inflasi
terhadap sisi
penawaran
PUBLIKASI PERKIRAAN INFLASI DAN Tidak perlu Ya Tidak jelas
OUTPUT
TARGET DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH
Ya Tidak perlu Tidak Perlu
(GOAL DEPENDENCE)
PENGGUNAAN INSTRUMEN SECARA Ya, tetapi tidak
Ya Ya
INDEPENDEN (INSTRUMENT disebutkan
INDEPENDENCE) secara tegas
TINGKAT INFLASI PASCA ITF: NEGARA M A J U

RESERVE BANK OF NEW ZEALAND


Sejak implementasi ITF pada Maret
1990, tingkat inflasi di Selandia
Baru berada di bawah target
kecuali pada tahun 1995, 2000,
2006, 2008, 2011.

BANK OF ENGLAND
Pada Oktober 1992, bank sentral Inggris
awalnya menetapkan target inflasi antara 1-
4%, kemudian menjadi 2,5% (Mei 1997),
dan
terakhir menjadi 2% (Desember 2003
sampai
sekarang).
TINGKAT INFLASI PASCA ITF: NEGARA BERKEMBANG

INDONESIA
BRAZI ITF SEJAK 2005 THAILAND
LITF ITF
SEJAK SEJAK
1999 2000

AFRIKA KORE
SELATA A
IN
TF SEJAK 0 SELATA
ITF
20 0
NSEJAK
200
1
TIPE TARGET INFLASI DALAM ITF

Dengan kerangka ITF, bank sentral harus melakukan penetapan target inflasi dengan memilih
salah satu dari tiga tipe target berikut ini: (1) point target, (2) point target with tolerance band,
dan (3) target range.

TIPE TIPE TARGET*


NEGARA CONTOH
TARGET BANK POINT TARGET TARGET RAN
INFLASI POINT TARGET
SENTRAL
WITH
TOLERANCE
Albania, Argentina, Iceland, India, BAND
POINT TARGET Japan, Russia, Samoa, South Korea,
Reserve
Sweden, United Kingdom, United Bank of
- 2% (±1%)
States New
Zealand
Brazil, Canada, Chile, Czech Republic,
POINT TARGET Ghana, Guatemala, Indonesia, Mexico, Bank of England 2% - -
WITH New Zealand, Paraguay, Peru, Philippines,
TOLERANCE Romania, Thailand, Turkey
BAND Bank Indonesia - 3.5% (±1%) -

Australia, Azerbaijan, Botswana, Israel,


TARGET
RANGE South Africa Bank of Canada 2% - -
*Data per Januari
Reserve Bank of 2020
Australia
- - 2-3%
MODEL TEORE TIS ANALISIS ITF

 Evaluasi atas kerangka strategi kebijakan


𝑰𝒏𝒇𝒍𝒂𝒔𝒊 (𝝅) moneter dapat dilakukan dengan menganalisis
perilaku bank sentral dalam konteks stabilitas
makroekonomi.
 Perilaku bank sentral dalam merespons gejolak
yang menganggu stabilitas makroekonomi dapat
𝝅𝑻 dimodelkan dengan suatu fungsi reaksi (reaction
function).
 Dalam kaitannya dengan penerapan ITF, evaluasi
atas fungsi reaksi bank sentral bertujuan untuk
𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝒈𝒂𝒑
melihat bagaimana bank sentral mengarahkan
𝒚෥ kebijakan moneter agar sesuai dengan target
=𝟎 (𝒚෥) inflasi yang telah ditetapkan.
MODEL TEORE TIS ANALISIS ITF

Pemodelan untuk mengevaluasi kerangka strategi kebijakan moneter melibatkan


dua komponen berikut ini:

Central Bank Objective Function Central Bank Constraint


Fungsi utilitas bank sentral yang mencerminkan Fungsi kendala bank sentral yang diderivasikan dari
preferensi pembuat kebijakan dalam menghadapi model sisi penawaran dalam perekonomian.
trade-off antara fluktuasi output dan inflasi.
Sisi penawaran menunjukkan hubungan linear
Tujuan Bank sentral adalah untuk meminimalkan social antara
loss function sebagai berikut: tingkat output riil dan inflasi dalam perekonomian.
1 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼 𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒
𝐿= 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
2
Dimana 𝜋, 𝜋 𝑇 , 𝑦, 𝑦 𝑝 , 𝑘, 𝛽 adalah inflasi, target inflasi, Dimana 𝑦, 𝑦 𝑝 , 𝜋, 𝜋 𝑒 , 𝛼 adalah tingkat output riil,
tingkat output riil, output potensial, parameter konstan tingkat output potensial, tingkat inflasi, tingkat inflasi
yang mempengaruhi kesenjangan output, dan degree of yang diharapkan, dan parameter inflation gap.
inflation aversion bank sentral.
MODEL TEORE TIS ANALISIS ITF
Dengan menentukan kondisi turunan orde pertama atas inflasi (𝜋𝑡 )
dari proses minimisasi social loss function terhadap fungsi kendala,
maka diperoleh tingkat inflasi yang optimal sebagai berikut:

1
min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN


EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*:

𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 + 𝖰𝑎𝒌

* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi
janji terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar,
(2) publik mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEORE TIS ANALISIS ITF
Apabila bank sentral menggunakan strategi ITF, maka social loss
Dengan menentukan kondisi turunan orde pertama atas inflasi (𝜋 𝑡) function akan dimodifikasi dengan menambahkan komponen
dari proses minimisasi social loss function terhadap fungsi penalti terhadap bank sentral, sehingga tingkat inflasi yang
kendala, optimal menjadi sebagaimana berikut ini:
maka diperoleh tingkat inflasi yang optimal sebagai berikut:
1 1
min 𝜋 𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 + ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋 𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )
𝑡

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*: EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*:

𝝅𝒕 = 𝝅∗ + 𝖰𝑎𝒌 𝖰𝑎𝒌
𝒕 𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 +
𝟏+𝒉

* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi
janji terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar,
(2) publik mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEORE TIS ANALISIS ITF

MODEL 1: MODEL 2:
BANK SENTRAL TANPA BANK SENTRAL DENGAN
STRATEGI ITF STRATEGI ITF
1 1
min 𝜋 𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 + ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋 𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )
𝑡

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 ): EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 ):

𝝅𝒕 = 𝝅∗ + 𝖰𝑎𝒌 𝖰𝑎𝒌
𝒕 𝝅𝒕 = 𝝅∗𝒕 +
𝟏+𝒉

Dengan membandingkan solusi atas fungsi reaksi bank sentral dengan dua kondisi yang berbeda
tersebut, kita dapat melihat bahwa tingkat inflasi (𝝅) suatu negara akan relatif lebih rendah
karenabias inflasi menjadi relatif lebih kecil apabila bank sentral menggunakan ITF (yaitu 𝖰𝑎𝒌 < 𝖰𝑎𝒌).
komponen 𝟏+𝒉
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai