Anda di halaman 1dari 30

BAURAN KEBIJAKAN BANK SENTRAL:

PARADIGMA KEBIJAKAN BANK SENTRAL PASCA KRISIS


2
Bank Indonesia Mempunyai Tujuan Tunggal Menjaga Stabilitas Nilai Rupiah
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni kestabilan rupiah terhadap barang dan jasa
(inflasi) dan kestabilan rupiah terhadap mata uang negara lain (nilai tukar/kurs).
(Pasal 7 UU No.23/1999 tentang BI sebagaimana telah diubah dengan UU NO.3/2004)

Terhadap Kestabilan nilai rupiah


Barang terhadap barang dan jasa,
MENCAPAI & dan Jasa diukur dengan atau tercermin
(INFLASI) dari perkembangan laju
inflasi. Dalam rangka
MEMELIHAR mendukung
pertumbuhan
A”KESTABIL Terhadap Kestabilan nilai rupiah terhadap ekonomi
AN NILAI mata uang mata uang negara lain, diukur yang
negara lain dengan atau tercermin dari berkelanjutan
RUPIAH” (NILAI perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain
TUKAR)
3
3 Tugas Pokok Bank Indonesia
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga tugas pokok Bank Indonesia,
yakni (i) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Moneter, (ii) Mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran, dan
(iii) Stabilitas Sistem Keuangan
Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi dalam suatu “bauran kebijakan” yaitu Stabilitas Moneter yang didukung oleh
Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran, agar upaya mencapai tujuan Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
4
Kerangka Kerja dengan Penargetan Inflasi (Inflation Targeting Framework)
UU No.23 Tahun 1999 menjadi dasar bagi Bank Indonesia untuk menerapkan kerangka kerja Inflation Targeting
sebagai kerangka kerja kebijakan moneter di Indonesia (secara formal pada 1 Juli 2005) ….

No Kriteria Bernanke et al. (1999) Svensson (2000) King (2004)

1. Kestabilan harga sebagai tujuan Ya Ya Ya


utama kebijakan moneter
2. Pengumuman target inflasi Ya Ya Ya
3. Target inflasi jangka menengah Tidak jelas Ya Ya
4. Komunikasi intensif dengan publik Ya Ya Ya
5. Penggunaan kaidah kebijakan Tidak jelas Penargetan Penargetan inflasi + respon
(rule) moneter secara spesifik prakiraan inflasi thd sisi penawaran
6. Publikasi prakiraan inflasi dan Tidak perlu Ya Tidak jelas
output
7. Target ditetapkan oleh pemerintah Ya Tidak perlu Tidak perlu
(goal dependence)
8. Penggunaan instrument secara Ya Ya, tetapi tidak Ya
independent (instrument disebutkan secara
independence) tegas
5
Outline

Tantangan Perekonomian pada Periode Krisis Keuangan


Global (GFC) 2008/09

Paradigma Baru Kebijakan Bank Sentral Pasca Krisis

Perkembangan Ekonomi & Keuangan Terkini

Bauran Kebijakan Bank Indonesia dan Nasional


66

Tantangan Perekonomian pada Periode Krisis

Stabilitas Makroekonomi Dinamika


(Pertumbuhandan Inflasi) Lingkungan
Keterbukaan Global
dan
Integrasi
GDP Dunia

Sektor Riil
Perilaku Akselerator Inflasi Dunia
Mengambil Keuangan (Harga Komoditas)
Risiko
Sektor Keuangan
Tingkat Suku
Bunga
Dunia
Stabilitas Keuangan
(Pertumbuhan Kredit, Harga Aset, Risiko Geopolitik
Gagal)
77
Tantangan Perekonomian Pasca Krisis
Tantangan # 1: Aliran modal besar dan fluktuatif

 Aliran modal yang lebih dinamis pada periode pasca GFC.


 Volatilitas aliran modal menciptakan kerentanan sistem keuangan.
Sebagian besar aliran masuk modal cenderung ke arah instrumen keuangan
jangka pendek, sehingga rentan terhadap aliran keluar modal oleh investor
88
Tantangan Perekonomian Pasca Krisis
Tantangan # 1: Aliran modal besar dan fluktuatif

 Aliran modal asing telah mendorong apresiasi/depresiasi Rupiah yang


berpotensi memengaruhi daya beli dan transaksi berjalan (CA).
 Volatilitas nilai tukar meningkat pada periode pasca-GFC.
Tantangan Perekonomian Pasca Krisis 99

Tantangan # 2: Shock Harga Komoditas

 Kombinasi dari berakhirnya era “commodity supercycle”, pertumbuhan populasi


berpenghasilan menengah di Indonesia, dan apresiasi rupiah berkontribusi pada
defisit transaksi berjalan (CA) yang melampaui 4,27% pada kuartal kedua 2014.
Tantangan Perekonomian Pasca Krisis 1
10
0
Tantangan # 3: Sektor Keuangan yang Sangat Prosiklikal

 Procyclicality sektor
keuangan menjadi lebih
lazim ketika dipengaruhi oleh
aliran masuk modal asing

 Aliran likuiditas ke
perekonomian domestik
meningkatkan harga properti
dan risiko terhadap
stabilitas keuangan
1
11
1
Mapping Tantangan Kebijakan

2014 – 2015 2012 – 2013


 Pemulihan ekonomi global yang berbeda  Pembalikan modal (krisis Eropa 2012 dan Taper
 Arus modal masuk 2014, arus modal keluar 2015 Tantrum 2013)
 Penurunan harga komoditas  Penurunan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Pertumbuhan PDB tinggi
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan kredit tinggi
 Inflasi tinggi 2014  Inflasi tinggi
 Inflasi Rendah 2015  Defisit transaksi berjalan

2008 – 2009 2010 – 2011


 Resesi global  Pemulihan ekonomi global
 Pembalikan modal  Arus modal masuk
 Penurunan harga komoditas  Peningkatan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Peningkatan pertumbuhan PDB
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan tingkat kredit
 Inflasi rendah  Inflasi rendah
 Surplus transaksi berjalan  Surplus transaksi berjalan
12

Paradigma Baru Kebijakan Bank Sentral Pasca Krisis


Keuangan Global 2008

12
13

Pelajaran dari Krisis Keuangan Global (GFC) 2008

• Stabilitas makro tidak akan tercapai tanpa stabilitas sistem keuangan


Sementara stabilitas harga tetap menjadi target utama (primary goal) bank-bank
sentral, krisis global memperlihatkan bahwa menjaga inflasi yang rendah saja, tanpa
menjaga stabilitas sistem keuangan tidaklah cukup untuk mencapai stabilitas
makroekonomi.
• Tantangan yang beragam vs. bauran instrumen kebijakan
Dalam perekonomian kecil terbuka, beragam tantangan dalam pengambilan kebijakan moneter
sebagai akibat dari dinamika arus modal mengimplikasikan bahwa otoritas moneter harus
menggunakan beragam instrumen. Penggunaan bauran instrumen memungkinkan Bank
Indonesia untuk mengatasi berbagai dilema tersebut.
• Kebijakan nilai tukar harus memainkan peran penting dlm ITF
Dalam perekonomian kecil terbuka, dinamika nilai tukar sebagian besar dipengaruhi oleh
persepsi risiko investor, yang memicu pergerakan modal. Diperlukan suatu cara
pengelolaan nilai tukar untuk menghindari volatilitas yang berlebihan.
14
Keterkaitan Stabilitas Moneter & SSK semakin kuat

Pascakrisis global kebijakan bank sentral perlu memperhitungkan keterkaitanyang semakin


kuat antara stabilitas moneter, SSK, dan sistempembayaran. Perlunya koordinasi/bauran
kebijakan, termasuk koordinasi dengan otoritas lainnya.

BANK INDONESIA
Pre Global Crisis

Monetary Payment System Banking


– Pre OJK

Policy Policy Policy

Monetary Payment System Individual Bank


Macro Risk Systemic Soundness
Stability Stability Risk (Idiosyncratic Risk)

BANK INDONESIA OJK


Monetary Payment System Macroprudential Microprudential
– Post OJK

Policy Policy Policy Policy


Post Global
Crisis

Monetary Payment System Financial Stability Financial Institution


Stability Stability (Systemic Risk) Soundness
15
”Nothing wrong with ITF. But, it needs enhancement...”

Tantanga Paradigma Baru


n Pasca Krisis Global
Struktural GFC 2008/09
Kedepan

Kerangka kebijakan Penguatan Kerangka Kerja


moneter ITF Pre-GFC Kebijakan Moneter Baru:
Prinsip dasar: (i) pencapaian sasaran inflasi sbg
overriding objective; (ii) antisipatif; (iii) merujuk ITF – “Flexible” ITF –
pd Kaidah kebijakan (rule) dg ruang diskresi;
(iv) dilaksanakan sec independen, transparan, & Bauran Kebijakan Bank Sentral
akuntabel

Prinsip-prinsip
Evaluasi
Dasar Kebijakan Kinerja ITF
Moneter
16

Prinsip Dasar Flexible ITF

Lima prinsip penajaman kebijakan moneter non konvensional:

Melanjutkan kerangka kebijakan


1 untuk mencapai target inflasi sebagai
tujuan
utama dari kebijakan moneter
Mengintegrasikankebijakan moneter
dan makroprudensial

Mengelola dinamika arus modal dan


3 nilai tukar

Memperkuat strategi komunikasi kebija-


4 kan sebagai bagian dari instrumen
kebijakan

Memperkuat koordinasi kebijakan


5
antara Bank Indonesia dan
Pemerintah
17
Penerapan Flexible ITF dalam Perekonomian Terbuka (Small Open)
Bauraninstrumen kebijakan merupakanbagiandari strategi pentinguntuk
mengoptimalkan
pengelolaan “trilema” kebijakanmoneter
Integrasi Kebijakan Moneter & Makroprudensial

Menjaga otonomi kebijakan moneter dalam


mencapai kestabilan harga
• Menetapkan suku bunga kebijakan untuk memberikan
sinyal dan mengelola ekspektasi inflasi;
• Mengoptimalkan instrumen makroprudensial untuk mengelola
likuiditas, mencegah risiko sektor keuangan.

Manajemen Nilai Tukar Manajemen Arus Modal


Menstabilisasi pergerakan nilai tukar sejalan Mengelola dinamika arus modal dalam
dengan fundamentalnya mendukung stabilitas makroekonomi
• Konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi; • Mengutilisasi instrumen makroprudensial untuk
• Intervensi nilai tukar untuk mengurangi volatilitas mengelola pergerakan arus modal dan mencegah
jangka pendek; risiko sektor eksternal;
• Mencari keseimbangan optimal antara • Mempromosikan pendalaman keuangan pasar valuta
menyediakan asing;
ruang u/ apresiasi/ depresiasi & mengelola • Mendukung manajemen cadangan devisa sebagai
kecukupan cadev. bentuk self-insurance
18

Keterkaitan Kebijakan Moneter dan Makroprudensial

V Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan Moneter S

Kebijakan Moneter diarahkan Kebijakan Makroprudensial


Risiko keduanya saling
mengatasi risiko yg diarahkan mengatasi risiko dlm
berhubungan
berkaitan dengan: (interconnected), tetapi sistem keuangan yg disebabkan
• Pertumbuhan ekonomi membutuhkan kebijakan oleh:
• Inflasi yg berbeda untuk • Melemahnya kondisi keuangan
• Current Account Deficit mengatasi risiko2 tsb. • Ketidakseimbangan keuangan
• Nilai tukar dan sektoral
• Perilaku tidak berhati-hati, dll.

Kebijakan makroprudensial dapat digunakan untuk mendukung kebijakan moneter menekan


pertumbuhan kredit pada sektor tertentu (missal perumahan, otomotif) tanpa menaikkan suku
bunga.
19
Integrasi Kerangka Kerja Kebijakan Moneter & Makroprudensial
Instrumen makroprudensial sebagai pendukung(complement) instrumen moneter dalam
mencapai
stabilitasmoneter dan sistem keuangan, bukan sebagai pengganti (substitute).

Stabilitas Moneter Stabilitas Sistem Keuangan

Kebijakan Moneter Kebijakan Makroprudensial (ri s iko sistemik)


(stabilitas harga)

Suku bunga Loan to Value (LTV)


GWM, etc Countercyclical Capital Buffer etc

Upswing
Monetary Policy
Macroprudential Policy

Desired economic cycle


Downswing
2
20
0
Mapping Tantangan Kebijakan

2014 – 2015 2012 – 2013


 Pemulihan ekonomi global yang berbeda  Pembalikan modal (krisis Eropa 2012 dan Taper
 Arus modal masuk 2014, arus modal keluar 2015 Tantrum 2013)
 Penurunan harga komoditas  Penurunan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Pertumbuhan PDB tinggi
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan kredit tinggi
 Inflasi tinggi 2014  Inflasi tinggi
 Inflasi Rendah 2015  Defisit transaksi berjalan

2008 – 2009 2010 – 2011


 Resesi global  Pemulihan ekonomi global
 Pembalikan modal  Arus modal masuk
 Penurunan harga komoditas  Peningkatan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Peningkatan pertumbuhan PDB
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan tingkat kredit
 Inflasi rendah  Inflasi rendah
 Surplus transaksi berjalan  Surplus transaksi berjalan
2
21
Mapping Bauran Kebijakan Bank Sentral 1

Inflasi

Tinggi
2014 - 2015 2012-2013

Monetary Policy Monetary Policy


STABILITAS MONETER

Macroprudential Policy Macroprudential Policy

2008-2009 2010 - 2011

Monetary Policy Monetary Policy

Macroprudential Policy Macroprudential Policy


Infasi
Rendah
Pertumbuhan Pertumbuhan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Kredit Rendah Kredit Tinggi
22

Bauran Kebijakan Bank Indonesia


& Kebijakan Ekonomi Nasional
23
Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melambat …..
• Pertumbuhan ekonomi AS melambat dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga
kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha.
• Pertumbuhan ekonomi Eropa juga melambat a.l. lain dipengaruhi oleh berlanjutnya permasalahan struktural ekonomi
dan keuangan, pelemahan ekspor dan dampak ketidakpastian penyelesaianmasalah Brexit.
• Ekonomi Tiongkok tumbuh melambat didorong melemahnya ekspor akibat ketegangan perdagangan dengan AS serta
melambatnya permintaan domestik sebagai dampak proses deleveraging yang masih berlangsung.

PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL


24
Harga Komoditas Global Diprakirakan Menurun
• Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas global diprakirakan menurun,
termasuk harga minyak dunia.
• Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat serta risiko hubungan dagang antar negara juga berdampak pada tetap
rendahnya volume perdagangan dunia.
HARGA KOMODITAS EKSPOR INDONESIA BIAS KE BAWAH HARGA MINYAK DIPERKIRAKAN TURUN

Sumber: Bloomberg, data per 28 Januari 2019

VOLUME PERDAGANGAN DUNIA DIPERKIRAKAN TETAP RENDAH

Sumber: Bloomberg, proyeksi Bank Indonesia Sumber : WEO Jan 2019 dan WTO September
Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Berkurang … 25

• Kenaikan suku bunga FFR diprakirakan akan lebih rendah dan pengurangan neraca bank sentral menjadi lebih kecil dari
rencana semula sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang melambat.
• Normalisasi kebijakan moneter di negara maju cenderung tidak seketat perkiraan semula.
• Ketidakpastian pasar keuangan global yang berkurang mendorong aliran masuk ke negara berkembang.
FFR BERPOTENSI HANYA NAIK 1X PADA 2019… B/S REDUCTION DIPERKIRAKAN LEBIH KECIL…

Jml Kenaikan FFR Probabilitas* (%)


Sesudah Tanggal Januari Februari
Survey (02/01/19) (19/02/19)
tetap 64.8 83.9
1 kali naik lagi 29.0 15.1
2 kali naik lagi 5.5 0.9
3 kali naik lagi 0.6 0.0
*) proyeksi Fed NY Juli 2018 utk realisasi penurunan UST & MBS di 2019 masing-masing sebesar $271bn dan $160bn
Sumber: Bloomberg, diolah berdasarkan WIRP Implied Probability (Total: $431bn).
BANK SENTRAL GLOBAL LEBIH DOVISH DARI SEBELUMNYA… ALIRAN MODAL KE NEGARA EM MULAI MASUK...

Sumber: EPFR
26
Summary Outlook Perekonomian Indonesia
Prospek ekonomi Indonesia 2019 akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang tetap solid dan stabilitas yang tetap
terjaga. Pertumbuhan ekonomi 2019 diperkirakan pada kisaran 5,0-5,4%, didukung permintaan domestik, khususnya
konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT yang meningkat, serta investasi yang tetap kuat.

PDB Inflasi CAD Kredit DPK

2019 5,0-5,4% 3,5%±1% sekitar 2,5% PDB 10-12% 8-10%

2020 5,1-5,5% 3,0%±1%

Risiko Eksternal Risiko Domestik


Current account deficit yang masih tinggi
Ekonomi global yang tumbuh melambat, ketegangan
perdagangan yang berlanjut, geopolitik terutama
ketidakpastian Brexit, volume perdagangan dunia yang
melambat, dan harga komoditas yang turun.
27
Untuk mencapai perekonomian denganpendapatantinggi, diperlukan
INDONESIA MENUJU reformasi struktural dan stabilitas ekonomi yang terjaga untuk menjawab
HIGH INCOME kompleksits tantangan yang meningkat ….
COUNTRY Untuk mencapai negara
optimis berpenghasilan tinggi sebelum
GNI per Capita
(Current US$)

tahun 2033, saat


High Income ($ baseline
12,736) dividend habis,
demographic
HIGH INCOME
pesimis COUNTRY
pertumbuhan ekonomi rata-
rata perlu mencapai 8%

Kondisi - Pertumbuah ekonomi yang


saat lebih moderate dengan rata-
ini $3,400 INFRASTRUKTUR INSTITUSI PENDIDIKAN rata 5.6-5.8% akan membantu
• Pertumbuhan PDB rendah INOVASI TFP | CAPITAL | LABOR indonesia mencapai negara
• Biaya logistik tinggi
• berpenghasilan tinggi pada
Ekspor commodity based STRONG
• Ketergantungan impor • Quality Roads • Barriers to • Research & • Online 2040-an
• Quality trade and development creativity
yang tinggi - Pada tahun 2023, Indonesia
Railroad (R&D) • Intangible
• Deindustrialisasi • Tertiary SUSTAINABLE
infrastructure investment assets diperkirakan telah memasuki
• Service deficit • Quality Port • Barriers to education • Creative goods
• Pembiayaan domestik infrastructure entre • Education & services upper middle income
• Kuantitas dan kualitas Quality Air preneurship BALANCE country (> USD 4000)
• transport •
pendidikan yang rendah
infra.
GROWTH
• inovasi yang rendah State control
• Banyak regulasi REFORMASI STRUKTURAL
STABILITAS MAKROEKONOMI DAN SISTEM KEUANGAN
Sumber: BI Institute, Materi REL
28

Arah Bauran Kebijakan BI 2019: “Pro Stability – Pro Growth”


Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2019 diarahkan untuk terus memperkuat
stabilitas perekonomian dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi

KEBIJAKA KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENDALAMA EKONOMI


N MAKRO- SISTEM N PASAR KEUANGA
MONETER PRUDENSIA PEMBAYARA KEUANGAN N SYARIAH
L N Akselerasi pendalaman pasar Pengembangan Eksyar melalui
Pre-emptive dan
ahead- Kelancaran, efisiensi, dan keuangan untuk mendukung program-program Bank
Akomodatif untuk keamanan transaksi efektivitas kebijakan BI & Indonesia & sebagai bagian
the-curve pada 2019
mendukung SSK dan pembayaran, termasuk pembiayaan ekonomi program KNKS
intermediasi perbankan mendukung ekonomi
dan keuangan digital

UNTUK UNTUK MENJAGAMOMENTUM PERTUMBUHAN


STABILIT EKONOMI DAN MENDUKUNG STABILITAS
AS
Fokus pada pengendalian inflasi dan Memperkuat persepsi positif terhadap
Indonesia dan berperan aktif dalam
penurunan defisit transaksi berjalan perumusan kebijakan di berbagai lembaga
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
UMKM INTERNASIONAL internasional
29
Bauran Kebijakan Nasional
Sinergi kebijakan antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait akan terus
diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi...

Rp

Kebijakan Kebijaka Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan


Monete n Reformasi Struktural Makro- Sistem Pendalama
r Fiskal Mikro Pembayara n Pasar
prudensial n Keuangan
Menjaga Mendorong Memperkuat struktur Menjaga stabilitas Mendukung
stabilitas pertumbuhan perekonomian dan meningkatkan sistem keuangan kegiatan ekonomi
dan Memperkua
makroekono dan mendorong dan menjaga
distribusi
kapasitas t
mi intermediasi stabilitas sistem
pendapatan pembiayaan
keuangan ekonomi
BAURAN KEBIJAKAN BANK SENTRAL:
PARADIGMA KEBIJAKAN BANK SENTRAL PASCA KRISIS

April 2019
Dr. Solikin M. Juhro
Direktur Eksekutif, Kepala Bank Indonesia Institute

Anda mungkin juga menyukai