Anda di halaman 1dari 57

KEBIJAKAN

KEBANKSENTRALAN
MONETER PERTEMUAN KE 13

MATERI KOLABORASI BANK INDONESIA


(BI INSTITUTE) & PERGURUAN TINGGI SWASTA
STIE MULIA PRATAMA 2021
TUJUAN PEMBELAJARAN

 MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN MEMBANDINGKAN TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DAN


PENGGUNAAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER

 MAHASISWA MAMPU MENGANALISIS PERTIMBANGAN BANK SENTRAL DALAM PEMILIHAN


KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER

 MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI PERKEMBANGAN PARADIGMA KEBIJAKAN MONETER TERBARU


YANG MENJADI BEST PRACTICE DARI BANK SENTRAL PASCA KRISIS KEUANGAN GLOBAL
2008/2009

 MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI PERKEMBANGAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA DALAM


PENCAPAIAN TUJUAN KEBIJAKAN MONETER
OUTLINE PENGAJARAN

1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER

2 TINJAUAN KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER

3 PARADIGMA BARU KEBIJAKAN MONETER

4 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA


DEFINISI KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan Moneter adalah…..


Kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk Kebijakan ekonomi yang menjadi bagian integral dari kebijakan
pengendalian besaran moneter (dapat berupa uang beredar, ekonomi makro, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
uang primer, atau kredit perbankan) dan atau suku bunga untuk kegiatan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
mencapai stabilitas ekonomi makro. berkesinambungan.

PERTUMBUHAN
EKONOMI KEBIJAKAN MONETER
KEBIJAKAN
FISKAL
PENURUNAN
PENGANGGURAN
KEBIJAKAN
LAJU INFLASI SEKTOR RIIL
RENDAH (STABILITAS
HARGA)

DIMENSI STABILITAS EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN MAKROEKONOMI


KEBIJAKAN MONETER DAN PEREKONOMIAN TERBUKA

 Keterbukaan ekonomi suatu negara turut memberikan IMPOSSIBLE TRINITY


konsekuensi pada perencanaan dan pelaksanaan
FREE CAPITAL
kebijakan moneter. MOBILITY

 Transaksi perdagangan dan keuangan internasional


CONTOH NEGARA CONTOH NEGARA
yang dilakukan oleh suatu negara mempengaruhi aliran PENGANUT SISI A: PENGANUT SISI B:
AMERIKA SERIKAT HONGKONG
dana luar negeri, sehingga pada gilirannya turut
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam A B
perekonomian.

 Konsep trilemma kebijakan (impossible trinity)


menjelaskan bahwa suatu negara dihadapkan pada
salah satu sisi dari segitiga pilihan kebijakan
(pengelolaan nilai tukar, keleluasaan arus modal, dan EXCHANGE RATE C MONETARY
otonomi kebijakan moneter), sebagaimana ditunjukkan MANAGEMENT AUTONOMY
CONTOH NEGARA
gambar di samping. PENGANUT SISI C:
CINA
KEBIJAKAN MONETER DAN SIKLUS BISNIS

Expansionary monetary policy


Kebijakan moneter ekspansif dilakukan
untuk mendorong pemulihan ekonomi
pada saat resesi (Misalnya dari poin B ke
POLA KEBIJAKAN MONETER C dalam gambar).

Contractionary monetary policy

Kebijakan moneter kontraktif dilakukan


untuk menjaga agar kondisi perekonomian SIKLUS KEGIATAN EKONOMI

tidak mengalami pemanasan (overheating).


KEBIJAKAN MONETER DAN SIKLUS BISNIS

Procyclical/accommodative monetary
policy SIKLUS KEGIATAN EKONOMI TANPA
INTERVENSI KEBIJAKAN

Pola penerapan kebijakan moneter


yang cenderung “mengakomodasi” SIKLUS KEGIATAN EKONOMI DENGAN
fluktuasi perekonomian. PROCYCLICAL POLICY

ARAH KEBIJAKAN MONETER

Counter-cyclical
monetary policy SIKLUS KEGIATAN EKONOMI DENGAN
COUNTERCYCLICAL POLICY
Pola penerapan kebijakan moneter yang
secara aktif bersifat “memperlunak”
perkembangan kegiatan ekonomi yang PERIODE WAKTU

cenderung menuju titik balik ekstrim.


PENENTUAN RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rule-based policy
Penetapan kebijakan dilakukan dengan merespons kondisi yang sedang terjadi,
sebagaimana telah diperhitungkan dalam formulasi penetapan instrumen kebijakan yang
telah dilakukan sebelumnya.
PENENTUAN RESPONS
KEBIJAKAN MONETER

Discretion-based policy

Penetapan kebijakan dilakukan dengan lebih mendasarkan pada evaluasi dari waktu ke waktu
yang memperhitungkan kondisi yang sedang berlangsung, serta menganggap perkembangan
dan kebijakan masa lalu sebagai sesuatu yang tidak lagi relevan.
PENENTUAN RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Money growth rules


Rule-based policy (McCallum, 1988)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada pertumbuhan jumlah
uang yang beredar:
∆𝑚 = ∆𝑥 ∗ − ∆𝑣 ∗ − 𝜙∆𝑥 (𝑥 − 𝑥 ∗ )
PENENTUAN RESPONS 𝑚, 𝑥, 𝑥 ∗ , dan 𝑣 ∗ adalah variabel (dalam logaritma) jumlah uang
KEBIJAKAN MONETER yang beredar, pendapatan nominal, pendapatan nominal
potensial, tingkat velocity of money.

Interest rate rules (Taylor,


1993)
Kaidah respon kebijakan berbasis pada penentuan tingkat suku
bunga kebijakan:
𝑖 = 𝜋 + 𝑟 𝑒 + 𝜙𝜋 𝜋 − 𝜋 ∗ + 𝜙𝑦 (𝑦 − 𝑦 𝑝 )
𝑖 , 𝜋, 𝜋 ∗ , 𝑟 𝑒 , 𝑦, dan 𝑦 𝑝 adalah variabel tingkat suku bunga
nominal kebijakan moneter (policy rate), inflasi, target inflasi,
suku bunga riil kebijakan moneter bank sentral, ouput riil, dan
output riil potensial.
TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

Kebijakan moneter dapat memiliki satu tujuan


KEBIJAKAN
(single objective) TUJUAN
MONETER
AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA BERKEMBANG


KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE RATE MONEY AGGREGATE INFLATION LAIN-LAIN
ANCHOR TARGETING TARGETING
STABILITAS HARGA Burundi, Maroko Kongo, Sudan, Srilangka Armenia, Ghana Mesir
SINGLE
OBJECTIVE STABILITAS NILAI TUKAR Cape Verde - - -
Sumber: IMF Staff Notes (2015)
TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan (multiple


KEBIJAKAN
objectives) TUJUAN
MONETER
AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA BERKEMBANG


KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE RATE MONEY AGGREGATE INFLATION LAIN-LAIN
ANCHOR TARGETING TARGETING
STABILITAS HARGA & NILAI TUKAR Liberia Afghanistan - Republik Kyrgyz
DUAL
OBJECTIVE STABILITAS HARGA & Cambodia Guinea India -
PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber: IMF Staff Notes (2015)


TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

Kebijakan moneter dapat memiliki beberapa tujuan (multiple


KEBIJAKAN
objectives) TUJUAN
MONETER
AKHIR
UTAMA

CONTOH TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DI BEBERAPA NEGARA BERKEMBANG


KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
TUJUAN AKHIR EXCHANGE RATE MONEY AGGREGATE INFLATION LAIN-LAIN
ANCHOR TARGETING TARGETING
3 OR MORE STABILITAS HARGA, NILAI TUKAR, Ethiopia Bangladesh - -
OBJECTIVES PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber: IMF Staff Notes (2015)


INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

INSTRUMEN TUJUAN
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

 Operasi Pasar Terbuka berbentuk kegiatan jual-beli surat-surat berharga oleh bank
sentral, baik di pasar primer maupun pasar sekunder melalui mekanisme lelang atau
KONVENSIONAL nonlelang.
 Operasi Pasar Terbuka
 Fasilitas diskonto adalah fasilitas kredit (dan/atau simpanan) yang diberikan oleh bank
 Fasilitas diskonto sentral kepada bank-bank dengan jaminan surat surat berharga dan tingkat diskonto
yang ditetapkan oleh bank sentral sesuai dengan arah kebijakan moneter.
 Cadangan wajib minimum
 Cadangan wajib minimum adalah jumlah alat likuid minimum yang wajib dipelihara oleh
bank komersial.
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

INSTRUMEN TUJUAN
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen tidak langsung yang sangat penting
karena sangat fleksibel dibandingkan dengan instrumen lainnya.
KONVENSIONAL
 OPT dapat dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas sesuai dengan yang
 Operasi Pasar Terbuka diinginkan.

 Fasilitas diskonto  OPT dapat dilakukan di pasar primer atau pasar sekunder dengan menggunakan berbagai instrumen
pasar uang, seperti surat berharga bank sentral, surat berharga pemerintah, atau surat berharga
 Cadangan wajib minimum pasar uang.
 Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan dapat
bervariasi jangka waktunya.
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

INSTRUMEN TUJUAN
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

CONTOH PENGGUNAAN INSTRUMEN KONVENSIONAL


INSTRUMEN KEBIJAKAN KONVENSIONAL
KONVENSIONAL CONTOH
NEGARA OPERASI PASAR TERBUKA FASILITAS CADANGAN WAJIB
 Operasi Pasar Terbuka DISKONTO MINIMUM*

 Fasilitas diskonto MALAYSIA Surat berharga Pemerintah, Bank Sentral ≥ 3 bulan 3%-4%
ARGENTINA Surat berharga Pemerintah ≤ 30 hari 18%-43%
 Cadangan wajib minimum
5.5%-6.5% (GWM Rupiah)
INDONESIA Surat berharga Bank Sentral, Pasar Uang Overnight 8% (GWM Valuta Asing)

* Kisaran pada 10 tahun terakhir


INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

INSTRUMEN TUJUAN
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

Dalam kondisi tidak normal (misalnya full-scale financial crisis), beberapa negara maju yang mengalami zero-
lower-bound problem merumuskan instrumen non konvensional seperti berikut ini:
NON KONVENSIONAL
 Liquidity provision merujuk kepada upaya pelonggaran fasilitas pinjaman oleh bank sentral kepada bank
 Liquidity provision komersial.
 Large-Scale Asset Purchases merujuk kepada operasi pasar oleh bank sentral untuk pembelian surat
 Large-Scale Asset Purchases utang skala besar yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dari segmen utang tertentu
(baik milik pemerintah ataupun swasta).
 Forward Guidance
 Forward Guidance merujuk kepada upaya pengelolaan ekspektasi dari para pelaku pasar, terutama
mengenai tingkat suku bunga jangka panjang.
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

BANK
SENTRAL

INSTRUMEN TUJUAN
KEBIJAKAN AKHIR
MONETER
UTAMA

CONTOH PENGGUNAAN INSTRUMEN NON KONVENSIONAL

NON KONVENSIONAL CONTOH NEGARA INSTRUMEN KEBIJAKAN NON NAMA PROGRAM PERIODE
KONVENSIONAL
 Liquidity provision Asset purchase facility – commercial
INGGRIS APF1 − CP 1/2009
paper
 Large-Scale Asset Purchases
AMERIKA SERIKAT Large-scale asset purchases 3 LSAP3 12/2012
 Forward Guidance JEPANG Quantitative and Qualitative Easing QQE 4/2013

Sumber: Committee on the Global Financial System, 2019


SASARAN OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER
Pendekatan harga didasarkan pada hipotesis bahwa bahwa
pengendalian tingkat harga secara efektif dapat
BANK mengendalikan stabilitas perekonomian.
SENTRAL
PENDEKATAN HARGA
Suku bunga
INSTRUMEN TUJUAN
SASARAN
KEBIJAKAN
OPERASIONAL
AKHIR
MONETER
UTAMA
PENDEKATAN KUANTITAS SASARAN
Uang primer, Bank’s Reserve ANTARA

 Suku bunga
Pendekatan kuantitas didasarkan pada  Besaran moneter (M1, M2, Kredit)
hipotesis bahwa pengendalian besaran-
besaran moneter secara efektif dapat
mengendalikan stabilitas perekonomian.
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
SALURAN TRANSMISI KONDISI PASAR KEUANGAN PERMINTAAN AGREGAT TINGKAT HARGA UMUM

PERMINTAAN
BANK SALURAN SUKU
RUMAH
BUNGA PASAR
SENTRAL KREDIT
TANGGA

PERBANKAN
SALURAN KREDIT
HARGA
SALURAN HARGA ASET CONSUMER
INSTRUMEN SUKU KEUANGAN PRICE INDEX TUJUAN
ASET
KEBIJAKAN BUNGA AKHIR
MONETER KEBIJAKAN UTAMA
PERMINTAAN
SALURAN NILAI TERM PERUSAHAAN
TUKAR STRUCTURE
OBLIGASI
SALURAN
EKSPEKTASI HARGA
KONDISI
BARANG
PASAR
IMPOR
SALURAN PERILAKU MODAL
RISK TAKING PERMINTAAN
BERSIH LUAR
NEGERI
SALURAN NERACA
PERUSAHAAN

Kebijakan moneter bekerja dalam suatu mekanisme transmisi, yaitu suatu proses dimana kebijakan
moneter dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi & inflasi.
KELAMBANAN DALAM KEBIJAKAN MONETER

Mekanisme transmisi kebijakan moneter mempunyai kelambanan waktu (time lag) yang relatif
panjang dan bervariasi (Friedman 1972; Batini and Nelson 2001; Goodhart 2001).
BANK
SENTRAL

KEBIJAKAN
MONETER

𝑷𝑬𝑹𝑰𝑶𝑫𝑬 𝒕 𝒕 + 𝒏𝟏 𝒕 + 𝒏𝟐 𝒕 + 𝒏𝟑

SHOCK
1 2 3

RECOGNITION LAG IMPLEMENTATION LAG IMPACT LAG


Periode waktu antara saat guncangan Periode waktu antara ketika pembuat Periode waktu antara pelaksanaan
terjadi dan ketika pembuat kebijakan kebijakan sudah menyadari bahwa kebijakan dan berlakunya dampak
menyadari bahwa guncangan telah guncangan telah terjadi dan ketika kebijakan tersebut dalam meredam
terjadi. mereka merumuskan kebijakan untuk guncangan.
merespon guncangan.

Menurut Hubbard, et al. (2012), setidaknya terdapat tiga jenis kelambanan waktu (time
lag) dalam diskusi kebijakan moneter.
KELAMBANAN DALAM KEBIJAKAN MONETER

Berdasarkan studi Havraneka dan Rusnak (2013), terdapat dua pola kelambanan waktu dari dampak kebijakan
moneter terhadap tingkat harga, yaitu (1) hump-shape dan (2) strictly decreasing response.
TIPE TIPE
1 Hump-shaped response 2 Strictly Decreasing Response
RESPON PERUBAHAN HARGA (%)

RESPON PERUBAHAN HARGA (%)


PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR PERIODE (BULAN) SETELAH PENINGKATAN SEBESAR 1
1 PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN PERCENTAGE−POINT PADA SUKU BUNGA KEBIJAKAN

Grafik mengilustrasikan perubahan tingkat harga sebagai konsekuensi dari peningkatan suku bunga kebijakan moneter sebesar 1
percentage point oleh bank sentral di dalam suatu perekonomian.
Garis putus-putus pada grafik menunjukkan batas durasi (dalam bulan) hingga penurunan tingkat harga di dalam suatu perekonomian
terjadi secara maksimal.
KELAMBANAN DALAM KEBIJAKAN MONETER

RATA-RATA KELAMBANAN WAKTU


NEGARA
TRANSMISI KEBIJAKAN  Havraneka dan Rusnak (2013)
NEGARA MAJU mendokumentasikan analisis meta
Amerika Serikat 42,2 Bulan
dengan melibatkan 67 artikel yang
Uni Eropa 48,4 Bulan
Jepang 51,3 Bulan
mempublikasikan studi empiris mengenai
Jerman 33,4 Bulan transmisi kebijakan moneter di 30
Britania Raya 40,4 Bulan negara, terutama negara maju dan
Perancis 51,3 Bulan negara pasca transisi.
Italia 26,6 Bulan
NEGARA EROPA PASCA TRANSISI  Tabel di samping menunjukkan contoh
Polandia 18,7 Bulan rata-rata jumlah bulan hingga tingkat
Republik Ceko 14,8 Bulan harga mengalami penurunan maksimum
Hungaria 17,9 Bulan sebagai akibat dari peningkatan suku
Slovakia 10,7 Bulan
bunga kebijakan moneter di beberapa
Slovenia 17,6 Bulan
negara.
Data dapat diakses di alamat http://meta-analysis.cz/lags/index.html.
OUTLINE PENGAJARAN

1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER

2 TINJAUAN KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER

3 PARADIGMA BARU KEBIJAKAN MONETER

4 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA


KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN MONETER

Merupakan strategi kebijakan dengan


Merupakan strategi kebijakan dengan
menetapkan nilai mata uang domestik
menetapkan pertumbuhan jumlah uang
terhadap (1) harga komoditi tertentu yang
beredar (M1 dan M2) dengan harapan
diakui secara internasional (seperti emas),
masyarakat dapat mengetahui arah
atau (2) mata uang negara-negara besar yang
kebijakan moneter.
memiliki laju inflasi yang rendah.
BANK
SENTRAL
EXCHANGE RATE MONETARY
TARGETING TARGETING
INSTRUMEN TUJUAN
SASARAN
KEBIJAKAN OPERASIONAL AKHIR
MONETER
UTAMA
INFLATION IMPLICIT
TARGETING TARGET

Merupakan strategi kebijakan dengan Merupakan strategi kebijakan tanpa


mengumumkan kepada publik mengenai penargetan secara tegas, tetapi tetap
target inflasi jangka menengah dan memberikan perhatian dan komitmen
komitmen bank sentral untuk mencapai untuk mencapai tujuan akhir kebijakan
stabilitas harga. moneter.
KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN MONETER
KERANGKA KELEBIHAN KELEMAHAN CONTOH NEGARA
 Kebijakan moneter
 Bergantung pada hubungan yang
independen, dapat fokus Thailand (masa
stabil antara uang dan inflasi
MONETARY pada kondisi perekonomian pendampingan IMF)
domestik  Terkendala gangguan aliran keluar
TARGETING masuk dana dan ketidakstabilan
Amerika Serikat (1979-
 Memberikan sinyal yang 1982)
permintaan uang
cepat

 Kebijakan moneter menjadi tidak


 Mencegah inflasi dari independen
kenaikan harga barang Malaysia
EXCHANGE internasional  Dapat menimbulkan serangan
spekulasi valas Hongkong
RATE  Relatif sederhana dan jelas,
 Sulit menentukan nilai tukar yang China
TARGETING sehingga dapat relatif
mudah dimengerti oleh tepat sehingga sering menimbulkan Singapura
masyarakat overvalued bila pengendalian tidak
berhasil
KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN MONETER
KERANGKA KELEBIHAN KELEMAHAN CONTOH NEGARA
 Sederhana dan jelas  Dapat menyebabkan aturan yang
rigid Selandia Baru
 Kebijakan moneter
independen, dapat fokus pada  Fluktuasi output lebih besar jika Kanada
INFLATION kondisi perekonomian terfokus hanya pada inflasi
Inggris
domestik (meskipun pada praktik tidak
TARGETING menimbulkan masalah)
 Tidak bergantung pada Swedia
hubungan yang stabil antara  Sinyal bersifat tidak langsung Thailand
uang dan inflasi terhadap pencapaian target
 Kebijakan moneter  Relatif kurang transparan dan
independen, sehingga dapat akuntabel
fokus pada kondisi
 Keberhasilan sangat tergantung
perekonomian domestik
IMPLICIT pada individu Amerika Serikat (Pasca
 Tidak bergantung pada 1982)
TARGET hubungan yang stabil antara
 Membutuhkan kredibilitas bank
sentral sebelum proses adopsi
uang dan inflasi
kerangka strategi dilakukan
 Tingkat fleksibilitas tinggi
NEGARA-NEGARA PENGANUT ITF

Seriring dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya penetapan stabilitas harga sebagai tujuan
jangka panjang kebijakan moneter, beberapa bank sentral beralih pada penggunaan kerangka strategi
kebijakan moneter berbasis penargetan inflasi (Inflation Targeting Framework - ITF).

TINGKAT INFLASI (%)


*

* Tingkat inflasi Argentina


pada saat implementasi ITF
adalah sebesar 35.5%

TAHUN

Hingga 2016, terdapat 36 negera yang menggunakan fully-fledged Inflation Targeting Framework dalam
pelaksanaan kebijakan moneter.
PRINSIP PELAKSANAAN ITF
.
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang secara
transparan & konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan yang
secara eksplisit ditetapkan & diumumkan.

Overriding objectives:
1 INSTITUTIONAL COMMITMENT Inflation
4 GOOD GOVERNANCE
Memiliki sasaran utama, yaitu sasaran inflasi, yang dijadikan
Sesuai dengan prinsip- sebagai prioritas pencapaian (overriding objective) dan acuan
prinsip tata kelola yang (nominal anchor) kebijakan moneter
sehat, yaitu memiliki BANK
tujuan yang jelas,
transparan, akuntabel SENTRAL
dan kredibel.

3 INFORMATION-INCLUSIVE APPROACH 2 PUBLIC ANNOUNCEMENT


Pengumuman dilakukan kepada publik
Pendekatan inklusif digunakan dalam proses
dengan mempertimbangkan asas
perumusan dengan mendasarkan pada suatu aturan
antisipatif (preemptive atau forward
(rule based) namun cukup fleksibel dalam
looking)
operasionalisasinya (constrained discretion).
KARAKTERISTIK ITF
KRITERIA BERNANKE ET AL (2000) SVENSSON (2000) KING (2004)
KESTABILAN HARGA SEBAGAI TUJUAN UTAMA
KEBIJAKAN MONETER
Ya Ya Ya

PENGUMUMAN TARGET INFLASI Ya Ya Ya


TARGET INFLASI JANGKA MENENGAH Tidak Jelas Ya Ya
KOMUNIKASI INTENSIF DENGAN PUBLIK Ya Ya Ya
Penargetan inflasi dan
PENGGUNAAN MONETARY POLICY RULE Penargetan perkiraan
SECARA SPESIFIK
Tidak jelas respon terhadap sisi
inflasi
penawaran
PUBLIKASI PERKIRAAN INFLASI DAN OUTPUT Tidak perlu Ya Tidak jelas
TARGET DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH
(GOAL DEPENDENCE)
Ya Tidak perlu Tidak Perlu

PENGGUNAAN INSTRUMEN SECARA Ya, tetapi tidak disebutkan


INDEPENDEN (INSTRUMENT INDEPENDENCE)
Ya Ya
secara tegas
TINGKAT INFLASI PASCA ITF: NEGARA MAJU

RESERVE BANK OF NEW ZEALAND


Sejak implementasi ITF pada Maret 1990,
tingkat inflasi di Selandia Baru berada di
bawah target kecuali pada tahun 1995,
2000, 2006, 2008, 2011.

BANK OF ENGLAND
Pada Oktober 1992, bank sentral Inggris
awalnya menetapkan target inflasi antara 1-
4%, kemudian menjadi 2,5% (Mei 1997), dan
terakhir menjadi 2% (Desember 2003 sampai
sekarang).
TINGKAT INFLASI PASCA ITF: NEGARA BERKEMBANG

INDONESIA
BRAZIL ITF SEJAK 2005 THAILAND
ITF SEJAK ITF SEJAK
1999 2000

AFRIKA KOREA
SELATAN SELATAN
ITF SEJAK 2000
ITF SEJAK
2001
TIPE TARGET INFLASI DALAM ITF

Dengan kerangka ITF, bank sentral harus melakukan penetapan target inflasi dengan memilih
salah satu dari tiga tipe target berikut ini: (1) point target, (2) point target with tolerance band,
dan (3) target range.

TIPE TARGET TIPE TARGET*


NEGARA CONTOH BANK
INFLASI POINT TARGET WITH
SENTRAL POINT TARGET TARGET RANGE
TOLERANCE BAND
Albania, Argentina, Iceland, India, Japan, Reserve Bank of
- 2% (±1%)
POINT TARGET Russia, Samoa, South Korea, Sweden, United New Zealand
Kingdom, United States
Bank of England 2% - -
Brazil, Canada, Chile, Czech Republic, Ghana,
POINT TARGET WITH Guatemala, Indonesia, Mexico, New Zealand, Bank Indonesia - 3.5% (±1%) -
TOLERANCE BAND Paraguay, Peru, Philippines, Romania, Thailand,
Turkey
Bank of Canada 2% - -

Australia, Azerbaijan, Botswana, Israel, South


TARGET RANGE Reserve Bank of
Africa Australia
- - 2-3%

*Data per Januari 2020


MODEL TEORETIS ANALISIS ITF

 Evaluasi atas kerangka strategi kebijakan moneter


𝑰𝒏𝒇𝒍𝒂𝒔𝒊 (𝝅) dapat dilakukan dengan menganalisis perilaku bank
sentral dalam konteks stabilitas makroekonomi.
 Perilaku bank sentral dalam merespons gejolak yang
menganggu stabilitas makroekonomi dapat
𝝅𝑻
dimodelkan dengan suatu fungsi reaksi (reaction
function).
 Dalam kaitannya dengan penerapan ITF, evaluasi atas
fungsi reaksi bank sentral bertujuan untuk melihat
bagaimana bank sentral mengarahkan kebijakan
෥=𝟎
𝒚 𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝒈𝒂𝒑 (෥
𝒚)
moneter agar sesuai dengan target inflasi yang telah
ditetapkan.
MODEL TEORETIS ANALISIS ITF

Pemodelan untuk mengevaluasi kerangka strategi kebijakan moneter melibatkan dua


komponen berikut ini:

Central Bank Objective Function Central Bank Constraint


Fungsi utilitas bank sentral yang mencerminkan preferensi Fungsi kendala bank sentral yang diderivasikan dari model
pembuat kebijakan dalam menghadapi trade-off antara sisi penawaran dalam perekonomian.
fluktuasi output dan inflasi.
Sisi penawaran menunjukkan hubungan linear antara
Tujuan Bank sentral adalah untuk meminimalkan social loss tingkat output riil dan inflasi dalam perekonomian.
function sebagai berikut:

𝐿=
1
𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
+ 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼 𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒
2
Dimana 𝜋, 𝜋 𝑇 , 𝑦, 𝑦 𝑝 , 𝑘, 𝛽 adalah inflasi, target inflasi, Dimana 𝑦, 𝑦 𝑝 , 𝜋, 𝜋 𝑒 , 𝛼 adalah tingkat output riil, tingkat
tingkat output riil, output potensial, parameter konstan yang output potensial, tingkat inflasi, tingkat inflasi yang
mempengaruhi kesenjangan output, dan degree of inflation diharapkan, dan parameter inflation gap.
aversion bank sentral.
MODEL TEORETIS ANALISIS ITF
Dengan menentukan kondisi turunan orde pertama atas inflasi (𝜋𝑡 )
dari proses minimisasi social loss function terhadap fungsi kendala,
maka diperoleh tingkat inflasi yang optimal sebagai berikut:

1
min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN


EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*:

𝝅𝒕 = 𝝅𝒕∗ + 𝜷𝜶𝒌

* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi janji
terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar, (2) publik
mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEORETIS ANALISIS ITF
Apabila bank sentral menggunakan strategi ITF, maka social loss
Dengan menentukan kondisi turunan orde pertama atas inflasi (𝜋𝑡 )
function akan dimodifikasi dengan menambahkan komponen
dari proses minimisasi social loss function terhadap fungsi kendala,
penalti terhadap bank sentral, sehingga tingkat inflasi yang
maka diperoleh tingkat inflasi yang optimal sebagai berikut:
optimal menjadi sebagaimana berikut ini:

1 1
min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
+ 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
+ ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*: EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 )*:

𝜷𝜶𝒌
𝝅𝒕 = 𝝅𝒕∗ + 𝜷𝜶𝒌 𝝅𝒕 = 𝝅𝒕∗ +
𝟏+𝒉

* Perhitungan atas solusi didasarkan pada beberapa asumsi (1) bank sentral menetapkan kebijakan moneter dengan pola diskresi sehingga bank sentral mempunyai insentif untuk tidak memenuhi janji
terkait target inflasi setelah target tersebut diumumkan kepada publik, dengan pertimbangan bahwa bank sentral mencari kemungkinan untuk mencapai pertumbuhan output yang lebih besar, (2) publik
mempunyai ekspektasi rasional, dan (3) tidak ada ketidakpastian dalam perekonomian.
MODEL TEORETIS ANALISIS ITF

MODEL 1: MODEL 2:
BANK SENTRAL TANPA STRATEGI ITF BANK SENTRAL DENGAN STRATEGI ITF

1 1
min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2 + 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2 min 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
+ 𝛽 𝑦𝑡 − 𝑦 𝑝 − 𝑘 2
+ ℎ 𝜋𝑡 − 𝜋 ∗ 2
𝜋𝑡 2 𝜋𝑡 2
𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 ) 𝑠. 𝑡. 𝑦𝑡 = 𝑦 𝑝 + 𝛼(𝜋𝑡 − 𝜋𝑡𝑒 )

SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN SOLUSI ATAS TINGKAT INFLASI DENGAN
EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 ): EKSPEKTASI RASIONAL ( 𝜋𝑡 = 𝜋𝑡𝑒 ):

𝜷𝜶𝒌
𝝅𝒕 = 𝝅𝒕∗ + 𝜷𝜶𝒌 𝝅𝒕 = 𝝅𝒕∗ +
𝟏+𝒉

Dengan membandingkan solusi atas fungsi reaksi bank sentral dengan dua kondisi yang berbeda
tersebut, kita dapat melihat bahwa tingkat inflasi (𝝅) suatu negara akan relatif lebih rendah karena
𝜷𝜶𝒌
komponen bias inflasi menjadi relatif lebih kecil apabila bank sentral menggunakan ITF (yaitu < 𝜷𝜶𝒌).
𝟏+𝒉
OUTLINE PENGAJARAN

1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER

2 TINJAUAN KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER

3 PARADIGMA BARU KEBIJAKAN MONETER

4 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA


TANTANGAN KEBIJAKAN MONETER

Global Financial Crisis (GFC) tahun 2008/2009 mengajarkan beberapa hal yang berkaitan
dengan implementasi kebijakan moneter:

KESTABILAN
BERAGAM TANTANGAN PERANAN KEBIJAKAN
MAKROEKONOMI DAN
DAN PILIHAN NILAI TUKAR DALAM
KESTABILAN SISTEM
INSTRUMEN IMPLEMENTASI ITF
KEUANGAN

Dalam perekonomian kecil


Meski stabilitas harga harus Dalam perekonomian
terbuka, berbagai
tetap menjadi tujuan utama ekonomi kecil terbuka,
tantangan yang dialami
dari bank sentral, krisis dinamika nilai tukar banyak
kebijakan moneter sebagai
keuangan global dipengaruhi oleh persepsi
dampak dari arus modal
menunjukkan bahwa hanya risiko investor. Ada kalanya
yang dinamis
mempertahankan inflasi mengelola nilai tukar
mengimplikasikan bahwa
yang rendah, tanpa dilakukan untuk
otoritas moneter
menjaga stabilitas menghindari volatilitas yang
seharusnya menggunakan
keuangan, tidaklah cukup. berlebihan.
berbagai instrumen juga.
PARADIGMA BARU KEBIJAKAN MONETER

 Pasca GFC 2008/2009, paradigma kebijakan


mengarah pada pentingnya kestabilan sistem
keuangan dalam mendukung kestabilan
harga.
SOCIAL WELFARE
 Kompleksitas permasalahan dan tambahan
sasaran kebijakan mengisyaratkan perlunya
Price Financial penguatan strategi bauran kebijakan (policy
Stability Stability mix): Monetary policy, Macroprudential policy
& Capital Flows Management.
 Dalam konteks perekonomian kecil & terbuka
Monetary Macroprudential Capital Flows
Policies Policies Management (small open economy), perlu didukung oleh
penguatan kelembagaan (melalui koordinasi
dan strategi komunikasi).
COORDINATION AND COMMUNICATION
EVOLUSI KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN

Kerangka strategi yang berfokus pada sasaran stabilitas harga berevolusi dari Inflation Targeting
Framework (ITF), Flexible Inflation Targeting Framework (FITF) dan kemudian berubah menjadi Integrated
Inflation Targeting Framework (IITF).

ITF Flexible ITF Integrated ITF

Price Stability Price Stability Price Stability


Financial Stability Financial Stability
Foreign Exchange
Interventions
Capital Flows
Management
EVOLUSI KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN

Flexible inflation targeting framework - Svenson (2009)


Flexible inflation targeting framework didefinisikan sebagai rezim inflation targeting yang tidak hanya
bertujuan untuk menstabilkan inflasi di sekitar target inflasi namun juga mempertimbangkan kondisi
perekonomian, terutama sektor keuangan dan sektor riil.

Integrated inflation targeting framework - Agénor dan Silva (2019)


Integrated Inflation Targeting Framework (IITF) didefinisikan sebagai rezim flexible inflation targeting dengan
beberapa karakteristik tambahan sebagai berikut:
 Bank sentral memegang mandat stabilitas keuangan secara eksplisit;
 Suku bunga kebijakan moneter harus dapat merespons secara langsung terhadap pertumbuhan kredit yang sangat
cepat;
 Kalibrasi kebijakan moneter dan makroprudensial untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan keuangan
 Implementasi kerangka strategi didasarkan pada model instrumen dan komunikasi yang baik untuk menghindari
adverse effect dari kredibilitas kebijakan moneter.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK DARI PARADIGMA BARU

SASARAN MAKROEKONOMI

FITF IITF

STABILITAS HARGA Upaya awal untuk menjaga stabilitas harga dan Upaya awal untuk menjaga stabilitas harga,
output diwujudkan melalui penerapan output, dan sistem keuangan diwujudkan melalui
penargetan inflasi yang proses perumusannya penerapan penargetan inflasi yang perumusannya
mempertimbangkan model Taylor rule untuk suku mempertimbangkan model State-contingent,
STABILITAS OUTPUT bunga jangka pendek augmented Taylor rule (model yang
mengkalibrasikan suku bunga jangka pendek
Stabilitas keuangan didukung oleh penerapan dengan variabel makroprudensial dan penyaluran
kebijakan mikroprudensial kredit)
STABILITAS
KEUANGAN Stabilitas keuangan didukung oleh penggunaan
Stabilitas keuangan didukung oleh penerapan
instrumen kebijakan makroprudensial dan sistem
sistem nilai tukar mengambang (floating
nilai tukar mengambang terkendali dengan
exchange rate)
intevensi pasar valuta asing

Sumber: Agénor dan Silva (2019)


PERBEDAAN KARAKTERISTIK DARI PARADIGMA BARU

ASPEK KELEMBAGAAN

FITF IITF

MANDAT STABILITAS Menjadi kewenangan Komite Kebijakan


Menjadi kewenangan Komite Kebijakan Moneter
HARGA Moneter

MANDAT STABILITAS Menjadi kewenangan Prudential Menjadi kewenangan Komite Stabilitas Sistem
KEUANGAN Authority Keuangan

Pelaksanaan masing-masing mandat Pelaksanaan kedua mandat stabilitas tersebut


STRUKTUR KEWENANGAN stabilitas tersebut menjadi tanggung menjadi tanggung jawab bagi satu lembaga
jawab bagi dua lembaga yang berbeda (oleh Bank Sentral)

Sumber: Agénor dan Silva (2019)


PERBEDAAN KARAKTERISTIK DARI PARADIGMA BARU

KEBIJAKAN PENDUKUNG

FITF IITF
KEBIJAKAN FISKAL DAN
Perumusan kebijakan fiskal Perumusan kebijakan fiskal yang didasarkan pada kaidah fiskal yang
KEBERLANJUTAN UTANG
mempertimbangkan kaidah fiskal mempertimbangkan atas (1) posisi defisit Pemerintah, (2) alokasi dana stabilisasi (3)
PEMERINTAH (DEBT atas posisi defisit Pemerintah aspek kehati-hatian dari utang sektor swasta dengan denominasi mata uang asing
SUSTAINABILITY)

Neraca modal terbuka dan sistem nilai tukar mengambang dengan prosedur
penerapan yang berbeda untuk tiap kondisi:
 Peningkatan (apresiasi) nilai tukar, instrumen kebijakan makroprudensial serta
Neraca modal terbuka dan sistem manajemen aliran modal
nilai tukar mengambang  Penurunan (depresiasi) nilai tukar, intervensi valuta asing untuk tujuan smoothing
KEBIJAKAN ALIRAN MODAL
Antisipasi atas spillovers dan spillbacks dari kebijakan termasuk kebijakan
makropruensial yang membutuhkan koordinasi internasional

Akumulasi cadangan devisa dan


Akumulasi cadangan devisa serta kredit eksternal dari (1) Lembaga Keuangan
kredit eksternal Lembaga
Internasional dan (2) aktivitas swap Bilateral/regional
Keuangan Internasional

Sumber: Agénor dan Silva (2019)


OUTLINE PENGAJARAN

1 TINJAUAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER

2 TINJAUAN KERANGKA STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER

3 PARADIGMA BARU KEBIJAKAN MONETER

4 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA


KEBIJAKAN MONETER INDONESIA: 1945 - 1998
UU NO.11 TAHUN 1953 U No.13 TAHUN 1968
PERIODE KEWENANGAN DEWAN MONETER (MENTERI KEUANGAN SEBAGAI KETUA, MENTERI EKONOMI DAN GUBERNUR
PERIODE AWAL TERBENTUKNYA BANK INDONESIA BANK INDONESIA SEBAGAI ANGGOTA) SELAKU PERUMUS KEBIJAKAN MONETER

PERIODE 1945 – PERIODE 1953 – PERIODE 1968 – PERIODE 1973- PERIODE 1983-
1952 1967 1972 1982 1997

NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK


PERAN BI PASCA HIPERINFLASI KEBIJAKAN DEREGULASI SISTEM
SEBAGAI BANK SENTRAL
KEUANGAN DAN KRISIS EKONOMI
1997
KEBIJAKAN MONETER:
KEBIJAKAN MONETER:
 Penukaran uang BANK INDONESIA BERPERAN KEBIJAKAN MONETER:
 Tahun 1968, suku bunga
 Pembersihan uang (monetary SEBAGAI BANK SIRKULASI DAN deposito dinaikkan dari 30% ke  Penerapan Paket Kebijakan 1
purge) AGEN PEMBANGUNAN 72% per tahun PERAN BI DALAM PERIODE OIL Juni 1983, Paket Kebijakan 27
 Pengguntingan uang  Tahun 1970, Sertifikat Bank PRICE SHOCK Oktober 1988, dan Paket
KEBIJAKAN MONETER:
Indonesia (SBI) diperkenalkan Kebijakan 29 Januari 1990
 Penetapan tingkat suku bunga sebagai instrumen operasional KEBIJAKAN MONETER:
 Bank Indonesia menggunakan
simpanan dan pinjaman Operasi Pasar Terbutka (OPT)  Pada tahun 1978, BI instrumen-instrumen kontraksi
 Penetapan suku bunga  Kebijakan pemberian subsidi menurunkan reserve untuk mengatasi krisis
rediskonto terhadap surat- untuk kredit program pada requirement bank-bank dari keuangan dan perbankan:
surat utang sektor tertentu 30% menjadi 15% GWM, Fasilitas Diskonto, OPT,
 Kebijakan pemberian kredit dan Intervensi Rupiah (IR)
 Perubahan sistem devisa ‘ketat’  April 1974, diperkenalkan
langsung dan penetapan pagu menjadi ‘bebas sistem pagu kredit baru
kredit
 Penetapan cadangan primer
bagi bank komersial
KEBIJAKAN MONETER INDONESIA: 1999 - 2020
UU NO. 23 TAHUN 1999 UU NO. 3 TAHUN 2004 UU NO. 6 TAHUN 2009

PERIODE BANK INDONESIA MEMILIKI TUJUAN UTAMA UNTUK MENCAPAI DAN MEMELIHARA KESTABILAN NILAI RUPIAH (1)
TERHADAP HARGA-HARGA BARANG DAN JASA (2) TERHADAP MATA UANG NEGARA LAIN.

PERIODE 1999 – 2003 PERIODE 2004-2008 PERIODE 2009 - SEKARANG

BI PADA PERIODE STABILISASI PASCA PENERAPAN STRATEGI ITF OLEH BANK PENGUATAN KERANGKA OPERASI
KRISIS INDONESIA MONETER

KEBIJAKAN MONETER: KEBIJAKAN MONETER: KEBIJAKAN MONETER:


 Sejak tahun 2000 Bank Indonesia mulai  Bank Indonesia mulai menggunakan suku  Pasca krisis keuangan global 2008/2009, Bank
menempuh langkah-langkah untuk bunga sebagai sasaran operasional dalam Indonesia memperkuat strategi kerangka ITF menjadi
menerapkan inflation targeting, meskipun pengendalian moneter dan mengumumkan flexible ITF dengan semakin memperkuat mandatnya
uang primer masih dijadikan sasaran secara eksplisit penggunaan inflation dalam kebijakan moneter dan stabilitas sistem
operasional hingga Oktober 2003 (dengan targeting framework (ITF) pada Juli 2005 keuangan
kata lain Bank Indonesia menerapkan inflation
 Seiring dengan penetapan ITF, respons  Bersamaan dengan implementasi flexible ITF, Bank
targeting lite)
kebijakan moneter dinyatakan dalam besaran Indonesia menjadikan BI 7-day (Reverse) Repo Rate
BI rate, yang merupakan suku bunga Bank (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan yang
Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan merepresentasikan sinyal respons kebijakan moneter
Gubernur (RDG) Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi sesuai dengan sasaran,
yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016,
menggantikan BI Rate
PERUBAHAN KERANGKA STRATEGI BI: 1999-2009
KONDISI MAKRO: KONDISI MAKRO:
CAPITAL OUTFLOW & INFLASI CAPITAL INFLOW & KENAIKAN HARGA KESIMPULAN STUDI ITF DI INDONESIA (JUHRO ET
TINGGI KOMODITAS GLOBAL AL., 2009)
20,000

18,000 Evaluasi menunjukkan ITF berhasil memperkuat tata


PERIODE PERIODE kelola, transmisi kebijakan moneter dan acuan
INFLATION TARGETING LITE FULL-FLEDGED 16,000 pelaku pasar…
INFLATION TARGETING

14,000  Memperkuat aspek tata kelola dalam kebijakan


moneter

IDR/USD
12,000  Kebijakan moneter menjadi acuan
PERSEN

 Memperkuat transmisi kebijakan moneter


10,000

8,000 Namun kredibilitas masih perlu


ditingkatkan…
6,000
 Pencapaian sasaran inflasi belum sepenuhnya
sesuai dengan yang diharapkan
4,000
 Target inflasi belum sepenuhnya menjadi acuan
ekspektasi inflasi
2,000
 Komunikasi kebijakan sebagai instrumen moneter
belum optimal dalam mengarahkan ekspektasi
NILAI TUKAR IDR/USD (SKALA KANAN) INFLASI (YoY) (SKALA KIRI) POLICY RATE (SKALA KIRI)
PERUBAHAN KERANGKA STRATEGI BI: 2010-2020
KONDISI MAKRO: KONDISI MAKRO: KONDISI MAKRO:
CAPITAL OUTFLOW & INFLASI CAPITAL INFLOW & KENAIKAN CAPITAL REVERSAL, PERLAMBATAN
TINGGI HARGA KOMODITAS GLOBAL PERTUMBUHAN & PENURUNAN HARGA
KOMODITAS GLOBAL

PERIODE PERIODE PERIODE


INFLATION TARGETING LITE FULL-FLEDGED FLEXIBLE INFLATION TARGETING
INFLATION TARGETING

IDR/USD
PERSEN

NILAI TUKAR IDR/USD (SKALA KANAN) INFLASI (YoY) (SKALA KIRI) POLICY RATE (SKALA KIRI)
STRATEGI FLEXIBLE ITF OLEH BI
ELEMEN PENGATURAN KARAKTERISTIK
 Ditetapkan oleh Pemerintah (KMK)
TARGET INFLASI  Sasaran inflasi IHK
atas rekomendasi BI.
 Independensi instrumen
INSTRUMEN &  Operasi Pasar Terbuka dengan Surat
 Suku bunga kebijakan: BI 7DRR Rate
OPERASIONAL Berharga Negara (SBN)
 Deposit Facility
PROSES PENGAMBILAN
 Rapat Dewan Gubernur (RDG)  RDG bulanan : BI 7DRR Rate
KEPUTUSAN
 Tinjauan Kebijakan Moneter bulanan, Laporan Kebijakan
 Akuntabilitas kepada Dewan Moneter Triwulanan
TRANSPARANSI &
Perwakilan Rakyat (DPR)  Siaran Pers dan Konferensi Pers
AKUNTABILITAS
 Laporan-laporan dan Komunikasi  Website
 Diseminasi ke daerah dan diskusi dengan pelaku pasar
 Tim Pengendalian Inflasi yang  Koordinasi kebijakan untuk menentukan target dan
KOORDINASI DENGAN beranggotakan BI dan Pemerintah mengendalikan inflasi
PEMERINTAH Pusat/Daerah (TPI dan TPID)  Pembahasan asumsi makroekonomi dalam Anggaran
 Pertemuan secara regular Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN)
PERUBAHAN KERANGKA STRATEGIS OLEH BI
ELEMEN POKOK INFLATION TARGETING ELEMEN POKOK FLEXIBLE INFLATION TARGETING
FRAMEWORK BANK INDONESIA FRAMEWORK BANK INDONESIA

PENGINTEGRASIAN KEBIJAKAN MONETER PENGUATAN KEBIJAKAN NILAI


DENGAN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL TUKAR DAN PENGELOLAAN ARUS
MODAL

KEBIJAKAN DIDASARKAN PADA KEBIJAKAN BERSIFAT PREEMPTIVE


KEBIJAKAN DIDASARKAN PADA KEBIJAKAN BERSIFAT PREEMPTIVE ANALISIS,
ANALISIS, DAN
DAN PERKIRAAN, DAN KAIDAH FORWARD LOOKING
PERKIRAAN, DAN KAIDAH FORWARD LOOKING KEBIJAKAN TERTENTU
KEBIJAKAN TERTENTU
INFLASI MENJADI
INFLASI MENJADI PRIORITAS PENCAPAIAN
PRIORITAS PENCAPAIAN DAN ACUAN KEBIJAKAN
DAN ACUAN KEBIJAKAN MONETER.
MONETER.

MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS PEMENUHAN ASPEK


MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS PEMENUHAN ASPEK DAN KONSISTEN TRANSPARANSI DAN
DAN KONSISTEN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
AKUNTABILITAS

PENGUATAN KOORDINASI KOMUNIKASI KEBIJAKAN


KEBIJAKAN ANTARA BI DENGAN SEBAGAI BAGIAN DARI
PEMERINTAH INSTRUMEN KEBIJAKAN
PERUBAHAN SUKU BUNGA ACUAN KEBIJAKAN OLEH BI

TERM STRUCTURE Penggunaan instrumen BI 7-day (Reverse) Repo


BI RATE BI 7-DAY REPO RATE
Rate sebagai suku bunga kebijakan baru
EKUIVALEN 9-12 BULAN 1 MINGGU diharapkan memberikan dampak melalui:
1. Penguatan sinyal kebijakan moneter pada
SIFAT
pasar uang.
NON- TRANSAKSIONAL
TRANSAKSIONAL (DENGAN BANK SENTRAL) 2. Peningkatan efektivitas transmisi
kebijakan moneter pada pergerakan suku
TRANSMISI
bunga pasar uang dan perbankan.
BELUM TERCERMIN OPTIMAL PADA HUBUNGAN YANG LEBIH KUAT KE
SUKU BUNGA PASAR UANG SUKU BUNGA PASAR UANG 3. Pendalaman pasar keuangan, khususnya
transaksi dan pembentukan struktur suku
PENDALAMAN PASAR bunga di pasar uang antarbank (PUAB)
COST OF BEING ILLIQUID TERLALU COST OF BEING ILLIQUID LEBIH untuk tenor 3-12 bulan.
TINGGI, KURANG MENDORONG RENDAH, LEBIH MENDORONG
PENDALAMAN PASAR PENDALAMAN PASAR
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER BI

INDIKATOR
Suku Bunga Depostio, Suku Bunga Kredit, Index Harga Aset, Nilai Tukar,
BANK Utang Perusahaan, Aliran Kas Perusahaan

SENTRAL SUKU BUNGA


KREDIT TEKANAN
PENAWARAN INFLASI
HARGA ASET DOMESTIK DOMESTIK
INSTRUMEN MONEY OUTPUT STABILITAS
KEBIJAKAN MARKET NILAI TUKAR GAP
MONETER HARGA
LIQUIDITY
EKSPEKTASI PERMINTAAN
DOMESTIK
POTENSI DAN
PERSEPSI TEKANAN STABILITAS
INSTRUMEN KEBIJAKAN RISIKO INFLASI SISTEM
MAKROPRUDNSIAL ASING KEUANGAN

INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR


Suku Bunga Pasar M1, M2, Kredit Bank Indeks Harga CPI
Uang antar Bank Realisasi Kredit Barang Impor Harga Aset
Harga lainnya
PENCAPAIAN TARGET INFLASI INDONESIA

Meskipun beberapa kali meleset dari


target, realisasi inflasi di Indonesia
mengalami kecenderungan menurun
sejak BI menggunakan strategi ITF
(serta FITF) dalam pelaksanaan
kebijakan moneter.
PERIODE SEJAK ITF DAN FITF DIIMPLEMENTASIKAN

8
7
6
5
4
Sejak diimplementasikan pada
3 Agustus 2016, BI7DRR selaku policy
2
1
Policy Rate Deposit Facility Lending Facility rate bergerak dalam koridor suku
0 bunga (standing facility), yaitu
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2016 2017 2018 2019
lending facility (LF) dan deposit
facility (DF).
PERIODE SEJAK BI7DRR DIIMPLEMENTASIKAN
REFERENSI
BUKU ARTIKEL
Ascarya. 2002. Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter. Seri Kebanksentralan. Pusat Agénor, Pierre-Richard and Luiz Awazu Pereira da Silva. 2019. Integrated Inflation Targeting - Another
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia. Perspective from the Developing World. Bank for International Settlement.
Bain, K. dan P. Howel. 2003. Monetary Economics, Policy and Its Theoretical Basis, Palgrave Batini, N., and E. Nelson. 2001. “The Lag from Monetary Policy Actions to Inflation: Friedman Revisited.”
Macmillan. International Finance 4 (32): 381–400.
Hubbard, R. Glenn, dan Anthony Patrick O’Brien. 2012. Macroeconomics. Pearson. Bernanke et.al. 2000. Inflation Targeting: Lessons from The International Experience. Princeton University
Press, Princeton.
Hubbard, R. Glenn, dan Anthony Patrick O’Brien. 2017. Money, Banking, and the Financial System,
3rd Edition. Pearson. Committee on the Global Financial System. Unconventional Monetary Policy Tools: a Cross-Country
Analysis. CGFS Papers No 63.
Kadir, Abdul, Priyo R. Widodo, dan Guruh Suryani R. 2008. Penerapan Kebijakan Moneter dalam
Kerangka Inflation Targeting di Indonesia. Seri Kebanksentralan. Pusat Pendidikan dan Studi Friedman, M. 1972. “Have Monetary Policies Failed?” American Economic Review 62 (2): 11–18.
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Goodhart, C. A. 2001. “Monetary Transmission Lags and the Formulation of the Policy Decision on Interest
King, Mervyn A. 2004. What Has Inflation Targeting Achieved? Chapter in NBER book The Inflation- Rates.” Review (Federal Reserve Bank of St. Louis) 83 (4): 165–86.
Targeting Debate. University of Chicago Press.
Havraneka, Tomas and Marek Rusnak. 2013. Transmission Lags of Monetary Policy: A Meta-Analysis.
Mishkin, F.S. 2018. The Economics of Money, Banking and Financial Markets, 12th Edition. Essex: International Journal of Central Banking.
Pearson Education.
International Monetary Fund. 2015. Evolving Monetary Policy Frameworks in Low-Income and Other
Warjiyo, Perry dan Solikin M. Juhro. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Seri Kebanksentralan. Developing Countries.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Juhro, S.M., Harmanta, Herdiawan, J., Mochtar, F., dan Asih, K. N. (2009). Review Penerapan Inflation
Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Seri Kebanksentralan. Targeting Framework di Indonesia. Working Paper. Bank Indonesia.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Svensson, Lars E. O. 2000. Open-Economy Inflation Targeting. Journal of International Economics, Vol. 50
Warjiyo, Perry dan Solikin M. Juhro. 2016. Kebijakan Bank Sentral: Teori dan Praktik. Rajawali Press. (2000): 155 183.
Svensson, Lars. 2009. Flexible Inflation Targeting – Lessons from the Financial Crisis. “Towards a New
Framework for Monetary Policy? Lessons from the Crisis”, organized by the Netherlands Bank, Amsterdam,
21 September 2009.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai