Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN MONETER

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam

EKONOMI ISLAM

Oleh : Pasca ES-1B


KELOMPOK 6
Rafi Yandro Wellisman : 30121030
Irvan Nanda : 30121026

Dosen Pengampu :
Dr. Aidil Alfin, M.Ag.Ph.D

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BUKITTINGGI
TAHUN 1443 H/ 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt.yang telah
memberikan karunianya kepada kami penulis sehingga kami masih dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Tujuan penulis mebuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Islam kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aidil yang
telah memberikan kami tugas makalah ini dan nantinya kami dapat memahami Secara rinci
tentang Konsep Uang dalam Islam dalam ekonomi Islam dan mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
kepada penulis makalah dan kepada seluruh pembaca, apabila di dalam makalah penulis
ada kekurangan kami sebagai penulis minta maaf karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, dan kesalahan dari kami penulis.

Bukittinggi, 15 Oktober 2021

PenuliS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN BAB I
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

PEMBAHASAN BAB II
A. P
B. Sdfgs
C. As

PENUTUP BAB III


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………
…………………………………………………..
B. Saran
………………………………………………………………………………………
……………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat krisis ekonomi yang menimpa Indonesia antara tahun 1997-


1998 merupakan guncangan berat terhadap perekonomian khususnya
nilai tukar yang mengubah keseimbangan dinamis perekonomian
nasional. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan moneter yang lebih baik
dalam mengantisipasi kemungkinan terulangnya krisis tersebut.
Karenanya, pemahaman yang lebih baik mengenai kebijakan moneter
serta mekanisme transmisi moneter dan konsekuensinya terhadap
keterbatasan kebijakan moneter menjadi suatu kebutuhan yang akan
bermanfaat.
Kebijakan moneter adalah salah satu elemen kebijakan ekonomi
tidak terlepas dari kesulitan yang dalam mengakomodasi berbagai
sasaran kebijakan secara serentak. Kesulitan tersebut telah berlangsung
sejak periode sebelum krisis dan akhirnya berdampak negatif terhadap
kondisi fundamental ekonomi makro, di mana sebelumnya kondisi
makroekonomi berdasarkan hasil pengamatan dianggap cukup kuat
ternyata tidaklah sekuat yang diyakini semula.
Kebijakan moneter memiliki peran yang sangat penting dalam
penyelesaian krisis ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia. Apalagi
mengingat bahwa krisis ini telah berkembang menjadi proses
demonetisasi berupa penurunan permintaan akan likuiditas
perekonomian sebagai akibat meningkatnya permintaan akan uang kartal.
Apabila dibiarkan terus berlanjut, proses ini akan menimbulkan dampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu,
upaya pemulihan ekonomi sangat tergantung kepada ketepatan strategi
kebijakan moneter yang diambil, khususnya dalam rangka

2
mengembalikan kepastian nilai tukar.

3
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter

Secara umum kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan oleh


otoritas moneter (bank sentral) suatu Negara dalam mengontrol atau
mengendalikan jumlah uang beredar (JUB). 1 Melalui pendekatan kuantitas atau
pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk mendorong stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk didalamnya stabilitas harga dan tingkat
pengangguran yang rendah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi).2 Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh
sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi


yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan
barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai
berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing
dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan likuiditas.

1
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media.
2
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02 Tahun
2013. Halaman 114-227.
B. Tujuan Kebijakan Moneter
BI sebagai bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya
bisa menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
Pilihan mengenai pendekatan apa yang akan digunakan sangat tergantung pada
efektivitas di antara kedua pendekatan tersebut dan sifat dari tujuan akhir
kebijakan moneter, apakah bertujuan jamak (ganda) atau tunggal (single).3
1. Tujuan Jamak (ganda)
Kebijakan moneter yang bertujuan jamak atau ganda adalah
kebijakan moneter yang tujuan akhirnya lebih dari satu untuk
membantu mecapai sasaran makro ekonomi yaitu:
a) Memperluas Kesempatan Kerja
b) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
c) Stabilitas Harga
d) Stabilitas Tingkat Suku Bunga
e) Stabilitas Pasar Uang
f) Stabilitas Pasar Valuta Asing

1. Tujuan Tunggal (single)


Kebijakan moneter yang bertujuan tunggal (Single) yaitu menjaga
ke stabilan harga (Inflasi).

C. Jenis Jenis Kebijakan Moneter


1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.

3
Warjiyo P dan Juhro S. M, 2016, Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai
kebijakan moneter longgar (easy monetary policy). Penerapan
4
kebijakan ini seperti :
a) Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi).
c) Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d) Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)


Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan
moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy). Kebijakan ini dapat diterapkan berupa :
a) Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
b) Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
c) Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
d) Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

D. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter


Secara umum, kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4 (empat)
komponen utama yaitu5 :
a. Instrumen-instrument kebijakan moneter
b. Sasaran oprasional
c. Sasaran antara
d. Sasaran akhir kebijakan moneter
Kerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan
moneter meliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target
akhir (ultimate target) adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh
otoritas moneter (bank sentral). Indikator (intermediate target) adalah variabel-
variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai.

4
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
Sedangkan instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan
sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator
sedemikian rupa sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Hubungan
ketiganya digambarkan sebagai berikut

5
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya.
1. Inflation Targeting Framework (ITF)

Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit


mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter
diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh
pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter
dilakukan secara forward looking, artinya perubahan stance kebijakan
moneter dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke
depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan.
Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh
transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik.6
Secara operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh
penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan
memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
memengaruhi output dan inflasi.
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band
intervensi nilai tukar (crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia
memerlukan jangkar nominal (nominal anchor) baru dalam rangka
menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variabel
nominal (seperti indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang
ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral sebagai dasar/patokan bagi

6
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
16Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman 105-121,
Indonesia.
Yogyakarta.

8
pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target,
maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal?
Karena tanpa adanya jangkar nominal, tidak ada kejelasan kemana
kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki
pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang
mengapung di lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan.
Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal masyarakat akan membuat
ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai
dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi
dan Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan
meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya
ekspektasi inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal
dengan ITF.7
a) ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi
secara eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya
dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi
tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
b) ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan
moneter sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank
Indonesia.
c) ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada
inflasi yang memerlukan time lag.
d) ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan
akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek
good governance dari sebuah bank yang telah diberikan
independensi.
e) ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang
beredar, output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan

7
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman 105-121,
Yogyakarta.

9
yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah
variabel informasi tentang kondisi perekonomian.

2. Instrument dan Sasaran Kebijakan Moneter


a. Instrument Kebijakan Moneter
Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media
pengendalian operasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh
bank sentral untuk memengaruhi sasaran operasioanal dan sasaran akhir
yang telah ditetapkan oleh bank sentral atau pemerintah.
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra
menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut 8 :
i. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil
bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual sertifikat Bank
Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.
ii. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah
jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum.
Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah
melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan
keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku
bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.
iii. Giro Wajib Minimum (Gwm)
Giro Wajib Minimum (GWM) atau cadangan wajib minimum
adalah ketentuan bank sentral (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-
bank umum untuk memelihara sejumlah alat-alat liquid (reserves)
sebesar prosentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat
dikumpulkan pada suatu waktu tertentu.
iv. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion)

8
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya.

10
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan
pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman,
pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan
pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjaman.

b. Sasaran Kebijakan Moneter


i. Sasaran Operasional
Sasaran operasional atau sasaran kerja merupakan sasaran
yang ingin segera dicapai oleh bank sentral dalam operasi moneternya.
Variabel sasaran operasional digunakan untuk mengarahkan sasaran
antara dalam upaya mewujudkan sasaran akhir (sasaran antara hanya
digunakan pada pendekatan Kuantitas).
ii. Sasaran Antara (Intermediate Target)
Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir
kebijakan moneter bersifat tidak langsung dan kompleks serta
membutuhkan time lag yang panjang. Untuk alasan itu, para ahli
moneter dan praktisi Bank Sentral mendesain simple rule untuk
membantu pelaksanaan kebijakan moneter dengan cara menambahkan
indikator yang disebut sebagai sasaran antara. Sasaran tersebut
merupakan indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan
moneter, sasaran ini dipilih dari varibel-variabel yang memiliki
keterkaitan stabil dengan sasaran akhir, cakupannya luas, dapat
dikendalikan oleh bank sentral, tersedia relatif cepat, akurat dan tidak
sering direvisi. Variabel sasaran antara meliputi:: agregat moneter
(M1dan M2), kredit perbankan dan nilai tukar (Bofinger, 2001:125).
iii. Sasaran Akhir (Final Target)
Sasaran akhir kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh Bank
Sentral tergantung pada tujuan yang dimandatkan oleh UU bank
sentral suatu negara. Tujuan akhir kebijakan moneter di Indonesia
mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun 2004 yang secara
eksplisit mencantumkan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (stabilitas moneter).

3. Target dan Sasaran Kebijakan Moneter di Indonesia


Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah
memberikan dimensi yang lebih fokus dan jelas mengenai tujuan yang ingin
dicapai oleh Bank Indonesia. Undang-undang dimaksud, sebagaimana
tertuang dalam Pasal 7, menegaskan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
dapat diartikan dalam dua pemahaman yaitu kestabilan nilai rupiah terhadap
nilai barang dan jasa di dalam negeri yang tercermin dalam angka inflasi, dan
kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang lain yang tercermin dalam angka
nilai tukar/kurs. Oleh karena sejak14 Agustus 1997 pemerintah dan Bank
Indonesia menetapkan bahwa penentuan nilai tukar rupiah ditentukan oleh
mekanisme pasar (free floating system), maka kestabilan nilai rupiah lebih
banyak ditujukan kepada rendah dan stabilnya laju inflasi.9
Menyikapi Pasal 7 UU No. 23 tahun 1999, tampaknya Bank Indonesia
telah menempatkan inflasi sebagai anchor/landasan dalam kebijakan
moneternya, menetapkan suatu target inflasi sebagai acuan dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Sebagaimana telah kita ketahui, pada tahun
2000 Bank Indonesia telah menetapkan target inflasi, di luar pengaruh
kebijakan harga dan pendapatan Pemerintah 3-5% dan untuk tahun 2001
berkisar antara 4-6%. Secara teoritis, menempatkan Inflasi sebagai anchor
memberikan manfaat diantaranya:10 (i) mudah dipahami oleh masyarakat,
karena masyarakat hanya akan melihat ukuran keberhasilannya pada
pencapaian laju inflasi; (ii) dapat menciptakan ekspektasi yang rendah
terhadap inflasi sehingga pada akhirnya dapatmenghasilkan tingkat inflasi
aktual (actual inflation) sesuai yang diinginkan; (iii) dapatmenghindari

9
Herlina D., 2013, Identifikasi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Tahun 2000-
2011, Jurnal Kinerja, Volume 17. No.2: 158-173
10
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
kemungkinan munculnya kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan
deviasi terhadap pencapaian target inflasi (discretionary policy).
Sementara di sisi lain, terdapat dilema terutama antara pertimbangan
kepentingan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan laju inflasi yang
rendah. Dalam kondisi ekonomi yang sedang krisis, maka pemerintah akan
menerapkan kebijakan yang cenderung ekspansif guna mendorong
terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun dampak dari kebijakan
pemerintah yang ekspansif cenderung memberikan tekanan-tekanan terhadap
inflasi. Sementara, di sisi lain bank sentral melalui penetapan inflation
targeting, cenderung mengarahkan kebijakannya untuk menciptakan inflasi
yang rendah dan stabil.
Selain itu, dalam situasi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi,
yang dirasakan telah terjadi sejak pertengahan 1999, pencapaian target inflasi
yang telah ditetapkan pada tingkat yang rendah memberikan tantangan
tersendiri, ditambah bahwa salah satu mesin pendorong pertumbuhan
ekonomi adalah berasal dari sisi permintaan masyarakat. Belum kondusifnya
situasi sosial, politik dan keamanan, maka hal tersebut tampaknya masih
menimbulkan keengganan bagi para investor untuk menanamkan dananya di
Indonesia, sehingga menyebabkan pengembangan sektor produksi masih
sangat tersendat. Sebagaimana diketahui peningkatan konsumsi masyarakat
tanpa diimbangi peningkatan produksi cenderung memberikan tekanan-
tekanan pada peningkatan harga secara umum.
Adanya hasrat pemerintah yang lebih mengutamakan pertumbuhan
ekonomi dan adanya suatu kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
lebih didorong oleh tingkat konsumsi masyarakat, memberikan tantangan
tersendiri bagi Bank Indonesia dalam penetapan target tingkat inflasi dan
bagaimana pencapaiannya. Inilah tantangan paling besar dalam penerapan
kerangka kebijakan moneter berupa targeting inflasi.11 Sehingga muncul
suatu pertanyaan besar, sejauh mana target inflasi yang telah ditetapkan
apakah sudah memperhitungkan dua permasalahan tersebut.

11
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02 Tahun
2013. Halaman 114-227.
Di sisi lain mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja
memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda
dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena
dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat.
Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku
bunga BI rate biasanya sangat lambat.
Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan
kredit belum tentu direspons dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi
permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu
direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif
atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
Jalur suku bunga ini digunakan untuk mengarahkan berapa besar
tingkat inflasi yang dikehendaki. Mekanismenya adalah dengan perubahan BI
Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat
menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku
bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi. Penurunan BI Rate menurunkan
suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan
rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga diharapkan akan menurunkan biaya
modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan
aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan
inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai
contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri.12 Dengan melebarnya selisih suku bunga
tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk
asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan
barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net
ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan perekonomian. Perubahan suku bunga BI Rate juga bisa
mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan
suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga
mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti
konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga
mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan
suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktivitas ekonomi dan pada
akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi
dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan
dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Melalui mekanisme analisis di atas maka saat pemerintah melakukan
kontrol inflasi dengan menggunakan BI rate maka secara simultan
mengakibatkan pergerakan variabel-variabel yang lain dan ini akan berujung
pada perubahan inflasi. Bisa jadi kerangka targeting inflasi ini akan sulit
ditargetkan secara presisi mengingat perubahan suku bunga membawa
dampak perubahan variabel moneter lainnya.

12 Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa Kebijakan
Moneter adalah kebijakan penyesuaian dibidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Atau dapat juga dikatakan
kebijakan moneter adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik lagi. Dan juga kebijakan
moneter bertujuan untuk memengaruhi jumlah total pengeluaran masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan jumlah seluruh produksi masyarakat, banyaknya
kesempatan kerja dan pengangguran, tingkat harga umum dan inflasi, serta
menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Sedangkan Kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro. Bank sentral di
Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa menggunakan
pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah
ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara
penulis maupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu segenap kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaannya makalah
berikutnya
Referensi :
Ani Sri Rahayu. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta : Bumi Aksara.
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di
Indonesia. Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
Herlina D., 2013, Identifikasi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Tahun
2000-2011, Jurnal Kinerja, Volume 17. No.2: 158-173
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman
105-121, Yogyakarta.
Maslan J, 2017, Efektifitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di
Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga, Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol. 1 No. 1.
Naf’an. 2014. Ekonomi Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media.
Rahayu Ani Sri. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara.
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah,
Universitas Brawijaya.
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02
Halaman 114-227.
Syihabudin Said dan Ma’zumi. 2008. Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam.
Jakarta: Diadit Media.
Warjiyo P dan Juhro S. M, 2016, Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai