EKONOMI ISLAM
Dosen Pengampu :
Dr. Aidil Alfin, M.Ag.Ph.D
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt.yang telah
memberikan karunianya kepada kami penulis sehingga kami masih dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Tujuan penulis mebuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Islam kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aidil yang
telah memberikan kami tugas makalah ini dan nantinya kami dapat memahami Secara rinci
tentang Konsep Uang dalam Islam dalam ekonomi Islam dan mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
kepada penulis makalah dan kepada seluruh pembaca, apabila di dalam makalah penulis
ada kekurangan kami sebagai penulis minta maaf karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, dan kesalahan dari kami penulis.
PenuliS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN BAB I
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN BAB II
A. P
B. Sdfgs
C. As
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
mengembalikan kepastian nilai tukar.
3
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Moneter
1
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media.
2
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02 Tahun
2013. Halaman 114-227.
B. Tujuan Kebijakan Moneter
BI sebagai bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya
bisa menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
Pilihan mengenai pendekatan apa yang akan digunakan sangat tergantung pada
efektivitas di antara kedua pendekatan tersebut dan sifat dari tujuan akhir
kebijakan moneter, apakah bertujuan jamak (ganda) atau tunggal (single).3
1. Tujuan Jamak (ganda)
Kebijakan moneter yang bertujuan jamak atau ganda adalah
kebijakan moneter yang tujuan akhirnya lebih dari satu untuk
membantu mecapai sasaran makro ekonomi yaitu:
a) Memperluas Kesempatan Kerja
b) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
c) Stabilitas Harga
d) Stabilitas Tingkat Suku Bunga
e) Stabilitas Pasar Uang
f) Stabilitas Pasar Valuta Asing
3
Warjiyo P dan Juhro S. M, 2016, Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai
kebijakan moneter longgar (easy monetary policy). Penerapan
4
kebijakan ini seperti :
a) Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi).
c) Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d) Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
4
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
Sedangkan instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan
sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator
sedemikian rupa sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Hubungan
ketiganya digambarkan sebagai berikut
5
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya.
1. Inflation Targeting Framework (ITF)
6
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
16Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman 105-121,
Indonesia.
Yogyakarta.
8
pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target,
maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal?
Karena tanpa adanya jangkar nominal, tidak ada kejelasan kemana
kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki
pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang
mengapung di lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan.
Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal masyarakat akan membuat
ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai
dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi
dan Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan
meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya
ekspektasi inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal
dengan ITF.7
a) ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi
secara eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya
dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi
tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
b) ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan
moneter sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank
Indonesia.
c) ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada
inflasi yang memerlukan time lag.
d) ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan
akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek
good governance dari sebuah bank yang telah diberikan
independensi.
e) ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang
beredar, output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan
7
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman 105-121,
Yogyakarta.
9
yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah
variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
8
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya.
10
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan
pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman,
pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan
pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjaman.
9
Herlina D., 2013, Identifikasi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Tahun 2000-
2011, Jurnal Kinerja, Volume 17. No.2: 158-173
10
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
kemungkinan munculnya kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan
deviasi terhadap pencapaian target inflasi (discretionary policy).
Sementara di sisi lain, terdapat dilema terutama antara pertimbangan
kepentingan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan laju inflasi yang
rendah. Dalam kondisi ekonomi yang sedang krisis, maka pemerintah akan
menerapkan kebijakan yang cenderung ekspansif guna mendorong
terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun dampak dari kebijakan
pemerintah yang ekspansif cenderung memberikan tekanan-tekanan terhadap
inflasi. Sementara, di sisi lain bank sentral melalui penetapan inflation
targeting, cenderung mengarahkan kebijakannya untuk menciptakan inflasi
yang rendah dan stabil.
Selain itu, dalam situasi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi,
yang dirasakan telah terjadi sejak pertengahan 1999, pencapaian target inflasi
yang telah ditetapkan pada tingkat yang rendah memberikan tantangan
tersendiri, ditambah bahwa salah satu mesin pendorong pertumbuhan
ekonomi adalah berasal dari sisi permintaan masyarakat. Belum kondusifnya
situasi sosial, politik dan keamanan, maka hal tersebut tampaknya masih
menimbulkan keengganan bagi para investor untuk menanamkan dananya di
Indonesia, sehingga menyebabkan pengembangan sektor produksi masih
sangat tersendat. Sebagaimana diketahui peningkatan konsumsi masyarakat
tanpa diimbangi peningkatan produksi cenderung memberikan tekanan-
tekanan pada peningkatan harga secara umum.
Adanya hasrat pemerintah yang lebih mengutamakan pertumbuhan
ekonomi dan adanya suatu kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
lebih didorong oleh tingkat konsumsi masyarakat, memberikan tantangan
tersendiri bagi Bank Indonesia dalam penetapan target tingkat inflasi dan
bagaimana pencapaiannya. Inilah tantangan paling besar dalam penerapan
kerangka kebijakan moneter berupa targeting inflasi.11 Sehingga muncul
suatu pertanyaan besar, sejauh mana target inflasi yang telah ditetapkan
apakah sudah memperhitungkan dua permasalahan tersebut.
11
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02 Tahun
2013. Halaman 114-227.
Di sisi lain mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja
memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda
dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena
dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat.
Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku
bunga BI rate biasanya sangat lambat.
Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan
kredit belum tentu direspons dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi
permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu
direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif
atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
Jalur suku bunga ini digunakan untuk mengarahkan berapa besar
tingkat inflasi yang dikehendaki. Mekanismenya adalah dengan perubahan BI
Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat
menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku
bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi. Penurunan BI Rate menurunkan
suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan
rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga diharapkan akan menurunkan biaya
modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan
aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan
inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai
contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri.12 Dengan melebarnya selisih suku bunga
tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk
asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan
barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net
ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan perekonomian. Perubahan suku bunga BI Rate juga bisa
mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan
suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga
mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti
konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga
mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan
suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktivitas ekonomi dan pada
akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi
dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan
dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Melalui mekanisme analisis di atas maka saat pemerintah melakukan
kontrol inflasi dengan menggunakan BI rate maka secara simultan
mengakibatkan pergerakan variabel-variabel yang lain dan ini akan berujung
pada perubahan inflasi. Bisa jadi kerangka targeting inflasi ini akan sulit
ditargetkan secara presisi mengingat perubahan suku bunga membawa
dampak perubahan variabel moneter lainnya.
12 Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa Kebijakan
Moneter adalah kebijakan penyesuaian dibidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Atau dapat juga dikatakan
kebijakan moneter adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik lagi. Dan juga kebijakan
moneter bertujuan untuk memengaruhi jumlah total pengeluaran masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan jumlah seluruh produksi masyarakat, banyaknya
kesempatan kerja dan pengangguran, tingkat harga umum dan inflasi, serta
menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Sedangkan Kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro. Bank sentral di
Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa menggunakan
pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah
ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara
penulis maupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu segenap kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaannya makalah
berikutnya
Referensi :
Ani Sri Rahayu. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta : Bumi Aksara.
Astuti Rini Dewi dan Sri Rahayu. 2020. Transmisi Kebijakan Moneter di
Indonesia. Jurnal Ekonomi-QU. Vol. 10 No. 01 April 2020.
Herlina D., 2013, Identifikasi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Tahun
2000-2011, Jurnal Kinerja, Volume 17. No.2: 158-173
Ismail, Munawar, 2006. Inflasi Targeting dan Tantangan Implementasinya Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No. 2, Halaman
105-121, Yogyakarta.
Maslan J, 2017, Efektifitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di
Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga, Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol. 1 No. 1.
Naf’an. 2014. Ekonomi Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media.
Rahayu Ani Sri. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara.
Seprillina L., 2013, Efektifitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2), Jurnal Ilmiah,
Universitas Brawijaya.
Sriyono. 2013. Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. JKMP. Vol. 01 No. 02
Halaman 114-227.
Syihabudin Said dan Ma’zumi. 2008. Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam.
Jakarta: Diadit Media.
Warjiyo P dan Juhro S. M, 2016, Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.