EKONOMI ISLAM
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu
I
KATA PENGANTAR
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ II
PENDAHULUAN BAB I
A. Latar Belakang................................................................................. IV
B. Rumusan Masalah............................................................................ IV
PEMBAHASAN BAB II
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
III
Ekonomi islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi
islam bertitik tolak dari allah, bertujuan akhir pada allah, dan menggunakan
sarana yang tidak lepas dari syariat allah. Menurut agama islam kegiatan
ekonomi merupakan bagian dari kehidupan yang menyeluruh, di landasi oleh
nilai-nilai yang bersumber dari al-qur’an dan hadist yang di aplikasikan pada
hubungan kepada allah dan kepada manusia secara bersamaan. Nilai-nilai
inilah yang menjadi sumber ekonomi islam sehingga kegiatan ekonomi terikat
oleh nilai-nilai keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan.
Pada hakikatnya, manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Dalam al-Qur’an perintah
adil sering dikaitkan dengan taqwa. Karena keduanya mempunyai keterkaitan
yang erat, sehingga tidak bisa dipisahkan. Seseorang tidak bisa dikatakan
taqwa jika ia tidak adil, begitu juga ia tidak bisa adil jika tidak taqwa. Karena
sikap adil tidak sekedar membagi sesuatu secara kuantitatif dan kualitatif.
Pemikiran ekonomi sebenarnya dimulai dari masa praklasik yaitu
pemikiran ekonomi zaman Yunani Kuno, skolastik, merkantilisme dan
fisiokrat. Namun secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam
ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran yang
terutama dipelopori oleh Adam Smith ini
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi peranan penting bagi majunya perekonomian islam ?
2. Bagaimana seharusnya generasi muda dalam mengembangkan ekonomi
islam ?
3. Apa yang akan terjadi jika perekonomian islam tidak di dorong
kemajuannya ?
4. Siapakah yang mempunyai peran penting dalam kemajuan ekonomian islam
tersebut ?
IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Islam
1. Pengertian
Ekonomi islam adalah sebuah system ilmu pengetahuan yang
mempelajari mayoriti umat islam. sama seperti konsep ajaran ekonomi
konvensional lainya. Hanya dalam system ekonomi ini yang menanam
nilai-nilai islam menjadi landasan dalam setiap aktivitasnya.
Beberapa Ahli Mendefinisikan ekonomi islam yang mempelajari
prilaku manusia dalam usaha memenuhi dan memanfaatkan sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dalam mencapai
kemaslahatan umat islam uapaya mendapatkan kebutuhan sehari-hari.1
semuanya tetap merujuk kepada al-Qur’an dan al-hadits sebgai sumber
rujukan pertama dan utama, Guna memperdalam pemahaman ada
beberapa definisi di bawah ini sebagai berikut:
a. Umer Chapra.
Islami economics was defined as that branch which helps realize
human well-being through and allocation and distribution of
scarce resources that is inconfinnity with Islamic teaching without
unduly curbing Individual fredom or creating continued
macroeconomic and ecological imbalances. Jadi menurut Chapra
ekonomi islama adalah sebuah ilmu pengetahuan yang membantu
dalam upaya merelisasi kebahagiaan manusia melalui
pengalokasian dan pendisrtibusikan sumber daya yang terbatas
dalam koridor ajaran islam tanpa memberi kebebasan individu atau
tanpa prilaku ekonomi makro yang berkesinambungan tanpa
memperhatikan keseimbangan lingkungan.2
1
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011).
2
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana,
2006).
1
b. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi
c. S.M. Hasanuzzaman
2. Nilai-nilai Filosofis
2
menjadi lebih terarah. Manusia menciptakan norma bersama untuk
menjadi pedoman hidupnya dan norma tersebut membawanya menuju
ke suatu arah yang ingin dicapai bersama. Kehidupan manusia menjadi
semakin beradab berkat adanya norma-norma itu sebab ia tidak bisa
terlepas dari yang lain dan bertindak sebebas-bebasnya.5
Nilai filosofi ekonomi islam dapat bermula dari prinsip nilai yaitu
prinsip-prinsip moral, lalu prinsip moral ini berfungsi sebagai dasar
5
Ani Faujiah and Zuhda Elfairuza, “FILOSOFI SYUKUR DALAM PERSPETIF
EKONOMI ISLAM” 6, no. 2 (2019): 38–59.
6
Loni Hendri Iiz Izmuddin, NILAI-NILAI FILOSOFIS, 1st ed. (Jawa Timur: Wade,
2019).
3
pembentukan kebijakan-kebijakan moral. Untuk memperjelas
hubungan tersebut dapat dikemukakan uraian dari prinsip-prinsip
tersebut:7
4
2. Studi tentang berbagai metode umum yang digunakan manusia
untuk bekerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik
mereka.
a. Prilaku konsumsi
9
Dalam Perspektif, Ekonomi Islam, and D A N Konvensional, “LANDASAN
FILOSOFIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DAN
KONVENSIONAL Oleh: Akhmad Nur Zaroni ” 18, no. 2 (2006): 55–68.
5
Dalam al-Qur’an perintah adil sering dikaitkan dengan
taqwa. Karena keduanya mempunyai keterkaitan yang erat,
sehingga tidak bisa dipisahkan. Seseorang tidak bisa dikatakan
taqwa jika ia tidak adil, begitu juga ia tidak bisa adil jika tidak
taqwa. Karena sikap adil tidak sekedar membagi sesuatu secara
kuantitatif dan kualitatif.
10
Iiz Izmuddin, NILAI-NILAI FILOSOFIS.
6
b. Prilaku Produksi
Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk
kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu
ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization,
managerial, dan skills).
Produksi adalah mengolah alam sehingga tercipta bentuk
terbaik yang mampu memenuhi kemaslahatan manusia
(muhammad Baqir Asshadr, Iqtishaduna), dari teori tersebut sangat
diharamkan memproduksi sesuatu yang merusak akidah yang sahih
dan akhlak yang utama, segala sesuatu yang melucuti identitas
ummat, menggoncangkan nilai-nilai agama dan akhlak,
menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan menjauhkannya dari
keseriusan, mendekatkan pada kebathilan, menjauhkan dari
kebenaran, mendekatkan dunia dan menjauhkan akhirat,
mengingginkan kekayaan, uang dan keuntungan semata.11 Sebagai
mana perintah produksi akan barang dan jasa terdapat pada (QS.
Yasin (36) : 33-35).
EKONOMI ISLAM Sri Wahyuni Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman” 10, no. 1 (2013):
74–79.
7
oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak
bersyukur?
12
Misbahul Ali, “PRINSIP DASAR PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM” 7, no. 1
(2013): 19–35.
13
Iiz Izmuddin, NILAI-NILAI FILOSOFIS.
8
Dengan kepemilikan, pihak yang tidak memiliki tidak berhak
menggunakan suatu benda tanpa izin dari pemiliknya. Keterkaitan
antara manusia dan hartanya berbeda dengan keterkaitan manusia
dengan kepemilikan. Sebab kepemilikan bukanlah hal yang bersifat
materi. Dalam Islam kepemilikan membutuhkan legalisasi dari syariah.
Menurut syariah, kepemilikan adalah sebentuk ikatan antara individu
terkait dengan harta, yang pada tahapan proses kepemilikan
disyaratkan berbagai hal yang disebut asal usul kepemilikan (asbab al-
milkiyyah). Selanjutnya syariah mengharuskan beberapa aturan dalam
pengoperasian harta dan dalam mengembangkannya.14 Dalam fiman
Allah SWT. (Q.S. Al-baqarah (2) : 284)
a. Konsep Kepemilikan
1. Pengertian
Kepemilikan dalam Islam "Kepemilikan" sebenarnya berasal
dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya memiliki.
Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap
sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam
14
M. Faruq An Nabahan, Sistem Ekonomi Islam : Pilihan Setelah Kegagalan Kapitalis
Dan Sosialis, Alih Bahas: Muhamad Zainudin, UII Press (Yogyakarta: UII Press, 2000).
9
genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi
kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang
memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap
barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut
kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual
maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari
memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Contohnya Ahmad
memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa sepeda motor itu dalam
kekuasaan dan genggaman Ahmad. Dia bebas untuk
memanfaatkannya dan orang lain tidak boleh menghalanginya dan
merintanginya dalam menikmati sepeda motornya.
15
Umar Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi Islamisasi Ekonomi Kontemporer,
Risalah Gusti, 1st ed. (Surabaya: Risalah Gusti, 1999).
16
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, Cet, 1 (akarta: Amzah, n.d.).
10
kondisi-kondisi tertentu menentukan kepemilkan umat, juga
kepemilikan negara atas harta
11
a. apa yang disebut mekanisme Mekanisme ekonomi
adalah mekanisme utama yang ditempuh oleh Sistem
Ekonomi Islam untuk mengatasi persoalan distribusi
kekayaan. Mekanisme dijalankan dengan jalan
membuat berbagai ketentuan yang menyangkut
kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan distribusi
kekayaan
b. mekanisme non-ekonomi adalah di lakukan dengan
tidak melalui aktivitas ekonomi produktif melainkan
bersumber dari pemberian atau kewajiban umat muslim
seperti memberi sedekah, zakat, warisan dan
semacamnya.
12
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari
Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa
mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka)
sesudah mereka dipaksa itu.
2. Sebab-Sebab Kepemilikan
sebab-sebab pemilikan harta disini adalah sebab yang
menjadikan seseorang memiliki harta tersebut, yang
sebelumnya tidak menjadi hak miliknya. Sebab pemilikan harta
itu telah dibatasi dengan batasan yang telah dijelaskan oleh
syara’. Menurut syari’at Islam setidaknya ada lima sebab
kepemilikan (asbab al-tamalluk) yang dijadikan sebagai sumber
daya ekonomi:19
1. Bekerja (al’amal)
Kata “bekerja” wujudnya sangat luas, bermacam-macam
jenisnya, bentuknya pun beragam, serta hasilnya pun
berbeda-beda, maka Allah swt. tidak membiarkan “bekerja”
tersebut secara mutlak. Bentuk-bentuk kerja yang
disyariatkan, sekaligus bisa dijadikan sebagai sebab
pemilikan harta, antara lainya:
a. Menghidupkan Tanah Mati (ihya’ almawaat)
Tanah mati adalah tanah yang tidak ada pemiliknya,
dan tidak dimanfaatkan oleh seorang pun. Sedangkan
yang dimaksud dengan menghidupkannya adalah
mengolahnya dengan menanaminya, baik dengan
19
Ali Akbar, “Konsep Kepemilikan Dalam Islam,” USHULUDDIN XVIII, no. 2 (2012):
124–30.
13
tanaman maupun pepohonan, atau dengan mendirikan
bangunan di atasnya.
b. Menggali Kandungan Bumi
menggali apa terkandung di dalam perut bumi, yang
bukan merupakan harta yang dibutuhkan oleh suatu
komunitas (publik), atau disebut rikaz.
c. Berburu
Misalnya berburu ikan, mutiara, batu pemata, bunga
karang serta harta yang dipeloleh dari hasil buruan laut
lainnya, maka harta tersebut adalah hak milik orang
yang memburunya, sebagaimana yang berlaku dalam
perburuan burung dan hewan-hewan yang lain.\
d. Makelar (samsarah)
Simsar (broker/pialang) adalah sebutan bagi orang yang
bekerja untuk orang lain dengan upah, baik untuk
keperluan menjual maupun membelikan. Sebutan ini
juga layak dipakai untuk orang yang mencarikan
(menunjukkan) orang lain.
e. Mudlarabah (bagi hasil)
Mudlarabah adalah perseroan (kerjasama) antara dua
orang dalam suatu perdagangan. Dimana, modal
(investasi) finansial dari satu pihak, sedangkan pihak
lain memberikan tenaga (‘amal).
f. Musaqat (paroan kebun)
Musaqat adalah seseorang menyerahkan pepohonan
(kebun) nya kepada orang lain agar ia mengurus dan
merawatnya dengan mendapatkan konpensasi berupa
bagian dari hasil panennya.
g. Ijarah (kontrak kerja)
14
Islam memperbolehkan seseorang untuk mengontrak
tenaga para pekerja atau buruh, agar mereka bekerja
untuk orang tersebut.
2. Pewarisan (al-irts)
Yang termasuk dalam kategori sebab-sebab pemilikan harta
adalah pewarisan, yaitu pemindahan hak kepemilikan dari
orang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya,
sehingga ahli warisnya menjadi sah untuk memiliki harta
warisan tersebut. Dalam firman Allah Swt. (QS. an-Nisaa’
(4): 11).
15
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
16
Membantu manusia mencapai kemenangan dunia dan akhirat.
Seorang fuqasah asala mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah
mengatakan ada 3 sasaran hukum islam yang menunjukkan bahwa islam di
turunkan sebagai rahmatan lil’alamin, yaitu :
6. Seorang muslim harus takut kepada allah Swt dan hari penentuan di
akhirat nanti.
17
qur’an dan sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana
seharusnya kaum muslimin berprilaku sebagai konsumen, produsen dan
pemilik modal, tetapi hanya sedikit sistem ekonomi. Ekonomi syariah
menekankan kepada 4 sifat antara lain20 :
a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrum)
BAB III
PENUTUP
20
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam,” 2001,
49–59.
18
A. Kesimpulan
Ekonomi islam adalah sebuah system ilmu pengetahuan yang
mempelajari mayoriti umat islam. sama seperti konsep ajaran ekonomi
konvensional lainya. Hanya dalam system ekonomi ini yang menanam
nilai-nilai islam menjadi landasan dalam setiap aktivitasnya.
Nilai Filsafat ekonomi merupakan dasar dari sebuah sistem
ekonomi yang dibangun. Berdasarkan filsafat ekonomi yang ada dapat
diturunkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, misalnya tujuan yang
akan di lakukan ekonomi konsumsi, produksi, distribusi, pembangunan
ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiscal dan lain sebagainya.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat
Tuhan, manusia dan alam. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada
manusia dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya. Dimensi filsafat
ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya, seperti kapitalisme dan sosialisme. Filsafat ekonomi
yang Islami, memiliki paradigma yang relevan dengan nilai-nilai logis
Islami yang kemudian difungsionalkan ke tengah tingkah laku
ekonomi manusia.
B. Saran
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini, isinya dapat
membantu teman-teman sekalian dan dapat bermanfaat bagi kita semua
Adapun kami juga mengharapkan saran dan juga kritik dari teman-teman
karena kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hendri Hermawan. “Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam,”
19
2001, 49–59.
Iiz Izmuddin, Loni Hendri. NILAI-NILAI FILOSOFIS. 1st ed. Jawa Timur: Wade,
2019.
20
Perspektif, Dalam, Ekonomi Islam, and D A N Konvensional. “LANDASAN
FILOSOFIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM DAN KONVENSIONAL Oleh: Akhmad Nur Zaroni ” 18, no. 2
(2006): 55–68.
Syed Nawab Haider Naqvi. Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Terj. M.
Saiful Anam Dan Muhammad Ufuqul Mubin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
21