Dosen Pengampu:
HASBI ASH SHIDDIEQY, S.E, MESY
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul “ Ekonomi Islam “
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuapembaca.
Dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini
dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang turut membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses pengkajian ilmiah
yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis terkait eksistensi Ekonomi Islam
dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini terjadi karena di masyarakat telah terbentuk suatu
pemikiran bahwa harus terdapat dikotomi antara agama dengan keilmuan. Ekonomi Islam
dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian tak terpisahkan (integral)
dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, Ekonomi Islam akan mengikuti agama
Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana Islam
telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagai kehidupan manusia termasuk
dlam bidang Ekonomi. Setiap manusia bertujuan mencapai kesejahteraan dalam hidupnya,
namun manusia memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang kesejahteraan. Dalam
berbagai literatur Ilmu Ekonomi konvensional dapat disimpulkan bahwa tujuan manusia
memenuhi kebutuhannya atas barang dan jasa adalah untuk mencapai kesejahteraan (well
being).
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PENELITIAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 14.
2
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India: Idarah Adabiyah, 1980), h. 3
3
of scarce resources that is inconfinnity with Islamic teaching without
unduly curbing Individual fredom or creating continued macroeconomic
and ecological imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memeberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.3
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai
sebuah bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan penerapan syariah di
bidang ekonomi bertujuan sebagai transformasi masyarakat yang berbudaya Islami.
3
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 16
4
ﻮا ْﻟ ٰﺒَ ِﻄ ِﻞﭑﺑِ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜﻢ أَ ْﻣ ٰ َﻮﻟَ ُﻜﻢ ﺗَﺄْ ُﻛﻠُ ٓﻮ ۟ا َو َﻻ
۟ ُﻮا ْﻟ ُﺤ ﱠﻜ ِﺎمٱ ﻰإﻟَ ﺑﮭَﺎٓ َوﺗُ ْﺪﻟ
ِ ِ
۟ ُﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮنَ َوأَﻧﺘُ ْﻢ ْﻹ ْﺛ ِﻢﭑﺑ ﻟﻨﱠﺎسٱ أَ ْﻣ ٰ َﻮ ِل ﱢﻣ ْﻦ ﻓَﺮﯾﻘًﺎ ﻟِﺘَﺄْ ُﻛﻠ
ِ ِ ِ ِ
(Q.S Al-Baqarah.188)
Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.4
b. Hadits
a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrium)
c. Kebebasan (free will)
d. Tanggung Jawab (responsibility)
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Teremahnya, (Jakarta : CV. Toha Putra, 1971), h. 46
5
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, hlm. 743
6
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003), h. 29.
5
Sebagai firman Allah SWT:
7
Ibid., h. 69
6
nilai fenomena masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan
sumber teori Ekonomi Islam.
7
yang ada pada diri manusia tersebut menuntut untuk dipenuhi oleh alat-alat
dan sarana-sarana pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena
di satu sisi kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sementara alat dan
sarana yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah
konsep kelangkaan.
F. Konsep Kepemilikan Harta kekayaan dan Pengelolaannya
Terdapat beberapa perbedaan pandangan terhadap kepemilikan
hartakekayaan berdasarkan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional.
1) Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya adalah dalam hal konsep kepemilikan harta. Pandangan
tentang kepemilikan harta berbeda antara sistem ekonomi
sosialis dengan sistem ekonomi kapitalis serta berbeda juga
dengan sistem ekonomi Islam. Kepemilikan harta (barang dan
jasa) dalam Sistem Sosialis dibatasi dari segi jumlah (kuantitas),
namun dibebaskan dari segi cara (kualitas) memperoleh harta
yang dimiliki. Artinya dalam memperolehnya dibebaskan
dengan cara apapun yang dapat dilakukan. Sedangkan menurut
pandangan Sistem Ekonomi Kapitalis jumlah (kuantitas)
kepemilikan harta individu berikut cara memperolehnya
(kualitas) tidak dibatasi, yakni dibolehkan dengan cara apapun
selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Sedangkan
menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan harta dari segi
jumlah (kuantitas) tidak dibatasi namun dibatasi dengan cara-
cara tertentu (kualitas) dalam memperoleh harta (ada aturan halal
dan haram).
2) Perbedaan dalam hal konsep pengelolaan kepemilikan harta,
baik dari segi nafkah maupun upaya pengembangan
kepemilikan. Menurut sistem ekonomi kapitalis dan sosialis,
harta yang telah dimiliki dapat dipergunakan (konsumsi)
ataupun di kembangkan (investasi) secara bebas tanpa
memperhatikan aspek halal dan haram serta bahayanya bagi
masyarakat. Sebagai contoh, membeli dan mengkonsumsi
minuman keras (khamr) adalah sesuatu yang dibolehkan, bahkan
upaya pembuatannya dalam bentuk pendirian pabrik-pabrik
8
minuman keras dilegalkan dan tidak dilarang. Sedangkan
menurut Islam harta yang telah dimiliki, pemanfaatan
(konsumsi) maupun pengembangannya (investasi) wajib terikat
dengan ketentuan halal dan haram. Dengan demikian maka
membeli, mengkonsumsi barang-barang yang haram adalah
tidak diperbolehkan. Termasuk juga upaya investasi berupa
pendirian pabrik barang-barang haram juga dilarang. Karena
itulah memproduksi, menjual, membeli dan mengkonsumsi
minuman keras adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem
ekonomi Islam.
3) Perbedaan dalam hal konsep distribusi kekayaan di tengah
masyarakat. Menurut sistem ekonomi sosialis, distribusi
kekayaan di tengah masyarakat dilakukan oleh negara secara
mutlak. Negara akan membagikan harta kekayaan kepada
individu rakyat dengan sama rata, tanpa memperhatikan lagi
kedudukan dan status sosial mereka. Akibatnya, meskipun
seluruh anggota masyarakat memperoleh harta yang sama,
namun penghargaan yang adil terhadap jerih payah setiap orang
menjadi tidak ada. Sebab berapapun usaha dan produktivitas
yang mereka hasilkan, tetap saja mereka memperoleh pembagian
harta (distribusi) yang sama dengan orang lain. Karena itulah
sistem ekonomi sosialis menolak mekanisme pasar (harga)
dalam distribusi kekayaan.
Pandangan ekonomi Islam dalam hal distribusi kekayaan di tengah masyarakat, selain
mengandalkan mekanisme ekonomi yang wajar juga mengandalkan mekanisme non ekonomi.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang timpang di tengah masyarakat, Islam melalui sistem
ekonomi Islam telah menetapkan berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk
mengatasi persoalan distribusi. Mekanisme distribusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu (1) apa yang
disebut mekanisme ekonomi dan (2) mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah
mekanisme utama yang ditempuh oleh Sistem Ekonomi Islam untuk mengatasi persoalan
distribusi kekayaan. Mekanisme dijalankan dengan jalan membuat berbagai ketentuan yang
menyangkut kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan distribusi kekayaan. Dengan sejumlah
9
ketentuanketentuan yang menyangkut berbagai kegiatan ekonomi tertentu, diyakini distribusi
kekayaan itu akan berlangsung normal. Namun jika mekanisme ekonomi tidak dapat atau
belum mampu berjalan untuk mengatasi persoalan distribusi, baik karena sebab-sebab alamiah
yang menimbulkan kesenjangan, atau pun kondisikondisi khusus—seperti karena bencana
alam, kerusuhan—dan lain sebagainya, maka Islam memiliki sejumlah mekanisme non-
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan distribusi kekayaan.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ekonomi Islam harus dapat dibedakan antara sistem ekonomi Islam dan ilmu
ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam ini bersifat universal. Sedangkan sistem ekonomi
dapat berbeda antar setiap bangsa sesuai pandangan hidupnya. Dalam kepemilikan
harta harus diatur untuk dalam setiap penggunaannya didasarkan pada ketentuan halal
dan haram. Peranan pemerintah cukup besar dalam mencegah penyimpangan dari
sistem Islami, misalnya adanya monopoli, barrier to entry, atau kejahatan dalam
mekanisme ekonomi. Selain itu perlu mekanisme non ekonomi untuk terwujudnya
keseimbangan ekonomi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-'Assal, A.M & Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam (Terjemahan). Penerbit CV. Pustaka Setia.
An-Nabhaniy,T. 1953. Nizham Al-lslam. Beirut. ........................... 1990. An-
Nizham Al-lqtishadi Fil Islam. Penerbit Darul Ummah. Beirut.
Sosial sebagai Studi Perbandingan (Terjemahan). Penerbit Husaini. Bandung.
Kontemporer (Terjemahan). Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. Karim, A. 2001.
Ekonomi Islami: Suatu kajian Ekonomi Mikro. Karim Business Consulting. Jakarta
12