Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI ISLAM

Makalah Disusun Dalam Rangka Penugasan Mata Kuliah


“PRINSIP EKONOMI ISLAM”

Dosen Pengampu:
HASBI ASH SHIDDIEQY, S.E, MESY

Disusun Oleh:

Miftah Adillah : 22.2.2537

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK
AL-KARIMIYAH
JL. H MAKSUM NO. 23 SAWANGAN
SAWANGAN KOTA-DEPOK2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul “ Ekonomi Islam “

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuapembaca.
Dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini
dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang turut membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Ekonomi Islam ......................................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Ekonomi Islam.................................................................................................... 4
C. Tujuan Ekonomi Islam............................................................................................................... 6
D. Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonoi Lainnya ........................................................................ 7
E. Masalah Pokok Perekonomian................................................................................................... 7
F. Konsep Kepemilikan Harta kekayaan dan Pengelolaannya ...................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses pengkajian ilmiah
yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis terkait eksistensi Ekonomi Islam
dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini terjadi karena di masyarakat telah terbentuk suatu
pemikiran bahwa harus terdapat dikotomi antara agama dengan keilmuan. Ekonomi Islam
dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian tak terpisahkan (integral)
dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, Ekonomi Islam akan mengikuti agama
Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana Islam
telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagai kehidupan manusia termasuk
dlam bidang Ekonomi. Setiap manusia bertujuan mencapai kesejahteraan dalam hidupnya,
namun manusia memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang kesejahteraan. Dalam
berbagai literatur Ilmu Ekonomi konvensional dapat disimpulkan bahwa tujuan manusia
memenuhi kebutuhannya atas barang dan jasa adalah untuk mencapai kesejahteraan (well
being).

Kesejahteraan manusia yang dikemukakan di dalam Al-Qur‟an berhubungan dengan


kenikmatan dan kesengsaraan manusia di akhirat, dan kriteria obyektif sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan Ekonomi seperti makanan, pendidikan perumahan, barang-barang dan
jasa-jasa lainnya dan komoditi-komoditi no-matrteil seperti kesenantiasaan, cinta dan kasih
sayang antara suami istri. Al-Qur‟an mempersiapkan manusia untuk menghadapi gelombang
kehidupan dengan penderitaan psikis seminal mungkin atau sama sekali tanpa penderitaan
karena kematian, kehilangan harapan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Ekonomi Islam?


2. Dasar Hukum Ekonomi Islam?

1
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui pengertian Ekonomi Islam


2. Mengetahui Dasar Hukum Ekonomi Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam


Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya
dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat
pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut
mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak
universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam
keputusan yang apriori (apriory judgement) benar atau salah tetap harus diterima.1

Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu


karakteristik dari pandangan hidup islam. Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai
syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi islam adalah ilmu sosial yang tentu saja
tidak bebas dari nilainilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang
harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam pengambilan
keputusan yang dibingkai syariah.

a. Muhammad Abdul Manan Islamic

economics is a sosial science which studies the economics problems of


a people imbued with the values of Islam.2 Jadi, menurut Abdul Manan
ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam.

b. M. Umer Chapra Islami economics was defined as that branch which


helps realize human well-being through and allocation and distribution

1
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 14.
2
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India: Idarah Adabiyah, 1980), h. 3

3
of scarce resources that is inconfinnity with Islamic teaching without
unduly curbing Individual fredom or creating continued macroeconomic
and ecological imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memeberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.3

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam


adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang,
menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan
ekonomi dengan cara-cara yang Islami.

B. Dasar Hukum Ekonomi Islam

Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai
sebuah bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan penerapan syariah di
bidang ekonomi bertujuan sebagai transformasi masyarakat yang berbudaya Islami.

Aktifitas ekonomi sering melakukan berbagai bentuk perjanjian. Perjanjian


merupakan pengikat antara individu yang melahirkan hak dan kewajiban. Untuk
mengatur hubungan antara individu yang mengandunng unsur pemenuhan hak dan
kewajiban dalam jangka waktu lama, dalam prinsip syariah diwajibkan untuk dibuat
secara tertulis yanng disebut akad. ekonomi dalam Islam. Ada beberapa hukum yang
menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi dalam Islam.

Beberapa dasar hukum Islam tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Al-Qur‟an Al-Qur‟an memberikan ketentuan-ketentuan hukum


muamalat yang sebagian besar berbentuk kaidah-kaidah umum; kecuali
itu jumlahnya pun sedikit. Misalnya, dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 188
terdapat larangan makan harta dengan cara yang tidak sah, antara lain
melalui suap yaitu sebagai berikut,

3
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 16

4
‫ﻮا ْﻟ ٰﺒَ ِﻄ ِﻞﭑﺑِ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜﻢ أَ ْﻣ ٰ َﻮﻟَ ُﻜﻢ ﺗَﺄْ ُﻛﻠُ ٓﻮ ۟ا َو َﻻ‬
۟ ُ‫ﻮا ْﻟ ُﺤ ﱠﻜ ِﺎمٱ ﻰإﻟَ ﺑﮭَﺎٓ َوﺗُ ْﺪﻟ‬
ِ ِ
۟ ُ‫ﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮنَ َوأَﻧﺘُ ْﻢ ْﻹ ْﺛ ِﻢﭑﺑ ﻟﻨﱠﺎسٱ أَ ْﻣ ٰ َﻮ ِل ﱢﻣ ْﻦ ﻓَﺮﯾﻘًﺎ ﻟِﺘَﺄْ ُﻛﻠ‬
ِ ِ ِ ِ

(Q.S Al-Baqarah.188)

Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.4

b. Hadits

Hadist memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang lebih


terperinci dari pada Al-Qur‟an, hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, dan lain – lain dari Sa‟id Al-khudri ra. Bahwa
Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah merugikan diri sendiri dan
janganlah merugikan orang lain”.5

Tidak banyak yang dikemukakan dalam alquran dan banyak prinsip-


prinsip yang mendasar saja, karena dasar-dasar yag sangat tepat, alquran dan
sunah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum
muslimin berprilaku sebagai konsumen produsen dan pemilik modal, tetapi
hanya sedikit system ekonomi. Ekonomi syariah menekankan kepada 4
sifat, antara lain:

a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrium)
c. Kebebasan (free will)
d. Tanggung Jawab (responsibility)

Al-Qur‟an mendorong umat Islam untuk mengusai dan memanfaatkan


sektor-sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala yang lebih luas dan
komprehensif, seperti perdagangan, industri, pertanian, keuangan jasa, dan
sebagainya, yang ditujukan untuk kemaslahatan dan kepentingan bersama.6

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Teremahnya, (Jakarta : CV. Toha Putra, 1971), h. 46
5
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, hlm. 743
6
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003), h. 29.

5
Sebagai firman Allah SWT:

َ‫وااﻟر ﯾَﺄْﻛُﻠ ُ ْونَ اَﻟﱠ ِذﯾْن‬


ّ ِ ‫ي ﯾَﻘ ُ ْو ُم َﻛ َﻣﺎ ا ﱠِﻻ ﯾَﻘ ُ ْو ُﻣ ْونَ َﻻ ٰﺑ‬ ْ ‫ﺷﯾ ْٰط ُن ﯾَﺗ َ َﺧﺑﱠطُﮫ ُ اﻟﱠ ِذ‬ ‫س ِﻣنَ اﻟ ﱠ‬ ّ ۗ ِ ‫ٰذ ِﻟ َك ْاﻟ َﻣ‬
‫وا ِﻣﺛْ ُل ْاﻟﺑَ ْﯾ ُﻊ ِاﻧﱠ َﻣﺎ ﻗَﺎﻟ ُ ْٓوا ِﺑﺎَﻧﱠ ُﮭ ْم‬ ۘ ‫اﻟر ٰﺑ‬ ‫وا َو َﺣ ﱠر َم ْاﻟﺑَ ْﯾ َﻊ ﱣ‬
ّ ِ ‫ُ َوا َ َﺣ ﱠل‬L‫ا‬ ّ ِ ‫ظﺔ ٌ َﺟ ۤﺎ َء ٗه ﻓَ َﻣ ْن‬
ۗ ‫اﻟر ٰﺑ‬ َ ‫ﱠر ِﺑّ ٖﮫ ِ ّﻣ ْن َﻣ ْو ِﻋ‬
ٰۤ
‫ف َﻣﺎ ﻓَﻠَﮫٗ ﺗ َﮭٰ ﻰﻓَﺎ ْﻧ‬ َ ۗ َ ‫ﺳﻠ‬
َ ‫ ِاﻟَﻰ َوا َ ْﻣ ُر ٗ ٓه‬L‫ا‬ِ ‫وﻟ ]ﯨ َك َﻋﺎدَ َو َﻣ ْن ۗ◌ ﱣ‬ ُ ‫ب ﻓ َﺎ‬ُ ‫ﺻ ٰﺣ‬ ْ َ ‫ﺎر ا‬ِ ‫ٰﺧ ِﻠد ُْونَ ِﻓ ْﯾ َﮭﺎ ھُ ْم ۚ◌ اﻟﻧﱠ‬

Artinya : “ orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.7

Dalam melakukan kegiatan ekonomi, Al-Qur‟an melarang Umat Islam


mempergunakan cara-cara yang batil seperti dengan melakukan kegiatan riba, melakukan
penipuan, mempermainkan takaran, dan timbangan, berjudi, melakukan praktik suap-
menyuap, dan cara-cara batil lainnya.

C. Tujuan Ekonomi Islam


Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk:
a. Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia.
b. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja tetapi
seluruh makluk hidup dimuka bumi.
c. Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia
yang berlandaskan nilai-nlai Islam guna mencapai pada tujuan agama
(falah).
Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi,
sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu mampu menangkap

7
Ibid., h. 69

6
nilai fenomena masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan
sumber teori Ekonomi Islam.

D. Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonoi Lainnya

Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem


ekonomi manapun termasuk kapitalis maupun sosialis. Perbedaan itu tidak hanya
mencakup falsafah ekonominya, namun juga pada konsep pokoknya serta pada
tataran praktisnya. Walaupun terdapat perbedaan yang fundamental antara sistem
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya, tetapi dalam implementasinya
seringkali dijumpai beberapa persamaan. Namun pada hakikatnya terdapat
perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya karena
landasan sistem ekonominya berbeda.
Ada perbedaan yang mendasar antara sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya khususnya sistem ekonomi Kapitalis. Perbedaan tersebut
mencakup perbedaan pandangan tentang:
1) Penetapan permasalahan ekonomi yang dihadapi manusia serta solusi
untuk mengatasinya.
2) Konsep kepemilikan harta kekayaan.
3) Konsep tentang pengelolaan kepemilikan harta.
4) Konsep tentang distribusi kekayaan di tengah masyarakat.

E. Masalah Pokok Perekonomian


Terdapat perbedaan penting antara sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya, khususnya kapitalis dalam memandang apa sesungguhnya
yang menjadi permasalahan ekonomi manusia. Menurut sistem ekonomi
kapitalis, permasalahan ekonomi yang sesungguhnya adalah kelangkaan
(scarcity) barang dan jasa. Hal ini karena setiap manusia mempunyai
kebutuhan yang beranekaragam dan jumlahnya tidak terbatas sementara
sarana pemuas (barang dan jasa) yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia terbatas (Sukirno, 2002). Kebutuhan dalam hal ini
mencakup kebutuhan (need) dan keinginan (want), sebab menurut
pandangan ini pengertian antara kebutuhan (need) dan keinginan (want)
adalah dua hal yang sama, yakni kebutuhan itu sendiri. Setiap kebutuhan

7
yang ada pada diri manusia tersebut menuntut untuk dipenuhi oleh alat-alat
dan sarana-sarana pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena
di satu sisi kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sementara alat dan
sarana yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah
konsep kelangkaan.
F. Konsep Kepemilikan Harta kekayaan dan Pengelolaannya
Terdapat beberapa perbedaan pandangan terhadap kepemilikan
hartakekayaan berdasarkan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional.
1) Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya adalah dalam hal konsep kepemilikan harta. Pandangan
tentang kepemilikan harta berbeda antara sistem ekonomi
sosialis dengan sistem ekonomi kapitalis serta berbeda juga
dengan sistem ekonomi Islam. Kepemilikan harta (barang dan
jasa) dalam Sistem Sosialis dibatasi dari segi jumlah (kuantitas),
namun dibebaskan dari segi cara (kualitas) memperoleh harta
yang dimiliki. Artinya dalam memperolehnya dibebaskan
dengan cara apapun yang dapat dilakukan. Sedangkan menurut
pandangan Sistem Ekonomi Kapitalis jumlah (kuantitas)
kepemilikan harta individu berikut cara memperolehnya
(kualitas) tidak dibatasi, yakni dibolehkan dengan cara apapun
selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Sedangkan
menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan harta dari segi
jumlah (kuantitas) tidak dibatasi namun dibatasi dengan cara-
cara tertentu (kualitas) dalam memperoleh harta (ada aturan halal
dan haram).
2) Perbedaan dalam hal konsep pengelolaan kepemilikan harta,
baik dari segi nafkah maupun upaya pengembangan
kepemilikan. Menurut sistem ekonomi kapitalis dan sosialis,
harta yang telah dimiliki dapat dipergunakan (konsumsi)
ataupun di kembangkan (investasi) secara bebas tanpa
memperhatikan aspek halal dan haram serta bahayanya bagi
masyarakat. Sebagai contoh, membeli dan mengkonsumsi
minuman keras (khamr) adalah sesuatu yang dibolehkan, bahkan
upaya pembuatannya dalam bentuk pendirian pabrik-pabrik

8
minuman keras dilegalkan dan tidak dilarang. Sedangkan
menurut Islam harta yang telah dimiliki, pemanfaatan
(konsumsi) maupun pengembangannya (investasi) wajib terikat
dengan ketentuan halal dan haram. Dengan demikian maka
membeli, mengkonsumsi barang-barang yang haram adalah
tidak diperbolehkan. Termasuk juga upaya investasi berupa
pendirian pabrik barang-barang haram juga dilarang. Karena
itulah memproduksi, menjual, membeli dan mengkonsumsi
minuman keras adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem
ekonomi Islam.
3) Perbedaan dalam hal konsep distribusi kekayaan di tengah
masyarakat. Menurut sistem ekonomi sosialis, distribusi
kekayaan di tengah masyarakat dilakukan oleh negara secara
mutlak. Negara akan membagikan harta kekayaan kepada
individu rakyat dengan sama rata, tanpa memperhatikan lagi
kedudukan dan status sosial mereka. Akibatnya, meskipun
seluruh anggota masyarakat memperoleh harta yang sama,
namun penghargaan yang adil terhadap jerih payah setiap orang
menjadi tidak ada. Sebab berapapun usaha dan produktivitas
yang mereka hasilkan, tetap saja mereka memperoleh pembagian
harta (distribusi) yang sama dengan orang lain. Karena itulah
sistem ekonomi sosialis menolak mekanisme pasar (harga)
dalam distribusi kekayaan.

Pandangan ekonomi Islam dalam hal distribusi kekayaan di tengah masyarakat, selain
mengandalkan mekanisme ekonomi yang wajar juga mengandalkan mekanisme non ekonomi.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang timpang di tengah masyarakat, Islam melalui sistem
ekonomi Islam telah menetapkan berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk
mengatasi persoalan distribusi. Mekanisme distribusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu (1) apa yang
disebut mekanisme ekonomi dan (2) mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah
mekanisme utama yang ditempuh oleh Sistem Ekonomi Islam untuk mengatasi persoalan
distribusi kekayaan. Mekanisme dijalankan dengan jalan membuat berbagai ketentuan yang
menyangkut kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan distribusi kekayaan. Dengan sejumlah

9
ketentuanketentuan yang menyangkut berbagai kegiatan ekonomi tertentu, diyakini distribusi
kekayaan itu akan berlangsung normal. Namun jika mekanisme ekonomi tidak dapat atau
belum mampu berjalan untuk mengatasi persoalan distribusi, baik karena sebab-sebab alamiah
yang menimbulkan kesenjangan, atau pun kondisikondisi khusus—seperti karena bencana
alam, kerusuhan—dan lain sebagainya, maka Islam memiliki sejumlah mekanisme non-
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan distribusi kekayaan.

Berdasarkan mekanisme ekonomi. Mekanisme ekonomi yang ditempuh sistem


ekonomi Islam dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan diantara manusia yang seadil-
adilnya, adalah dengan sejumlah cara, yakni : 1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam kepemilikan individu. 2. Memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan kepemilikan melalui kegiatan
investasi. 3. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena
tidak terjadi perputaran harta. 4. Mengatasi peredaran kekayaan di satu daerah tertentu saja
dengan menggalakkan berbagai kegiatan ekonomi dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.
5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. 6.
Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa.
Pemanfaatan secara optimal hasil dari sumberdaya alam milik umum yang dikelola
negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Sistem Ekonomi Islam sangat
berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis. Mereka percaya bahwa dengan menaikkan produksi,
dalam mekanisme pasar akan mengatur distribusi kekayaan secara rasional. Artinya, distribusi
kekayaan secara lebih baik tidak bisa dilakukan bila hanya mengandalkan mekanisme ekonomi
saja, tetapi harus ada pula mekanisme non ekonomi yang dapat diterapkan untuk mengatasi
persoalan distribusi.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ekonomi Islam harus dapat dibedakan antara sistem ekonomi Islam dan ilmu
ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam ini bersifat universal. Sedangkan sistem ekonomi
dapat berbeda antar setiap bangsa sesuai pandangan hidupnya. Dalam kepemilikan
harta harus diatur untuk dalam setiap penggunaannya didasarkan pada ketentuan halal
dan haram. Peranan pemerintah cukup besar dalam mencegah penyimpangan dari
sistem Islami, misalnya adanya monopoli, barrier to entry, atau kejahatan dalam
mekanisme ekonomi. Selain itu perlu mekanisme non ekonomi untuk terwujudnya
keseimbangan ekonomi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-'Assal, A.M & Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam (Terjemahan). Penerbit CV. Pustaka Setia.
An-Nabhaniy,T. 1953. Nizham Al-lslam. Beirut. ........................... 1990. An-
Nizham Al-lqtishadi Fil Islam. Penerbit Darul Ummah. Beirut.
Sosial sebagai Studi Perbandingan (Terjemahan). Penerbit Husaini. Bandung.
Kontemporer (Terjemahan). Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. Karim, A. 2001.
Ekonomi Islami: Suatu kajian Ekonomi Mikro. Karim Business Consulting. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai