Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tentang “Ekonomi dalam Islam”


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
-PUTRI INSANI KAMELIA
-SALSABILA KHAIRANI
-NESSA MIFTAHUL
-ALYA MUKHBITA
-PUTRI ABDILLAH
-MELLA PUTRI

GURU PEMBIMBING:
UST.MUAMMAR S.Pd
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bangkinang, Februari 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 1

 A. Latar Belakang …………………………………………..A


 B. Tujuan Penulisan ………………………………………..B

BAB II PEMBAHASAN …………………………. 2

 A. Ekonomi islam
 B. Bank

BAB III PENUTUP ……………………………………3

 A. Simpulan ……………………………………………………A
 B.Saran........................................................................................B
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Islam mengatur seluruh
bagian hidup manusia dengan tujuan agar hidup manusia dapat menjadi
hidup yang memiliki makna dan berarti. Tentu saja menjalani hidup
yang seperti itu, manusia harus dapat memenuhi kebutuhannya sesuai
dengan fitrah.

Salah satu aspek yang menunjang hidup manusia adalah ekonomi.


Ekonomi adalah sektor yang penting dan memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan, dan
papan. Tidak jarang, aspek ekonomi menjadi dominan dalam kehidupan
manusia dan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan melainkan
menjadi alat kesombongan dan harga diri.

Larangan berlebih-lebihan dan menganjurkan hidup sederhana adalah


perintah Allah agar manusia menjadikan ekonomi sebagai bagian dari
hidupnya bukan untuk tujuan utama atau sebagai visi kehidupan.
Ekonomi adalah alat atau instrumen dalam manusia menjalankan
hidupnya. Untuk bisa menerapkan perekonomian dalam islam, maka
umat islam juga harus mengetahui bagaimana islam mengatur masalah
tersebut.

B. TUJUAN
Terselasaikannya tugas makalah ini yang diberikan oleh guru bidang study sekaligus
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang perekonomian dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Islam

1. Pengertian ekonomi islam


Ekonomi Syariah merupakan salah satu jenis sistem ekonomi yang saat ini berkembang di
dunia, terutama negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim. Penerapan ekonomi
syariah sebagai sistem dilandaskan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadist. Perkembangan sistem ekonomi Islam selama ini diikuti dengan kemunculan
pemikiran banyak ahli, khususnya dari kalangan muslim, mengenai bidang ini. Karena itu,
dalam hal pengertian ekonomi Islam, sejumlah ahli juga telah menyodorkan berbagai definisi.
Selama ini, ekonomi Islam juga kerap disebut dengan ekonomi syariah. Kedua istilah
merujuk pada makna yang sama dan hanya berbeda pada pemakaian kata.

pengertian ekonomi Islam atau ekonomi syariah secara umum adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup dengan berdasarkan
syariat/nilai-nilai ketuhanan.
Di samping pengertian di atas, ada juga sejumlah definisi ekonomi Islam yang sudah
dirumuskan oleh sejumlah ahli. Berikut ini, pengertian ekonomi Islam (ekonomi syariah)
menurut para ahli di bidang ini.

1. Yusuf Qaradhawi Seperti dinukil dari buku Konsep Ilmu Ekonomi (2020), Yusuf
Qaradhawi merumuskan pengertian ekonomi Islam (ekonomi syariah) adalah ekonomi yang
berdasarkan pada ketuhanan.

2. Veithzal Rivai dan Andi Buchari Kembali merujuk buku di atas, Veithzal Rivai dan Andi
Buchari berpendapat bahwa pengertian ilmu ekonomi Islam (konomi syariah) ialah suatu
ilmu multidimensi atau interdisiplin, komprehensif dan saling terintegrasi, yang bersumber
dari Alquran dan Sunnah serta ilmu-ilmu rasional.

3. Muh. Abdul Mannan Masih dikutip dari buku yang sama, Muhammad Abdul Mannan
mendefinisikan ilmu ekonomi Islam (ekonomi syariah) adalah suatu ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari ekonomi dari orang-orang yang menganut nilai-nilai syariah. Sementara
dalam buku Islamic Economics: Theory and Practice, definisi yang diajukan Muhammad
Abdul Mannan, lebih tepatnya ekonomi Islam ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai dalam Islam.

4. Khursid Ahmad Khursid Ahmad dalam buku Studies in Islamic Economics


(Perspectives of Islam) menyampaikan penjelasan bahwa Ilmu Ekonomi Islam adalah suatu
usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam.

5. Muhammad Nejatullah al-Siddiqi Muhammad Nejatullah al-Siddiqi, seperti dikutip di


buku Prinsip Dasar Ekonomi Islam Maqashid Al-Syariah (2014:6) karya Ika Yunia dan
Abdul Kadir, menyebutkan bahwa pengertian ilmu ekonomi syariah adalah cara umat Islam
dalam menghadapi hal yang berbau ekonomi. Ketika menerapkan ekonomi Islam, umat
muslim memakai Al-Quran, Sunnah, akal, dan pengalamannya jadi acuan.

2.Dasar hukum ekonomi islam


 Al-Quran
Al-Quran merupakan sumber hukum Islam yang utama dan pertama. Al-Quran adalah
wahyu/firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat,
dlam bahasa arab untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia.

 As-Sunnah
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Quran yang berupa perkataan (sunnah
qauliyah), perbuatan (sunnah fi'liyah) dan sikap diam (sunnah taqririyah/sukutiyah)
Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab hadits. Dengan kata lain, didalam
hadits berisikan cerita singkat dan pelbagai informasi mengenai apa yang dikatakan,
diperbuat, disetujui dan tidak disetujui oleh Nabi Muhammad SAW, dan penjelasan teoritik
tentang Al-Quran.

 Ijma
Ijma adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu masalah pada
suatu tempat di suatu masa, dengan pengertian lain ijma adalah kesepakatan para mujtahid
pada masa setelah wafatnya Rasulullah terhadap hukum syara' yang bersifat praktis (amali).

 Qiyas
Qiyas adalah menyamakan masalah baru yang tidak terdapat ketentuan hukumnya di dalam
Al-Quran dan assunnah Nabi Muhammad SAW dengan masalah yang sudah ada ketetapan
hukumnya di dalam Al-Quran dan assunnah berdasarkan asas adanya persamaan illat hukum

3. Tujuan ekonomi islam


Di dalam ajaran islam, permasalahan ekonomi tidak terpisah dengan ajaran yang lainnya.
Ekonomi islam adalah bagian dari sektor kehidupan manusia yang turut diatur oleh Allah.
Secara umum, pengaturan ekonomi islam dalam Al-Quran bersifat prinsip-prinsip dasar
bukan teknis. Sedangkan masalah teknis tentu saja umat islam harus mengembangkannya
lebih baik lagi dengan kapasitas ilmunya, seiring dengan berkembangnya jalan.

Tujuan ekonomi islam itu sendiri, dapat dirangkum dalam beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Memastikan Kebutuhan Ummat Manusia

Ekonomi islam bertujuan agar manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah sendiri
menjamin bahwa Allah akan terus memberikan rezeki dan juga limpahan nikmat kepada
manusia dengan asumsi bahwa manusia harus taat dan terus berikhtiar dan meminta kepada
Allah.

Landasan ekonomi islam adalah ketauhidan atau ketaatan kepada Allah. Orang-orang yang
taat dan beriman kepada Allah akan mendasarkan aktivitas ekonominya berdasarkan kepada
etika, keseimbangan, universalitas, dan keadilan dalam melangkah. Tentu ia tidak akan asal-
asalan dan juga serabutan dalam ikhtiar.

Untuk itu, pelaksanaan ekonomi islam adalah jaminan bahwa kebutuhan manusia akan selalu
terpenuhi dengan rezeki dan limpahan nikmat Allah asalkan perekonomian tersebut
dijalankan dengan benar.

2. Menjauhi Ketimpangan Sosial

Ketimpangan sosial tentu akan terjadi jika pemusatan harta dan juga sumber daya hanyalah
ada pada subjek atau kelompok tertentu saja. Untuk itu, islam memiliki prinsip untuk dapat
menyebar dan juga memberikan rezeki tersebut tidak hanya pada satu orang atau kelompok
saja dengan aturan zakat, infaq, dan shodaqoh.

Aturan zakat ini bukan hanya sekedar masalah pembersihan harta atau sekedar beramal
shaleh melainkan juga dapat menggerakkan ekonomi ummat kepada yang tidak mampu atau
tidak berdaya karena kurangnya sumber daya ekonomi. Untuk itu kewajiban berzakat,
berinfaq, dan bershodaqoh adalah karena memang hal tersebut berusaha juga untuk
menghindari ketimpangan sosial.

3. Pemenuhan Ekonomi yang Beretika dan Bermartabat

Ekonomi islam juga bertujuan untuk menghindari pemenuhan ekonomi yang tidak beretika
dan bermartabat. Hal ini misalnya pencurian, penipuan, atau melakukan kecurangan lainnya.
Untuk itu, ekonomi islam pun dilandasi dengan nilai moral dan aqidah agar pelaksanakaan
kebutuhan manusia tidak dilakukan secara sembarangan dan dapat terjamin bisa berkualitas
sesuai kebutuhan manusia.

Islam untuk itu juga mengharamkan jual beli barang halal, jual beli yang tidak memiliki
keterbukaan, kejujuran, dsb. Ekonomi islam ada agar manusia dapat memberikan kejujuran,
halalnya barang, kualitas barang, kualitas produksi, distribusi, dan konsumsi dengan bingkai
akhlak dan aqidah.

4. Mengatur Keadilan dan Keseimbangan

Keadilan dan kesimbangan adalah prinsip dasar dari islam. Islam mengatur agar manusia
tidak melakukan transaksi ekonomi yang tertutup atau tidak transparant. Untuk mengaturnya,
contoh kecilnya islam selalu memberikan perintah adanya saksi, pencatatan keuangan, dan
juga menerapkan standart atua neraca yang disepakati dalam hal transaksi ekonomi.

5. Terhindar dari Riba

Riba adalah tambahan yang diberikan, salah satunya pada hutang dari peminjam. Riba sendiri
dapat menjerat manusia dan akan terasa tercekik untuk membayarnya. Bahkan pada sebagian
orang yang tidak mampu, riba seperti cekikan yang tiada henti. Kebanyakan orang miskin
meminjam uang adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, tentu saja akan
terasa tercekik apabila manusia memberikan riba padanya berkali-kali lipat. Untuk itu, Allah
memberikan ancaman dan sanksi neraka apabila manusia melakukannya.
4. Prinsip-prinsip ekonomi islam
1. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial

Prinsip dasar islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan masalah keadilan. Islam
tidak menghendaki ekonomi yang dapat berdampak pada timbulnya kesenjangan. Misalnya
saja seperti ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan aspek para pemodal saja tanpa
mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan masayrakat marginal lainnya.

Untuk itu, islam memberikan aturan kepada umat islam untuk saling membantu dan tolong
menolong. Dalam islam memang terdapat istilah kompetisi atau berlomba-lomba untuk
melaksanakan kebaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti mengesampingkan aspek
keadilan dan peduli pada sosial.

Hal ini sebagaimana perintah Allah, “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS An-Nur : 56)
Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah jalan islam dalam menyeimbangkan ekonomi. Yang kaya
atau berlebih harus membantu yang lemah dan yang lemah harus berjuang dan membuktikan
dirinya keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat produktif menghasilkan
rezeki dari modal yang diberikan padanya.

2. Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah : 219)
Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal yang sangat tidak jelas, tidak
jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan peruntungan dan peluang semata. Untuk itu islam
melarang perjudian dan mengundi nasib dengan anak panah sebagai salah satu bentuk
aktivitas ekonomi.

Pengundian nasib adalah proses rezeki yang dilarang oleh Allah karena di dalamnya manusia
tidak benar-benar mencari nafkah dan memakmurkan kehidupan di bumi. Uang yang ada
hanya diputar itu-itu saja, membuat kemalasan, tidak produktifnya hasil manusia, dan dapat
menggeret manusia pada jurang kesesatan atau lingkaran setan.

Untuk itu, prinsip ekonomi islam berpegang kepada kejelasan transaksi dan tidak bergantung
kepada nasib yang tidak jelas, apalagi melalaikan ikhtiar dan kerja keras.

3. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah :
10)
Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan mencari
karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi, mengoptimalkan
hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Untuk itu, jika manusia hanya
mengandalkan hasil ekonominya dari sesuatu yang tidak jelas atau seperti halnya judi, maka
apa yang ada di bumi ini tidak akan teroptimalkan. Padahal, ada sangat banyak sekali karunia
dan rezeki Allah yang ada di muka bumi ini. Tentu akan menghasilkan keberkahan dan juga
keberlimpahan nikmat jika benar-benar dioptimalkan.

Untuk itu, dalam hal ekonomi prinsip islam adalah jangan sampai manusia tidak
mengoptimalkan atau membiarkan apa yang telah Allah berikan di muka bumi dibiarkan
begitu saja. Nikmat dan rezeki Allah dalam hal ekonomi akan melimpah jika manusia dapat
mencari dan mengelolanya dengan baik.

4. Larangan Ekonomi Riba

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah :278)
Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah tambahan
yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Orientasinya dapat mencekik para
peminam dana, khususnya orang yang tidak mampu atau tidak berkecukupan. Dalam Al-
Quran Allah melaknat dan menyampaikan bahwa akan dimasukkan ke dalam neraka bagi
mereka yang menggunakan riba dalam ekonominya.

5. Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat

Transaksi keuangan yang diperintahkan islam adalah transaksi keuangan yang tercatat dengan
baik. Transaksi apapun di dalam islam diperintahkan untuk dicatat dan ditulis diatas hitam
dan putih bahkan ada saksi. Dalam zaman moderen ini maka ilmu akuntansi tentu harus
digunakan dalam aspek ekonomi. Hal ini tentu saja menghindari pula adanya konflik dan
permasalahan di kemudian hari. Manusia bisa saja lupa dan lalai, untuk itu masalah ekonomi
pun harus benar-benar tercatat dengan baik.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar” (QS Al Baqarah : 282)

6. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS Al Isra : 35)
Allah memerintahkan manusia ketika melaksanakan perniagaan maka harus dengan keadilan
dan keseimbangan. Hal ini juga menjadi dasar untuk ekonomi dalam islam. Perniagaan
haruslah sesuai dengan neraca yang digunakan, transaksi keuangan yang digunakan, dan juga
standar ekonomi yang diberlakukan. Jangan sampai ketika bertransaksi kita membohongi,
melakukan penipuan, atau menutupi kekurangan atau kelemahan dari apa yang kita
transaksikan. Tentu saja, segalanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT

5. Cara membangun ekonomi umat


Aspek kultural berkaitan dengan budaya, norma, nilai, pandangan hidup dan kebiasaan telah
lama mentradisi dalam masyarakat muslim. Dalam aspek ini bagaimana kita harus bisa
membangkitkan etos bisnis umat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam aspek ini peran
ulama sangat penting untuk memberikan tauziah tentang pentingnya duniawi untuk
mendukung akherat, pentingnya berbagi sesama dalam kesejahteraan umat. Ulama juga
sebagai pencerah umat dalam merubah pandangan hidup tentang arti duniawi dalam
mendukung akherat.

Aspek Struktural adalah kebijakan pemerintah yang berimplikasi pada kehidupan umat
Islam. Dalam aspek ini diharapkan ormas-ormas Islam bisa mendorong pemerintah untuk
membuat kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam berbisnis terutama berkaitan dengan
akses informasi dan permodalan. Dalam aspek ini diharapkan juga peran serta Ormas, LSM,
Lembaga zakat untuk menyadarkan masyarakat bagaimana indahnya berbagi (zakat, infak
dan shodaqoh) sebagai sarana untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Bagaimana
menumbuhkan orang yang dulunya menerima zakat (mustahiq) yang kedepan didorong
secara ekonomi untuk menjadi musaqi (pembayar zakat). Mendorong manusia dari tidak ada
(miskin) menjadi ada (cukup secara ekonomi untuk berzakat).

Aspek Teknis adalah aspek yang berkaitan dengan konsistensi, keseriusan dan kompetensi
umat Islam dalam pengelolaan bisnis. Dalam aspek ini faktor kompetensi, kecakapan dalam
berwirausaha perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Bisa kita lihat dilingkungan
kita, pada saat tetangga kita, ustad kita, baru keluar dari pondok pesantren, mereka dengan
semangat yang tinggi berusaha menularkan, menyampaikan ilmu akherat kepada jamaah,
seiring waktu karena mereka jarang dibekali oleh kompetensi dunia, begitu berkeluarga
mereka sibuk mencari dunia sehingga lambat laun, idealisme untuk selalu berbagi ilmu kalah
oleh kebutuhan duniawi. Sehingga realita dilapang banyak ustad kita yang kehidupannya
rata-rata dari pengobatan islami dan herbal.

B. Bank

1. Bank syariah dan bank konvensional

Perbankan syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan demikian, setiap aktivitas yang dilakukan pada bank syariah, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan atas
dasar prinsip syariah, yakni jual beli dan bagi hasil.

Sedangkan, bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatannya secara


konvensional, mengacu pada kesepakatan nasional maupun internasional, serta berlandaskan
hukum formil negara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank konvensional,
bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di dalamnya prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek yang haram.

UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan, berdasarkan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional tadi, untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak
pemberi wakaf (wakif).

Dalam perbedaan bank syariah dan bank konvensional ini, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional bersinergi untuk mendukung mobilisasi dana masyarakat secara
lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.

Secara umum, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk usaha
bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan
perbedaan pokok BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas sistem pembayaran.

2.Perbedaan bank syariah dan bank konvensional

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai atau dengan prinsip
yang dianut oleh masyarakat umum.

Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada keuntungan atau profit saja. Melalui situs
resmi ojk.go.id, OJK menjelaskan bahwa perbedaan bank syariah dan bank konvensional
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi,
dan prinsip kehati-hatian.

Di samping perbedaan bank syariah dan bank konvensional, terdapat tujuan bank syariah
yakni untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sementara fungsi bank syariah, berdasarkan perbedaan bank syariah dan bank konvensional,
adalah:

1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Produk bank syariah

1. Tabungan syariah

Tabungan syariah terikat dengan adanya kesepakatan atau akad antara nasabah dan bank,
yaitu akad mudharabah tentang simpanan yang pengelolaannya diberikan kepada bank
dengan sistem bagi hasil.

Produk syariah ini menerapkan sistem bagi hasil. Jadi, bukan bunga karena adanya unsur riba
yang tidak halal.

Bank syariah berperan mengelola dana simpanan untuk disalurkan sebagai modal usaha
produktif yang sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungannya diberikan dalam bentuk bagi
hasil kepada nasabah sesuai kesepakatan.

2. Deposito syariah

Deposito syariah adalah produk simpanan berjangka yang dikelola bank syariah. Produk ini
bisa didapatkan untuk nasabah perorangan dan perusahaan dengan menggunakan
prinsip mudharabah.

Deposito syariah bisa ditarik setelah jangka waktu simpanan telah berakhir atau jatuh tempo,
yaitu pilihan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan.

Keuntungan deposito di bank syariah berupa nisbah atau bagi hasil. Umumnya, nisbah yang
ditawarkan adalah 60:40 untuk nasabah dan bank.

Melihat angka tersebut, gak heran kalau banyak kalangan menilai keuntungan deposito bank
syariah lebih tinggi.

Apa manfaat memiliki deposito syariah?

 Pembagian keuntungan bisa kamu atur sendiri dan bisa dijadikan jaminan
pembiayaan.
 Pengelolaan dana secara syariah jadi dipastikan halal.
 Adanya fasilitas automatic roll over (ARO).
 Dana nasabah dipastikan aman karena dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

3. Gadai syariah

Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai dari bank syariah kepada nasabahnya.
Khususnya dalam hal ini, gadai syariah menggunakan akad rahn atau ijarah. Sebagai syarat
utama, nasabah wajib menyerahkan barang jaminan.

Pada penerapannya, jika nasabah atau debitur tidak sanggup melunasi cicilan, barang jaminan
akan dijual untuk menutupi utang. Jika harga jualnya melebihi utang, kelebihannya akan
dikembalikan kepada debitur.
Untuk biaya administrasi, debitur dikenakan biaya pemeliharaan barang.

Sebagaimana dalam pandangan Islam bahwa barang gadai tetap menjadi milik debitur,
otomatis biaya pemeliharaan akan ditanggung debitur yang kemudian dibayarkan kepada
kreditur atau bank.

4. Pembiayaan atau pinjaman syariah

Pinjaman syariah adalah produk pinjaman dari bank syariah. Nasabah wajib melunasi utang
tersebut dalam bentuk pembayaran langsung atau cicilan.

Transaksi semacam ini tidak tidak tergolong riba selama bertujuan tolong-menolong dan
tetap mengikuti syariat. Keuntungan bank didapatkan dari margin harga beli barang di toko
dengan harga jual kepada nasabah.

Misalnya, nasabah meminjam uang tunai untuk membeli komputer, bank syariah akan
membelikannya terlebih dahulu di toko. Lalu, komputer itu dijual kepada nasabah dengan
harga yang telah dimasukkan margin.

Contoh lainnya dikenal dengan sistem bagi hasil, yaitu saat kita pinjam sejumlah uang untuk
modal usaha. Bank akan dapat beberapa persen dari profit usaha kita nantinya.
Persentase profit sharing akan disetujui bersama di muka.

Pinjaman syariah telah berkembang pesat sehingga dapat membiayaain berbagai kebutuhan
dari kredit rumah sampai kredit mobil syariah.

5. Giro syariah

Giro syariah adalah produk simpanan di bank syariah yang dana bisa ditarik dengan
menggunakan cek atau bilyet giro selain kartu ATM.

Nasabah giro, disebut juga dengan giran, bisa dari perorangan atau badan hukum yang
membutuhkan kemudahan bertransaksi dalam jumlah yang sangat besar kapan saja.

4.Keunggulan dan kelemahan bank syariah

Kelemahan Bank Syariah

pertama, Kelemahan bank syariah adalah bahwa bank dengan sisem ini terlalu berprasangka
baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat dalam bank
Islam adalah jujur.Dengan demikian bank Islam sangat rawan terhadap mereka yang beritikad
tidak baik,sehingga diperlukan usaha tambahan untuk mengawasi nasabah yang menerima
pembiayaan dari bank syariah.

Kedua, sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama dalam
menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai simpanannya di bank tidak
tetap.Dengan demikian kemungkinan salah hitung setiap saat bias terjadi sehingga diperlukan
kecermatan yang lebih besar dari bank konvensional.

Ketiga, Karena bank ini membawa misi bagi hasil yang adil,maka bank Islam lebih
memerlukan tenaga-tenaga profesionan yang andal dari pada bank konvensional. Kekeliruan
dalam menilaui proyek yang akan dibiayai bank dengan system bagi hasil akan membawa
akibat yang lebih besar daripada yang dihadapi bank konvensional yang hasil pendapatannya
sudah tetap dari bunga.

Kelebihan Bank Syariah

pertama, kelebihan bank syariah terutama pada kuatnya ikatan emosional keagamaan antara
pemegang saham,pengelola bank,dan nasabahnya.Dari ikatan emosional inilah dapat
dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi keuntungan secara
jujur dan adil.

Kedua, dengan adanya keterikatan secara religi,maka semua pihak yang terlibat dalam bank
Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa
pun hasil yang diperoleh diyakini membawa berkah. Ketiga, adanya Fasilitas pembiayaan
(al=mudharabah dan al-musyarakah) yang tidak membebani nasabah sejak awal dengan
kewajiban membayar biaya secara tetap.hai ini adalah memberikan kelonggaran psikologis
yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara tenang dan sungguh-sungguh.

Keempat, dengan adanya sistem bagi hasil, untuk penyimpan dana setelah tersedia
peringatan dini tentang keadaan banknya yang bias diketahui sewaktu-waktu dari naik
turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. Kelima, penerapan sistem bagi hasil dan
ditinggalkannya sistem bunga menjadikan bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak
moneter baik dari dalam maupun dari luar negeri.

5. Fungsi bank syariah

Dilansir dari buku Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya (2020) karya Irsyadi Zain dan
Rahmat Akbar, dijelaskan beberapa fungsi bank syariah, yaitu:

 Bank syariah berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.


 Bank syariah menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
 Bank syariah bisa menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf, sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf.

6. Koperasi syariah

Koperasi syariah adalah bentuk koperasi yang memiliki prinsip, tujuan dan kegiatan usahanya
berdasarkan syariah Islam, yaitu Al-Quran dan Assunah.

Dan secara umum, koperasi ini merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan aktivitas
usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Semua unit usaha, produk dan
operasional koperasi ini dilakukan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional “DSN”
Majelis Ulama Indonesia.

Yang dengan begitu, didalam operasional koperasi ini tidak akan ditemukan unsur-unsur riba,
masyir dan ghara. Dan selain itu badan usaha ini juga tidak diperkenankan untuk melakukan
berbagai transaksi derivatif seperti halnya lembaga keuangan syariah lainnya.

Tujuan koperasi syariah adalah untuk membantu meningkatkan para anggotanya dan juga
kesejahteraan masyarakat secara umum, serta membangun perekonomian Indonesia sesuai
prinsip-prinsip Islam.

Jenis koperasi ini memiliki fungsi tertentu yang tidak ditemukan pada jenis koperasi lainnya,
adapun beberapa fungsi koperasi syariah ialah sebagai berikut:

 Membangun dan mengembangkan segala potensi yang ada pada setiap anggotanya
secara khusus, serta meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara
umum.
 Memperbaiki atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia para anggota agar
lebih amanah, profesional, konsisten dan konsekuen dalam menjalankan prinsip-
prinsip ekonomi dan syarat Islam.
 Berupaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas demokrasi dan kekeluargaan.
 Menjadi sebuah wadah atau mediator yang menghubungkan penyandang dana dengan
pengguna dana sehingga pemanfaatan harta lebih optimal.
 Berusaha untuk memperkuat setiap anggota koperasi sehingga saling bekerjasama
dalam melakukan kontrol terhadap operasional koperasi.
 Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan bagi para anggota dan masyarakat
luas.
 Membantu menumbuhkan dan mengembangkan berbagai usaha produktif para
anggota koperasi.

BAB III

PENUTUPAN
A.Kesimpulan
Seluruh aturan islam termasuk aturan ekonomi dibuat oleh Allah, sunnatullah yang berlaku
juga Allah yang mengatur, dan manusia hanya berusaha untuk memahmi dan menjalankan
perintah tersebut dengan sebaik-baiknya. Kembalinya, semua persoalan islam adalah kepada
Allah SWT.

Secara umum ekonomi islam atau yang berbasis kepada syariah tidaklah sama dengan konsep
perekonomian lainnya. Sistem perekonomian dalam islam menganut kepada jalan-jalan yang
adil dan seimbang. Aspek ketuhanan, keakhiratan, kehidupan individu, dan sosial diusahakan
agar sama-sama diperhatikan dan tidak ada yang dianaktirikan.

Sejatinya, sistem perekonomian dalam islam yang dibuat oleh Allah dalam Al-Quran
mengorientasikan pada keuntungan, kesejahteraan, dan nikmat yang banyak bagi manusia.
Aturan yang Allah buat dan perintahkan sejatinya agar menyelamatkan manusia dan tidak
lagi terjebak dalam kesengsaraan atau kemudhraratan.

Akan tetapi sering kali manusia berpikir bahwa aturan tersebut sudah tidak bisa dipakai, tidak
sesuai zaman, mengekang dsb. Padahal sebetulnya, Allah menyelematkan manusia lewat
aturan islam, agar aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik, suka sama suka, saling
menguntungkan, dan memberikan rezeki.

B. Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan
tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak
terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai