Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengantar
Ekonomi Islam
Dosen Pengampu :Mesi Herawati, M.E

Disusun oleh:
Shabrina Amalia Dalili (23681066)
Tia Yudistira Saputri (23681068)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
CURUP
2023
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman, juga membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini dengan lebih baik.
Kami menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Islam muncul sebagai suatu ilmu yang disiplin, setelah melalui serangkain
perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi sebuah kepesimisan dalam menjalani
ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat di masa lalu. Terciptanya suatu pandangan
bahwa terdapatnya keselarasan antara agama dan keilmuan. Para ekonom baratpun sudah
mulai mengakui adanya eksistensi dari perekonomian islam sebagai ilmu ekonomi yang
memberikan kesejukan dalam perekonomian didunia.
Ekonomi islam dapat menjadi sistem ekonomi alternatif yang mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh umat yang ada didunia dalam menjalankan roda perekonomian,
disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang terbukti tidak mampu meningkatkan
kesejahteraan umat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Pengertian, Tujuan dan Urgensi Ekonomi Islam
2. Ilmu Ekonomi dalam perspektif Ekonomi Islam
3. Konsep Ekonomi Islam
4. Metodologi dan Karakteristik Ekonomi Islam
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian, Tujuan dan Urgensi Ekonomi Islam
2. Untuk mengetahui Ilmu Ekonomi dalam perspektif Ekonomi Islam
3. Untuk mengetahui Konsep Ekonomi Islam
4. Untuk mengetahui Metodologi dan Karakteristik Ekonomi Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Urgensi Ekonomi Islam


1. Pengertian
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari aktifitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti
“keluarga, rumah tangga” dan nomos yang berarti “peraturan, aturan, hukum”. Secara
garis besar, ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen
rumah tangga”. Ekonomi mencakup kegiatan kontemplasi dalam rangka berkreasi dan
berinovasi untuk dijadikan solusi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Solusi ini
menjawab hal yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi.
Ekonomi Islam dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-iqtishad al-Islami.
Iqtishad (ekonomi) didefinisikan sebagai pengetahuan tentang aturan yang berkaitan
dengan produksi kekayaan, mendistribusikan dan mengonsumsinya1.3 Ekonomi Islam
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur
berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum
dalam rukun iman dan rukun Islam.
Terdapat perbedaan penafsiran, pendekatan, dan metodologi yang digunakan
oleh para ekonom muslim dalam membentuk konsep ekonomi Islam. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan latar belakang pendidikan, keahlian, dan pengalaman
yang dimiliki. Merujuk pendapat Aslem Haneef2,4 pemikir ekonomi Islam Malaysia,
Para pemikir muslim bidang ekonomi dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni:
a. Kelompok jurist atau pakar bidang fikih atau hukum Islam sehingga
pendekatan yang dilakukan adalah legalistik dan normatif.
b. Kelompok modernis yang lebih berani memberikan interpretasi
terhadap ajaran Islam untuk menjawab persoalan yang dihadapi
masyarakat terkini.
c. Kelompok western-trained moslem economist, yaitu para praktisi atau
ekonom muslim yang berlatar belakang pendidikan Barat. Mereka
mencoba menggabungkan pendekatan fikih dan ekonomi sehingga
1
Al-Mishri. (1993). Ushul al-Iqtishad al-Islami. Damsyiq: Dar al-Qalam
2
Haneef, M. A. (1995). Contemporary Islamic economic thought: A selected comparative analysis. Alhoda UK

2
ekonomi Islam terkonseptualisasi secara integrated. Dengan kata lain,
mereka berusaha mengonstruksi ekonomi Islam seperti ekonomi
konvensional, tetapi dengan mereduksi nilai yang tidak sejalan dengan
Islam dan memberikan nilai Islam pada analisis ekonominya.
Pendefinisian tentang apakah ekonomi Islam berbeda antara ekonom yang satu
dengan ekonom lainnya. Muhammad Nejatullah Siddiqi dalam bukunya, Role of State
in the Economy,10 memberikan definisi “Islamic economics is ‘the moslem thinker’
response to the economic challenges of their times. In this endeavor they were aided
by the Qur’an and the Sunnah as well as by reason and experience”. Syed Nawab
Heider Naqvi dalam bukunya, Islam, Economics, and Society,11 memberikan
rumusan “Islamic economics is the representative Moslem’s behaviour in a typical
muslim society”.3
Definisi ekonomi Islam juga dikemukakan oleh Umer Chapra12 bahwa ilmu
ekonomi Islam diartikan sebagai cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya alam yang langka
yang sesuai dengan maqashid, tanpa mengekang kebebasan individu untuk
menciptakan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkesinambungan,
membentuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral masyarakat.4
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam
merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat dalam melakukan
kegiatan ekonomi yang meliputi alokasi dan distribusi sumber daya alam yang
diimplementasikan berdasarkan Alquran, hadis, ijmak, dan qiyas sesuai prinsip syariat
Islam dalam mewujudkan kesejahteraan umat.
2. Tujuan
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk: a. Memberikan keselarasan bagi
kehidupan di dunia. b. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja
tetapi seluruh makluk hidup dimuka bumi. c. Esensi proses ekonomi Islam adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nlai Islam guna mencapai
pada tujuan agama (falah). Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak
terbatas oleh ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu
mampu menangkap nilai fenomena masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa
meninggalkan sumber teori Ekonomi Islam.

3
Naqvi, S. N. H. (Ed.). (2013). Islam, Economics, and Society (RLE Politics of Islam). Routledge.
4
Chapra, M. U. (2001). Masa depan ilmu ekonomi: sebuah tinjauan Islam. Gema Insani.

3
3. Urgensi
Menurut Mujahid (2009) pembahasan mengenai urgensi dan pentingnya
ekonomi Islam untuk diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat
muslim khususnya dan seluruh manusia pada umumnya, bisa didekati dari dua sudut
pandang. Pertama, melalui pemahaman yang mendalam terhadap pengertian Islam
dan kesempurnaan sistem Islam serta segenap konsekuensi-konsekuensi logisnya.
Pendekatan ini ditempuh lewat “pembacaan” atas ayat-ayat yang tertera lewat Al-
Quran dan sunah Rasul-Nya.
Oleh karena pemahaman ini diambil dari sumber dan literatur orisinal Islam,
kita sebut saja pendekatan tekstual atau literer. 21 Kedua, melalui kritik terhadap
fenomena-fenomena ketidakadilan, kemiskinan, kemerosotan nilai dan kesesatan
motif yang terjadi dalam perekonomian akibat diberldek nanikkannya sistem ekonomi
non-Islam dengan segala macam dan bentuk turunannya. Karena pendekatan ini
berangkat dari pemahaman atas fenomena, mari kita sebut saja pendekatan ini
pendekatan kontekstual atau fenomenologis.
Kita meyakini Islam tidak hanya sebagai seperangkat ibadah ritual, namun
juga sebagai sebuah sistem hidup yang menyeluruh, sebagaimana Allah SWT
berfirman: “…Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, telah
Kucukupkan untukmu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agamamu…”
(Q.S. Al-Maidah 3). Hal terkait dapat dilihat di Q.S. Al-Baqarah 208.

B. Ilmu Ekonomi dalam perspektif Ekonomi Islam


Islam mengajarkan bahwa pemilik mutlak harta adalah Allah swt., manusia hanyalah
sebagai pemegang amanah untuk mengelola dan memanfaatkan untuk kesejahteraan bersama.
Hak milik dalam ekonomi Islam terikat dengan aturan yang ditetapkan oleh syariat, maka
kepemikan dalam Islam tidaklah mutlak namun nisbi.
Jika merujuk kepada nas Alquran yang menyatakan bahwa semua yang ada dilangit
dan bumi adalah milik Allah swt.,6 maka kita dapat menyimpulkan bahwa semua harta
bahkan diri kita sendiri adalah milik Allah. Jika seluruh harta adalah milik Allah, maka
manusia hanyalah diberi mandat untuk mengelola, memanfaatkan dan menjaganya saja.7Hal
ini bukan berarti bahwa Islam tidak mengakui hak milik kekayaan, namun hak milik tersebut
terikat dengan aturan untuk kepentingan orang banyak dan tidak membahayakan orang lain5.

5
Konsep pemilik absolut harta adalah Allah swt.,sebagaimana firman Allah dalam Surah Thaha (20): 6.

4
Ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan. Para cendekiawan
menganggap kesejahteraan umat manusia merupakan hasil akhir dari interaksi panjang
sejumlah faktor ekonomi dan faktor-faktor lain, seperti moral, demografi, sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah. Harta (kekayaan
materi) merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kaum Muslim, namun bukan
berarti dalam meraihnya memisahkan antara aktivitasnya dan syariat yang telah ditetapkan
Islam.

C. Konsep Ekonomi Islam


Islam mempunyai konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan
komprehensif, yang telah menetapkan tatanan yang utuh untuk mengatur kehidupan manusia.
Sebagaiway of life,Islam menata segala aspek kehidupan, mulai dari hal yang sederhana
hingga urusan yang paling rumit sekalipun. Baik dalam aspek sosial, ekonomi, politik,
pendidikan, bahkan hingga seni dan budaya. Apabila konsep al-Qur’an dan as-Sunnah
dijadikan pijakan perekonomian suatu negara, tentunya perekonomian tersebut akan berjalan
lebih baik dan terarah sesuai dengan tujuannya.
Namun kenyataanya memang belum semua negara muslim di dunia menerapkan dasar
tersebut. Selanjutnya, di dalam artikel ini dijelaskan tentang bagaimana Ekonomi Islam yang
biasa juga disebut sebagai ekonomi syariah berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
nasional, khususnya Indonesia sebagai negara dengan basis muslim terbesar se-Asia (Tira
Nur Fitria, Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional, JIEI Vol 2,
No. 03 (2016).
Konsep pembangunan ekonomi dalam Islam adalah konsep pembangunan ekonomi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah, dengan
kesadaran bahwa keberhasilan pembangunan harus disertai penerapan tentang konsep-konsep
pembangunan klasik dan modern, serta belajar dari pengalaman negara-negara yang telah
berhasil dalam melakukan usaha pembangunan.
Konsep ekonomi Islam mengacu pada prinsip syariah yang menjadi pedoman
masyarakat muslim, sehingga setiap aktifitas manusia termasuk di dalamnya adalah kebijakan
ekonomi dan pembangunan, serta aktivitas ekonomi masyarakat sudah semestinya merujuk
kepada hukum Islam.
D. Metodologi dan Karakteristik Ekonomi Islam
1. Metodologi

5
Dalam membangun ekonomi Islam, para ilmuwan bukan saja mengkritik
‘subtansi’ ilmu ekonomi yang dibangun oleh Barat dalam bingkai sekularisme dan
materialisme, tetapi juga mengkritik ‘metodologi’ yang digunakan dalam membangun
ilmu ekonomi. Ekonomi Islam ditargetkan menjadi sebuah disiplin ilmu ekonomi
yang didirikan di atas prinsip dan nilai Islam yang lebih universal dan komprehensif
dalam melihat fenomena ekonomi.
Namun, untuk mencapai tujuan di atas perlu adanya usaha serius dan elegan
dari para ilmuwan Islam untuk memberikan kritikan terhadap ekonomi kapitalisme
atau sosialisme sehingga tidak terkesan apologetic. Ini merupakan salah satu
pendekatan agar ekonomi Islam tidak dipandang sebagai sebuah alternatif.
Membangun metodologi keilmuan yang solid sangat diperlukan. Ini karena,
metodologi di samping menjelaskan mekanisme dan proses ilmiah melahirkan teori
ekonomi dalam Islam, juga menguraikan kriteria ilmiah bagaimana sebuah teori
diterima atau ditolak dan bagaimana bangunan disiplin ilmu ekonomi Islam dapat
didirikan.
2. Karakteristik
Pertama, Multitype Ownership (Kepemilkan Multijenis). Dalam sistem
kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta atau
individu. Sedangkan dalam Islam, berlaku prinsip kepemilikan multijenis, yakni
mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan, baik oleh Swasta, Negara atau
Campuran.

Kedua, Freedom to Act (Kebebasan Bertindak/Berusaha). Freedom to act bagi


setiap individu akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian. Karena itu,
mekanisme pasar adalah keharusan dalam Islam, dengan syarat tidak ada
distorsi (proses penzoliman). Proses distorsi dikurangi dengan penghayatan nilai
keadilan. Penegakan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan melarang semua
mafsadah (segala yang merusak), riba (tambahan yang didapat secara zalim),
gharar (ketidak pastian), tadlis (penipuan), dan maisir (perjudian). Negara bertugas
menyingkirkan atau paling tidak mengurangi market distortion ini. Dengan demikian
Negara bertindak sebagai wasit yang mengawasi interaksi (mu’amalah) pelaku-pelaku
ekonomi agar tidak melanggar syariah.

6
Ketiga, Sosial Justice (Keadilan Sosial). Dalam Islam, pemerintah
bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan
menciptakan keseimbangan sosial antara yang kaya dan yang miskin. Semua sistem
ekonomi mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan system perekonomian yang
adil. Sistem yang baik adalah sistem yang dengan tegas dan secara konsisten
menjalankan prinsip-prinsip keadilan.Dalam Islam keadilan diartikan dengan suka
sama suka (anntaradiminkum ) dan satu pihak tidak menzalimi pihak
lain( latazlimuna wa la tuzlamun ). Islam menganut sistem meknisme paasar, namun
tidak semuanya diserahkan pada mekanisme harga. Karena segala distorsi yang
muncul dalam perekonomian tidak sepenuhnya dapat diselesaikan, maka Islam
membolehkan adanya beberapa intervensi, baik intervensi harga maupun pasar.

Menurut Dr. Rofiq Yunus Al-Masry, Ekonomi Islam memiliki ciri-ciri khusus
yang membedakan dengan ekonomi lainnya. Diantaranya Keadilan, Kebebasan,
Musyawarah, Sabar, Tawakal, Tanggung jawab pribadi.

7
Daftar Pustaka

Azharsyah Ibrahim, Erika Amelia, Nashr Akbar Nur Kholis, Suci Aprilliani Utami,
Nofrianto, Pengantar Ekonomi Islam, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank
Indonesia Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, hal. 54-57.

http://repository.radenintan.ac.id/101/3/Bab_II.pdf

http://eprints.undip.ac.id/37239/1/SALEH.pdf

Angga Syahputra, Integrasi Ekonomi Islam, hal. 76

Rahadi Kristiyanto, S.H.,M.H., Konsep Ekonomi Islam, 5 April 2022.

Dr. Hafas Furqani, M. Ec, Membangun Paradigma dan Format Keilmuan, Naskah Aceh
(NASA) & Pascasarjana UIN Ar-Raniry Jl. Lamreung No. 11 Simpang 7 Ulee Kareng-Banda
Aceh, hal. 6-7

https://an-nur.ac.id/ekonomi-islam-pengertian-landasan-metode-karakteristik-perkembangan-
serta-perbandingannya-dengan-ekonomi-konvensional/

Anda mungkin juga menyukai