Hidayatis Shofiyati
02040322016
Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata Oikos berarti
rumah tangga, sedangkan Nomos berarti mengatur. Maka ekonomi dapat diartikan sebagai
aturan rumah tangga atau manajeman dalam rumah tangga. Maksud dari rumah tangga
tersebut adalah rumah tangga dalam suatu desa, kota, bahkan negara. Ekonomi Islam
dibangun atas dasar agama Islam karena merupakan bagian yang tidak dapat terpisahka dari
agama Islam dan mengikuti agama Islam sebagai aspeknya.
Artikel yang berjudul “Ekonomi Makro Islam : Pendekatan teoritis” merupakan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda. Penelitian ini dilatarbelakangi pada konsep dasar
ekonomi Islam yang tertuju secara mneyeluruh bagian-bagian yang terdapat pada konsep
dasarnya. Ekonomi Islam sudah jelas dinaungi oleh akidah Islam yang bersumber dari
syariatnya. Dalam kehidupan sosial, ekonomi sangatlah penting dan pasti ada maka dari itu
ekonomi harus didasari menurut prinsip Islam. Dalam konsep dasar ekonomi islam juga
terdapat nilai-nilai yang ada di dalamnya dan karakteristik ekonomi islam. Ekonomi Islam
meluas secara menyeluruh yang terbagi menjadi dua yaitu ekonomi makro dan mikro.
Dari penelitian tersebut, terdapat dalam penulisannya bahwa ekonomi Islam secara
mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam hal tujuan, bentuk dan coraknya.
Sistem tersebut berusaha dapat memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara
menempuh jalan tengah antara pola yang kestrem yaitu kapitalis dan komunis. Jika ekonomi
Islam yang dilakukan oleh masyarakat tanpa menggunakan konsep dasar ekonomi Islam,
maka yang terjadi tidak sesuai dengan syariat Islam. Maka dari itu, dapat ditarik bahwa
konsep dasar ekonomi islam khususnya ekonomi makro harus dilakukan sesuai dengan
konsep dasar yang sesuai dengan Islam.
Review konsep dasar Ilmu ekonomi disampaikan secara lengkap, bahwa ilmu
ekonomi terbagi menjadi dua yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Adanya ekonomi
makro atau lahirnya dilatar belakangi oleh depresi besar dunia yang melanda negara-negara
maju dan meluas keseluruhan dunia pada tahun 1930. Dalam ekonomi makro terdapat tiga
permasalahan pokok yang dibahas yaitu inflasi, pertumbuhan output dan pengangguran.
Inflasi merupakan gejala kenaikan harga yang berlangsung secara serentak. Apabila terjadi
pada tingkat yang rendah, maka tidak akan membahayakan kondisi perekonomian. Akan
tetapi bila terjadi pada tingkat yang tinggi, maka akan merugikan perekonomian karena daya
beli masyarakat akan menurun secara drastis. Hal ini terjadi penurunan tingkat kesejahteraan
masyarakat terutama yang berpenghasilan kecil dan relatif tetap.
Jurnal yang berjudul “Kebijakan Ekonomi Indonesia Ditinjau Dari Konsep Dasar
Ekonomi Islam”. Dipaparkan pada jurnal tersebut mengenai konsep dasar ekonomi Islam,
tetapi tidak terlalu fokus pada konsep dasarnya karena juga mengkaji tentang kebijakan
ekonominya. Pada jurnal ini, untuk mengetahui apakah sistem politik ekonomi Indonesia itu
sesuai dengan konsep dasar ekonomi dalam perspektif Islam.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar ekonomi Islam dan didasarkan pada prinsip apa saja yang
ada pada ekonomi makro Islam?
Pembahasan
Dalam membahas perspektif ekonomi islam, ada satu titik awal yang harus
diperhatikan yaitu ada dua sisi, yang pertama adalah sisi ekonomi dalam Islam
sesungguhnya bermuara pada akidah Islam yang bersumber dari syariatnya. Kedua, sisi
al-Quran al-Karim dan as-Sunnah Nabawiyah yang berbahasa Arab. Oleh karena itu,
berbagai terminologi dan substansi ekonomi yang sudah ada maka harus dibentuk dan
disesuaikan terlebih dahulu dalam kerangka Islami. Hal ini agar dapat disadari bahwa
betapa pentingnya titik permasalahan dalam pengertian ekonomi Islam secara luas.
Review konsep dasar ekonomi makro, dimana masuk pada pembahasan definisi
ekonomi Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Ekonomi Islam banyak
dikemukakan oleh para tokoh dari berbagai versi masing-masing. Namun dalam hal ini,
peneliti mengkaji tiga pengertian ekonomi Islam menurut tiga pakar tokoh. Menurut M.
Akram Kan, ekonomi islam merupakan Islamic economic aims the study of the human
falah (ucell-being) achieved by organizing the resources of the earth on the basic of
cooperation and participation. Bahwa ilmu ekonomi bertujuan untuk melakukan kajian
tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber
daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi. Definisi yang dikemukakan oleh M.
Akram Kan memberikan dimensi normatif (kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat)
serta dimensi positif (mengorganisasikan sumber daya alam).1
Ekonomi Islam menurut Muhammad Abdul Manan bahwa ekonomi Islam adalah
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarajat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam. Kemudian menurut M.Umer Chapra ekonomi Islam
adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya terbatas yang berada dalam koridor terhadap
pengejaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro
ekonomi makro. Dimana ekonomi makro ini berkesinambungan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas oleh para tokoh ekonomi,
dapat memunculkan suatu pernyataan apakah ilmu ekonomi Islam bersifat positif atau
normatif? Menurut Chapra, ekonomi Islam jangan terjebak oleh dikotomi pendekatan
positif dan normatif. Karena pendekatan kedua itu saling melengkapi bukan saling
memisahkan. Sedangkan Abdul Manan mengatakan bahwa ilmu ekonomi Islam
merupakan ilmu ekonomi positif dan normatif. Jika ada kecenderungan beberapa
ekonomi yang mementingkan positivisme dan sama sekali tidak mengajukan pendekatan
normatif atau sebaliknya.
Ekonomi islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam
segi tujuan, bentuk, dan coraknya. Sistem tersebut berusaha memecahkan masalah
ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah antara pola yang ekstrem yaitu
kapitalis dan komunis. Secara singkat, ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang
1
Nurul Huda, Konsep Dasar Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis, Prenada Media 2018, diakses dari
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=konsep+dasar+ekonomi+makro+islam&oq=#d=gs_qabs&t=166348191123&u=
%23p%3Dhg4wSSYTDXMJ
berdasar pada al-Quran dan Hadist yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia
di dunia dan akhirat (al-falah).
Diambil dari jurnal yang diteliti oleh Yulia Hafizah, bahwa konsep dasar
ekonomi Islam berangkat dari pemahaman secara utuh dan mendalam terhadap filsafat
ekonomi Islam, karena implikasi dari asas filsafat ini dapat dijadikan sebagai kerangka
konstruksi sosial dan tingkah laku sistem, yaitu tentang organisasi kepemilikan,
pembatasan tingkah laku individu dan norma pelaku ekonomi. Sedangkan nilai-nilai
dasar sistem ekonomi Islam merupakan implikasi dari asas filsafat ekonomi tauhid,
adapun nilai-nilai dasar dari ekonomi islam sebagai berikut :
Pertama, nilai dasar kepemilikan yang berarti ciri khas konsep Islam mengenai
kepemilikan yang terletak pada fakta. Dimana legitimasi kepemilikan tergantung pada
moral. Kepemilikan terletak pada yang memiliki kemanfaatannya, bukan pada yang
menguasainya secara mutlak atas sumber-sumber ekonomi. Hal ini karena kepemilikan
harta harus secara absolut hanya pada Allah semata, sehingga seorang muslim yang tidak
memproduksi manfaat dari sumber-sumber yang diamanatkan Allah padanya maka akan
kehilangan hak atas sumber tersebut.
Ketiga, keadilan sosial. Alqur’an merujuk pada konsep keadilan yang merupakan
istilah ketiga diantara istilah-istilah yang paling sering digunakan setelah Allah dan ilmu
pengetahuan. Jadi dalam hal ini, keadilan dapat dianggap sebagai konsep yang lebih luas.
Tetapi dalam fakta yang sudah sering terjadi, banyak penulis kontemporer menegaskan
bahwa keseluruhan infrastruktur hukum Islam yang didasarkan pada keadilan sosial. 2
Critikal Review
1. Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah
khalifah yang memegang amanah dari Allah untuk menggunakan milik-Nya. Maka
manusia dalam melakukan perekonimian khususnya haruslah tunduk pada sang
pencipta dan pemilik, hal ini ada pada friman Allah qs. An-Najm: 31
“Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa
yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik dengan pahala yang lebih baik”.
2. Ketika manusia sudah melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, maka
hendaknya manusia wajib tolong menolong atau saling membantu dalam
melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah.
Karena sudah banyak terjadi dalam kegiatan ekonomi atau bahkan pada hal-hal yang
berbasis ekonomi, manusia lupa akan halnya asas yang wajib dilakukan dalam aturan
Islam. Maka pentinglah asas kedua ini untuk dijadikan patokan manusia khususnya
umat Islam dalam melakukan kegiatan ekonomi.
3. Beriman kepada hari kiamat, maksudnya adalah manusia setelah melakukan kegiatan
ekonomi, harus memiliki kesadaran atau keyakinan dalam suatu sistem ekonomi
5
Modul Kuliah, Akademi Akuntansi Permata Harapan Batam, Ekonomi Makro, 2016.
Islam kerena dengan keyakinan tingkah laku ekonomi manusia akan dapat terkendali
sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak
oleh Allah. Asas ketiga ini penting bagi mereka umat Islam dalam melakukan
kegiatan ekonomi agar tidak melewati batas aturan Islam, karena manusia yang sudah
sering terjadi saat ini lupa akan hal pertanggungjawaban di akhirat.
Selain dari asas filsafat, prinsip dasar ekonomi mikro juga memiliki nilai-nilai
tertentu, yaitu, nilai dasar kepemilikan. Kepemilikan dalam hal ini bukan menjadi
penguasaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi, akan tetapi setiap orang atau badan
usaha dituntut kemampuannya untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut
yang ada. Untuk batas kepemilikannya itu selama manusia hidup di dunia. Sedangkan
sumber daya yang menyangkut kepentingan umum harus menjadi milik umum. Hal
ini tertera dalam Hadist Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu
Daud, mengatakan; “Semua orang berserikat mengenai tiga hal, yaitu air (termasuk
garam), rumput dan api”. Sumber alam ini misalnya, minyak dan gas bumi, barang
tambang dan kebutuhan pokok manusia lainnya.
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, jika dikaitkan pada era zaman
sekarang bisa dikatakan bahwa manusia lebih banyak mengabaikan prinsip-prinsip
yang berlandaskan agama khususnya Islam. Maka dari itu, untuk diketatkan lagi agar
setiap manusia dalam melakukan sebuah upaya yang berhubungan dengan kegiatan
ekonomi agar tetap menjadikan prinsip dasar ekonomi sebagai patokan dalam
mendirikan usaha atau lembaga yang berbasis ekonomi.
Diatas adalah tiga poin penting dalam mempelajari karakteristik ekonomi islam,
kemudian masuklah pada tahapan sumber karakteristik ekonomi yang terdiri dari tiga
asas pokok, diantaranya asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah). Adapun
beberapa karakteristik ekonomi Islam yang disebutkan dalam al-mawsu’ah wa al-
amaliyah al-islamiyah yaitu,
Pertama, harta kepunyaan Allah dan manusia khalifah harta, karakteristik pertama
ini memiliki dua bagian penting pula ialah semua harta, baik benda maupun alat
produksi (kepunyaan Allah). Dalam hal ini berarti bahwa semua harta yang ada di
tangan manusia pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena Dialah yang
menciptakannya. Akan tetapi, Allah memberikan hak kepada kamu (manusia) untuk
memanfaatkannya.
Kedua, ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral. Hubungan
ekonomi Islam dengan akidah Islam terlihat jelas dalam banyak hal, seperti
pandangan Islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk kepentingan manusia.
Hubungan ekonomi Islam dengan akidah dan syariah tersebut memungkinkan
aktivitas ekonomi dalam Islam menjadi ibadah. Adapun juga bukti hubungan
6
Hendri Hermawan A, Bahtiar E, Ita R, A. Nihaul K, Ekonomi Makro Islam, diakses dari
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+konsep+dasar+ekonomi+makro+islam&oq=#d=gs_qabs&t=1663478166392
&u=%23p%3DMWpKY5_0pxoJ
ekonomi dan moral dalam Islam7. Pertama, larangan terhadap pemilik dalam
penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas harta milik orang lain.
Kedua, larangan melakukan penipuan dalam transaksi. Ketiga, larangan menimbun
atau menyimpan emas dan perak bahkan sarana-sarana moneter lainnya, sehingga
mencegah peredaran uang. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa menimbun atau
menyimpan uang berarti menghambat fungsinya dalam memperluas lapangan
produski dan penyiapan lapangan kerja untuk para buruh. Uang menjadi keperluan
utama dalam mewujudkan kemakmuran perekonomian masyarakat.
Kelima, bimbingan konsumsi. Pada karakteristik ini ada dalam firman Allah
SWT QS. Al-A’raf/7: 31 :
Keenam, petunjuk inventasi tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek
investasi. Disini terbagi menjadi lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk
dijadikan pedoman dalam menilai proyek, yaitu (1) proyek yang baik menurut Islam,
(2) memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat, (3) memberantas
kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan. (4) memelihara dan menumbuh
kembangkan harta, (5) melindungi kepentingan anggota masyarakat.
Ketuju, zakat ialah salah satu karaktersitik ekonomi Islam terkait harta yang
tidak dimiliki dalam bentuk perekonomian lain, karena diluar Islam tidak mengenal
tuntutan Allah kepada pemilik harta agar menyisihkan sebagaian harta tertentu
sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki dan dendam.
Delapan, larangan riba. Dimana Islam menekankan bahwa fungsi uang pada
bidangnya yang normal sangat penting diantaranya, fasilitas transaksi dan alat
penilaian barang. Diantara faktor yang menyalahgunakan uang dari bidangnya yang
normal disebut bunga (riba).
Kesimpulan
Ekonomi islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam segi
tujuan, bentuk, dan coraknya. Sistem tersebut berusaha memecahkan masalah ekonomi
manusia dengan cara menempuh jalan tengah antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis dan
komunis. Secara singkat, ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang berdasar pada al-
Quran dan Hadist yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat
(al-falah).
Dalam ruang lingkup ekonomi makro syariah memiliki tiga permasalahan dasar
ekonomi, yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu
kesatuan untuk mewujudkan kemaslahatan dalam kehidupan. Kegiatan dalam tiga aspek
ruang lingkup tersebut juga harus bertujuan pada tujuan yang sama yaitu, mencapai maslahah
yang maksimamum bagi umat manusia. Dalam penelitian tersebut, ketiga ruang lingkup itu
bukan hanya menjadi teori dasar saja atau hanya menjadi aspek belaka dalam teori, akan
tetapi sebagai manusia seharusnya selalu berusaha mewujudkan maslahah dalam berbagai
aspek. Jika manusia itu sendiri melakukan apa yang harus dilakukan secara teori dan benar,
maka kehidupan manusia akan bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat (falah).
Dari delapan karakteristik ekonomi mikro Islam diatas menjadi pondasi utama dalam
membangun ekonomi berbasis Islam pastinya. Setiap manusia yang akan membangun atau
melakukan kegiatan perekonomian dengan benar dan menghasilkan hasil maksimal, maka
jangan terlepas dari karaktersitik yang sudah ditentukan sesuai dengan prinsip Islam. Jika
seseorang melakukan kegiatan perekonomian tidak sesuai yang ditetapkan karakteristiknya,
maka jangan salahkan subjek yang ia bangun. Karena konsep dasar ekonomi makro Islam
ditentukan sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, jika dikaitkan pada era zaman sekarang
bisa dikatakan bahwa manusia lebih banyak mengabaikan prinsip-prinsip yang berlandaskan
agama khususnya Islam. Maka dari itu, untuk diketatkan lagi agar setiap manusia dalam
melakukan sebuah upaya yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi agar tetap menjadikan
prinsip dasar ekonomi sebagai patokan dalam mendirikan usaha atau lembaga yang berbasis
ekonomi.
Referensi
Huda, Nurul. 2018. “Konsep Dasar Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis”. Prenada Media
diakses dari https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=konsep+dasar+ekonomi+makro+islam&oq=#d=gs_qabs&t=16634
8191123&u=%23p%3Dhg4wSSYTDXMJ
Hafizah, Yulia. 2005. “Kebijakan Ekonomi Indonesia Ditinjau dari Konsep Dasar Ekonomi
Islam”. Millah: Jurnal Studi Agama. diakses dari https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Yulia+Hafizah+konsep+dasar+ekonomi+islam+btnG=#d=gs_qabs
&t=1663502067626&u=%23p%3DDpETm3AUiY8J
Gusti Yusmiana, Gusti. “Ruang Lingkup Ekonomi Makro”. OSF Preprints.March 29. diakses
dari https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ruang+lingkup+ekonomi+makro+&btnG=#d=gs_qabs&t=166348
2390817&u=%23p%3
Yafie, Dhairolly M. 2013. “Penerapan Basis Akrual pada Standar Akuntansi Pemerintahan
Indonesia”. Jurnal Akuntansi UNESA. diakses dari https://google.scholar.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=yafie+ekonomi+islam+&oq=yafie#d=gs_qabs&t=1663503281690
&u+%23p%3DHuPmU2CRBHIJ
Modul Kuliah. 2016. “Akademi Akuntansi Permata Harapan Batam”. Ekonomi Makro.
Informasi Jurnal atau Artikel
Artikel 1
Tahun : 2018
Halaman : 1-12
Judul : Kebijakan Ekonomi Indonesia Ditinjau dari Konsep Dasar Ekonomi Islam
Tahun : 2005
Chapter :4
Halaman : 31-46