Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM


Dedi Mardianto, S.E., M.E
IAIN BONE

PENDAHULUAN

Kedatangan Islam sebagai bentuk risalah samawi yang universal, tidak lain
untuk menangani tatanan kehidupan umat manusia diberbagi kondisi, baik dari segi
spiritual maupun material. Maksudnya adalah Islam tidak hanya berbicara tentang
keyakinan, akan tetapi Islam juga membicarakan persoalan kondisi sosial politik, adat
istiadat, dan terlebih dengan kondisi perekonomian umat manusia. Sehingga Islam
diungkap sebagai istilah ad-din yang artinya membahas persoalan aqidah dan syariah,
sebagai bentuk kesempurnaan, umat manusia dapat menjadikan Islam sebagai
pedoman yang lengkap dari segi konsep dan sistem dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi.
Kegiatan ekonomi dalam ajaran Islam, sangat menarik untuk selalu dikaji,
karena kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari umat manusia merupakan
wadah dalam roda kehidupan untuk mengumpulkan dan memenuhi kebutuhan
fisiknya, baik dari aspek individu maupun kelompok. Selain itu, pada seluruh aspek
kehidupan, Islam juga mengharuskan umat manusia untuk taat dan mengamalkan
ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Sehingga sebagai seorang hamba yang taat
kepada Allah, sudah seharusnya dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi baik itu
berupa bisnis ataupun usaha lainnya berdasar pada ajaran Islam dalam transaksinya.
Demikian bahwa agama Islam sudah menjadi bagian ekonomi yang merupakan
bagian dari kehidupan manusia yang bersumber dari Aj-Qur’an dan Sunnah.
Menjadikan sumber mutlak, kedudukan Islam menjadi istimewa jika dibandingkan
dengan agama lain, sehingga dalam pengkajian ekonomi dalam pespektif ekonomi
Islam sesuatunya mengarah pada aqidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah (Maharani, 2018). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan ekonomi islam adalah suatu konsep yang direalisasikan melalui
prinsip-prinsip ekonomi yang disesuaikan ajaran Islam.
DEFINISI EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam merupakan suatu konsep dari ilmu pengetahuan yang


membahas gejala-gejela perekonomian. Begitu halnya dengan konsep ekonomi secara
umum, akan tetapi pada konsep ekonomi Islam menjadikan nilai-nilai Islam sebagai
landasan serta dasar dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi. Defenisi mengenai
ekonomi Islam secara umum banyak dijelaskan oleh para ahli bahwa ekonomi Islam
merupakan suatu Ilmu yang mengamati tingkah laku manusia dengan sudut pandang
syariah dalam pemenuhan kebutuhan dengan penggunaan sumber pemenuhan yang
terbatas. Akan tetapi pengertian tersebut dianggap konsep yang tidak kompatibel dan
universal karena dengan pengertian tersebut membawa pelaku ekonomi masuk dalam
pilihan yang apriori benar atau tidak tetap harus diambil.
Untuk memberikan pengertian yang lebih lengkap mengenai ekonomi Islam,
harus mencakup syarat-syarat dari Islam seperti karateristik dari sudut Islam dengan
mengakomodasi nilai-nilai syariah pada ilmu ekonomi. Sehingga ilmu ekonomi Islam
merupakan suatu bentuk ilmu sosial yang pastinya tidak terlepas pada nilai-nilai moral,
yang dimaksudkan nilai moral adalah bentuk normatif yang digunakan untuk
menganalisis fenomena ekonomi serta penggunaan bingkai syariah pada setiap
keputusan yang diambil.
Beberapa para ahli memberikan definisi mengenai ekonomi Islam seperti:
1. Muhammad Abdul Manan (1986), Islamic economics is a sosial science which
studies the economics problems of a people imbued with the values of Islam. Jadi
Manna menjelaskan bahwa ilmu ekonomi Islam merupakan bentuk pengetahuan
sosial yang mengamati fenomena-fenomena ekonomi masyarakat yang didasarkan
pada nilai-nilai Islami.
2. M. Umer Chapra (1999), Islami economics was defined as that branch which helps
realize human well-being through and allocation and distribution of scarce
resources that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly curbing
Individual fredom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances.
Penjelasan Chapra mengenai ekonomi Islam adalah suatu pemikiran yang
mendorong terelisasinya kebahagian manusia dengan penggunaan alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas namun tetap pada koridor ajaran Islam tanpa
ada kebebasan yang diberikan pada individu atau perilaku makro yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
3. Syed Nawab Haider Naqvi (2003), ilmu ekonomi Islam adalah bentuk kajian
mengenai perilaku seorang muslim yang refresentatif pada masyarakat muslim
modern.
4. Khurshid Ahmad (1980), menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah bentuk upaya
terstruktur dalam mempelajari gejalah ekonomi dan tingkah laku manusia yang
berkenaan dengan fenomena ekonomi dalam persepektif ekonomi Islam.
5. Muhammad Baqir al-Sadr (2000), mendefiniskan ekonomi Islam bukan merupaka
ilmu pengetahuan melainkan bentuk doktrin, karena menjadi jalan yang
ditunjukkan Islam dalam mengamalkan ekonomi dalam kehidupan dan bukan
hanya sekedar penafsiran yang Islam yang dengannya menjelaskan kejadian-
kejadian yang terjadi pada kehidupan ekonomi serta hukum yang diberlakukan di
dalamnya
Penjelasan mengenai ekonomi Islam di atas, dapat dimaknai bahwa ekonomi
Islam merupakan sebuah pangkal ilmu pengetahuan yang berusaha memberikan
pandangan, analisis, dan menuntaskan gejala-gelaja ekonomi yang timbul di
masyarakat akibat dari aktivitasnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang diambil
dengan jalan Islami yaitu berlandaskan dari Al-Qur’an dan Sunnah.

KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

Konsep ekonomi Islam bukan hanya sekedar pada pemenuhan fisik-material


dari setiap individu, kelompok ataupun negara saja. Akan tetapi konsep ekonomi Islam
juga sangat mementingkan pemenuhan kebutuhan lainnya yang merupakan elemen-
elemen terpenting dalam mencapai kehidupan yang sejahtera dan lebih baik lagi. Salah
satu aspek pemenuhan yang harus diperhatikan adalah membangun keimanan dalam
diri setiap individu, karena hal demkian menjadi dasar perilaku individu atau
kelompok masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Apabila pondasi keimanan
individu atau masyarakat itu kuat dan baik, maka aktivitas ekonomi yang dilakukan
akan baik pula karena adanya konsep Islam yang dipegang teguh secara kaffah
(Mundir, 2015)
Karim (2018), menjelaskan bahwa ekonomi Islam digambarkan sebagai sebuah
bangunan yang dilandasi lima dasar nilai universal yaitu; penghambaan total pada
Allah (Tauhid), keadilan (al-‘adl), meneladani Nabi Muhammad (nubuwwah), manusia
sebagai khilafah Allah di bumi (khilafah), dan orientasi pada hasil akhirat (ma’ad). Lima
dasar yang menjadi landasan dari ekonomi Islam ini, para pelaku ekonomi diharapkan
mampu merealisasikan sebagai sistem yang kongkrit dan bukan sekedar menjadi
tataran akademik belaka. Selain itu, dari lima dasar nilai universal prinsip ekonomi
Islam, tumbuh cikal bakal prinsip pokok sistem ekonomi Islam diantaranya
kepemilikan ganda (Multiple owership), kebebasan berperilaku (freedom of act), dan
keadilan sosial (social justice). Sehingga untuk membangun ekonomi Islam yang kuat
harus dilandasi dengan lima dasar yang universal yang melahirkan tiga prinsip pokok
sistem ekonomi yang digerakkan dengan cara Islami oleh para pelaku. Hal ini dilihat
dari gambaran mengenai bangunan ekonomi Islam berikut.

Akhlak
Perilaku Islam dalam
bermuamalah

Multiple freedom social


owership of act justice Prinsip-prinsip Sistem
Ekonomi Islam

Tauhid al-‘adl nubuwwah khilafah ma’ad Teori Ekonomi Islam

Sumber : (Wahyudi et al.,( 2022). Gambar 1. Bangunan Ekonomi Islam

1. Teori Ekonomi Islam


Ekonomi Islam merupakan suatu bentuk sistem dan displin ilmu pengetahuan
yang kehadiaranya untuk mengisi ketidak sempurnaan sistem pengetahuan
ekonomi sebelumnya dalam memberikan solusi pada masalah-masalah
perekonomian masyarakat, yang terdiri dari tiga aspek dasar, yaitu apa,
bagaimana, dan untuk siapa? Ketika diartikan dalam bahasa Inggris berarti what,
how, and for who? Inilah tiga aspek dasar yang menjadi pertanyaan bahwa
perekonomian di suatu negara ingin diarahkan ke mana ?(Wahyudi et al., 2022).
a. Tauhid (Keyakinan)
Pembahasan mengenai tauhid merupakan sesuatu yang sangat pokok dalam
ajaran Islam, karena hal tersebut merupakan suatu bentuk pengakuan setiap
individu yang berupa keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan hanya
kepada-Nya kita menyembah, serta tidak ada zat yang patut disembah selain
Allah. Adanya keyakinan bahwa Allah SWT pemilik segala apa yang ada di muka
bumi dan apa yang ada di langit, sehingga hal ini yang mendasari dalam
pelaksanaan perekonomian Islam. Seperti halnya dalam Firman Allah SWT Q.S
Al-Baqarah : 284, “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha atas segala sesuatu”.
Pada umumnya konsep tauhid ada dua bagian, yaitu pertama tauhid uluhiyah
yang merupakan bentuk keyakinan bahwa Allah hanya satu tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Erat kaitannya dengan hal ini, bahwa Allah satu-satunya
Tuhan yang disembah dan Dialah yang mengetahui segala sesuatu. kedua
tauhid rububiyah yang berkaitan dengan segela sesuatu yang ada di bumi dan
apa yang di langit diciptakan oleh Allah. Artinya bahwa keberadaan Allah kita
yakini melalui segela bentuk ciptaanNya (lly Yanti, 2009).
b. Al-‘adl (Keadialan)
Konsep keadilan dalam Islam dipandang penting dan sudah menjadi kewajiban
yang harus ditegakkan dalam aspek apapun dalam kehidupan masyarakat,
terutama pada aspek ekonomi. Namun konsep keadilan dalam Islam tidak sama
seperti yang diklaim oleh komunisme yang mensyaratkan keseteraan dan
persamaan, karena tidak sesuai dengan hakikat dari manusia itu sendiri, bahwa
Allah menciptakan perbedaan di setiap individu. Selain itu, dasar keadilan
tercermin dalam Q.S an-Nahl :90, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran“.
Konsep al-‘adl dalam ekonomi Islam adalah setiap individu terpenuhi
kebutuhan pokoknya, sumber pendapatan yang baik, dan adanya
pendsitribusian yang merata (Adinugraha, 2013). Hal tersebut, sesuai dengan
firman Allah dalam Q.S Al-An’am : 152, “Dan janganlah kamu mendekati harta
anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai
(usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan yang adil. Kami
tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu
berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat mu dan penihilah janji
Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat ”
c. Nubuwwah (Kenabian)
Konsep kenabian dalam menjalankan perekonomian yaitu sebagai pelaku
ekonomi Islam menjadikan nabi muhammad sebagai teladan dalam melakukan
kegiatan ekonomi, karena nabi diutus oleh Allah untuk menyampaikan
pengajaran kepada umat manusia agar dapat menjalani kehidupan dengan baik
dan benar, terutama dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini, sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Q.S al-Azhab 21, “Sungguh telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Selain itu, pada diri Rasulullah terdapat empat sifat yang sering dijadikan dasar
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam melakukan kegiatan
ekonomi seperti bisnis dan perdaganagan. Adapun keempat sifat yang
dimaksud, yaitu shiddiq, Amanah, fathanah, dan tabligh.
d. Khilafah (Kekuasaan)
Pelaksanaan kegiatan ekonomi tidak terlepas dari peran pemerintah, meskipun
pemerintah hanya memainkan peran kecil. Namun dalam kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh setiap individu, pemerintah mempunyai hak untuk ikut
andil di dalamnya, baik dalam bentuk pengawasan, mengontrol, atau pun
bahkan ikut melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak bisa
diselesaikan oleh setiap individu. Sehingga sebagai pelaku ekonomi Islam,
tentunya perlu ada keseriusan dalam mematuhi aturan-aturan yang diterbitkan
pemerintah. Karena pemrintah memliki peran utama untuk memastikan tidak
ada pelanggaran aturan yang telah diusulkan, baik pelanggaran hak asasi
manusia atau perilaku menyimpang dalam kegiatan perekonomian, sehingga
perekonomian bisa berjalan dengan lancar.
Iman al-Gazali menyatakan, bahwa maqhasid al-syariah harus dapat dicapai
atau kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan melalui maqhasid al-syariah
(Mukti, 2022). Firman Allah SWT dalam Q.S an-Nisa ayat : 59, “Wahai orang-
orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa Muhammad, taatilah Allah,
rasul-rasul- Nya dan penguasa umat Islam yang mengurus urusan kalian dengan
menegakkan kebenaran, keadilan dan melaksanakan syariat. Jika terjadi
perselisihan di antara kalian, kembalikanlah kepada alQur'ân dan sunnah Rasul-
Nya agar kalian mengetahui hukumnya”.
e. Ma’ad (Hasil)
Hasil akhir dari kegiatan ekonomi akan mendapatkan imbalan dan akan
dipertanggungjawabkan. Setiap pelaku ekonomi harus percaya bahwa apapun
bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan dan pada hasil akhirnya mereka
percaya bahwa apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan baik di
dunia maupun di akhirat. Sehingga pembicaran ma’ad harus selalu diingat oleh
pelaku ekonomi, karena semakin diingat pembicaraan ma’ad, maka perilaku
manusia akan lebih mudah dikendalikan dalam menjalani segela aktivitas
dalam kehidupan di dunia ini. Contoh yang sederhana dari ma’ad, yaitu pada
persepketif Islam, dunia merupakan tempat untuk melakukan segala bentuk
aktivitas, terutama dalam melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat, karena
baik atau buruknya yang dilakukan seseorang pasti akan
dipertanggungjawabkan dari hasil yang mereka lakukan, sehingga dunia juga
sering disebut sebagai ladang akhirat. Artinya apa dunia ini tempat melakukan
amalan-amalan shaleh atau perbuatan yang bermanfaat, untuk melakukan
aktivitas ekonomi yang baik dan benar, karena semua apa yang dilakukan akan
dipertanggungjawabkan dan diharapkan mendatangkan balasan kebahagian
dari apa yang telah dilakukan semasa hidup di dunia.

2. Prinsip-Prinsip Sistem Ekonomi Islam


Pada bagian ini, prinsip sistem ekonomi Islam dijadikan sebagai tiang dalam
bangunan ekonomi Islam yang merupakan hasil turunan dari nilai universal.
Prinsip Kepemilikan Ganda (Multiple Owership) berasal dari konsep dasar dari nilai
tauhid dan al-‘adl, artinya bahwa Islam meyakinin adanya kepemilikan pribadi,
negara dan campuran, namun yang menjadi kepemilikan sepenuhnya adalah Allah
SWT. Kebebasan Berperilaku (Freedom Of Act) berasal dari konsep nilai nubuwwah,
al-‘adl dan khilafah, artinya bahwa dalam melakukan kegiatan ekonomi, setiap
individu diberikan kebebasan, namun dalam aktivitasnya harus mencontohi sifat
para nabi, menjunjung tinggi keadilan sosial, dan mematuhi kebijakan yang
diusulkan pemerintah. Keadilan Sosial (Social Justice) yang berasal dari konsep nilai
khilafah dan ma’ad, artinya pemerintah dan pelaku ekonomi punya tanggungjawab
untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tanggungjawab dalam menciptakan
keseimbangan sosial agar tidak terjadi ketimpangan antara yang mampu dan
kurang mampu.
a. Kepemilikan Ganda (Multiple Owership)
Kepemilikan dalam ekonomi Islam mengakui adanya kepemilikan individu dan
kelompok, namun menekankan kepemilikan seutuhnya adalah Allah SWT.
Kepemiliki individu sifatnya hanya sementara saja karena merupakan titipan
dari Allah dan akan dipertanggungjawabkan di hari akhir atas penggunaan
kepemiliki yang telah diberikan oleh Allah. Selai itu, kepemilikan kelompok
dalam Islam pemerintah harus mampu menguasasi komuditas tertentu, seperti
kebutuhan yang secara umum dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Hal
ini dilakukan untuk menghindari terjadi tindakan kezaliman
b. Kebebasan Berperilaku (Freedom Of Act)
Ekonomi Islam, meyakini bahwa setiap individu memiliki kebebasan
berperilaku dalam segela bentuk kegiatan dengan syarat kebebsan individu
lainnya tidak terganggu dan segela bentuk perilakunya akan diminta
pertanggungjawabannya di hari akhir. Maka dalam hal ini prinsip kebebasan
berperilaku akan membentuk mekanisme secara alamiah, sehingga pemerintah
diminta untuk tetap mengontrol mekanisme perekonomian masyarakat. Selain
itu kebesasan berperilaku diadasrkan pada konsep nilai nubuwwah, al’adl dan
khalifah yang ketika nilai tersebut telah dibentuk dalam diri individu, maka
tidak sulit untuk mengimplementasikan ekonomi Islam dalam melakukan
kegiatan ekonomi.
c. Keadilan Sosial (Social Justice)
Untuk mewujudkan perekonomian yang adil, pemerintah harus mampu mampu
mengontrol harga naupun pasar dalam kondisi tertentu. Karena konsep dari
keadilan sosial artinya ada perasaan saling suka sam suka atau tidak kezaliman
diantaranya, sehingga peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam
mewujudkan keadilan sosial yang berlandaskan suka sama suka.
Konsep teori dan prinsip ekonomi Islam yang kuat tidak menuntut bangunan
ekonomi yang lebih kokoh, akan tetapi untuk melengkapi hal tersebut harus
ditopang dengan akhlak. Karena dengan akhlak , pelaku ekonomi akan
melakukan kegiatan ekonomi yang tidak sampai merugikan orang lain.
Sehingga akhlak berada pada posisi puncak untuk senantiasa dijadikan tujuan
dari Islam, karena akhlaklah yang akan menggerakan terwujudnya kegiatan-
kegiatan ekonomi yang tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam
KARATERISTIK EKONOMI ISLAM

Pembahasan terkait sistem ekonomi Islam tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an
dan sunnah, namun hanya pembicaraan yang berkaitan dengan prinsip dasar saja. Al-
Qur’an dan sunnah lebih banyak membicarakan bagaimana seharunya pelaku ekonomi
bermuamalah baik itu sebagai konsumen, produsen, ataupun sebagai pemiliki aset.
Ekonomi Islam hanya lebih menegaskan pada empat filar, yaitu;
1. Unity (Kesatuan)
2. Equilibrium (Keseimbangan)
3. Free Will (Kebebasan)
4. Responsibility (Tnggung jawab)
Penguasaan dan pemanfaatan sektor ekonomi oleh umat Islam dalam cakupan lebih
luas dan komperenshif sudah mendapat dukungan dan respon dari dasar ekonomi
Islam, seperti penguasaan sektor perdagangan, industri, pertanian, keuangan jasa dan
sektor perekonomian. Hal tersebut, ditujukan hanya untuk kepentingan bersama dan
kemaslahatan umat (Hafidhuddin, 2003).

TUJUAN EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam sudah menjadi rahmat bagi alam semesta, yang tidak dibatasi oleh
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Nilai fenomena di masyarakat
mampu diselesaikan oleh ekonomi Islam, sehingga sumber teori ekonomi Islam tidak
ditinggalkan dalam penyelesaiannya. Pelaksana kegiatan ekonomi Islam dalam
kehidupan masyarakat, pastinya memiliki tujuan yang harus dicapai setiap individu.
Mundir (2015), menyebutkan beberapa tujuan dari ekonomi Islam, diantaranya;
1. Adanya keselerasan bagi kehidupan yang diberikan di dunia
2. Seluruh umat manusia di muka bumi ini bisa mersakan nilai Islam, tanpa ada
pengeculian di dalamnya
3. Esensi dari proses ekonomi Islam dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan
umat manusia yang didasarkan pada nilai-nilai Islam untuk meraih
kebahagian dunia dan akhirat (falah)

NILAI-NILAI EKONOMI ISLAM


Pelaksanaa kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, tentunya ada nilai-nilai
dan norma-norma yang harus diperhatikan dan diikuti dalam proses pelaksanaannya.
Selain daripada itu, sebagai pelaku ekonomi juga harus memperhatikan
tanggungjawab dari apa yang telah dilakukan. Menurut Mundir (2015), nilai-nilai
ekonomi Islam mengacu pada dua aspek, yaitu

1. Mengacu Pada Norma-Norma Islam


Pada proses pemenuhan kebutuhan atau memperoleh harta dibolehkan dengan
menggunakan cara apapun, selama mematuhi norma-norma yang telah ditetapkan
dalam ajaran Islam. Norma-norma demikian adalah carilah harta yang hal dan
baik, tidak berbuat zalim atau dizalimi, menjauhi perilaku yang mengandung riba,
maisir, dan gharar, serta menunaikan tanggungjawab sosial berupa zakat, infak
dan sedekah

2. Keadilan Dan Persaudaraan Universal


a. Keadilan Sosial
Manusia dihadapan Allah memiliki derajat yang sama, bahkan Islam
menganggap semua umat manusia sebagai satu keluarga. Kaya atau miskinnya
seseorang bukan menjadi ukuran derajat sosial dihadap hukum Allah, namun
yang membedakan manusia dihadapan Allah adalah ketakwaan, ketelusan hati,
kemampuan, dan pelayanan kepada sesama umat manusia. Konsep keadilan
sosial yang dimaksudkan dalam ekonomi Islam, yaitu ditegakkannya keadilan
sosial dalam bidang ekonomi dengan penuh rasa persaudaraan, kecintaan,
tolong menolog antara pelaku ekonomi yang memliki cukup banyak aset
dengan yang kekurang aset dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Keadilan Ekonomi
Hak ekonomi pada setiap individu akan diberikan sesuai dengan apa yang
mereka usahakan, baik dari kontribusi materi ataupun non materi. Jadi selain
konsep sosial yang diakui dalam ekonomi Islam, konsep ekonomi secara
kepemilikan individu juga diakui dan setiap individu berhak atas apa yang telah
mereka usahakan.

Anda mungkin juga menyukai