PENDAHULUAN
Kedatangan Islam sebagai bentuk risalah samawi yang universal, tidak lain
untuk menangani tatanan kehidupan umat manusia diberbagi kondisi, baik dari segi
spiritual maupun material. Maksudnya adalah Islam tidak hanya berbicara tentang
keyakinan, akan tetapi Islam juga membicarakan persoalan kondisi sosial politik, adat
istiadat, dan terlebih dengan kondisi perekonomian umat manusia. Sehingga Islam
diungkap sebagai istilah ad-din yang artinya membahas persoalan aqidah dan syariah,
sebagai bentuk kesempurnaan, umat manusia dapat menjadikan Islam sebagai
pedoman yang lengkap dari segi konsep dan sistem dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi.
Kegiatan ekonomi dalam ajaran Islam, sangat menarik untuk selalu dikaji,
karena kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari umat manusia merupakan
wadah dalam roda kehidupan untuk mengumpulkan dan memenuhi kebutuhan
fisiknya, baik dari aspek individu maupun kelompok. Selain itu, pada seluruh aspek
kehidupan, Islam juga mengharuskan umat manusia untuk taat dan mengamalkan
ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Sehingga sebagai seorang hamba yang taat
kepada Allah, sudah seharusnya dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi baik itu
berupa bisnis ataupun usaha lainnya berdasar pada ajaran Islam dalam transaksinya.
Demikian bahwa agama Islam sudah menjadi bagian ekonomi yang merupakan
bagian dari kehidupan manusia yang bersumber dari Aj-Qur’an dan Sunnah.
Menjadikan sumber mutlak, kedudukan Islam menjadi istimewa jika dibandingkan
dengan agama lain, sehingga dalam pengkajian ekonomi dalam pespektif ekonomi
Islam sesuatunya mengarah pada aqidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah (Maharani, 2018). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan ekonomi islam adalah suatu konsep yang direalisasikan melalui
prinsip-prinsip ekonomi yang disesuaikan ajaran Islam.
DEFINISI EKONOMI ISLAM
Akhlak
Perilaku Islam dalam
bermuamalah
Pembahasan terkait sistem ekonomi Islam tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an
dan sunnah, namun hanya pembicaraan yang berkaitan dengan prinsip dasar saja. Al-
Qur’an dan sunnah lebih banyak membicarakan bagaimana seharunya pelaku ekonomi
bermuamalah baik itu sebagai konsumen, produsen, ataupun sebagai pemiliki aset.
Ekonomi Islam hanya lebih menegaskan pada empat filar, yaitu;
1. Unity (Kesatuan)
2. Equilibrium (Keseimbangan)
3. Free Will (Kebebasan)
4. Responsibility (Tnggung jawab)
Penguasaan dan pemanfaatan sektor ekonomi oleh umat Islam dalam cakupan lebih
luas dan komperenshif sudah mendapat dukungan dan respon dari dasar ekonomi
Islam, seperti penguasaan sektor perdagangan, industri, pertanian, keuangan jasa dan
sektor perekonomian. Hal tersebut, ditujukan hanya untuk kepentingan bersama dan
kemaslahatan umat (Hafidhuddin, 2003).
Ekonomi Islam sudah menjadi rahmat bagi alam semesta, yang tidak dibatasi oleh
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Nilai fenomena di masyarakat
mampu diselesaikan oleh ekonomi Islam, sehingga sumber teori ekonomi Islam tidak
ditinggalkan dalam penyelesaiannya. Pelaksana kegiatan ekonomi Islam dalam
kehidupan masyarakat, pastinya memiliki tujuan yang harus dicapai setiap individu.
Mundir (2015), menyebutkan beberapa tujuan dari ekonomi Islam, diantaranya;
1. Adanya keselerasan bagi kehidupan yang diberikan di dunia
2. Seluruh umat manusia di muka bumi ini bisa mersakan nilai Islam, tanpa ada
pengeculian di dalamnya
3. Esensi dari proses ekonomi Islam dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan
umat manusia yang didasarkan pada nilai-nilai Islam untuk meraih
kebahagian dunia dan akhirat (falah)