Anda di halaman 1dari 19

Kegiatan Ekonomi Syariah Islam di Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas 1 Islam Disiplin Ilmu

Disusun oleh:

Bayu Nugraha Libriansyah 10090315132

Hamzah 10090315161

Ginda Bintang Pratama Putra 10090315147

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam diturunkan ke bumi dilengkapi dengan jalan kehidupan yang baik (syari’ah) yang
diperuntukkan untuk manusia, yaitu berupa nilai-nilai yang diungkapkan secara fungsioanal dan
dalam makna yang kongkret yang ditujukan untuk mengarahkan kehidupan manusia, baik secara
individual maupun secara kolektif kemasyarakatan (sosial).

Syari’ah, oleh para ahli adalah sebuah jalan yang ditetapkan Allah dimana manusia harus
mengarahkan hidupnya untuk merealisir kehendak Allah sebagai syari’ (pembuat syari’ah) yeng
menyangkut seluruh tingkah laku, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Terutama dalam
hal transaksi hukum dan social serta semua tingkah laku pribadi, dalam arti keseluruhan cara
hidup yang komprehensif.1 Untuk mencapai maqasid asy-syari’ah, diperlukam perangkat untuk
menganalisi setiap perbuatan hukum yang dilakukan mukallaf dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya. Sehingga, apa yang dikehendaki syari’ah dalam mengatur hubungan vertikal (hablun
minAllah) maupun hubungan horizontal (hablun minannas) bisa tercapai dalam rangka mencapai
kemaslahatan umum.

Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang
memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi prosedur transaksinya
sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa
dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam tidak hanya diukur dari aspek
materilnya, namun mempertimbangkan dampak sosial, mental dan spiritual individu serta
dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.

Syariat Islam telah mengajarkan tatacara manusia dalam menjalankan hidupnya dari segala
aspek. Tidak hanya dalam aspek religious, tetapi juga mengatur perilaku manusia sebagai
mahluk sosial, menjaga hubungan antar sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, dan
menghindarkan dari perilaku-perilaku menyimpang agar dapat tercipta kedamaian dan
ketentraman.
Syariat Islam mengatur segala hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomis manusia,
sehingga tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan dunia, tetapi juga kebahagiaan di Akhirat
kelak. Dalam memenuhi keperluan hidup, syariat Islam menganjurkan untuk saling bekerjasama
dan tolong menolong selama dalam hal kebaikan dan terhindar dari kemungkaran. Dalam bisnis-
bisnis konvensional, segala sesuatunya mengacu pada satu titik, yaitu mendapat keuntungan
materil. Dampak yang ditimbulkan dari tujuan awal bisnis konvensional menyebabkan pelaku
bisnis cenderung untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga kurang
memperhatikan dampak yang di timbulkan bagi individu lain. Hal ini sangat berbeda dengan
bisnis-bisnis yang dilandasi atas hukum Islam. Implementasi dari bisnis yang berbasis syariah
tidak hanya berfokus pada mencari keuntungan/laba secara materil, namun aspek keuntungan
non-materil yaitu, kesabaran, kesukuran, kepedulian, serta menjauhkan diri dari sifat kikir dan
tamak. Bisnis yang dilandasi oleh syariah dapat menjauhkan pebisnis dari perbuatan tercela,
penipuan, merusak lingkungan, dan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri
maupun lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian mendasar dari Kegiatan Ekonomi Syariah Islam?
b. Apa prinsip – prinsip Kegiatan Ekonimi Syariah Islam?
c. Apa Tujuan dan Manfaat dari Kegiatan Ekonommi Syariah Islam?
d. Bagaimana perkembangan Kegiatan Ekonomi Syariah Islam di Indonesia?
e. Eksistensi dari Kegiatan Ekonomi Syariah Islam di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi islam (syariah) dan lembaga keuangan islam mulai muncul dalam tatanan dunia
internasional pada dekade 70-an. Sejak saat itu kajian ilmiah tentang sistem ekonomi islam
banyak dijadikan bahan diskusi kalangan akademisi. Hasil kajian tersebut dalam tataran aplikatif
mulai menuai hasilnya dengan berdirinya bank-bank islam dikawasan Timur Tengah antara lain
Islamic Development,Bank di Jeddah tahun 1975.

Untuk lebih melengkapi pemahaman Anda mengenai ekonomi syariah, di bawah ini
terdapat 5 definisi ekonomi syariah menurut para ahli:

Menurut Yusuf Qardhawi Ekonomi syariah merupakan ekonomi yang berdasarkan pada
ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik tolak dari Allah, tujuan akhirnya kepada Allah, dan
memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syari’at Allah.

Menurut Umer Chapra Ekonomi islam (ekonomi syariah) merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang membantu manusia dalam mewujudkan kesejahteraannya melalui alokasi dan
distribusi berbagai sumber daya langka sesuai dengan tujuan yang ditetapkan berdasarkan
syariah (al–‘iqtisad al–syariah) tanpa mengekang kebebasan individu secara berlebihan,
menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi, atau melemahkan solidaritas
keluarga dan sosial serta ikatan moral yang terjalin di masyarakat.

Menurut Muh. Nejatullah ash-Shiddiqi Ekonomi syariah adalah tanggapan atau respon
para pemikir muslim terhadap berbagai tantangan ekonomi pada masa tertentu. Dalam hal ini
ekonomi dituntun oleh Al-Qur’an dan sunnah serta akal (pengalaman dan ijtihad).

Menurut S. M. Hasanuzzaman Ekonomi syariah adalah pengetahuan dan aplikasi


ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan
pengeluaran sumber-sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan
mereka melaksanakan kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.
Menurut Veithzal Rivai dan Andi Buchari Ekonomi syariah adalah suatu ilmu
multidimensi atau interdisiplin, komprehensif dan saling berhubungan, mencakup ilmu Islam
yang bersumber dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW serta ilmu-ilmu rasional.

Secara definisi, ekonomi Islam atau sering juga disebut sebagai ekonomi Syariah dapat di
definisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda menurut perspektif Islam
(tadbir syu’un al-mal min wijhah nazhar al-islam) (an-Nabhani,1990). Al-Qur’an dan Sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum muslim berperilaku baik sebagai
produsen,konsumen,maupun sebgai pemilik modal, tetapi memang hanya sedikit yang secara
langsung membahas tentang system ekonomi.

Secara garis besar diungkapkan bahwa ekonomi dalam islam harus mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi Syariah menekankan
empat sifat :

1. Kesatuan (Unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggung jawab (Responsibilty)

2.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Syariah

Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah, tauhid si bidang ekonomi
berarti menempatakan Allah sebagai sang maha pemilik yang selalu hadir dalam setiap nafas
kehidupan manusia muslim. Dengan menempatkan Allah sebagai satu-satunya pemilik maka
otomatis manusia akan di tempatkan sebagai pemilik “ hak guna pakai” sementara terhadap yang
dimilikinya (Munawar, 2012).

Oleh karena itu senber hukum yang di gunakan dalam ekonomi syariah adalah :

1. Alquranul Karim

Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum ekonomi Islam yang
Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna memperbaiki, meluruskan dan membimbing Umat
manusia kepada jalan yang benar. Didalam Alquran banyak tedapat ayat-ayat yang melandasi
hukum ekonomi Islam, salah satunya dalam surat An-Nahl ayat 90 yang mengemukakan tentang
peningkatan kesejahteraan Umat Islam dalam segala bidang termasuk ekonomi.

2. Hadis dan Sunnah

Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis dan Sunnah. Yang mana para pelaku
ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila didalam Alquran tidak terperinci secara
lengkap tentang hukum ekonomi tersebut.

3. Ijma'

Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik dari
masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran dan Hadis.

4. Ijtihad atau Qiyas

Ijtihad merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan sedikit banyaknya
kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan qiyasadalah pendapat yang merupakan alat
pokok ijtihad yang dihasilkan melalui penalaran analogi.

5. Istihsan, Istislah dan Istishab

Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum yang lainnya dan telah
diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat mazhab (Atika, 2015).

2.2 Prinsip – prinsip Kegiatan Ekonomi Syariah Islam

Para pemikir ekonomi Islam berbeda pendapat dalam memberikan kategorisasi terhadap
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sebagaimana dikutip Muslim H. Kara, Khurshid Ahmad
mengkategorisasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada: Prinsip tauhid, rub-biyyah, khilafah, dan
tazkiyah. Prinsip ekonomi Islam juga dikemukakan Masudul Alam Choudhury, dalam bukunya,
Constributions to Islamic Economic Theory sebagaimana dikutip Muslim H. Kara Ekonomi
Islam menurutnya didasarkan pada tiga prinsip, yaitu: (1) the principle of tawheed and
brotherhood (prinsip tauhid dan persaudaraan), (2) the principle of work and productivity
(prinsip kerja dan produktifitas), dan (3) the principle of distributional equity (prinsip
pemerataan dalam distribusi). Sedangkan menurut Sadr, ekonomi Islam terdiri dari tiga
komponen dasar, sesuai dengan konten yang teoretis yang dibedakan dari teori ekonomi lain,
yaitu: Prinsip kepemilikan multi-faceted, Prinsip kebebasan ekonomi dalam batas yang
ditetapkan, dan Prinsip keadilan sosial. Menurut Adiwarman Karim, Bangunan ekonomi Islam
didasarkan atas lima nilai universal, yakni : Tauhid (keimanan), Adl (keadilan), Nubuwwah
(kenabian), Khilafah (pemerintahan), dan Ma‟ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi
untuk menyusun proporsi-proporsi dan teori-teori ekonomi Islam.

Dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivative yang
menjadi cita-cita dan cikal bakal sistem ekonomi Islami. Ketiga prinsip tersebut adalah multiple
ownership (kepemilikan multi jenis), freedom to act (kebebasan berusaha), dan social justice
(keadilan sosial). Di atas semua konsep dan prinsip dibangunlah konsep akhlak yang memayungi
semua prinsip. Akhlak menempati posisi paling atas karena tujuan utama dakwah Islam adalah
menyempurnakan akhlak manusia.

Sedangkan menurut Metwally yang telah di kutib Zinul Arifin, Prinsi-prinsip Ekonomi
dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dalam ekonomi, manusia di titipkan amanah oleh Allah berupa berbagai Sumber Daya.
Sehingga manusia harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, demi kesejahteraan
bersama. Yang paling terpenting adalah pemanfaatannya dapat di pertanggung jawabkan
di akhirat kelak.
b. Bahwa orang islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.yang
berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Islam menolak untuk pendapatan yang di
peroleh secara tidak sah.
c. Islam mendorong manusia berusaha untuk bekerja agar dapat mendapatkan materi atau
harta dengan berbagai cara, asal mengikuti aturan atau hukum yang telah di sepakati.
seperti halnya dalam firman Allah, surah (QS 4:29)
d. Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya di miliki oleh orang-orang kaya saja, dan harus
berperan sebagai kapital produktif yang nantinya akan meningkatkan besaran produk
nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersama.
e. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya dialokasikan untuk
kepentingan orang banyak. Prinsip ini sesuai dengan sunnah Rasulullah menyatakan
bahwa “Masyarakat mempunyai hak yang sama atas air, padang rumput, dan api.”
Sunnah Rasullulah tersebut mengkhendaki semua kekayaan alam yang ada di bumi untuk
kepentingan bersama dan bukan untuk kepentingan pribadi.
f. Seorang muslim harus taat dan tunduk kepada Allah dan hari pembalasan pertanggung
jawaban di akhirat nanti (QS 2:281). Hal itu sudah jelas dan sesuai dengan surah dalal Al-
qur’an. Oleh karenanya islam mencela adanya mengambil keuntungan yang berlebihan
g. Zakat harus di bayarkan orang islam atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
Zakat merupakan alat distribusi sebagai kekayaan orang kaya atau sebagai sanksi atas
penguasaan harta tersebut, tujuannya adalah untuk orangorang miskin dan orang yang
membutuhkan. Menurut beberapa pendapat ulama, zakat dikenakan 2,5% untuk semua
kekayaan ang tidak produktif (idle assets), dan termasuk di dalamnya terdapat uang kas,
deposito, emas, perak dan permata, dan 10% dari pendapatan bersih investasi.
h. Islam melarang setiap pembayaran bunga atas bebagai macam bentuk pinjaman. Entah
pinjaman ituberasal dari teman, perorangan, perusahaan, ataupun instansi lainnya yang
berkaitan dengan peminjaman tersebut.

2.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan Ekonomi Syariah Islam

Tujuan Ekonomi Syariah

1. Konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia
2. Alat pemuas kebutuhan manusia seimbang dengan tingkat kualitas manusia agar ia
mampu meningkatkan kecerdasan dan kemampuan teknologinya guna menggali sumber-
sumber alam yang masih terpendam
3. Dalam pengaturan ditribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai-nilai moral harus
diterapkan
4. Pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan seseorang yang
diperoleh dari usaha halal, maka zakat sebagai sarana distribusi pendapatan merupakan
sarana ampuh.

Menurut Nik Mustafa, islam berorientasi pada tujuan (goal oriented). Prinsip-prinsip yang
mengarahkan pengorganisasian kegiatan-kegiatan ekonomi pada tingkat individu dan kolektif
bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan menyeluruh yang menyeluruh dalam tata sosial islam.
Secara umum tujuan-tujuan itu dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama dan luas bagi semua orang
untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.
2. Memberantas kemiskinan absolute dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi
semua individu masyarakat.
3. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan, dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi.

Manfaat Ekonomi Syariah

Dalam perspektif keyakinan seorang muslim setiap aktivitas apa pun yang didasarkan
pada tuntunan syariah akan membawa manfaat bagi kehidupannya. Dengan mengamalkan
ekonomi syariah jelas mendatangkan banyak manfaat yang besar bagi umat Islam itu sendiri,
diantaranya

1. Keberkahan

Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah akan mendapatkan keuntungan duniawi dan
ukhrawi. Banyak mereka yang sudah mengimplementasikan kemudian memberi testimoni bahwa
salah satu keungulan bentuk harta yang halal adalah keberkahan. Dalam prakteknya seberapapun
besarnya harta yang diterima maka akan selalu cukup dengan kebutuhan yang ditanggung. Baik
diterima besar maupun kecil.

2. Tanpa ada pihak yang dirugikan

Dengan melakukan praktek ekonomi berdasarkan syariah Islam selain mendapatkan nilai
ibadah akan ada keadilan didalamnya. Sistem pembagian keuntungan ekonomi syariah
ditetapkan dengan sistem bagi hasil yang telah disepakati semua pihak. Dalam hukum Islam
apabila terdapat satu atau lebih pihak yang merugi karena pengambilan keuntungan yang terlalu
besar diluar kesepakatan maka hal ini termasuk penganiayaan dan diharamkan.

3. Distribusi merata

Bahkan untuk tuntunan yang mungkin terlihat sebagai sesuatu yang berat dan menyakitkan,
akan ada hikmah yang membawa kemaslahatan (QS. 2:216). Dalam skala makro dapat
dipastikan penerapan ekonomi syariah akan memeratakan distribusi pendapatan dan kekayaan
seperti halnya era Abdullah ibn Umar. Dari sinilah peran zakat, infaq sadaqah juga athaya oleh
negara kepada masyarakatnya.

4. Tahan Krisis

Banyak ahli yang telah mengakui salah satu keuntungan ekonomi syariah. Ekonomi syariah
dapat mengurangi kerentanan perekonomian akibat fenomena yang disebut sebagai decoupling
economy. Melalui sistem bagi hasil, ekonomi syariah membuat tidak adanya jarak antara sektor
keuangan dan sektor riil.

5. Pertumbuhan Entrepreneur tanpa riba

Sistem penerapan ekonomi syariah memiliki prinsip bagi hasil (lost and profit sharing) yang
merupakan implementasi keadilan dalam roda perekonomian. Salah satu cerminannya adalah
dalam produk-produk mudharabah danmusyarakah yang telah diterapkan di singapura dan
Inggris. Dalam penerapan transaksi ekonomi mudharabah, dimana pemilik modal (financer) dan
pengelola (enterpreuneur) bersepakat dalam suatu proyek jika mendapatkan keuntungan maka
masing-masing akan mendapat bagian sesuai dengan nisbah yang telah ditetapkan dalam
kontrak. Sementara apabila merugi, maka pihak pertama saja yang kehilangan sebagian dari
modalnya. Sedangkan pihak kedua kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nisbah
keuntungan dan imbalan dari hasil kerjanya selama proyek berlangsung. Fair bukan Dengan
berbagai kelebihan yang dimiliki, penerapan sistem ekonomi syariah jelas merupakan pilihan
yang sangat menguntungkan. Kecuali mereka yang mementingkan eksploitasi.

2.4 Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

A. Sejarah Ekonomi Syariah di Indonesia.

Konsep ekonomi syariah mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 ketika
Bank Muamalat Indonesia berdiri, yang kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga keuangan
lainnya. Pada waktu itu sosialisasi ekonomi syariah dilakukan masing-masing lembaga keuangan
syariah. Setelah di evaluasi bersama, disadari bahwa sosialisasi sistem ekonomi syariah hanya
dapat berhasil apabila dilakukan dengan cara yang terstruktur dan berkelanjutan.
Khusus di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga ekonomi yang
berbasiskan syariah semakin marak di panggung perekonomian nasional. Mereka lahir menyusul
krisis berkepanjangan sebagai buah kegagalan sistem moneter kapitalis di Indonesia. Sejak
berdirinya Bank Muamalat sebagai pelopor bank yang menggunakan sistem syariah pada tahun
1991, kini banyak bermunculan bank-bank syariah, baik yang murni menggunakan sistem
tersebut maupun baru pada tahap membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau divisi usaha syariah.

Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara formal dimulai dengan


Lokakarya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990, yang selanjutnya diikuti dengan
dikeluarkannya UU No 7/ 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi kegiatan bank dengan
prinsip bagi hasil. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang menggunakan pola bagi hasil
pada tahun 1992 menandakan dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di
Indonesia. Selama periode 1992-1998 hanya terdapat satu bank umum syariah dan beberapa
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai pelaku industri perbankan syariah. Pada tahun
1998, dikeluarkan UU No 10/1998 sebagai amandemen dari UU No. 7/1992 tentang Perbankan
yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah.
Selanjutnya, pada tahun 1999 dikeluarkan UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia yang
memberikan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk dapat pula mengakomodasi prinsip-prinsip
syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Kedua UU ini mengawali era baru dalam
perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang ditandai dengan pertumbuhan industri yang
cepat.

Sepanjang tahun 1990an perkembangan ekonomi syariah di Indonesia relatif lambat. Tetapi
pada tahun 2000an terjadi gelombang perkembangan yang sangat pesat ditinjau dari sisi
pertumbuhan asset, omzet dan jaringan kantor lembaga perbankan dan keuangan syariah. Sistem
keuangan Islam telah menjadi salah satu segmen keuangan yang pertumbuhannya paling cepat,
diperkirakan mencapai 20% mulai 2008 hingga 2012. Saat ini ada US $600 miliar asset yang
dikelola oleh perbankan Islam. Diperkitakan akan tumbuh mencapai satu triliyun dollar AS
dalam beberapa tahun mendatang. Pertumbuhan yang pesat juga muncul dari segmen sistem
keuangan Islam, misalnya Islamic mutual fund diperkirakan telah mencapai 300 miliyar dollar
AS dan diperkirakan akan mencapai tiga kali lipat pada akhir dekade ini. Tahun 2007
pertumbuhan luar biasa terjadi pada pasar sukuk dunia yang tumbuh lebih dari 70%. Sukuk baru
yang diluncurkan telah mencapai rekor yang tinggi sekitar 47 miliar dollar AS dan pasar sukuk
dunia telah melebihi 100 miliar dollar AS.

Pada saat yang bersamaan juga mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan
ekonomi Islam, karena salah satu pilar pendidikan nasional adalah relevansi pendidikan atau
interaksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan yang sangat penting. Tujuannya agar
pendidikan menjadi relevan sesuai kebutuhan masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi,
politik, maupun budaya. Sektor ekonomi-industri dan pendidikan harus memiliki sinergi positif
yang saling mendorong perkembangannya. Dengan sinergi positif medan industri diuntungkan,
dan dunia pendidikan dapat diberdayakan. Pendidikan tinggi dapat melakukan berbagai inovasi
melalui Research and Development (R&D) yang mendukung pertumbuhan ekonomi-industri dan
menciptakan pasar bagi produk yang bersangkutan. Perguruan tinggi agama Islam memiliki
peran menentukan bagi arah pengembangan ekonomi syariah dengan melibatkan sumber-sumber
daya yang dimiliki dan berkontribusi secara nyata dalam perkembangan tersebut.

Beberapa diantaranya yaitu:

 STIE Syariah di Yogyakarta (1997),


 D3 Manajemen Bank Syariah di IAIN-SU di Medan (1997),
 STEI SEBI (1999) ,
 STIE Tazkia (2000),
 PSTTI UI yang membuka konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Islam (2001),
 dan STIS Azhar Center yang juga membuka konsentrasi Ekonomi Islam pada tahun
2006.

Perluasan itu juga terkait dalam bidang:

1. Pegadaian
2. Asuransi
3. Koperasi (BMT)
4. Pasar Modal Syariah
5. Pasar Uang
6. dan lembaga keuangan syariah lainnya.
2.5 Eksistensi Kegiatan Ekonomi Syariah Islam di Indonesia

Ekonomi syariah sebenarnya bisa mengambil peran strategis dalam perkembangan


ekonomi nasional. Seperti yang kita tahu, ekonomi syariah terbukti dapat memperkuat
fundament ekonomi secara makro maupun mikro. Pada dasarnya ekonomi syariah adalah
ekonomi pasar yang berbasis nilai-nilai Islam. Ketika Rasullah memimpin Madinah, maka beliau
langsung melakukan perombakan besar pada pasar di Madinah, dimana dilakukannya pelarangan
riba, dan penerapan nilai-nilai islam dalam proses ekonomi yang berlangsung. Ekonomi Syariah
dapat memperkuat pasar dengan mendekatkan sektor makro, malalui jizyah, zakat yang diatur
melalui baitul mal, dengan sektor mikro (manusia/konsumen) dengan adanya muamalah dan
penerapan nilai-nilai islam secara komprehensif dalam kehidupan manusia.  Rule of the game
dalam menjalankan perekonomian pun diatur dengan jelas, baik formal rule (berlandaskan al-
quran dan hadits) maupun informal rule (nilai-nilai, dan norma-norma masyarakat arab saat itu).
Sehingga sangat wajar jika perkonomian islam mencapai masa jayanya saat itu.

Perkembangan ekonomi syariah saat ini memang cukup mengesankan. Dengan jelas kita
bisa melihat bagaimana berbagai produk berbau syariah (bank, sukuk, pegadaian, asuransi)
bermunculan dipasaran. Tetapi perkembangan ekonomi syariah saat ini masih terfokus pada
sektor keuangan saja. Sehingga instrumen sektor lainnya belum berkembang dengan baik.
Perkembangan sektor keuangan syariah memang cukup pesat. Hal ini didukung oleh kenyataan
bank syariah lah yang mampu bertahan saat badai krisis menimpa Indonesia tahun 1997. Pasca
krisis, sektor keuangan syariah tumbuh dengan pesat dan beragam.

A. Lembaga-Lembaga Perekonomian Syariah di Indonesia


1. Badan Amil Zakat.

Badan Amil Zakat adalah sebuah lembaga keagaamaan yang beregerak dalam bidang
perekonomian yang salah satu tugas pokoknya adalah mengentaskan masyarakat khususnya
ummat Islam dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Pembentukan lembaga ini
adalah didasarkan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Badan Amil Zakat diharuskan dibentuk secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat sampai dengan
tingkat kecamatan. Hal ini dimaksudkan agar potensi ummat Islam dalam bentuk zakat, infaq
dan shodaqah dapat diberdayakan secara maksimal sehingga berdaya guna dan berhasil guna.
2. Badan Perwakafan Nasional.

Wakaf adalah merupakan salah satu lembaga ekonomi Islam yang cukup dikenal di
Indonesia, namun satu hal yang sangat disayangkan lembaga ini belum memberikan kontribusi
yang signifikan bagi keberlangsungan bangsa dan Negara. Hal ini disebabkan karena wakaf
sebagai aset berharga ummat Islam dan sangat potensial, belum dimanfaatkan secara maksimal
dan belum menghasilkan secara optimal. Potensi wakaf yang sangat besar tersebut kalaupun
telah dikelola sebahagiannya, namun pengelolaan tersebut belum bersifat produktif, sehingga
dengan demikian maka jadilah harta-harta wakaf itu dalam bentuk lahan tidur yang tidak dapat
menghasilkan secara ekonomis.

3. Baitul Maal Wat Tamwil.

Baitul Maal wat Tamwil adalah merupakan sebuah lembaga Negara yang bergerak dalam
bidang penampungan harta ummat Islam dan Negara. Semua dana yang terkumpul apakah itu
dari pajak maupun dari yang lainnya, kesemuanya dikumpul pada lembaga yang disebut dengan
Baitul Maal Wat Tamwil. Baitul Maal Wat Tamwil ini adalah semacam Kas Negara ataupun
Departemen Keuangan pada zaman modern yang bertugas menyimpan dan mengelola keuangan
Negara sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada public secara transparan dan akuntable.

4. Perbankan Syariah

Perbankan syariah adalah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berdasarkan hukum
Islam yang adalah merupakan sebuah lembaga baru yang amat penting dan strategis peranannya
dalam mengatur perekonomian dan mensejahterakan umat Islam. Kehadiran lembaga perbankan
bukan hanya dapat mengatur perekonomian masyarakat, akan tetapi kehadirannya dapat juga
menghancurkan perekonomian sebuah Negara sebagaimana yang dialami bangsa Indonesia
decade delapan puluhan dan sembilan puluhan.

5. Bank Syariah

Bank Islam ataupun Bank Syariah adalah bank dimana kebanyakan pendirinya adalah orang
yang beragama Islam dan seluruhnya atau sebahagian besar sahamnya kepunyaan orang Islam
sehingga dengan demikian maka kekuasaan dan wewenang baik mengenai administrasi maupun
mengenai yang lainnya terletak di tangan orang Islam.
6. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank perkreditan rakyat yang melakukan
usaha berdasarkan prinsip syariah ataupun disebut juga bank perkreditan rakyat yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam. BPRS ini dapat dibentuk dengan
badan hukum berupa Perseroan terbatas (PT), Koperasi dan Perusahaan Daerah.

7. Asuransi Syariah

Asuransi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko
di antara sesama orang Islam, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung
atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam
kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarruk) yang ditunjuk
untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surat al-
Maidah (5) : 2 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Asuransi seperti ini disebut
dengan Asuransi Syariah.

B. Kendala Penerapan Sistem Ekonomi Islam di Indonesia.


Meskipun dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat
masyarakat terhadap ekonomi dan perbankan Islam, ekonomi Islam menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan-tantangan yang besar. Dalam usia yang masih muda tersebut,
setidaknya ada lima problem dan tantangan yang dihadapi ekonomi Islam saat ini:
a. Keterbatasan Sumber Daya Insani, saat ini industri keuangan dan perbankan syariah
kurang lebih 90 % masih diisi oleh SDI yang berlatar belakang pendidikan ekonomi
konvensional.
b. Kurangnya dukungan pemerintah. Sebagai gambaran, pemerintah Malaysia saat ini
memiliki market share perbankan syariah sekitar 20%, dikarenakan adanya kebijakan
pemerintah Malaysia kepada lembaga/institusi pemerintah untuk menempatkan 50%
dana-danya di bank syariah. Bandingkan dengan market share perbankan syariah
Indonesia yang saat ini belum mencapai angka 5%.
c. Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana, baik menyangkut software, regulasi
maupun fisik. Sebagai gambaran, adanya kekurangan instrumen-instrumen untuk
pengelolaan likuiditas dan moneter yang sejalan dengan prinsip syariah. Dan berbagai
software yang dibutuhkan untuk operasional keuangan dan perbankan syariah masih
mengikuti format konvensional, belum asli dibuat secara customize sesuai karakteristik
keuangan dan perbankan syariah, seperti standar akuntansi, pelaporan, audit, manajemen
resiko dan lain-lain.
d. Kurangnya sosialisasi, promosi, informasi, edukasi dan koordinasi terhadap semua stake
holder, baik masyarakat, pejabat pemerintah terkait, ulama/ustad, dan praktisi. Sebagai
gambaran, adanya dualisme pendapat ulama/ustad tentang riba, Fatwa MUI sudah
mengharamkan, namun realita di masyarakat banyak ditemukan para pemuka agama
yang masih berpendapat dibolehkannya bunga bank. Persepsi yang berkembang di
masyarakat bahwa bank syariah belum syariah atau sama saja dengan bank konvensional.
e. Kualitas pelayanan yang masih di bawah industri konvensional, seperti masih terbatasnya
jaringan ATM, jumlah cabang yang terbatas, skill SDI yang masih lemah.
f. Kurangnya inovasi dan diversifikasi produk yang sesuai kebutuhan konsumen.
g. Belum adanya indek syariah/sektor riil atau indek penentuan harga dan bagi hasil,
sehingga masih mengacu pada tingkat suku bunga.
h. Masih belum mampu mengelola pasar mengambang (pasar yang tidak terlalu fanatik
terhadap jenis perbankan, pasar tersebut menempati prosentase terbesar), disebabkan
adanya hambatan faktor-faktor di atas.
i. Pada semua jenjang pendidikan tidak disediakan pelajaran ekonomi syariah, hanya ada
pada SMK dan perguruan tinggi yang menyediakan sebagai pelajaran/mata kuliah
peminatan/kosentrasi ekonomi syariah, bukan dalam level jurusan/prodi. Itu saja jumlah
institusi pendidikan yang mengajarkan ekonomi syariah masih sangat terbatas. Di
samping itu, kurikulum pendidikan ekonomi syariah masih belum ada
keseragaman/standar dan adanya dualisme pengelolaan, yakni ada yang dibina Dikti dan
Depag.

C. Strategi Efektif Pengembangan Sistem Ekonomi Islam Di Indonesia


Setelah sebelumnya telah dipaparkan kendala yang dihadapi dalam pengembangan sistem
ekonomi syariah di Indonesia, maka ke depan harus dilakukan langkah-langkah atau strategi
pengembangan untuk pengimplementasian sistem ekonomi syariah secara lebih optimal,
diantaranya yaitu:
1. Harus ada wakil yang menyuarakan sistem ekonomi Islam, khususnya di bidang politik.
2. Mengadakan seminar, diskusi, sarasehan, dan forum-forum ilmiah baik secara regional,
nasional maupun internasional dengan intensif.
3. Penyusunan ketentuan-ketentuan sistem ekonomi Islam.
4. Mendorong terbentuknya Forum Komuniasi Syariah.
5. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan fokus pada gerakan edukasi
dan sosialisasi yang dilakukan secara optimal dan tepat.
6. Penelitian preferensi dan perilaku konsumer terhadap lembaga-lembaga syariah.
7. Mempersiapkan teknologi informasi yang handal.
8. Mempersiapkan lembaga penjamin pembiayaan Syariah.
9. Mendorong terbentuknya Islamic Trade Center.
10. Memberdayakan pengawasan aspek syariah.
BAB IV
KESIMPULAN
Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim
ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare
State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal
terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam
kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.

Perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi biasa, yaitu sistem ekonomi
syariah dalam memperoleh keuntungan, sistem ini menggunakan cara sistem bagi hasil berbeda
dengan sistem ekonomi liberal maupun sosial yang cenderung memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya tanpa melihat aspek dari konsumennya.

Dengan melihat penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam seharusnya
pemerintah mempertimbangkan untuk penerapan sistem ekonomi syariah, untuk memperbaiki
perekonomian yang dilanda berbagai masalah seperti sekarang ini. Dibutuhkan strategi yang baik
untuk mengatasi kendala-kendala dalam penerapan ekonomi syariah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul dkk, 2015, Pendidikan Agama Islam, Universitas Jendral Soedirman,
Purwokerto
Atika, Suraya. (2015). Makalah Ekonomi Islam. (artikel online)
http://suraya-atika.blogspot.co.id/2014/11/makalah-ekonomi-islam.html (diakses pada
3/12/2015) .

Misanam, Munrokhim. Suseno, Priyonggo. dan Hendrieanto, M. Bhekti. (2008). Ekonomi Islam.
Jakarta:PT RajaGrafindo

Nasution, Mustafa Edwin. Setyanto, Budi. Huda, Nurul. Mufraeni, Muhammad Arief. dan Utama, Bey
Sapta. (2010). Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta:Kencana

Munawar, Fansuri. (2012). Ekonomi Syari’ah, Perbankkan Islam, Dan Manajemen Pendidikan Di Era
Global. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol.10 No.2.
http://jurnal.upi.edu/file/05_Ekonomi_Syariah,_Perbankan_Islam_dan_Manajemen_Pendidika
n_Islam_di_Era_Global-Fansuri_Munawar1.pdf (di akses pada 3/12/2015).

Anda mungkin juga menyukai