Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

DI SUSUN OLEH :

Rahmat Bika Maulana

Dosen Pengampu : CITRA PERTIWI , S.E.I M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah hingga makalah yang berjudul “KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM”
ini dapat saya selesaikan dengan cukup mudah dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan mampu menyelesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Pemasaran
Internasional.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu CITRA PERTIWI S.E.I M.E selaku Dosen
mata kuliah Mikro ekonomi islam program studi Ekonomi Syariah. Yang telah memberikan
arahan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terima
Kasih.
Wassalamu’alakum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Palembang, 6 Juli 2023

RAHMAD BIKA MAULANA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama di dalamnya mengandung konsep yang mengatur kehidupan manusia
secara komprehensif danuniversal, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (hablumin
Allah) maupun dalam hubungan sesama manusia (hablum minannas). Ada tiga pilar pokok
dalam ajaran Islam, Pertama Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang
keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah. Kedua Syariah, yaitu komponen ajaran
Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim, baik dalam bidang ibadah
(hablumin Allah) maupun dalam bidang muamalah (hablum minannas) yang merupakan
aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah meliputi
berbagai bidang kehidupan, antara lain yang berhubungan dengan ekonomi atau harta dan
perniagaan disebut muamalah maliyah. Ketiga akhlaq, yaitu landasan perilaku dan
kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan
Syariah.
BAB II

PENGENALAN KONSEP EKONOMI ISLAM

A. Definisi ekonomi islam


Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Kata Islam setelah “Ekonomi” dalam
ungkapan Ekonomi Islam berfungsi sebagai identitas tanpa mempengaruhi makna atau
definisi ekonomi itu sendiri. Karena definisinya lebih ditentukan oleh perspektif atau lebih
tepat lagi worldview yang digunakan sebagai landasan nilai. Sedang ekonomi adalah
masalah menjamin berputarnya harta diantara manusia, sehingga manusia dapat
memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai falah di dunia dan
akherat (hereafter). Ekonomi adalah aktifitas yang kolektif.

B. Prinsip prinsip ekonomi islam


Prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang sering disebut sebagai ekonomi syariah,
didasarkan pada prinsip-prinsip yang diturunkan dari ajaran agama Islam.
Berikut adalah beberapa prinsip ekonomi Islam yang penting:

 Tauhid (Keesaan Allah): Prinsip utama dalam ekonomi Islam adalah


pengakuan akan keesaan Allah dan pemahaman bahwa segala yang
ada di dunia ini adalah milik-Nya. Oleh karena itu, manusia
diharapkan untuk menggunakan sumber daya ekonomi dengan cara
yang bertanggung jawab dan sesuai dengan kehendak-Nya.

 Keadilan: Keadilan merupakan prinsip yang sangat penting dalam


ekonomi Islam. Ekonomi Islam mendorong adanya distribusi
kekayaan yang adil dan tidak merugikan pihak lain. Keadilan sosial
dan ekonomi diutamakan untuk menghindari kesenjangan yang
besar antara kaya dan miskin.
 Kepemilikan pribadi: Ekonomi Islam mengakui hak kepemilikan
pribadi, namun juga menekankan pentingnya kepemilikan yang
bertanggung jawab dan etis. Kekayaan dan aset dianggap sebagai
amanah dari Allah, dan individu diperintahkan untuk menggunakan
dan mengelolanya dengan cara yang benar, mempertimbangkan
kepentingan masyarakat.

 Larangan riba: Riba, yang biasanya diterjemahkan sebagai bunga


atau riba, dilarang dalam ekonomi Islam. Praktik riba dianggap
sebagai eksploitasi dan tidak adil. Sebagai gantinya, sistem
keuangan Islam mendorong prinsip keuntungan berbagi dan
kerjasama.

 Larangan spekulasi dan ketidakpastian: Ekonomi Islam menekankan


prinsip kehati-hatian dan menghindari spekulasi yang berlebihan.
Transaksi yang melibatkan ketidakpastian atau unsur perjudian juga
dihindari.

 Solidaritas dan kepedulian sosial: Prinsip ekonomi Islam mendorong


kesadaran akan tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap
kesejahteraan umum. Zakat, infak, dan sedekah adalah bentuk
kewajiban sosial yang dianjurkan dalam Islam untuk membantu
mereka yang membutuhkan.

C. Perbedaan antara ekonomi islam dengan ekonomi konvensional


merupakan dua sistem ekonomi yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Ekonomi Konvensional adalah sistem ekonomi yang berbasis pada prinsip-prinsip
ekonomi pasar yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Sistem ini
menganggap bahwa keuntungan merupakan tujuan utama dari setiap aktivitas ekonomi,
dan individu dan perusahaan dianggap sebagai pelaku utama dalam sistem ini.

Di sisi lain, Ekonomi Syariah adalah sistem ekonomi yang mengacu pada prinsip-
prinsip dasar agama Islam dan hukum Syariah. Sistem ini memandang bahwa
keuntungan bukan merupakan tujuan utama dari setiap aktivitas ekonomi, melainkan
lebih menekankan pada prinsip-prinsip keadilan sosial dan kemandirian.

Perbedaan utama antara ekonomi konvensional dan ekonomi Syariah adalah pada
sumber dasar yang menjadi landasan dari kedua sistem tersebut. Ekonomi konvensional
berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi pasar, sedangkan ekonomi Syariah
berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar agama Islam dan hukum Syariah.

Selain itu, perbedaan lain antara kedua sistem ekonomi ini adalah pada tujuan yang
ingin dicapai. Ekonomi konvensional bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan,
sedangkan ekonomi Syariah bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial dan
kemandirian.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan utama antara Ekonomi Konvensional dan
Ekonomi Syariah:

 Sumber Hukum Ekonomi Konvensional didasarkan pada hukum ekonomi pasar


yang bersifat man-made (dibuat oleh manusia), sedangkan Ekonomi Syariah
didasarkan pada hukum Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits.
 Tujuan Ekonomi Tujuan utama dari Ekonomi Konvensional adalah mencapai
kesejahteraan masyarakat melalui produktivitas yang tinggi dan pertumbuhan
ekonomi yang stabil. Sedangkan tujuan utama dari Ekonomi Syariah adalah
mencapai kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, termasuk kesejahteraan
spiritual dan sosial, serta menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
 Sistem Perbankan Ekonomi Konvensional menggunakan sistem perbankan
konvensional yang menggunakan sistem bunga (riba) sebagai sumber
pendapatannya. Sedangkan Ekonomi Syariah menggunakan sistem perbankan
syariah yang tidak menggunakan sistem bunga dan tidak memperdagangkan
instrumen keuangan yang haram.
 Sistem Kepemilikan Ekonomi Konvensional menganut sistem kepemilikan
individu, dimana setiap individu memiliki hak penuh atas kepemilikan aset yang
dimilikinya. Sedangkan Ekonomi Syariah menganut sistem kepemilikan
bersama, dimana kepemilikan aset tidak boleh hanya dimiliki oleh satu individu
saja, tetapi harus dibagi dengan masyarakat.

BAB III
PRINSIP PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM

A.Tauhid dan Kehakiman Ilahi


Segala yang ada dibumi merupakan ciptaan dan kepunyaan Allah Swt, sedangkan
manusia adalah pengemban amanah untuk mempunyai, mengelola, serta menggunakan
apa yang ada di bumi yang pastinya harus dijaga deengan baik.
Seluruh aktivitas manusia di bumi termasuk kegiatan ekonomi diawasi oleh Allah Swt,
dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah di akhirat nanti. Produksi,
distribusi, konsumsi, impor, ataupun kegiatan ekonomi lainnya tidak terlepas dari
prinsip ketauhidan.
Seorang muslim bekerja dalam bidang ekonomi apapun itu, maka tidak lain karena
ingin memnuhi perintah Allah swt, sperti dalam firmannya yang berbunyi:

‫شور إليه الن َ و ِ ه ِ ق ْ ِرز ْ ن ِ ُكلوا م َ ِها و ب ي مناكِ ِ ْ ُشوا ف ْ َض ذَلُوال فام األر ُ لكم َ َل ع َ الذي ج َ و ُ ُه‬

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.
Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (Q.S. al-Mulk: 15).6
Dalam kitab tafsir al munir, di jelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah
dan tambahan nikmat-Nya pada makhluk-Nya.
fuga menuniukkan bahwa berusaha, mengambil asbab tidak bertentangan dengan
tawakal kepada Allah. Ayat ini juga menunjukkan bahwa berdagang dan bekerja adalah
disunnahkan, sebagaimana Imam Ahmad, Tirmidzi, an-Nasa'i dan lbnu Majah
meriwayatkan dari Umar bin Khaththab r.a. bahwasanya dia mendengar Rasulullah
saw. bersabda,

ً ‫ رواه الترمذي ً وتروح بطانا‬، ‫ تغدو خماصا‬،‫لو أنكم تتوكلون على هللا حق توكله لرزقكمكما يرزق الطير‬
“Kalau sekiranya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka
Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung. Burung pagi-pagi pergi dalam
keadaan lapar, kemudian kembali puhng dalam keadaan kenyang.” HR. Tirmidzi7
Didalam kitab al-qurthubi juga di jelaskan bahwa bumi itu mudah untuk di singgahi
atau untuk berjalan di atasnya.
Maksudnya adalah ayat ini menjadi dalil bahwa manusia di perintahkan untuk bekerja.
Ketika seorang muslim merasa bahwa semua pekerjaan yang di lakukan untuk mencari
nafkah itu adalah ibadah, semakin ia rajin bekerja maka semakin bertambah juga
ketakwaannya kepada allah swt. Jika seorang muslim ingin bertransaksi atau
bermuamalah, maka ia juga selalu memperhatikan batasan batasan larangan yang sudah
ditetapkan oleh allah swt.

A. Kepemilikan dan Hak Milik dalam Islam


Harta merupakan segala sesuatu yang dimanfaatkan secara legal menurut hukum syara’
(hukum Islam) dan merupakan urat nadi kegiatan ekonomi.
Menurut Islam harta pada hakikatnya adalah hak milik Allah. Namun karena Allah telah
menyerahkan kekuasaannya atas harta tersebut kepada manusia, maka perolehan seseorang
terhadap harta itu sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
memanfaatkan serta mengembangkan harta. Sebab, ketika seseorang memiliki harta, maka
esensinya dia memiliki harta tersebut hanya untuk dimanfaatkan dan terikat dengan hukum-
hukum syara’, bukan bebas mengelola secara mutlak. Konsep kepemilikan harta perspektif
ekonomi syari’ah adalah diakuinya hak milik individu dan hak milik umum. Dimana kedua
hak tersebut tidaklah bersifat mutlak. Hal ini menunjukkan bahwa hak milik terkait erat
dengan prinsip bahwa manusia adalah pemegang amanah Allah SWT. Untuk itu manusia
tidak mempunyai hak untuk menguasai sesuatu hal tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Dalam hal ini dilarang adanya penindasan terhadap hak orang lain, melalui harta yang
dimilikinya, karena didalam harta tersebut terdapat sebagian hak orang lain yang harus
dipenuhi. Islam membolehkan setiap individu untuk memiliki hak milik pribadi tapi harus
sesuai dengan ketentuan syari’at, sehingga hak milik pribadi dapat bermanfaat bagi orang
lain.

B. Prinsip Keadilan Sosial dan Distribusi Kekayaan


Dalam konteks ekonomi Islam, distribusi kekayaan yang adil menjadi tujuan utama.
Ekonomi Islam mendorong pemilik kekayaan untuk menggunakan harta mereka
dengan cara yang bertanggung jawab dan memberikan kontribusi positif terhadap
masyarakat. Salah satu prinsip utama dalam distribusi kekayaan adalah konsep
kepemilikan (milkiyyah) dalam Islam. Islam mengakui hak individu untuk memiliki
dan memperoleh kekayaan, tetapi juga menetapkan batasan dan tanggung jawab
terhadap harta tersebut.

Instrumen Ekonomi Islam untuk Menguatkan Distribusi Kekayaan yang Adil

 Zakat: Zakat adalah kewajiban berbagi kekayaan bagi umat Muslim yang
mampu. Zakat merupakan salah satu pilar utama ekonomi Islam yang bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan sosial dan memperkuat distribusi kekayaan
yang adil. Zakat dikenakan pada harta tertentu, seperti emas, perak,
perdagangan, dan pertanian, dan harus diberikan kepada mereka yang berhak
menerimanya, seperti fakir miskin, orang miskin, pembayaran utang, dan
lainnya.
 Wakaf: Wakaf adalah konsep di mana seseorang mengalihkan kepemilikan aset
produktif atau properti mereka untuk tujuan sosial, seperti pendidikan,
perumahan, kesehatan, atau pemberdayaan masyarakat. Melalui wakaf,
kekayaan dapat terus memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat
yang membutuhkan, mengurangi kesenjangan sosial, dan memperkuat
redistribusi kekayaan.
 Musharakah: Musharakah adalah bentuk kemitraan dalam ekonomi Islam di
mana dua pihak atau lebih berbagi modal dan risiko dalam suatu usaha. Dalam
konteks distribusi kekayaan, musharakah dapat menjadi instrumen yang efektif
dalam memperkuat distribusi kekayaan yang adil. Dalam musharakah,
keuntungan dan kerugian dibagi secara proporsional antara para mitra, sehingga
tidak ada dominasi satu pihak atas pihak lainnya. Ini membantu mengurangi
ketimpangan ekonomi dan memastikan keadilan dalam membagi hasil usaha.
 Qard al-Hasan: Qard al-Hasan adalah konsep pemberian pinjaman tanpa bunga
dalam Islam. Prinsip ini memungkinkan individu atau lembaga untuk
memberikan pinjaman kepada mereka yang membutuhkan tanpa mengenakan
bunga atau riba. Qard al-Hasan dapat membantu mengurangi beban finansial
bagi mereka yang membutuhkan dan memperkuat kesempatan mereka untuk
meningkatkan kondisi ekonomi mereka. Ini juga merupakan contoh nyata dalam
ekonomi Islam yang mendorong keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang
adil.
C. Larangan Riba dan Gharar
Riba dalam pandangan Islam berada dalam kelebihan baik dalam bentuk uang
ataupun barang. Riba berarti kelebihan atau pertambahan dan jika dalam suatu
kontak penukaran satu barang yang sama, hingga itu disebut dengan riba. Riba
disebut juga pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku
dimana modal yang berada dalam pinjaman tersebut digunakan. Riba juga
merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang sejak
zaman jahiliyah hingga pada sampai saat ini. Sistem pinjam meminjam pada
sistem riba ini banyak menguntungkan kaum pemilik modal karena banyak
mendapat keuntungan yang lebih dari yang dipinjamkan. Dari adanya riba
tersebut sehingga Islam melarang atau mengharamkan adanya riba karena
menumbuhkan tradisi shadaqah agar tidak ada yang teraniaya karena adanya
riba. Dalam kesamaan antara Bunga dan Riba yang dilarang di Al-Qur’an dan
hadits tapi masih banyak umat muslim yang masih bergabung dengan bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga dalam kehidupan maka dari itu
turunlah ayat Allah yang melarang adanya riba yang menyebabkan kemelaratan
dan kerusakan dalam kehidupan manusia.
Umat Islam dilarang mengambil riba dan melibatkan diri dengan riba.
Keharamannya yang sudah jelas bersumber dari beberapa surah di Al-qur’an dan
Hadist Rasulullah Saw. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,
dan setiap kegiatan usaha haruslah berdasarkan prinsip syariah dan kehati-hatian
D. Larangan Maysir dan Maisir
Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat persyaratan
berupa pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh pemenangnya.
Mudahnya, istilah ini dapat dipahami sebagai judi atau taruhan. Selain
diharamkan, tindakan ini juga termasuk dalam kategori dosa-dosa besar.

Ciri umum transaksi maysir adalah unsur spekulatif, berupa pengumpulan harta
dari semua pemain dengan kesepakatan bahwa pemenang akan mengambil
seluruh atau sebagian harta milik pihak lain yang berpartisipasi sehingga
keuntungan hanya dapat dirasakan satu pihak saja.
Tindakan ini seringkali menggunakan dua istilah yang berbeda, yakni maysir dan
qimar. Meskipun demikian, keduanya merujuk pada kesamaan makna, dengan
ciri sebagai berikut.
Dalil larangan praktik maysir adalah Surah Al-Maidah (5) ayat 90 yang
menggambarkan maysir sebagai judi dan mengundi nasib dengan anak panah.
Kemudian pelarangan tersebut ditegaskan dalam HR Riwayat Bukhari dn
Muslim bahwa ketika seorang muslim berkata “Mari aku bertaruh denganmu”
maka setelahnya ia harus bersedekah.

Para ulama menafsirkan hadits ini sebagai larangan maysir karena setelah umat
muslim mengajak bertaruh, mereka harus memberikan “kafarat” atau sejumlah
denda yang harus ditunaikan karena perbuatan dosa agar tertutup dan dampak
negatifnya tidak menimpa kita di dunia maupun

BAB IV
KESIMPULAN

A. RINGKASAN
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Kata Islam setelah
“Ekonomi” dalam ungkapan Ekonomi Islam berfungsi sebagai identitas tanpa
mempengaruhi makna atau definisi ekonomi itu sendiri. Karena definisinya lebih
ditentukan oleh perspektif atau lebih tepat lagi worldview yang digunakan sebagai
landasan nilai. Sedang ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya harta diantara
manusia, sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba
Allah untuk mencapai falah di dunia dan akherat (hereafter)

Anda mungkin juga menyukai