DI SUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama di dalamnya mengandung konsep yang mengatur kehidupan manusia
secara komprehensif danuniversal, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (hablumin
Allah) maupun dalam hubungan sesama manusia (hablum minannas). Ada tiga pilar pokok
dalam ajaran Islam, Pertama Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang
keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah. Kedua Syariah, yaitu komponen ajaran
Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim, baik dalam bidang ibadah
(hablumin Allah) maupun dalam bidang muamalah (hablum minannas) yang merupakan
aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah meliputi
berbagai bidang kehidupan, antara lain yang berhubungan dengan ekonomi atau harta dan
perniagaan disebut muamalah maliyah. Ketiga akhlaq, yaitu landasan perilaku dan
kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan
Syariah.
BAB II
Di sisi lain, Ekonomi Syariah adalah sistem ekonomi yang mengacu pada prinsip-
prinsip dasar agama Islam dan hukum Syariah. Sistem ini memandang bahwa
keuntungan bukan merupakan tujuan utama dari setiap aktivitas ekonomi, melainkan
lebih menekankan pada prinsip-prinsip keadilan sosial dan kemandirian.
Perbedaan utama antara ekonomi konvensional dan ekonomi Syariah adalah pada
sumber dasar yang menjadi landasan dari kedua sistem tersebut. Ekonomi konvensional
berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi pasar, sedangkan ekonomi Syariah
berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar agama Islam dan hukum Syariah.
Selain itu, perbedaan lain antara kedua sistem ekonomi ini adalah pada tujuan yang
ingin dicapai. Ekonomi konvensional bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan,
sedangkan ekonomi Syariah bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial dan
kemandirian.
Berikut ini adalah beberapa perbedaan utama antara Ekonomi Konvensional dan
Ekonomi Syariah:
BAB III
PRINSIP PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM
شور إليه الن َ و ِ ه ِ ق ْ ِرز ْ ن ِ ُكلوا م َ ِها و ب ي مناكِ ِ ْ ُشوا ف ْ َض ذَلُوال فام األر ُ لكم َ َل ع َ الذي ج َ و ُ ُه
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.
Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (Q.S. al-Mulk: 15).6
Dalam kitab tafsir al munir, di jelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah
dan tambahan nikmat-Nya pada makhluk-Nya.
fuga menuniukkan bahwa berusaha, mengambil asbab tidak bertentangan dengan
tawakal kepada Allah. Ayat ini juga menunjukkan bahwa berdagang dan bekerja adalah
disunnahkan, sebagaimana Imam Ahmad, Tirmidzi, an-Nasa'i dan lbnu Majah
meriwayatkan dari Umar bin Khaththab r.a. bahwasanya dia mendengar Rasulullah
saw. bersabda,
ً رواه الترمذي ً وتروح بطانا، تغدو خماصا،لو أنكم تتوكلون على هللا حق توكله لرزقكمكما يرزق الطير
“Kalau sekiranya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka
Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung. Burung pagi-pagi pergi dalam
keadaan lapar, kemudian kembali puhng dalam keadaan kenyang.” HR. Tirmidzi7
Didalam kitab al-qurthubi juga di jelaskan bahwa bumi itu mudah untuk di singgahi
atau untuk berjalan di atasnya.
Maksudnya adalah ayat ini menjadi dalil bahwa manusia di perintahkan untuk bekerja.
Ketika seorang muslim merasa bahwa semua pekerjaan yang di lakukan untuk mencari
nafkah itu adalah ibadah, semakin ia rajin bekerja maka semakin bertambah juga
ketakwaannya kepada allah swt. Jika seorang muslim ingin bertransaksi atau
bermuamalah, maka ia juga selalu memperhatikan batasan batasan larangan yang sudah
ditetapkan oleh allah swt.
Zakat: Zakat adalah kewajiban berbagi kekayaan bagi umat Muslim yang
mampu. Zakat merupakan salah satu pilar utama ekonomi Islam yang bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan sosial dan memperkuat distribusi kekayaan
yang adil. Zakat dikenakan pada harta tertentu, seperti emas, perak,
perdagangan, dan pertanian, dan harus diberikan kepada mereka yang berhak
menerimanya, seperti fakir miskin, orang miskin, pembayaran utang, dan
lainnya.
Wakaf: Wakaf adalah konsep di mana seseorang mengalihkan kepemilikan aset
produktif atau properti mereka untuk tujuan sosial, seperti pendidikan,
perumahan, kesehatan, atau pemberdayaan masyarakat. Melalui wakaf,
kekayaan dapat terus memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat
yang membutuhkan, mengurangi kesenjangan sosial, dan memperkuat
redistribusi kekayaan.
Musharakah: Musharakah adalah bentuk kemitraan dalam ekonomi Islam di
mana dua pihak atau lebih berbagi modal dan risiko dalam suatu usaha. Dalam
konteks distribusi kekayaan, musharakah dapat menjadi instrumen yang efektif
dalam memperkuat distribusi kekayaan yang adil. Dalam musharakah,
keuntungan dan kerugian dibagi secara proporsional antara para mitra, sehingga
tidak ada dominasi satu pihak atas pihak lainnya. Ini membantu mengurangi
ketimpangan ekonomi dan memastikan keadilan dalam membagi hasil usaha.
Qard al-Hasan: Qard al-Hasan adalah konsep pemberian pinjaman tanpa bunga
dalam Islam. Prinsip ini memungkinkan individu atau lembaga untuk
memberikan pinjaman kepada mereka yang membutuhkan tanpa mengenakan
bunga atau riba. Qard al-Hasan dapat membantu mengurangi beban finansial
bagi mereka yang membutuhkan dan memperkuat kesempatan mereka untuk
meningkatkan kondisi ekonomi mereka. Ini juga merupakan contoh nyata dalam
ekonomi Islam yang mendorong keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang
adil.
C. Larangan Riba dan Gharar
Riba dalam pandangan Islam berada dalam kelebihan baik dalam bentuk uang
ataupun barang. Riba berarti kelebihan atau pertambahan dan jika dalam suatu
kontak penukaran satu barang yang sama, hingga itu disebut dengan riba. Riba
disebut juga pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku
dimana modal yang berada dalam pinjaman tersebut digunakan. Riba juga
merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang sejak
zaman jahiliyah hingga pada sampai saat ini. Sistem pinjam meminjam pada
sistem riba ini banyak menguntungkan kaum pemilik modal karena banyak
mendapat keuntungan yang lebih dari yang dipinjamkan. Dari adanya riba
tersebut sehingga Islam melarang atau mengharamkan adanya riba karena
menumbuhkan tradisi shadaqah agar tidak ada yang teraniaya karena adanya
riba. Dalam kesamaan antara Bunga dan Riba yang dilarang di Al-Qur’an dan
hadits tapi masih banyak umat muslim yang masih bergabung dengan bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga dalam kehidupan maka dari itu
turunlah ayat Allah yang melarang adanya riba yang menyebabkan kemelaratan
dan kerusakan dalam kehidupan manusia.
Umat Islam dilarang mengambil riba dan melibatkan diri dengan riba.
Keharamannya yang sudah jelas bersumber dari beberapa surah di Al-qur’an dan
Hadist Rasulullah Saw. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,
dan setiap kegiatan usaha haruslah berdasarkan prinsip syariah dan kehati-hatian
D. Larangan Maysir dan Maisir
Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat persyaratan
berupa pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh pemenangnya.
Mudahnya, istilah ini dapat dipahami sebagai judi atau taruhan. Selain
diharamkan, tindakan ini juga termasuk dalam kategori dosa-dosa besar.
Ciri umum transaksi maysir adalah unsur spekulatif, berupa pengumpulan harta
dari semua pemain dengan kesepakatan bahwa pemenang akan mengambil
seluruh atau sebagian harta milik pihak lain yang berpartisipasi sehingga
keuntungan hanya dapat dirasakan satu pihak saja.
Tindakan ini seringkali menggunakan dua istilah yang berbeda, yakni maysir dan
qimar. Meskipun demikian, keduanya merujuk pada kesamaan makna, dengan
ciri sebagai berikut.
Dalil larangan praktik maysir adalah Surah Al-Maidah (5) ayat 90 yang
menggambarkan maysir sebagai judi dan mengundi nasib dengan anak panah.
Kemudian pelarangan tersebut ditegaskan dalam HR Riwayat Bukhari dn
Muslim bahwa ketika seorang muslim berkata “Mari aku bertaruh denganmu”
maka setelahnya ia harus bersedekah.
Para ulama menafsirkan hadits ini sebagai larangan maysir karena setelah umat
muslim mengajak bertaruh, mereka harus memberikan “kafarat” atau sejumlah
denda yang harus ditunaikan karena perbuatan dosa agar tertutup dan dampak
negatifnya tidak menimpa kita di dunia maupun
BAB IV
KESIMPULAN
A. RINGKASAN
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Kata Islam setelah
“Ekonomi” dalam ungkapan Ekonomi Islam berfungsi sebagai identitas tanpa
mempengaruhi makna atau definisi ekonomi itu sendiri. Karena definisinya lebih
ditentukan oleh perspektif atau lebih tepat lagi worldview yang digunakan sebagai
landasan nilai. Sedang ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya harta diantara
manusia, sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba
Allah untuk mencapai falah di dunia dan akherat (hereafter)