Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

EKONOMI SYARIAH

Disusun oleh:
Kely Fatma Bella : 12270123395

Dosen pengampu
ZULHAIDA, SE., MM

FAKULTAS EKONONOMI DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
2024
KATA PENGANTAR
Dengan segala rasa syukur, kami memulai dengan ungkapan puji kepada
Allah Swt., yang telah memberikan berbagai nikmat, kesehatan, dan petunjuk-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah "Ekonomi
Syariah”
Shalawat dan salam kami persembahkan kepada Nabi besar, Muhammad
SAW yang telah memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan sunnahnya, sebagai
pedoman hidup bagi keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan dalam
mata kuliah Ekonomi Syariah. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Semoga makalah ini juga dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, 29 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah................................................. 2
B. Pengertian Ekonomi Syariah...................................................... 3
C. Dasar Hukum dan Tujuan Ekonomi Syariah............................. 4
D. Ciri-ciri Ekonomi Syariah.......................................................... 6
E. Posisi Ekonomi Syariah dalam Totalitas Sistem Islam.............. 8
F. Ruang Lingkup Ekonomi Syariah.............................................. 8
G. Aliran/Mazhab Ekonomi Syariah............................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi syariah sepertinya telah menjadi pilihan bagi pengembangan
ekonomi dunia. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah semakin
banyaknya perbankan syariah yang tersebar didunia terutama di Indonesia
yang membuka layanan lembaga keuangan maupun bank syariah.
Seiring dengan berkembangnya zaman perlunya belajar konsep ekonomi
syariah agar kita tidak terpaku dalam satu konsep saja, yakni ekonomi
konvensional dengan adanya ekonomi syariah kita bisa mempelajari konsep
ekonomi syariah agar kita memahami system dan model-model jual beli
yang adil dan keseimbangan.
Menjalankan ekonomi secara Islam merupakan sebuah bentuk
menjalankan ajaran Islam secara kaffah. Sebuah aktifitas ekonomi yang
tidak hanya kepada hubungan sesama manusia (muamalah) tetapi juga
kaitannya hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Maka dengan
berekonomi secara Islam sebuah perimbangan tersebut dapat diwujudkan.
Masyarakat muslim membutuhkan sistem ekonomi yang memegang ajaran
Islam, agar terlepas dari keragu-raguan dan penyimpangan dari ajaran Islam
itu sendiri. Dengan demikian dengan berekonomi, masyarakat dapat
beribadah kepada Allah. Maka sangatlah ironi apabila masyarakat bahkan
ilmuwan muslim jika mereka langsung menerima begitu saja ilmu ekonomi
konvensional tanpa menfilter terlebih dahulu. Ekonomi konvensional yang
mengesampingkan nilai-nilai normatif tentunya bukan menjadi pilihan
berfikir dan bekerja para masyarakat dan ekonom muslim.
Tujuan dari penulisan bab ini agar pembaca dapat mengetahui konsep
dasar ekonomi syariah sehingga pembaca mengetahui apakah sistem yang
membedakan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional baik secara prinsip,
filosofi dasar maupun mekanisme pengambilan hukum yang dijadikan dasar
pada ekonomi Islam itu sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah
Untuk lebih memahami apa itu sistem ekonomi syariah, perlu kita
ketahui prinsip yang melandasi sistem ekonomi syariah itu sendiri, yaitu:
1. Tauhid
Prinsip tauhid ini merefleksikan bahwa pemilik dan penguasa
tunggal seluruh dunia ini adalah Tuhan atau Allah SWT. Jadi
Demikian pula, individu dan kelompok, serta pelaku ekonomi dan
pemerintah, dalam kegiatan ekonomi, harus tegas mematuhi
prinsip ini sehingga perjalanan ekonomi konsisten dengan apa
yang diajarkan dalam Islam. Jadi pada dasarnya semua kegiatan
dan terutama yang sah dan khususnya ekonomi harus
menunjukkan keseragaman terhadap Allah.
2. Akhlak
Prinsip ni merupakan bentuk dari pengamalan sifat-sifat utama
yang dimiliki oleh nabi dan rasul dalam seluruh kegiatan ekonomi.
Akhlak harus menjadi salah satu implementasi dasar ekonomi
syariah atau hukum Islam, dan Akhlak sesuai dengan ajaran Islam
sangat diperlukan dalam semua kegiatan atau kegiatan dalam
ekonomi syariah. Kita perlu tahu bahwa ekonomi yang sah adalah
semacam penyembahan di bidang Jenderal Allah. Oleh karena itu,
setiap kegiatan ekonomi syariah atau sah harus didasarkan pada
aturan moral atau baik, tentu saja, menurut ajaran Islam, dan ini
adalah perbedaan antara ekonomi yang syariah dan konvensional.
3. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi
berbagai
aspek tingkah laku dan ekonomi seorang muslim. Asas
keseimbangan dalam ekonomi ini terwujud dalam kesederhanaan,
hemat dan menjauhi pemborosan serta tidak bakhil. Prinsip

2
keseimbangan ini tidak hanya di arahkan untuk dunia dan akhirat
saja, tetapi juga berkaitan dengan kepentingan perorangan dan
kepentingan umum serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Maslahah dan Falah
Dalam Islam, tujuan ekonomi adalah untuk kepentingan umat,
sehingga diharapkan bahwa keberadaan perekonomian akan
menjadi kehidupan umat sejahtera. Selain itu, dengan kegiatan
ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan situasi hidup yang
lebih tinggi, hal ini sering disebut sebagai petani. Arti dari kata
Falah dapat dilihat dari dua perspektif dalam dimensi dunia dan
dimensi terakhir. Dari dimensi dunia, Falah dapat diartikan
sebagai kelangsungan hidup, kebebasan dari segala bentuk
kemiskinan, kebebasan dari segala ketidaktahuan, kuasa, dan
kehormatan. Sementara jika dilihat dari segi akhirat, itu ditafsirkan
sebagai sesuatu yang baka dan mulia seperti kehidupan kekal,
kesejahteraan kekal, dan kemuliaan selamanya.
5. Keadilan
Dalam ekonomi syariah, keadilan dari sangat ditekankan dan telah
menjadi tugas dalam setiap kegiatan. Keadilan didefinisikan
sebagai perilaku di mana sesuatu dapat ditempatkan sesuai dengan
tempatnya. Prinsip ekonomi dimana harus dilaksanakan dan
melayani semua masyarakat terlepas dari apakah orang kaya atau
orang miskin harus dilayani dengan baik. Keadilan dalam
perekonomian yang sah diterapkan dengan tujuan bahwa semua
orang dari semua kategori merasa nyaman dan mirip dengan
lainnya.
B. Pengertian Ekonomi Syariah
Mengenai pengertian ekonomi syariah, terdapat beberapa pakar
ekonomi syariah yang memberikan pendapatnya yaitu sebagai berikut:

3
 Abdul Mannan mengartikan ekonomi syariah adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
 Muhammad Syauqi Al-Fanjari mengartikan ekonomi syariah
adalah ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi dan
mengaturnya sesuai dengan dasar-dasar kebijakan (siasat) ekonomi
Islam.
 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menyebutkan ekonomi
syariah sebagai suatu atau kegiatan yang dilakukan oleh perorang,
kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat
komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah (KHES:
Pasal 1 ayat (1).
Berdasarkan beberapa pengerti ekonomi syariah adalah suatu ilmu
yang mengarahkan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang
berlandaskan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.
(an di atas, dapat disimpulkan bahwa
Hukum Ekonomi Syariah (Dr. Desmal Fajri, S.Ag.,..

C. Dasar Hukum dan Tujuan Ekonomi Syariah


Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan
sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan, demikian pula dengan
ekonomi dalam Islam. Ada beberapa dasar hukum yang menjadi landasan
pemikiran dan penentuan konsep ekonomi dalam Islam tersebut.
Diantaranya sebagai berikut (Akademisi & Implementasi, 2021):
1. Al-Qur’an
Ini merupakan dasar hukum utama konsep ekonomi dalam Islam
karena Al-Qur’an merupakan ilmu pengetahuan yang berasal
langsung dari Allah. Berdasarkan ayat dalam Al-Qur’an
merujuk pada perintah manusia untuk mengembangkan sistem
ekonomi yang bersumber pada hukum Islam. Diantaranya

4
terdapat pada QS. Fuskilat: 42, QS. Az-Zumar: 27, QS. Al-
Hasy: 22.
2. Hadits dan Sunnah
Pengertian hadits dan sunnah adalah sebuah perilaku Nabi yang
tidak diwajibkan dilakukan manusia, namun apabila
mengerjakan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, maka
manusia akan mendapatkan pahala. Keduanya dijadikan dasar
hukum ekonomi dalam Islam mengingat Nabi Muhammad SAW
sendiri adalah seorang pedagang yang sangat layak untuk
dijadikan panutan pelaku ekonomi modern.
3. Ijma’
Ijma; adalah sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai
akibat adanya perkembangan zaman. Ijma’ adalah konsensus
baik dari masyarakat maupun cendikiawan agama, dengan
berdasar pada Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama.
4. Ijtihad atau Qiyas
Merupakan sebuah aktivitas dari para ahli agama untuk
memecahkan masalah yang muncul di masyarakat, dimana
masalah tersebut tidak disebut secara rinci dalam hukum Islam.
Dengan menunjuk beberapa ketentuan yang ada, maka ijtihad
berperan untuk membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif,
dengan dasar Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum yang
bersifat normatif.
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam
berdasarkan konsep dasar dalam Islam, yaitu Tauhid dan berdasarkan
rujukan pada Al-Qur’an dan Sunnah adalah:
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang,
papan, Kesehatan, dan pendidikan untuk setiap lapisan
masyarakat.
2. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang.

5
3. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di
masyarakat.
4. Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi
nilai-nilai moral.
5. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari ekonomi syariah adalah maslahah bagi umat manusia.
Artinya, mencari semua kegiatan untuk mencapai hal yang membawa
manfaat bagi manusia, atau dengan bekerja pada kegiatan yang dapat
secara langsung menguntungkan. Aktivitas lainnya demi menggapai
kemashalatan adalah dengan menghindarkan diri dari segala hal yang
membawa mafsadah (kerusakan) bagi manusia.
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan manusia menghadapi kendala
pokok yaitu, kurangnya sumber daya yang bisa digunakan untuk
mewujudkan kebutuhan tersebut. Jadi, pada dasarnya setia manusia selalu
menginginkan kehidupannya di dunia ini dalam keadaan bahagia, baik
secara material maupun spiritual, individual maupun social.
D. Ciri-ciri Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah mempunyai ciri khas khusus yang membedakan
dengan yang lain. Ekonomi syariah mempunyai karakteristik dasar yang
menjadikannya berbeda dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Ekonomi
syariah memiliki nilai-nilai yang berfokus pada ‘amar ma’ruf dan nahi
mungkar. Walaupun para ahli berbeda dalam menjelaskan karakteristik
ekonomi syariah, namun terdapat beberapa persamaan umum tentang
karakteristik ekonomi syariah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ekonomi Ketuhanan
Ekonomi syariah bersumber dari wahyu Allah Azza Wa Jalla
dalam bentuk syariat Islam. Ekonomi syariah adalah bagian dari
pengalaman agama Islam. Ekonomi syariah telah ada dan
dipraktekkan pada saat syariat Islam ini turun yaitu sekitar 1438
tahun lalu.

6
2. Ekonomi Pertengahan
Ekonomi syariah mempunyai keseimbangan antara berbagai
aspek, sehingga sering disebut sebagai ekonomi pertengahan.
Ekonomi syariah mempunyai pandangan terhadap hak individu
dan masyarakat diletakan dalam neraca keseimbangan yang adil
tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati,
perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan.
3. Ekonomi Berkeadilan
Ekonomi syariah sangat memperhatikan aspek keadilan bagi
semua pihak yang terkait dalam praktek ekonomi syariah. Hal
ini terkait dengan karakteristik ekonomi pada poin pertama,
bahwa Ekonomi syariah adalah ekonomi ketuhan sehingga
diyakini lebih membawa keadilan.
4. Ekonomi Pertumbuhan dan Keberkahan
Ekonomi Islam memiliki kelebihan dari sistem lain, yaitu
beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta secara
legal, agar tidak berhenti dari rotasinya dalam kehidupan
sebagai bagian dari meditasi jaminan kebutuhan pokok bagi
manusia. Islam memandang harta dapat dikembangkan hanya
dengan bekerja. Hal itu hanya dapat terwujud dalam usaha keras
untuk menumbuhkan kemitraan dan memperluas unsur-unsur
produksi demi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan
keberkahan secara kebersamaan.
Usaha yang dilakukan adalah melalui berputaran modal di
tengah masyarakat Islam dalam bentuk modal produksi sebagai
kontribusi terhadap aturan-aturan yang dikembangkan. Islam
melarang secara keras praktek monopoli, penumpukan, dan
penghentian atau mengalokasian dan perputaran harta.
Berikut ini ciri-ciri ekonomi Islam:
 Memelihara fitrah manusia.
 Memelihara norma-norma akhlak.

7
 Memenuhi keperluan masyarakat.
 Kegiatan-kegiatan ekonomi adalah sebagian daripada ajaran
Islam.
 Kegiatan ekonomi Islam mempunyai ciri-ciri luhur, yaitu
bertujuan berusaha untuk mencari keuntungan individu,
disamping melahirkan kebahagiaan Bersama bagi masyarakat.
 Aktivitas-aktivitas ekonomi Islam senantiasa diawasi oleh
hukum-hukum Islam dan pelaksanaannya dikawal pula oleh
pihak pemerintah.
 Ekonomi Islam menyeimbangkan antara kepentingan individu
dan masyarakat.
E. Posisi Ekonomi Syariah dalam Totalitas Sistem Islam
Ekonomi Syariah dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia
merupakan bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Sebagai derivasi dari
agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai
aspeknya. Islam yaitu system kehidupan atau bisa juga dikatan way of life,
di mana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap
baik kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Beberapa
aturan ini bersifat pasti dan berlaku permanen, sementara beberapa yang
lain bersifat kontekstual sesuai dengan situasi dan kondisi.
Islam merupakan suatu agama yang memberikan tuntunan pada seluruh
aspek kehidupan, baik hubungan manusia dengan Tuhan, atau manusia
dengan sesama makhluk Tuhan. Inilah yang sering disebut dengan
implementasi Islam secara kaffah (menyeluruh). Pengertian implementasi
Islam secara kaffah ini adalah: 1.) ajaran Islam dilaksanakan secara
keseluruhan; 2.) meliputi seluruh aspek kehidupan, yaitu seluruh aspek
kehidupannya harus dibingkai ajaran Islam. (Rahmawati et al., 2020)
F. Ruang Lingkup Ekonomi Syariah
Ruang lingkup ekonomi syariah dapat kita temukan dalam beberapa
sumber. Yang pertama terdapat dalam Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah (KHES), yang meliputi aspek ekonomi sebagai berikut: ba’I,

8
akad-akad jual beli, syirkah, mudharabah, murabahah, muzara’ah dan
musaqah, khiyar, istisna, ijarah, kafalah, hawalah, rahn, wadi’ah, gashb,
dan itlaf, wakalah, shullu, pelepasan hak, ta’min, obligasi syariah
mudharabah, pasar modal, reksadana syariah, sertifikat bank Indonesia
syariah, pembiayaan multi jasa, qardh, pembiayaan rekening koran
syariah, dana pension syariah, zakat dan hibah, dan akuntansi syariah.
Adapun sumber kedua kita bisa dapati dalam UU No. 3 tahun 2006
tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
maka dapat kita ketahui ruang lingkup ekonomi syariah meliputi: bank
syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, asuransi syariah, reasuransi
syariah, Lembaga keuangan mikro syariah, dan surat berjangka menengah
syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana
pension Lembaga keuangan syariah dan bisnis syariah.
G. Aliran/Mazhab Ekonomi Syariah
1. Mazhab Iqtishaduna
Aliran ini dinamakan aliran klasik. Kata iqtishad berasal dari
bahasa arab qashd, yang berarti “keadaan sama, seimbang atau
pertengahan”. Adapun tokohnya yakni Abu Baqr al-Sadr sesuai
dengan bukunya yakni Iqtishaduna (ekonomi kita). Aliran ini
menyatakan bahwa antara ekonomi dan Islam itu berbeda. Keduanya
tidak bisa disamakan. Ekonomi tetap ekonomi dan Islam adalah Islam.
Antara ekonomi dan Islam tidak dapat disatukan karena merupakan
filosofi yang kontradiktif. Yang pertama anti Islam, dan kedua Islam.
(Rahmawati et al., 2020)

Tokoh Abu Baqr As-sadr berpendapat bahwa ilmu ekonomi yang


dipelajari memiliki dua aspek yang perlu diperhatikan, adapun aspek
tersebut yakni philosophy of economics atau normative economics dan
aspek positive economics (Shadr, 2008). Positive economics misalnya
mengenai teori permintaan dan penawaran, salah satunya hukum
permintaan (law of demand) yang menunjukkan bahwa terdapat
korelasi negatif antara tingkat harga barang dengan jumlah barang

9
yang diminta. Jika harga barang naik, maka jumlah barang yang
diminta akan turun begitu sebaliknya, sehingga hal ini dikatakan
bersifat objektif, universal dan dapat diterima oleh semua kalangan
masyarakat.
Sedangkan aspek phylosophy of economics atau normative
economics bersifat subjektif, bagian buah pikiran manusia yang
didasarkan pada filsafat buah karya manusia, yang berdampak pada
perbedaan pola piker (thinking), yang berdampak pada sikap (attitude)
dan perilaku (behavior). Misalnya saja budaya berpakaian seksi dan
bermesraan suami isteri di tempat umum merupakan hal yang biasa di
Eropa, namun lain halnya di Indonesia. Islam memandang bahwa
sesuatu dikatakan pantas dan tidak pantas karena ada larangan dalam
syari’ah (al-Qur’an dan as-Sunnah).
Mazhab iqtishaduna memiliki pandangan berbeda mengenai
ekonomi dalam perspektif konvensional dengan ekonomi dalam
perspektif Islam. Mazhab ini memandang bahwa alam semesta tidak
sesuai dengan pernyataan bahwa sumber daya terbatas. Menurut aliran
ini tidak sesuai dengan firman Allah:
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
yang setepat-tepatnya” (QS. Al-Qamar: 49).
Hal ini berkaitan dengan konsep bahwa ekonomi menjadi problem
penting dikarenakan proses distribusi yang tidak merata dan tidak
adanya keadilan, selanjutnya terdapat ekspolitasi dari pihak yang kuat
kepada pihak yang lemah. Paradigma yang digunakan berkeadilan
sosial dan tujuan utama ekonomi Islam yakni realisasi kesejahteraan
manusia melalui aktuaslisasi ajaran Islam.
Menurut aliran ini sumber daya manusia meliputi kekuasaan Tuhan
yang maha kaya dan luas, anugerah tersebut diperuntukkan kepada
manusia agar mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber
daya di bumi dan di langit (planet, galaksi, dan lainnya) sebagaimana
firman Allah:

10
“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasan-Nya,
dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”(QS. Al-Furqan: 25).
Apalagi dengan majunya suatu negara, maka berdampak pada
kemudahan dalam menelusuri dan mengeksploitasi sumber daya
secara optimal.
Aliran ini menolak bahwa keinginan manusia terbatas. Misalnya
manusia akan berhenti makan jika kondisi kenyangnya berada pada
titik kepuasan. Menilik kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
keinginan manusia terbatas. Aliran ini juga berpandangan bahwa
justru kebutuhan/keinginan yang terbatas seperti teori marginal utility
semakin menurun dan law of diminishing return.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa menurut mazhab ini
penggunaan ekonomi Islami sangat tidak sesuai, dan kontradiktif, dan
solusi menggunakan kata “Iqtishad secara harfiah sama, seimbang,
yang berasal dari filosofi Islam.
2. Aliran/Mazhab Mainstream
Aliran ini terkenal dengan pemikir ekonomi kontemporer. Adapun
pemikiran utama dari aliran ini adalah kontraversi dari iqtishaduna
dalam memandang masalah ekonomi. Menurut mazhab mainstream,
ekonomi bermasalah dikarenakan ketidakseimbangan antara keinginan
manusia yang tidak terbatas, sementara sumber daya manusia terbatas
bahkan terjadinya kelangkaan (scarcity). Kondisi kelangkaan secara
khusus bisa saja terjadi, misalnya di Spanyol terjadi kelangkaan
mengenai sumber daya ekonomi. Hal ini berdasar firman Allah:
“Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan beritakanlah
kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155).

11
Sedangkan keinginan manusia tidak terbatas, dan ini merupakan
hal yang wajar dalam tatanan masyarakat sebagaimana firman Allah
yang artinya:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk
liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu)” (QS. At-Takatsur: 1-5).
Pandangan mazhab mainstrem tidak jauh berbeda dengan ekonomi
konvensional bahwa kelangkaan sumber daya penyebab dari problem
ekonomi. Mazhab ini juga tidak jauh berbeda dengan ekonomi
konvensional, perbedaannya terletak hanya pada problem solving
(penyelesaian masalah). Jika dalam konvensional berdasar pada hawa
nafsu maka ekonomi Islam dipandu dengan Al-qur’an dan as-Sunnah.
Berdasarkan hal ini, hikmah dari keterbatasan/kelangkaan hal
tersebut, mengajak manusia untuk lebih bijak lagi dalam menentukan
kebutuhan dengan mempertimbangkan skala prioritas (priority scale)
dan kondiri diri (sef control) terhadap kebutuhan sehari-hari. Mazhab
mainstream berdasarkan pada sumber Islam yakni al-Qur’an, as-
Sunnah dan teladan penerapan pelaksanaan ekonomi pada masa
kejayaan emas umat Islam. Mazhab mainstream memfokuskan pada
pengelolaan sumber daya secara optimal. Lain halnya dengan
kapitalisme, problem solving menggunakan ekonomi market
mechanism dan centralized plan untuk sosialisme.
Selanjutnya, pemikiran ekonomi Islam mazhab ini dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya:
a. Jika dibandingkan dengan mazhab lainnya, secara umum
pemikiran mazhab mainstrem lebih moderat yang
berdampak pada masyarakat mudah menerimanya.
b. Masyarakat luas mudah memahami ide-ide dari mazhab ini
dikarenakan ditampilkan secara konvensional, misalnya
menggunakan economic modeling dan quantitative
methods. Para pendukung dari mazhab ini selain menguasai

12
ilmu keislaman juga banyak berlatar belakang dari ekonomi
konvensional. Beberapa diantaranya yang beraktivitas
ilmiah di negara Barat seperti Muhammad Abdul Mannan,
Umar Chapra, dan Muhammad Nejutullah siddiqi.
c. Selanjutnya hal ini diperkuat dengan banyaknya tokoh yang
juga merupakan staf, penasehat (advisors), the reseacher,
memiliki jaringan erat dengan dengan lembaga-lembaga
regional atau internasional yang telah mapan misalnya
Islamic Development Bank (IDB), Internasional Institut of
Islamic thought (HIT), Islamic research and Training
Institute (IRTI), dan Islamic Foundation pada beberapa
universitas maju. Gagasan ekonomi Islam dengan mudah
disosialisasikan, dengan pendanaan yang memadai dan
jaringan kerja yang luas. Gagasan ekonomi Islam juga dapat
diimplementasikan dalam waktu singkat dalam kebijakan
real, seperti bantuan pembangunan di negara-negara muslim
oleh Islamic Development Bank.
Oleh karenanya, tidak heran jika bermunculan tokoh mazhab
maenstream seperti M. Umer Chapra, Muhammad Abdul Mannan,
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Syed Haidar Naqvi, Khursid Ahmad,
Monzer Khaf dan sebagainya dari Islamic Development Bank (IDB) yang
mempelopori mazhab mainstream

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem yang melandasi ekonomi syariah yaitu tauhid, akhlas, keseimbangan,
maslahah dan falah, serta keadilan. Ekonomi syariah adalah suatu ilmu yang
mengarahkan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang berlandaskan
kepada nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits. Dasar hukumnya
dari Al-Qur’an, Hadits dan Sunnah, Ijma’, dan Ijtihad atau Qiyas.
Tujuan dari ekonomi syariah adalah maslahah bagi umat manusia. Artinya,
mencari semua kegiatan untuk mencapai hal yang membawa manfaat bagi
manusia, atau dengan bekerja pada kegiatan yang dapat secara langsung
menguntungkan. Aktivitas lainnya demi menggapai kemashalatan adalah dengan
menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan) bagi
manusia.
Ciri-ciri ekonomi syariah
• Memelihara fitrah manusia.
• Memelihara norma-norma akhlak.
• Memenuhi keperluan masyarakat.
• Kegiatan-kegiatan ekonomi adalah sebagian daripada ajaran Islam.
• Kegiatan ekonomi Islam mempunyai ciri-ciri luhur, yaitu bertujuan
berusaha untuk mencari keuntungan individu, disamping
melahirkan kebahagiaan Bersama bagi masyarakat.
• Aktivitas-aktivitas ekonomi Islam senantiasa diawasi oleh hukum-
hukum Islam dan pelaksanaannya dikawal pula oleh pihak
pemerintah.
• Ekonomi Islam menyeimbangkan antara kepentingan individu dan
masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Akademisi, K., & Implementasi, U. (2021). EKONOMI SYARIAH ISLAM. www.cvalfabeta.com
Hukum Ekonomi Syariah (Dr. Desmal Fajri, S.Ag.,... (Z-Library). (n.d.).
Rahmawati, I., Mulyono, S., Mutafarida, B., Arafah, M., Sari Rahayu, S., Dadan
Suganda, A., Irvi Nurul Husna, A., Haerany, A., Rijal, K., Sudarmanto, E., &
Fatira, M. A. (2020). EKONOMI SYARIAH. www.penerbitwidina.com

15

Anda mungkin juga menyukai