Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Ekonomi syariah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Abdul Hamid S.Ag,
M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem ekonomi syariah dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan terhadap makalah yang
telah kami buat demi perbaikan di masa depan.

Palu, 05 Desember 2015


Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Dan Manfaat ...................................................................... 2
Bab II Pembahasan ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ekonomi Syariah ......................................................... 3
2.2 Konsep Dasar Ekonomi Syariah .................................................... 4
2.3 Tujuan Ekonomi Syariah ............................................................... 5
2.4 Karakteristik Ekonomi Syariah ...................................................... 5
2.5 Nilai Dan Prinsip Ekonomi Syariah .............................................. 10
Bab III Penutup ............................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 17
3.2 Saran .............................................................................................. 18
Daftar Pustaka .............................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ilmu ekonomi syariah atau juga dikenal sebagai ekonomi islam sebagai
studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an, tetapi
pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam diturunkan
melalui Nabi Muhammad SAW. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi
ini munculnya juga bersamaan dengan di turunkannya Al Quran dan masa
kehidupan Rasulullah SAW., pada abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M.
Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusi
karya pemikiran ekonomi. Karya – karya mereka sangat berbobot, yaitu
memiliki dasar dasar argumentasi yang relijius dan sekaligus intelektual yang
kuat serta kebanyakan didukung oleh fakta empiris pada waktu itu. Banyak di
antranya sangat futuristik di mana pemikir - pemikir Barat baru mengkajinya
ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi dikalangan pemikir muslim
banyak mengisih khasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa di mana
Barat masih dalam kegelapan (dark age). Pada masa itu dunia islam justru
mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang.
Ekonomi islam di bangun untuk tujuan yang suci, dituntun oleh ajaran
islam dan di capai dengan cara – cara yang di tuntunkan pula oleh ajaran
islam. Oleh karena itu kesemua hal tersebut saling terkait dan terstruktur
secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit ekonomi islam tercermin dari
tujuannya, dan di topang oleh pilarnya. Tujuan untuk mencapai falah hanya
bisa di wujudkan dengan pilar ekonomi islam, yaitu nilai-nilai dasar (islamic
values), dan pilar oprasional yang tercermin dalam prinsip – prinsip ekonomi
(islamic principles).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi syariah ?
2. Bagaimana konsep dasar ekonomi syariah ?
3. Apa tujuan dari ekonomi syariah ?

1
4. Bagaimana karakteristik ekonomi syariah ?
5. Apa saja nilai dan prinsip dasar ekonomi syariah ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui pengertian dari ekonomi syariah


2. Mengetahui konsep dasar ekonomi syariah
3. Mengetahui tujuan dari ekonomi syariah
4. Mengetahui karaaakteristik ekonomi syariah
5. Mengetahui nilai dan prinsip dasar ekonomi syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari


masalah-masalah ekonomi rakyat yang di lhami oleh nilai-nilai Islam
(wikipedia). Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak
terdapat perbedaan apapun antara ilmu ekonomi islam dan ilmu ekonomi
modern. Andaipun ada perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya
( Mannam;1993 dalam Nasution Dkk 2010) itulah sebabnya mengapa
perbedaan pokok antara kedua sistem ilmu ekonomi dapat dikemukakan
dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan. Berikut ini merupakan
pengertian tentang ekonomi islam yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi
islam:

a. M. Akhram Kan
“ islamic economics ains the study of the human falah (well-being)
acheived by organizing the resource of the earth on the basic of
coorperation and participation”. Dapat diartikan bahwa Ilmu ekonomi
islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup
manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas
dasar bekerjasama dengan partisipasi.
b. M. Umer Chapra
“ islamics economics was defined as that branch of knowedge which
helps realize human well-being though an allocation and distribution of
scarce resources that is in confirmity with islamic teaching without
unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic
and ecological imbalances”. Jadi, menurut Capra Ilmu ekonomi islam
adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya tanpa batas yang
berada pada koridor yang mengcu pada pengajaran islam tanpa

3
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
c. Kursyid Ahmad
“ islamic ecnomic is a systematic effort to thy to understand the
economics problem and mans behaviour in relation to the problem from
an islamic perspectice”. Menurut Ahmad ilmu ekonomi islam adalah
sebuah usaha sistematis utuk memahami masalah- masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif islam.

2.2 Konsep Dasar Ekonomi Syariah

Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah, tauhid si bidang
ekonomi berarti menempatakan Allah sebagai sang maha pemilik yang selalu
hadir dalam setiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan menempatkan
Allah sebagai satu-satunya pemilik maka otomatis manusia akan di tempatkan
sebagai pemilik “ hak guna pakai” sementara terhadap yang dimilikinya
(Munawar, 2012).
Oleh karena itu senber hukum yang di gunakan dalam ekonomi syariah
adalah :
1. Alquranul Karim
Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum
ekonomi Islam yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna
memperbaiki, meluruskan dan membimbing Umat manusia kepada jalan
yang benar. Didalam Alquran banyak tedapat ayat-ayat yang melandasi
hukum ekonomi Islam, salah satunya dalam surat An-Nahl ayat 90 yang
mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan Umat Islam dalam
segala bidang termasuk ekonomi.
2. Hadis dan Sunnah
Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis dan Sunnah.
Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini

4
apabila didalam Alquran tidak terperinci secara lengkap tentang hukum
ekonomi tersebut.
3. Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan
konsensus baik dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang
tidak terlepas dari Alquran dan Hadis.
4. Ijtihad atau Qiyas
Ijtihad merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.
Sedangkan qiyasadalah pendapat yang merupakan alat pokok ijtihad
yang dihasilkan melalui penalaran analogi.
5. Istihsan, Istislah dan Istishab
Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum
yang lainnya dan telah diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat
mazhab (Atika, 2015).

2.3 Tujuan Ekonomi Syariah

Tujuan akhir ekonomi syariah adalah sebagaimana tujuan dari syariah islam
itu sendiri (maqashid asy syari’ah),yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah
thayyibah) inilah kebahagiaan hakiki yang diinginkan oleh setiap
manusia,bukan kebahagiaan semu yang sering kali pada akhirnya justru
melahirkan penderitaan dan kesengsaraan (Misanam Dkk, 2008). Secara rinci
tujuan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia yang merupakan tujuan
utama dari syariat Islam(mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan
tujuan ekonomi Islam.
2. Ekonomi Islam tidak hanya berorientasi ntuk pembangunan fisik material
dari individu, masyarakat dan negara saja,tetapi juga memperhatikan
pembangunan aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi
kehidupan yang sejahtera dan bahagia.

5
3. Mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin terciptanya
kesejahteraan yang kekal dan abadi.
4. Untuk meningkatkan kesejahteraan material sekaligus meningkatkan
kesejahteraan spiritual.

2.4 Karakteristik Ekonomi Syariah

Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik


ekonomi islam (Yafie,2003,27 dalam Nasution Dkk, 2010):
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menialai ekonomi kapitalis
( memberi penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan
sosialisasi(memberikan penghargaan terhadap persamaan dan keadilan)
tidak bertentangan dengan metode ekonomi islam
2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam teori
ekonomi konvensional dalam memahami ekonomi islam. Membantu para
peminat studi fiqih muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara
ekonomi islam dengan ekonomi konvensional.

Ada beberapa karakteristik ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam Al-


mawsu’ah wa al-analiyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta


Karakteristik pertama ini terdiri dari dua bagian yaitu : pertama, semua
harta baik benda maupun alat produksi adalah milik(kepunyaan Allah)
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 284:

‫ِهَّلِّل ما ِفي الَّسَماواِت َو َم ا ِفي اَألْر ِض َو ِإن ُتْبُد وْا َم ا ِفي َأنُفِس ُك ْم َأْو ُتْخ ُفوُه ُي َح اِس ْب ُك م ِبِه ُهّللا َفَي ْغ ِفُر ِلَم ن‬

-٢٨٤- ‫َي َش اُء َو ُيَع ِّذ ُب َم ن َي َش اُء َو ُهّللا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬

Artinya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang

6
dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.

kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Diantara ayat


yang menjelaskan fungsi manusia sebagai khalifah Allah atas harta adalah
Firman Allah dalam QS al-Hadiid ayat 7:

-٧- ‫آِم ُن وا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه َو َأنِفُقوا ِمَّما َج َع َلُك م ُّمْس َت ْخ َلِفيَن ِفيِه َفاَّلِذيَن آَم ُنوا ِمنُك ْم َو َأنَفُقوا َلُهْم َأْج ٌر َك ِبيٌر‬

Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah


sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.1

dari hal ini dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan
manusia pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena dialah yang
menciptakannya. Akan tetapi, Allah memberi hak kepada kamu(manusia)
untuk memanfaatkannya.
2. Ekonomi terikat dengan Akidah,Syariah(Hukum), dan Moral
Hubungan ekonomi islam dengan akidah dan syariah memungkinkan
aktifitas ekonomi dalam islam menjadi ibadah. Sedangkan diantara bukti
hubungan ekonomi dan moral dalam islam(Yafie,2003:41-42 dalam
Nasution Dkk, 2010) adalah :
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat
menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau ataskepentingan
masyarakat.
b. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi.
c. Larangan Menimbun (menyimpan) emas dan perak atau sarana-sarana
moneter lainnya, sehingga mencagah peredaran uang, karena uang
1
yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik
pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-
hukum yang Telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.

7
sangat diperlukan buat mewujudkan kemakmuran perekonomian
dalam masyarakat.
d. Larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan
individ dalam masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
Sesungguhnya islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dengan
akhirat. Setiap aktifitas manusia kan berdampak pada kehidupannya kelak
diakhirat. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an antara lain di
dalam ayat-ayat berikut
a. QS Al Qassash ayat 77:

‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫آْل‬


‫َو اْب َت ِغ ِفيَم ا آَت اَك ُهَّللا الَّداَر ا ِخَر َة َو اَل َت نَس َن ِص يَبَك ِمَن الُّد ْن َي ا َو ْح ِس ن َك َم ا ْح َسَن ُهَّللا ِإَلْي َك َو اَل َت ْب ِغ‬
-٧٧- ‫اْلَفَس اَد ِفي اَأْلْر ِض ِإَّن َهَّللا اَل ُيِحُّب اْلُم ْف ِس ِديَن‬

Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

b. QS Al Baqarah ayat 201:

-٢٠١- ‫ِو ِم ْن ُهم َّمن َي ُقوُل َر َّب َن ا آِتَن ا ِفي الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفي اآلِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر‬

Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami,

berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah

kami dari siksa neraka"2

2
inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.

8
Disamping kedua ayat tersebut,masih ada ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an

yang mengemukakan hal tersebut seperti Surah al-Jumu’ah ayat 9 dan 10,

an najjam ayat 29 dan al insan ayat 27.

4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu


dengan kepentingan umum.
Arti keseimbangan dalam sistem sosial islam adalah, islam tidak mengakui
hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan
tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh
dilakukan dengan mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat
secara umum.
5. Kebebasan individu dijamin dalam islam.
Idividu-individu dalam perekonomian islam diberikan kebebasan untuk
beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai
tujuan. Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang
telah digariskan oleh Allah SWT. dalam al quran maupun al hadist.
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian.
Islam memperkenankan neagara untuk mengatur masalah perekonomian
agar kebutuhan masyarakat baiak secara individu maupun sosiala dapat
terpengaruhi secara proporsional. Dalam islam negara berkewajiban
melindungi kepentingan masyarakat dari ketidak adilan yang dilakukan
seseorang maupun sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara
juga berkewajiban memberiakn jaminan sosial agar seluruh masyarakat
dapat hidup secara layak.
7. Bimbingan kosumsi.
Dalam al quran bimbingan konsumsi Allah berfirman dalam QS. Al-a’raf
ayat 31:

-٣١- ‫َي ا َب ِني آَد َم ُخ ُذ وْا ِز يَنَت ُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِجٍد وُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َو َال ُت ْس ِر ُفوْا ِإَّن ُه َال ُيِحُّب اْلُمْس ِر ِفيَن‬

9
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid3, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan4. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.

8. Petunjuk investasi.
Ada lima kriteria yang sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman
dalam menilai proyek investasi, yaitu :
a. Proyek yang baik menurt islam
b. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat.
c. Memberantas kekafiran, memperbaiki pedapatan, dan kejayaan.
d. Memelihara dan menumbuh kembangkan harta.
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
9. Zakat
Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang
tidak terdapat pada perekonomian lain. Sistem perekonomian diluar islam
tidak mengenal tuntunan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan
sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan
dendam.
10. Larangan riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang
normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Diantara
faktor yang menyelewengkan uang dari bidangnya yang normal adalah
bunga (riba).

2.5 Nilai Dan Prinsip Ekonomi Syariah

Nilai dasar ekonomi syariah adalah seperangkat nilai yang telah diyakini
dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma

3
Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-
ibadat yang lain.
4
Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui
batas-batas makanan yang dihalalkan.

10
ekonomi syariah. Nilai-nilai dasar tersebut berdasarkan al-Quran dan as-
Sunnah. Kemudian sebagai ekonomi yang bersifat Rabbani maka Ekonomi
syariah mempunyai sumber “nilai-nilai normatif-imperat if”(meminjam
istilah dari Ismail Al Faruqi), sebagai panduan serta pedoman yang mengikat.
Dengan mengakses kepada aturan Ilahiyah (ketuhanan), setiap perbuatan
manusia mempunyai unsur moral, etika, dan ibadah. Setiap tindakan manusia
tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan moralitas yang
baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk
lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar tangan dan murah hati)
ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat
atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis, produsen, konsumen,
debitor maupun kreditor.
Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar pengembangan ekonomi
Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu: tauhid (keimanan), ‘adl
(keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintahan), dan ma’ad
(hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-
proposisi dan teori-teori ekonomi Islam. Rincian dari nilai-nilai universal
ekonomi Islam tersebut dapat dijelaskan serta dipaparkan sebagai berikut
(Muhammad dan Karim, 1999: 22 Adinugraha, 2013):
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi fundamental ajaran Islam. Bahwa tauhid itu


yang membentuk 3 (tiga) asas pokok filsafat Ekonomi syariah, yaitu:
Pertama, ”dunia dengan segala isinya adalah milik Allah SWT., dan berjalan
menurut kehendak-Nya” (QS. Al-Ma’idah: 20, QS. Al-Baqarah: 6). Manusia
sebagai khalifah - Nya hanya mempunyai hak kepemimpinan (khilafat) dan
pengelolaan yang tidak mutlak/absolut, serta harus tunduk melaksanakan
hukum-Nya. Akibatnya apabila kita menggunakan mafhum mukhalafah,
dapat dikatakan bahwa mereka yang menganggap kepemilikan secara
mutlak/tak terbatas berarti telah ingkar kepada hukum Allah SWT. Implikasi
dari status kepemilikan menurut Islam adalah hak manusia atas barang atau

11
jasa itu terbatas. Hal ini jelas berbeda dengan kepemilikan mutlak oleh
individu pada sistem kapitalis dan oleh kaum proletar pada sistem sosialis.

Kedua, ”Allah SWT adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk
tunduk kepada-Nya” (QS. Al-An’am: 142-145, QS. An-Nahl: 10-16, QS.
Faathir: 27-29, QS. Az-Zumar: 21). Dalam perspektif Islam, kehidupan di
dunia hanya dipandang sebagai ujian dan sementara (tidak kekal/abadi),
dimana akan diberikan kenikmatan dengan surga yang abadi bagi mereka
yang dikasihi-Nya, sebagai sesuatu yang sifatnya non materil, yang tidak
dapat dijadikan patokan dan tidak dapat diukur dengan sesuatu yang pasti
(absolut), dan ini sulit untuk dimasukkan ke dalam analisis ekonomi
konvensional. Sedangkan ketidakmerataan karunia atau nikmat dan kekayaan
yang diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya merupakan kuasa dan
kehendak Allah semata. Dengan tujuan agar mereka yang diberi kelebihan
nikmat bisa selalu bersyukur kepada Sang pemberi rizki dengan cara
menyisihkan dan memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang
berhak menerimanya (delapan ashnaf). Sehingga akan tumbuh aktivitas
ekonomi yang merata secara egaliter.

Ketiga, secara horizontal iman kepada Hari Akhir (kiamat) akan


mempengaruhi perilaku manusia dalam aktivitas ekonomi. Misalnya seorang
muslim yang ingin melakukan aktivitas ekonomi tertentu, maka ia juga akan
mempertimbangkan akibat setelahnya (akibat jangka panjang). Hal ini
bermaksud agar setiap individu muslim dalam memilih aktivitas ekonomi
tidak hanya memikirkan kenikmatan sesaat kala itu saja (jangka pendek)
akan tetapi ia selalu berfikir akibat baik dan buruknya jauh ke depan. Karena
kehidupan di dunia hanya ”numpang lewat” untuk mencari bekal kelak di
akhirat.

2. ‘Adl (Keadilan)

Allah adalah Sang pencipta seluruh yang ada di muka bumi ini, dan ’adl
(keadilan) merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua

12
manusia itu sama (egalitarianism) di hadapan-Nya dan memiliki potensi
yang sama untuk berbuat baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya
hanya tingkat ketaqwaan setiap individunya. Implikasi prinsip ‘adl (keadilan)
dalam ekonomi Islam ialah: pemenuhan kebutuhan pokok bagi setiap
masyarakat, sumber pendapatan yg terhormat, distribusi pendapatan dan
kekayaan secara merata, dan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang baik.
(Karim, 2003: 8-9 dalam Adinugraha, 2013). Hal ini tersirat dalam QS. Al-
An’am: 152 yang ininya bahwa Allah memerintah kepada manusia agar
dapat berlaku adil dalam segala hal, terutama kepada mereka yang sedang
diamanahi kekuasaan dan mereka yang senantiasa berhubungan dengan
transaksional bermu’amalah atau berniaga (Nuruddin, 1994: 233 dalam
Adinugraha, 2013).

3. Nubuwwah (Kenabian)

Karena sifat cinta, kasih, sayang, dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak
dibiarkan semena-mena hidup di dunia ini tanpa mendapat petunjuk dan
bimbingan dari-Nya. Maka dari itu diutuslah para nabi dan rasul sebagai
delegasi dalam menyampaikan petunjuk Allah kepada manusia tentang
bagaimana hidup yang baik, benar, dan berkah (hayatun thoyyibah) di dunia,
dan mengajarkan jalan/cara untuk kembali kepada Allah jika ia melakukan
kesalahan atau kekhilafan (taubah).

Salah satu tugas rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani
manusia agar mendapatkan keselamatan (salamah) di dunia dan akhirat.
Karena hal ini selaras dengan sabda Rasul yang artinya ”Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (termaktub dalam Shahih
Bukhari). Kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 4
melalui firman-Nya yang berarti: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung”, dan dalam QS. Al-Ahzab: 21 yang
art inya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

13
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Dari satu hadist
dan dua ayat di atas dapat disarikan, bahwa Nabi Muhammad merupakan
model yang ideal dalam segala perilaku, termasuk juga di dalamnya perilaku
ekonomi dan bisnis yang seyogyanya dapat diteladani serta diimplementasikan
oleh setiap manusia, khususnya para pelaku ekonomi dan bisnis. Nabi
Muhammad juga merupakan nabi terakhir dan nabi penyempurna dalam ajaran
Islam, sehingga tidak heran jika ia memiliki 4 (empat) sifat yang sering
dijadikan landasan dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk juga dalam
aktivitas ekonomi dan bisnis karena selain bidang leadership ia juga sangat
perpengalaman dalam bidang perdagangan, berikut penjelasan implementasi 4
(empat) sifat Nabi dalam aktivitas ekonomi dan bisnis (al-Diwany, 2003: 161
dalam Adinugraha, 2013):

Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi
hidup setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan muncul konsep turunan, yaitu
efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang
tepat (on time) dan benar (all right), sedangkan efisiensi adalah melakukan
aktivitas dengan benar dan hemat, maksudnya menggunakan teknik dan
metode yang tidak menyebabkan kemubadziran; Kedua, Amanah
(responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas). Apabila sifat ini
diimplementasikan dalam praktek maka akan membentuk pribadi yang
kredibel dan memiliki sikap penuh tanggung jawab. Kolektifitas dari setiap
individu dengan kredibilitas dan tanggung jawab yang tinggi dapat
menciptakan masyarakat yang kuat. Sifat amanah memiliki posisi yang
fundamental dalam aktivitas ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan
tanggung jawab dalam berperilaku, maka kehidupan ekonomi dan bisnis akan
amburadul (tidak stabil). Ketiga, Fathanah (kecerdasan, kebijaksanaan,
profesionalitas, intelektualitas). Sifat ini dapat dijadikan strategi dalam hidup,
karena untuk mencapai ma’rifatullah (mengenal Allah melalui ayat-ayat dan
tanda-tanda kebesaran-Nya), setiap individu harus mengoptimalkan segala
potensi yang telah diberikan oleh-Nya. Potensi paling bernilai yang menjadi

14
pembeda manusia dengan makhluk lain dan hanya dianugrahkan pada manusia
adalah al-’aqlu (intelektualita). Implikasi sifat ini dalam aktivitas ekonomi dan
bisnis adalah bahwa segala aktivitas ekonomi harus dilakukan dengan ilmu
atau kecerdasan, dan optimalisasi semua potensi akal (al-’aqlu) yang ada
untuk mencapai tujuan (goal). Memiliki kredibilitas dan responsibility yang
tinggi saja belum cukup dalam menjalankan kehidupan berekonomi dan
berbisnis. Tetapi apabila dilengkapi dengan akal cerdas dan sikap
profesionalitas yang mumpuni maka hal ini akan lebih mudah dalam
menjalankannya (konsep ”work hard and smart”). Keempat, Tabligh
(komunikatif, transparansi, marketeble). Merupakan soft skill yang selayaknya
dimiliki oleh setiap manusia, karena setiap pribadi beragama mengemban
tanggung jawab penyampaian (da’wah). Sifat tabligh dalam ekonomi dan
bisnis menurunkan prinsip-prinsip ilmu komunikasi (personal, interpersonal),
seperti penjualan, pemasaran, periklanan, pembentukan opini masa, dan lain
sebagainya.

4. Khilafah (Pemerintahan)

Khilafah merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin


(khalifah) di dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental dan
spiritual oleh Allah SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam atau
materi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk sustainibilitas atau
keberlangsungan hidupnya. Sehingga kosep khilafah ini melandasi prinsip
kehidupan kolektif manusia atau hablum minannas dalam Islam. Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar
pelaku ekonomi dan bisnis, agar dapat meminimalisir kekacauan,
persengketaan, dan keributan dalam aktivitas mereka. Implikasi dari prinsip
khilafah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah: persaudaraan universal,
kepercayaan bahwa sumber daya adalah amanah, kewajiban agar berpola
hidup hemat dan sederhana, dan setiap individu memiliki kebebasan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan kebebasan tersebut dibatasi dengan
kebebasan antar sesama manusia sebagai wujud dari hablum minannas. Semua

15
itu dalam rangka untuk mencapai tujuan syariah (maqashid as-syariah), yang
mana maqashid as-syariah dalam perspektif Al-Ghazali adalah untuk
menciptakan kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan
menjaga atau melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa (hifzu an-nafs), akal
(hifzu al-’aql), keturunan (hifzu an-nasl), dan harta manusia (hifzu al-mal).

5. Ma’ad (Hasil)

Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari belum
bisa berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata
menjadi bisa berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif
Islam dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi
manusia untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal
shaleh. Kelak amalnya itu akan mendatangkan kebahagiaan dan mendapatkan
balasan, baik semasa hidup di dunia maupun ketika di akhirat nanti. Pada
prinsipnya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga
sebaliknya. Oleh karena itu, ma’ad bermakna balasan, imbalan, ganjaran.
Menurut Imam Al-Gazhali implikasi konsep ma’ad dalam kehidupan ekonomi
dan bisnis misalnya, mendapatkan profit/laba sebagai motivasi para pelaku
bisnis. Laba tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan
diterima di akhirat. Karena itu konsep profit/laba mendapatkan legitimasi
dalam Islam (Karim, 2003: 11-12 dalam Adinugraha, 2013).

Peranan Masyarakat dalam Perkembangan Ekonomi syariah


ulama sesungguhnya secara teoretis mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pengembangan ekonomi syariah. Namun demikian, secara faktual peran itu belum

secara menyeluruh dilaksanakan oleh para ulama. Hanya sebahagian ulama yang
melibatkan diri dan berperan memberi dukungan terhadap pengembangan
ekonomi syariah, baik secara langsung karena menjadi Dewan Pengawas Syariah
atau secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan lembaga ekonomi syariah,
tetapi bergerak melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat untuk
memanfaatkan lembaga ekonomi syariah dan memberdayakannya.
Dilihat dari perkembangan peran ulama secara faktual dalam rangka membina dan
membangun umat tampak telah terjadi pergeseran yang serius. Dalam sejarah
yang panjang para ulama kita terikat dengan organisasi sosial keagamaan yang
relatif ketat. Melalui organisasi keagamaan inilah ulama pada umumnya

16
mengalami mobilitas vertikal dan mendapat legitimasi. Sejarah organisasi sosial
keagamaan di Indonesia mempunyai hubungan yang erat dengan respon umat
Islam terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Ketika organisasi sosial
keagamaan itu mempunyai akar yang kuat di dalam masyarakat, terutama para
anggotanya, para ulama mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Dengan visi
organisasi yang merupakan doktrin yang membentuk kesadaran kolektif anggota
organisasi, para ulama ini berperan sangat aktif di kalangan masyarakat terutama
anggotanya. Semangat keagamaan yang diperkuat dengan visi organisasi, kegiatan
pembinaan berlangsung sangat efektif menyebabkan kesadaran beragama
asyamaratpun lebih kuat dan solid. Visi organisasi umumnya adalah untuk
membangun keberagamaan yang utuh sesuai konsep organisasi. Dengan visi yang
didukung bersama, organisasi sosial keagamaan ini bergerak secara efektif
membangun keberagamaan umat sekaligus membantu kenyelesaikan
masalahmasalah umat terutama ekonomi dan pendidikan. Solidaritas dan soliditas
masyakatpun sangat kuat dan berfungsi sebagai modal sosial organisasi sekaligus
menjadi benteng yang kuat menahan pengaruh-pengaruh yang bertentangan
dengan norma-norma keagamaan yang diyakini bersama.
Fenomena yang tampak sekarang berbeda dengan kenyataan tersebut. Orientasi
sebahagian pengurus organisasi sosial keagamaan dan para ulamanya terbawa
oleh semangat zaman ke dunia politik yang bersifat praktis. Fenomena ini bukan
tanpa argumen pembenaran, paling tidak ada anggapan bahwa dengan
berkecimpung di dunia politik praktis, apalagi masuk di lembaga legislatif dan
birokrasi akan lebih mudah peran dilaksanakan untuk membangun umat. Akan
tetapi, tampaknya tidak ada kebijakan yang sistematis di kalangan organisasi
keagamaan Islam mengatur langkah-langkah ini, apalagi rencana strategis yang
dapat mengantisipasi merosotnya soliditas dan solidaritas warga, demikian juga
kemungkinan merosotnya upaya-upaya pembinaan kualitas keberagamaan
masyarakat anggota. Akhirnya yang tampak terjadi adalah makin rapuhnya
organisasi sosial keagamaan kita dan para ulamanya kehilangan pengaruh di
kalangan masyarakat. Upaya pembinaan keberagamaan umat dewasa ini sangat
jauh berkurang. Masyarakat kita pun sulit sekali untuk dijadikan sebagai modal
sosial yang utuh.
Kalau fenomena seperti ini terus berlangsung dan lemahnya pengetahuan
sebahagian ulama tentang fiqh mu’amalat dan ekonomi syariah, maka tidak
banyak yang diharapkan dari peran para ulama kita dalam pengembangan
ekonomi syariah. Padahal sesungguhnya peran para ulama dan juga para
pemimpin organisasi sosial keagamaan sangat penting dalam rangka
pengembangan ekonomi syariah, khususnya untuk sosialisasi, peningkatan
kesejahteraan umat, dan pengawalan lembaga-lembaga ekonomi syariah supaya
tetap di dalam koridor syariah.
Kalau peran para ulama dan para pemimpin organisasi sosial keagamaan tidak
terlaksana secara optimal, maka dengan sendirinya, yang mengambil manfaat dari
keunggulan dan perkembangan ekonomi syariah itu bukanlah masyarakat kita.
Tanpa keterlibatan ulama mengawal perkembangan operasional lembaga-lembaga
ekonomi syariah itu, perkembangannya yang demikian cepat, apalagi bila jumlah
pelakunya semakin banyak dari orang-orang luar Islam atau orang-orang yang

17
kurang menguasai nilai-nilai dan prinsip syariah, maka bukan tidak mungkin akan
terjadi penyimpangan-penyimpangan di dalamnya dengan tetap mengatasnamakan
nilai-nilai dan prinsip syariah.
Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali memperkuat peran ulama dan para
pemimpin organisasi sosial Islam dalam pengembangan lembaga-lembaga
ekonomi syariah melalui keterlibatan langsung, dukungan dan upaya sosialisasi.
Akan lebih baik apabila para ulama dan para pemimpin organisasi sosial Islam
menggunakan fasilitas ekonomi syariah dalam setiap keperluan baik yang bersifat
individual maupun yang bersifat kollektif.
Apabila diuraikan secara lebih rinci, banyak yang dapat dilakukan para ulama
baik secara perorangan maupun secara kolektif melalui lembaga keulamaan dalam
rangka pengembangan ekonomi syariah, antara lain
1. Menambah dan memperdalam pengetahuan tentang fiqh mu’amalat dan secara
khusus yang berkaitan dengan ekonomi syariah di lingkungan masing-masing
2. Mengingatkan kepada masyarakat bahwa ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam syariah Islam itu, seperti yang berkenaan dengan ekonomi, ternyata
memiliki keunggulan dan telah terbukti dalam kenyataan dan diakui oleh
masyarakat dunia.
3. Menyampaikan kepada masyarakat bahwa ekonomi syariah itu adalah
penerapan fiqh mu’amalat sesuai dengan sistem kehidupan modern.
4. Mengajak masyarakat untuk menjadi muslim yang kaffah, bukan hanya pada
bidang ibadah saja, akan tetapi juga pada bidang mu’amalah.
5. Mengingatkan masyarakat bahwa berbisnis yang dilarang syariah dan
melakukan transaksi yang dilarang syariah, seperti riba, judi, prostitusi, dan
sebagainya tidak akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan baik di dunia
apalagi di akhirat.
6. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk membangun kehidupan yang bersih
dari segala yang dilarang syariah, termasuk mencari sumbersumber kehidupan, agar
hidup lebih berkah

7. Melakukan pengajian-pengajian menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi


syariah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

8. Mengajak masyarakat supaya memanfaatkan institusi-institusi ekonomi syariah yang


telah berkembang dengan sangat baik di tanah air, seperti bank syariah, asuransi,
reksadana, dan pasar modal serta perusahaanperusahaan retail syariah.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

18
1. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang di lhami oleh nilai-nilai Islam.
Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat
perbedaan apapun antara ilmu ekonomi islam dan ilmu ekonomi modern.
2. Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah, tauhid si
bidang ekoni berarti menempatakan Allah sebagai sang maha pemilik yang
selalu hadir dalam setiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan
menempatkan Allah sebagai satu-satunya pemilik maka otomatis manusia
akan di tempatkan sebagai pemilik “ hak guna pakai” sementara terhadap
yang dimilikinya.
3. Tujuan ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia yang merupakan tujuan
utama dari syariat Islam(mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan
tujuan ekonomi Islam.
2) Ekonomi Islam tidak hanya berorientasi ntuk pembangunan fisik
material dari individu, masyarakat dan negara saja,tetapi juga
memperhatikan pembangunan aspek-aspek lain yang juga merupakan
elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
3) Mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin
terciptanya kesejahteraan yang kekal dan abadi.
4) Untuk meningkatkan kesejahteraan material sekaligus meningkatkan
kesejahteraan spiritual.
4. Beberapa karakteristik ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam Al-
mawsu’ah wa al-analiyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai
berikut:
1) Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta.
2) Ekonomi terikat dengan Akidah,Syariah(Hukum), dan Moral.
3) Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan.
4) Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan umum.
5) Kebebasan individu dijamin dalam islam.

19
6) Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian.
7) Bimbingan kosumsi.
8) Petunjuk investasi.
9) Zakat.
10) Larangan riba.
5. Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar pengembangan ekonomi
Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu:
1) tauhid (keimanan)
2) ‘adl (keadilan)
3) nubuwwah (kenabian)
4) khilafah (pemerintahan), dan
5) ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun
proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.
Secara teoretis, ulama mempunyai peran yang sangat strategis di dalam kehudupan
masyarakat Islam, dan secara faktual ini telah terbukti di dalam sejarah yang
panjang. Ulama adalah figur-figur yang diidealisasikan umat, bahkan merupakan
patron sosial umat. Ulama ditempatkan sebagai rujukan atau literati tidak hanya pada
bidang agama tetapi juga sering pada bidang-bidang lainnya. Proses mobilitas
vertikal dan perolehan legitimasi sebagai ulama melalui jalan yang panjang dalam
bentuk seleksi sosial tentang kapasitas keilmuan, rekam jejak dan integritas. Ulama
sering juga dibesarkan oleh organisasi-organisasi sosial keagamaan untuk
memperkuat organisasi dengan visi yang telah dirumuskan oleh organisasi.
3.2 Saran

Dengan pembaca mengetahui beberapa ilmu mengenai ekonomi syariah di


harapkan pembaca dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari
hari yakni menerapkan ekonomi yang sesuai dengan tuntunan islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Al Hadist, karena kita telah mengetahui bahwa
harta adalah kepunyaan Allah SWT., dan manusia hanyalah khalifa atas harta
tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hendri Hermawan. (2013). Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi
Islam. Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi, Vol.21 No. 1
http://p3m.stainkudus.ac.id/files/Ahttp://dinus.ac.id/wbsc/assets/
dokumen/majalah/4-Hendri_Hermawan_%2849-59%29.pdfNITA-Jul-
Desi.pdf (diakses pada 3/12/2015).

Atika, Suraya. (2015). Makalah Ekonomi Islam. (artikel online) http://suraya-


atika.blogspot.co.id/2014/11/makalah-ekonomi-islam.html (diakses pada
3/12/2015) .

Misanam, Munrokhim. Suseno, Priyonggo. dan Hendrieanto, M. Bhekti. (2008).


Ekonomi Islam. Jakarta:PT RajaGrafindo

Nasution, Mustafa Edwin. Setyanto, Budi. Huda, Nurul. Mufraeni, Muhammad


Arief. dan Utama, Bey Sapta. (2010). Pengenalan Ekslusif Ekonomi
Islam. Jakarta:Kencana

Munawar, Fansuri. (2012). Ekonomi Syari’ah, Perbankkan Islam, Dan


Manajemen Pendidikan Di Era Global. Jurnal Pendidikan Agama Islam-
Ta’lim, Vol.10 No.2.
http://jurnal.upi.edu/file/05_Ekonomi_Syariah,_Perbankan_Islam_dan_
Manajemen_Pendidikan_Islam_di_Era_Global-Fansuri_Munawar1.pdf
(di akses pada 3/12/2015).

Wikipedia. (2015). Ekonomi Syariah. (artikel online)


https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah (di akses pada 3/12/2015)

21
22

Anda mungkin juga menyukai