Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NILAI-NILAI FILOSOFIS DALAM DEFINISI, KARAKTERISKTIK


DAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Dalam mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam

OLEH :
SITI AISYAH 30122030
WINDA FEBRIANI 30122034

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Rusyaida, M.Ag

PROGRAM STUDI PASCA EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI ISLAM DAN BISNIS
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1444 H /2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT yang
telah menurunkan Al-Quran kepada manusia sebagai petunjuk, pedoman, dan
penerang bagi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Atas karunia
Allah, makalah sederhana ini dapat pemakalah selesaikan. Shalawat beriring
salam mari sama-sama kita persembahkan kepada baginda Rasulullah SAW
beserta keluarga dan para Sahabatnya sekalian. Dari merekalah yang telah
mewariskan dan mengajarkan Al-Quran sehingga sampai kepada kita hari ini.

Makalah yang membahas tentang Nilai-Nilai Filosofis Dalam Definisi,


Karakterisktik Dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ini merupakan tugas pada
mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam. Selanjutnya, kami memberikan apresiasi
yang luar biasa kepada dosen pengampu Dr. Rusyaida, M.Ag yang telah
meluangkan sedikit waktunya dan berkenaan memberikan arahan dan dorongan,
baik berupa kritikan atau saran kepada kami dalam penyusunan untuk mencapai
kesempurnaan makalah ini.

Meskipun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk


menyempurnakan Tulisan ini, namun kami yakin masih banyak kekurangan,
kejanggalana bahkan mungkin ada kesalahan didalamnya karena kesempurnaan
hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami snagat mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih dan semoga Allah membalasnya.

Akhirnya, kami sangat menginginkan agar makalah ini dapat bermanfaat


bagi pembaca dan khususnya untuk kami sendiri. Kepada Allah jualah kami
serahkan segalanya. Semoga kiprah dan pengabdian kita semua bermakna disisi-
Nya, aamiin.

Bukittinggi, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Hakikat/Definisi Ekonomi Islam..............................................................3


B. Nilai-nilai Filosofi Karakteristik Ekonomi Islam....................................9
C. Nilai-nilai Filosofi Prinsip Ekonomi Islam..............................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persoalan yang dihadapi umat manusia sekarang adalah munculnya
suatu pandangan yang menempatkan aspek material yang bebas dari dimensi
nilai pada posisi yang dominan. Pandangan hidup yang berpijak pada ideologi
matrealisme inilah yang kemudian mendorong perilaku manusia menjadi
pelaku ekonomi yang hedonistic, sekralistik dan matrealistik.
Sistem ekonomi yang ada ternyata berdampak pada cara pandangan
manusia yang kemudian membawa malapetaka dan bencana dalam kehidupan
sosial masyarakat seperti ekploatasi dan perusakan lingkungan hidup,
disparatis pendapatan dan kekayaan antar golongan dalam masyarakat dana
natr negara di dunia, lunturnya sikap kebersamaan dan persaudaraan,
timbulnya penyakit-penyakit sosial yang anarkis dan sebagainya.
Islam merupakan agama yang universal dan komprehensif. Universal
bermakna bahwa islam di peruntukan bagi seluruh manusia di muka bumi dan
dapat diterapkan dalam setiap ruang dan waktu sampai akhir zaman. Islam
telah mengatur keseluruhan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam
bidang ekonomi. Salah satu dari tujuannya adalah untuk mewujudkan
keadilan dalam pendistribusian kekayaan.
Kesempurnaan ajran islam dikarenakan islam mengatur seluruh sendi
kehidupan manusia, tidak saja aspek mua’malah yang meliputi sosial, [politik
budaya hukum, ekonomi dan sebagainya (Qardhawi, 1987:67) sebagai
ajaran yang komprenhensif islam mengajarkan tiga hal aqidah, syariah dan
akhlak yang ketiganya saling berhubungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi/Hakikat Ekonomi Islam?
2. Bagaimana Nilai-Nilai Filosofi Karakteristik Ekonomi Islam?
3. Bagaimana Nilai-Nilai Filosofi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Hakikat/Definisi Ekonomi Islam
2. Untuk mengetahui Nilai-Nilai Filosofi Karakteristik Ekonomi Islam
3. Untuk mengetahui Nilai-Nilai Filosofi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat/Definisi Ekonomi Islam


Sebagai upaya dalam mengungkap hakikat dari ekonomi syariah,
maka dilakukan pendekatan dengan cara menelaah landasan, pengertian dan
tujuan dari ekonomi syariah.
1 Landasan Ekonomi Islam
Landasan merupakan hal yang menjadi tempat darimana sesuatu
berangkat. Sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan (sains) modern, maka
ilmu ekonomi syariah merupakan suatu kebangkitan (emergence) dalam
dunia sains Islam di abad ke-20 oleh para intelektual muslim guna
melawan hegemoni perekonomian konvensional ala Barat. Kebangkitan
tersebut sebagai upaya umat muslim untuk terlepas dari sistem
perekonomian yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang
terdapat pada negara-negara Islam.
Sebagai produk pemikiran warisan keilmuan pemikir dan filsuf
muslim pada zaman kejayaan Islam (abad ke-7 s/d ke-13 Masehi), maka
ekonomi syariah merupakan suatu bentuk aplikasi nilai-nilai syariah dalam
interaksi masyarakat terkait kepemilikan dan pemerataan harta benda
berdasarkan Quran dan Hadits sebagai bentuk ketakwaan dan keimanan.
Para ulama dan fuqaha mentransformasikan kaidah-kaidah fiqhiyyah ke
dalam sendi-sendi ilmu sosial masyarakat yang berkembang mengikuti
perubahan zaman. Hal ini terjadi karena Islam tidak mengenal adanya
sistem yang tidak memiliki landasan hukum3. Sistem ekonomi yang
dikembangkan oleh para filsuf muslim ketika itu juga merupakan
penjabaran dari ilmu fiqh yang berkaitan dengan interaksi antar individu
(muamalah).
Pemikiran mengenai administrasi sistem khilafah tersebut berimbas
juga pada pemikiran mengenai pengaturan sumber negara. Sehingga
lahirlah suatu pemikiran dalam pengaturan sumber daya yang bersumber
dari ajaran-ajaran Islam, sebagaimana pemerintahan pada era tersebut yang

3
melandaskan hukumnya pada hukum syariah. Dari berbagai konsep
pemikiran tersebut, maka pengaturan sumber daya, aset, kepemilikan harta
benda, hingga aktivitas ekonomi senantiasa berlandaskan syariah yang
kemudian memunculkan konsep yang dapat digeneralisir sebagai suatu
bentuk perekonomian syariah. Sehingga secara tidak langsung, landasan
yang mendasari ekonomi syariah ialah produk pemikiran dari hukum-
hukum fiqh yang berkaitan dengan muamalah.1
2 Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi didefinisikan sebagai hal yang mempelajari tentang
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Sementara, Islam
mengatur kehidupan manusia baik kehidupan di dunia maupun akhirat.
Dengan demikian ekonomi merupakan suatu bagian dari agama (Islam),
karena bagian dari kehidupan manusia yang bersumber dari Alquran dan
al-Sunnah. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam sebagai
suatu agama yang istimewa dibandingkan dengan agama lain sehingga
dalam membahas perspektif ekonomi Islam segalanya bermuara pada
akidah Islam berdasarkan al-Qur’ān al-karīm dan al- Sunnah al-
nabawiyyah.2
Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah – masalah ekonomi umat berdasarkan syari’ah. Hakikat ekonomi
Islam berdasarkan kepada prinsip–prinsip : tauhid, adil, nubuwwah,
khilawah dan ma’ad. Pada dasarnya hakikat ekonomi syari’ah itu adalah
kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian kebahagiaan hidup
manusia di dunia, kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi
sesama manusia secara baik, ekonomi diarahkan bagi tercapainya
kesejahteraan, kemajuan material dan kebahagiaan hidup manusia di dunia
dan harus hindari kegiatan ekonomi yang merusak fisik maupun tatanan
kehidupan manusia. 3

2
Muhammad Qarib, ‘Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam’, Intiqad: Jurnal Agama Dan
Pendidikan Islam, 10.1 (2018), 162–73.
3
Fauziah and Husni Tamrin, ‘Jurnal Tamaddun Ummah’, Tamadun Ummah, 1, 1–7.

4
Definisi ekonomi Islam sangat banyak dirumuskan oleh para ahli, dan
penjelasan lebih menyeluruh tentang definisi ekonomi Islam tergambar dalam
rancang bangun ekonomi Islam. Akan tetapi, secara umum ekonomi Islam
dapat didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas
ekonomi syariahnya yang harus sesuai dengan tuntutan syariat Islam, agar
dapat mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab,
dan harta). Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam
haruslah berdasarkan konsep dasar dalam Islam, yaitu tauhid dan berdasarkan
rujukan pada al-Qur'an dan Sunnah. Teori, sistem dan kegiatan ekonomi umat
Islam merupakan tiga pilar yang harus membentuk sebuah sinergi. Sebagai
ilmu, ekonomi Islam memberikan makna bahwa dalam ekonomi Islam harus
selalu dilakukan pengembangan keilmuan agar ditemukan formulasi ekonomi
Islam yang benar-benar sesuai dengan prinsip umat Islam (dewi maharani,
2018).
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah
prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup islam. Syarat utama adalah
memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi islam
adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilainilai moral. Nilai-nilai
moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis
fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai
syariah.

Beberapa pengertian ekonomi Islam menurut pendapat beberapa ahli


antara lain4 :

a) Muhammad Abdul Manan


Islamic economics is a sosial science which studies the economics
problems of a people imbued with the values of Islam. Jadi, menurut
Abdul Manan ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam (herza ayumenita:2017).

4
B A B Ii, ‘Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 14. 1’, 22–76.

5
b) M. Umer Chapra
Islami economics was defined as that branch which helps realize human
well-being through and allocation and distribution of scarce resources
that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly curbing
Individual fredom or creating continued macroeconomic and ecological
imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada
dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memeberikan
kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan
(Muhammad zaki Suaidi:2012).
c) Menurut Syed Nawab Haider Naqvi
Ekonomi Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya
untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.
d) Menurut S.M. Hasanuzzamn ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi islam pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran da aturan
syariah yang mencegah ketidak adilan dalam pencarian dan eksplorasi
berbagai macam sumberdaya, untuk memberikan kepuasan lahir dan
batin bagi kemanusiaan serta memungkinkan mereka melaksanakan
seluruh kewajiban mereka kepada sang khaliq dan masyarakat (nurul
fahmi:2019)
Dari beberapa pengertian dan gagasan yang disebutkan oleh beberapa
sumber tersebut, masih banyak definisi lainnya yang dipaparkan oleh para
pemikir dan ulama muslim. Meskipun demikian, dari beberapa definisi yang
sudah disebutkan, definisi-definisi tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu
untuk menemukan hakikat dari pengertian ekonomi Syariah itu sendiri. Dari
definisi-definisi yang diungkapkan diatas, dapat ditarik gagasan umum
mengenai pengertian ekonomi syariah dengan ciri khas tersendiri berupa tata-
cara pemenuhan kebutuhan, tujuan dari pemenuhan kebutuhan, dan aturan

6
dalam pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan syariah. Yakni ekonomi
islam merupakan kegiatan maupun praktek ekonomi yang dilakukan sebagai
upaya dalam pemenuhan hajat hidup masyarakat sebagai sarana mencapai
kebahagiaan (falah) di dunia dan akhirat berdasarkan syariah Islam.
3 Tujuan Ekonomi Islam
Masyarakat hidup terdiri dari kumpulan individu yang saling
bekerjasama. Manusia senantiasa dan harus hidup berdampingan dengan
manusia yang lainnya. Hal ini disebabkan manusia tidak dapat mencukupi
segala macam kebutuhan yang kompleks dengan usaha sendiri, melainkan
juga membutuhkan campur tangan orang lain dalam memenuhi hajat
hidupnya. Sehingga upaya-upaya pemenuhan hajat tersebut menjadi motif
ekonomi yang mendasari berbagai perubahan perilaku pada masyarakat.5
Tujuan dari pemenuhan hajat hidup manusia ialah untuk mencapai
kebahagiaan (Al Farabi), namun guna menjamin tercapainya kebahagiaan
masing-masing individu tanpa memberikan gangguan bagi individu yang lain,
perlu adanya suatu tatanan masyarakat. Tatanan masyarakat tersebut harus
sesuai dan berasal dari aturan Prima Causa yang dianggap sebagai sumber
asal dari seluruh alam semesta beserta segala hukum yang terdapat
didalamnya. Sebagaimana alam semesta diatur secara hirarkis oleh Prima
Causa, maka masyarakat pun membutuhkan pengaturan yang sejenis,
mengangkat orang-orang berdasarkan posisi mereka dalam masyarakat.
Dalam pandangan dunia Islam, kebahagiaan hidup yang hendaknya
dicapai oleh manusia ialah kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Motif
ekonomi yang digunakan dalam ekonomi Syariah juga merupakan tatanan
guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaanya sistem ekonomi Syariah senantiasa berlandaskan wahyu dan
memiliki keterkaitan dengan hukum-hukum fiqh. Sistem ekonomi yang
dikembangkan oleh para filsuf muslim juga merupakan penjabaran dari ilmu
fiqh yang berkaitan dalam muamalah.
Berbeda dengan ilmu ekonomi konvensional yang berdasar pada
tindakan individu dengan rasionalitas yang bertujuan untuk mencapai
5
Firdauska Darya Satria, ‘HAKIKAT EKONOMI SYARIAH TUJUAN ) Sumber Dan Norma Ekonomi
Syariah Pada Lembaga Keuang ...’, Pendidikan, 2018, 1–17.

7
kepuasan atau keuntungan, ilmu ekonomi Syariah mendasarkan tindakan
individu sebagai bentuk ibadah, hubungan vertikal antara manusia dengan
Sang Pencipta sebagai bentuk ketakwaan terhadap ajaran- ajaran religius.
Dalam agama Islam, ajaran yang terkandung dalam ilmu ekonomi harus
berdasarkan nilai tauhid, khilafah, dan keadilan yang dianggap sebagai nilai-
nilai Islam.
Dalam Economic System of Islam karangan Hadrat Mirza, sistem
ekonomi Syariah cenderung didefinisikan sebagai suatu upaya dalam
pemenuhan keadilan. Dalam konteks ekonomi, keadilan tersebut ialah
pemerataan aset dan sumber daya yang ada, baik dalam bentuk pendapatan
maupun konsumsi.
Berdasarkan beberapa pendapat, ada yang beranggapan bahwa
ekonomi Syariah muncul sebagai reaksi atas sistem ekonomi konvensional
yang merajalela di berbagai negara Islam. Adapula yang berpendapat bahwa
ekonomi Syariah merupakan suatu produk pemikiran dari para cendekiawan
dan pemikir muslim yang merumuskan tentang tata cara ber-muamalah pada
bidang ekonomi sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan pada pandangan
sejarah, ekonomi Syariah merupakan sebuah efek samping daripada upaya
para filsuf, fuqaha, dan ulama yang berupaya memberi kontribusi pemikiran
dalam mengatur tatanan masyarakat dari segi pemerintahan, sosial dan etika
yang berlandaskan dengan tuntunan syariah10. Yang dikehendaki dari tatanan
tersebut ialah agar terwujudnya pemenuhan keadilan antar anggota
masyarakat secara utuh baik itu hak maupun kewajiban sesuai dengan ajaran
Islam.
Berdasarkan tujuan sosial tersebut, kepemilikan kekayaan dalam
Islam hanya ditujukan sebagai suatu kepentingan individu. Terdapat nilai
luhur yang terkandung dari kepemilikan harta antar inidividu. Harta, aset dan
sumberdaya dimiliki manusia haruslah digunakan untuk tujan menjaga, bukan
hanya menjaga pemilik harta itu secara pribadi, tapi juga untuk mengamankan
stabilitas dan integritas sosial dalam masyarakat. Itulah sebabnya harta tidak
hanya dipandang sebagai objek pemenuhan kebutuhan, skala pengukur
kepuasan dan kebahagiaan. Harta juga dipandang sebagai subjek dalam

8
menentukan hubungan sosial yang penuh rasa tanggung jawab. Lebih
lanjutnya, konsep ini dianggap sebagai bentuk social security system. Konsep
tersebut digunakan dalam ekonomi syariah dengan tujuan menjamin
kesejahteraan masyarakat melalui rasa tanggung jawab dan keseimbangan
sosial (social balance).

B. Nilai-Nilai Filosofi Karakteristik Ekonomi Islam

Tiga asas pokok Karakteristik ekonomi islam secara asasi dan


bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak dan
asas hukum (muamalah). Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam
sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-ilmiyah wa al-amaliyah al-
islamiyah yang diringkas sebagai berikut : 6

1. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas harta


Di dalam Islam, yang memiliki kekuasaan absolut atas segala
sesuatu termasuk harta adalah Allah SWT:
       

“kepunyaan Allah SWT-lah segala apa yang ada di langit dan yang ada di bumi...” (Q.S al-
Baqarah [2]: 284).

Sementara itu, manusia hanya menjadi khalifah yang ditugaskan


untuk mengelola harta tersebut sehingga menyejahterakan manusia itu
sendiri. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah atas segala
sesuatu yang ada di bumi termasuk harta sehingga ia dapat saling membantu
dengan manusia lain.

Karakteristik inilah yang membedakan konsep kepemilikan dalam


sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Di dalam
Islam, kepemilikan individu sangat dihormati, tetapi tidak mutlak.
Penggunaannya juga tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam.
Sementara itu, dalam sistem kapitalis, kepemilikan bersifat mutlak dan
bebas dalam cara apa pun untuk menggunakannya. Berbeda dengan sistem
6
Azharsyah Ibrahim, Azharsyah Ibrahim | Erika Amelia | Nashr Akbar Nur Kholis | Suci Aprilliani
Utami | Nofrianto, 2021.

9
sosialis, sistem ini tidak mengakui kepemilikan individu; negara memiliki otoritas penuh
atas segalanya.

2. Ekonomi Terikat dengan Akidah, Syariah (Hukum), dan Aklhak

Di dalam setiap bagian kehidupan manusia termasuk dalam


kegiatan ekonomi, keterkaitan dengan akidah sangat erat. Didalam Islam,
dasar dari semua aktivitas adalah persatuan dan tujuan umat manusia
diciptakan adalah untuk beribada kepada-Nya. Berkenaan dengan ini, Allah
SWT berfirman :

َ ‫ت‍ال ِج َّن َو ْاِإْل ْن‬


‫س إاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-ku” (Q.s adh-Dzariyat [51] : 56)

Karena dasar itu, setiap aktivitas manusia selalu berada dalam


koridor akidah, syariah, dan akhlak mulia. Begitu juga halnya dengan
kegiatan ekonomi, dalam setiap aktivitasnya selalu memiliki muatan
religius jika berada dalam koridor di atas. Ekonomi Islam juga
menempatkan akhlak sebagai salah satu fondasi utama ekonomi yang
termanifestasikan dalam beberapa larangan seperti adanya larangan
menggunakan hartanya jika dapat merugikan orang lain, larangan
melakukan penipuan dalam bertransaksi, larangan menimbun (ihtikar), dan
larangan melakukan pemborosan sebagai konsekuensi dari keyakinan
bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu yang dilakukan. Aktivitas
ekonomi Islam juga tidak boleh merugikan diri sendiri atau orang lain,
tidak boleh berlebihan dalam konsumsi yang mengarah pada mubazir.

3. Terhadap Keseimbangan antara Spiritualitas dan Materialitas


Bisakah seorang muslim memikirkan aktivitas duniawi? Apakah
seorang muslim harus selalu berdoa dan meninggalkan kegiatan lain seperti
belajar atau bekerja? Tentu saja tidak. Islam tidak memisahkan kehidupan
dunia dari akhirat karena keseimbangan antara keduanya penting untuk
kebahagiaan seorang muslim. Allah SWT berfirman :

10
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah SWT tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qasas [28]:77).
Ekonomi Islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan umum. Arti keseimbangan dalam sistem sosial
Islam adalah Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi
mempunyai batasan-batasan tertentu termasuk dalam bidang hak milik.
4. Keadilan dan Keseimbangan dalam Melindungi Kepentingan Individu
dan Masyarakat
Islam melihat keseimbangan dalam sistem sosial. Islam tidak
mengenal hak dan kebebasan mutlak, karena segala sesuatu memiliki
batasan, termasuk hak milik. Untuk sejahtera dalam hidup, manusia tidak
boleh mengorbankan kepentingan orang lain. Allah SWT berfirman :

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah SWT kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah SWT, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT amat keras hukumannya.” (Q.S. al-Hasyr [59]:
7).

Ini menjadi bukti bahwa Islam memperhatikan kepentingan individu


dan juga masyarakat pada umumnya. Hal ini perlu diterapkan dalam setiap
kebijakan oleh individu dan institusi. Ciri ini juga membedakannya dengan
ekonomi kapitalis yang cenderung lebih mengedepankan kepentingan
individu dan ekonomi sosialis yang lebih menekankan pada kepentingan
umum.

11
5. Penjaminan Kebebasan Individu
Setiap orang di dunia ini diberikan kebebasan bergerak untuk
mencapai tujuan masing-masing. Prinsipnya jangan sampai menyalahi
kaidah hukum Islam yang telah diatur dalam Alquran dan hadis. Allah SWT
berfirman

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di


antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 188).

Islam memiliki batasan halal-haram, akibatnya berdampak


padakehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian,
aktivitas kita sebagai muslim tidak boleh melanggar larangan halal dan
haram.

6. Adanya Otoritas Negara di Bidang Perekonomian


Bisakah kita bayangkan bagaimana jika perekonomian tidak diatur di
negara ini? Bagaimana kebutuhan dasar dapat dipenuhi oleh semua orang?
Islam memberikan kewenangan kepada negara untuk mengatur
ekonominya. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Negara berkewajiban melindungi kepentingan umum dari
ketidakadilan baik oleh individu maupun kelompok, institusi, atau bahkan
negara lain. Keamanan masyarakat untuk hidup layak dan layak juga
merupakan kewajiban negara. Negara harus mampu memenuhi kebutuhan
dasar pangan, pendidikan, dan kesehatan penduduknya.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, otoritas negara terhadap
perekonomian terasa begitu besar. Umar melakukan banyak hal untuk
menstabilkan kondisi perekonomian, misalnya dengan cara mengintervensi
harga, melakukan pengawasan pasar secara ketat, dan mengefektifkan peran
baitulmal. Sumber dana baitulmal adalah terdiri dari zakat, harta rampasan
perang (ghanimah), pajak tanah (kharaj), pajak perdagangan/bea cukai
(usyur), pajak tanggungan (jizyah), yang pembagiannya kemudian

12
diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Pendapatan zakat dan usyur, pendapatan
ini didistribusikan di tingkal lokal dan jika terdapat surplus sisa pendapatan
tersebut disimpan di baitulmal pusat dan dibagikan kepada delapan ashnaf
seperti yang telah ditentukan oleh Alquran; 2) Pendapatan khums dan
sedekah, pendapatan ini didistribusikan kepada para fakir miskin tanpa
membedakan apakah ia seorang muslim atau bukan; 3) Pendapatan kharaj,
fa’i, jizyah, ‘usyur dan sewa tanah, pendapatan ini digunakan untuk
membayar dana pensiunan dan dana bantuan serta menutupi biaya
operasional kebutuhan militer dan sebagainya; 4) Pendapatan lain-lainnya,
pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja, pemeliharaan
anak-anak terlantar dan dana sosial lainnya. Otoritas negara sebagaimana
yang dipraktikkan pada masa Khalifah Umar bertujuan untuk menciptakan
keadilan dan kesejahteraan ekonomi.
7. Adanya Panduan Konsumsi
Kemewahan dan hal-hal yang berlebihan dilarang dalam Islam.
Selain itu, merasa berada di atas hukum juga dilarang. Ada banyak contoh
bagaimana hukum modern dapat diperdagangkan dengan kekayaan. Allah
SWT. berfirman:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.” (Q.S. al-A’raf [7]: 31).
Berkaitan dengan ini, Quraish Shihab menafsirkan bahwa sikap
berlebih-lebihan akan mendatangkan kemudaratan bagi manusia itu sendiri
karena tubuh manusia tidak bisa menyerap semua makanan yang masuk,
tetapi hanya mengambil secukupnya, kemudian berusaha membuang yang
tersisa lebih dari kebutuhan, sedangkan lambung dan alat-alat pencernaan
lainnya akan terforsir dan mengalami gangguan. Dengan begitu, seseorang
akan menderita penyakit tertentu yang berhubungan dengan alat-alat
tersebut.
8. Adanya Petunjuk Investasi

13
Investasi yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan hukum
islam. Ada lima hal yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai proyek
investasi, yaitu :
a Sebuah proyek itu baik berdasarkan prinsip-prinsip islam, misalnya
tidak boleh investasi pada proyek-proyek yang dilarang agama seperti
perusahaan minuman keras, peternakan babi, atau seperti perusahaan
rokok.
b Kekayaan harus didistribusikan seluas-luasnya kepada masyarakat.
Artinya setiap kekayaan tidak dibiarkan idle pada satu tempat sehingga
ia harus diproduktifkan agar terdistribusi dengan baik. Hal ini pada
akhirnya akan menggerakkan ekonomi secara berantai.
c Memberantas paganisme, meningkatkan pendapatan dan kekayaan.
d Menjaga dan mengembangkan aset.
e Melindungi kepentingan umum.
9 Adanya Kewajiban Zakat
Adanya kewajiban zakat merupakan salah satu ciri ekonomi Islam
yang tidak ada pada sistem ekonomi lain. Kekayaan yang dimiliki seseorang
pada dasarnya adalah milik Allah SWT sehingga perlu dipergunakan
sebijaksana mungkin dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan makhluk lainnya. Tujuan zakat untuk membersihkan jiwa dari sifat
kikir, dengki, dan dendam. Zakat juga salah satu instrumen untuk
mengurangi kesenjangan antara pihak surplus harta dengan pihak defisit.
Sistem pengenaan zakat dalam Islam dilakukan dengan pola persentase
sehingga semakin kaya seseorang maka semakin besar pula jumlah zakat
yang harus dibayarkan. Sebaliknya, ketika seseorang tidak mencapai batas
tertentu (nishab) untuk membayar zakat, maka dalam Islam dia tidak
diwajibkan untuk membayar zakat, bahkan akan dikategorikan sebagai
pihak yang berhak menerima zakat (mustahik).

10 Adanya Pelarangan Riba


Riba adalah uang tambahan yang diperoleh tanpa pengorbanan.
Islam sangat menekankan fungsi uang sebagai alat transaksi dan valuasi

14
barang, bukan komoditas. Penyalahgunaan uang dari kedua fungsi tersebut
biasanya akan menyebabkan transaksi menjadi riba. Salah satu contohnya
adalah bunga bank. Riba mempunyai sifat yang berlawanan dengan
distribusi atau pemerataan pendapatan sebagaimana yang dianjurkan dalam
ekonomi Islam di mana terjadi penumpukan harta pada pihak-pihak dan
terjadinya eksploitasi terhadap pihak-pihak lain.

C. Nilai-nilai filosofi prinsip-prinsip ekonomi islam

Prinsip-prinsip dari ekonomi Islam menurut M.A. Choudhury (1986)


sebagai berikut. (Huriah Ali Hasan:2021)

1. Prinsip Tauhid Dan Persaudaraan.


Tauhid ialah konsep yang menggambarkan hubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Segala aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang
muslim akan sangat terjaga karena ia merasa bahwa Allah SWT akan
selalu melihat apa yang dilakukannya. Sementara konsep persaudaraan
atau yang biasa dikenal sebagai ukhuwah Islamiyah memberikan makna
persaudaraan dan kerja sama yang tulus antara sesama muslim dalam
aktivitas ekonomi.
2. Prinsip Bekerja Dan Produktivitas.

Dalam ekonomi Islam individu dituntut untuk bekerja semaksimal


mungkin dengan tingkat produktivitas kerja yang tinggi dengan tujuan
untuk memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan umat. Hasil pekerjaan
ini harus dikompensasi secara layak sesuai dengan standar kehidupan yang
layak.

3. Prinsip Distribusi Kekayaan Yang Adil.


Prinsip ekonomi Islam yang ketiga adalah pengakuan atas hak
masyarakat dan redistribusi kekayaan. Mekanisme pendistribusian
kekayaan dalam Islam adalah dengan melalui mekanisme zakat. Proses
mekanisme zakat akan mampu melakukan redistribusi kekayaan dari pihak
kaya kepada pihak miskin.

15
BAB III

PENUTUP

16
A. KESIMPULAN

Nilai-nilai dalam ekonomi islam sejati haruslah berdasarkan kepada


agama. Apabila nilai-nilai itu tidak berdasarkan kepada agama dan hanya
semata-mata berdasarkan atas akal piker saja, maka nilai-nilai tersebut tidak
akan memuat kebenaran objektif karena yag memberikan pandangan dan
putusan adalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran itu terbatas,
sehingga cara berfikir yang hanya berdasarkan kepada akal piker semata-mata
tidak akan sanggup memberika kepuasan bagi manusia, terutama dalam
tingkat pemahamannya terhadap yang ghoib dan hikmah.

Kajian nilai-nilai filosofis dalam doktrin ekonomi islam merupakan


perpaduan antara ilmu, filsafat dan agama yang secara komprehensif mengkai
filosi ilmu ekonomi berbasis ajaran islam.

B. SARAN

Meskipun penulis mengiginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenytaan nya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat di harapkan sebagai bahan efaluasi ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian da karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang

17
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, and Husni Tamrin, ‘Jurnal Tamaddun Ummah’, Tamaddun Ummah, 1,


1–7
Firdauska Darya Satria, ‘HAKIKAT EKONOMI SYARIAH TUJUAN ) Sumber
Dan Norma Ekonomi Syariah Pada Lembaga Keuang ...’, Pendidikan, 2018,
1–17
Ibrahim, Azharsyah, Azharsyah Ibrahim | Erika Amelia | Nashr Akbar Nur Kholis
| Suci Aprilliani Utami | Nofrianto, 2021
Ii, B A B, ‘Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI),
Ekonomi Islam , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 14. 1’, 22–76
Qarib, Muhammad, ‘Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam’, Intiqad:
Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 10.1 (2018), 162–73

Norma dan ilmu dalam ekonmi islam, Nurul Fahmi, volume 11, nomer 1, 2019

Pemikiran M. Umar capa tentang masa depan ekonomi islam, muhammad


zakisuaidi, Vol.10, no1 juni 2012

Pemikiran abdul mannan tentangeknomi islam, herza ayu menita, uin raden fatah,
Vol. 3. No. 1maret 2017

Sumber hukum dalam ekonomi islam, Huriah Ali Hasan, universitas


Muhammadiyah Makassar, vol 12, No 2 Desember 2021

Norma dan Nilai dalam ekonomi islam, Nurul fahmi, uin sunan kalijaga
Jogjakarta,volume 1, no. 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai