Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM

OLEH: PS 1-D KELOMPOK 5

TRI IBNU RAMADHANU (0503221036)


DINA ISMAINI (0503221031)
ELZHAFIRA AULIA ARISTI (0503221061)
MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU EKONOMI ISLAM
DOSEN PENGAMPU : Dr. DINI VIENTIANY, MA.

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul “SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM” ini
dengan baik.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersususun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Karena penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa memberikan
tambahan wawasan ilmu tentang apa yang dibahas dalam makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan, Oktober 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ I


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... II
BAB 1. ..................................................................................................................................................... III
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... III
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................. III
1.2 Rumusan Masasalah..................................................................................................................... IV
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... IV
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 1
2. 1. Perkembangan Pemikiran Ekonomi islam .................................................................................. 1
2.2 Pemikiran Ekonomi Islam Masa Rasulullah SAW ...................................................................... 3
a. Kebijakkan ekonomi islam pada masa Rasulullah SAW ............................................................ 5
2.3. Pemikiran Ekonomi Islam Masa Khulafaur Rasyidin .................................................................. 8
2.4. Pemikiran Ekonomi Islam Klasik .............................................................................................. 10
2.5. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer ................................................................................... 10
2.5.1 M. Abdul Mannan ................................................................................................................ 10
2.6. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah.............................................................................. 13
BAB 3 ................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah agama yang sempurna, dimana di dalamnya telah diatur seluruh aspek
kehidupan manusia secara komprehensif dan menyeluruh untuk mencapai
kesejahteraan di dunia dan akhirat. Guna mencapai tujuan suci tersebut, Allah
menurunkan Al-qur‟an sebagai hidayah yang meliputi seluruh persoalan manusia
di dunia dan akhirat. Tidak hanya mengatur komponen kehidupan yang bersifat
konstan mengenai akidah dan akhlak namun juga mengatur komponen kehidupan
manusia yang senantiasa menglami perubahan seiring dengan perbedaan waktu dan
tempat seperti halnya dalam bidang sosial, poliltik hingga perekonomian.1 Dewasa
ini, adanya perkembangan ilmu ekonomi Islam ditandai dengan semakin maraknya
praktik-praktik lembaga keuangan berbasis syari‟ah yang daripadanya mengundang
berbagai bentuk respon dari umat muslim. Dan tidak terkecuali mulai munculnya
kesadaran umat muslim terhadap pemahaman tentang ekonomi Islam secara
komprehensif yang tidak sekedar menyangkut masalah teknis dan aplikasi saja
melainkan mendorong umat muslim untuk memahami latar belakang serta sejarah
pemikiran ekonomi Islam. Namun fakta sejarah yang sangat tidak menguntungkan,
bahwa kelangkaan kajian tentang sejarah pemikiran ekonomi tidak dapat kita
pungkiri ditambah dengan kesenjangan epistemologi yang terbuka lebar yang
cenderung semakin sulit untuk membuka secara transparan penguakan tentang
siapa yang menemukan pemikiran-pemikiran brillian tentang teori-teori ekonomi
yang kita ketahui saat ini. Maka dari sinilah dirasa sangat perlu untuk kembali
menelaah jejak sejarah perkembangan ekonomi Islam. Yang pada hakikatnya telah
ada sejak ribuan tahun lalu dan bukanlah sebuah ilmu baru yang muncul dari hasil
modifikasi ilmu ekonomi konvensional Barat.

III
1.2 Rumusan Masasalah
1. Bagaimana perkembangan pemikiran Ekonomi Islam?

2. Bagaimana pemikiran Ekonomi Islam masa Rasulullah saw?

3. Bagaimana pemikiran Ekonomi islam masa khulafaur rasyidin?

4. Bagaimana pemikiran Ekonomi islam klasik?

5. Bagaimana pemikiran Ekonomi islam kontemporer?

6. Bagaimana perkembangan lembaga keuangan syariah?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini mempunyai tujuan yaitu
agar para umat bisa mengetahui bagaimana perkembangan sistem ekonomi dari
waktu ke waktu, serta dibuatnya makalah ini penulis berharap pembaca bisa
memahami sistem ekonomi lalu di aplikasikan ke kehidupan kita sehari-hari.

IV
BAB 2

PEMBAHASAN
ABSTRAK

Ekonomi Islam yang telah kembali ke kancah ekonomi saat ini, bukanlah hal yang baru dan
tiba-tiba muncul tanpa dasar yang jelas. Karena konsep pemikiran yang menjadi teoretis dan
teknis yang telah dipraktikkan pasti telah hadir dan berlangsung secara bertahap dalam
periode dan fase tertentu. Masalahnya adalah bagaimana kita menemukan kembali jejak
kebenaran sejarah yang menjelaskan periode dan fase munculnya konsep pemikiran ekonomi
Islam secara teoritis sehingga dapat diterapkan sebagai pedoman untuk tindakan ekonomi
berbasis syariah, yang sengaja diabaikan oleh cendekiawan sejarah dan barat.
Ketidakmampuan kapitalisme dan sosialisme untuk memberikan solusi terhadap masalah
sosial-ekonomi dalam ekonomi dunia terutama pada kaum Muslim, serta kegagalan nyata
kedua sistem ini untuk menangani krisis ekonomi global, mendorong para pemikir Muslim
untuk melihat ke cermin dan melihat kembali ke warisan Islam untuk menemukan solusi atas
masalah yang melanda umat Islam. Memahami sistem ekonomi Islam tidak cukup melalui
sosialisasi teknis, tetapi juga pada latar belakang dan sejarah pemikirannya.

2. 1. Perkembangan Pemikiran Ekonomi islam


Pada beberapa dekade terakhir ini, banyak para pemikir dan cendekiawan dalam
berbagai bidang keilmuan termasuk bidang ekonomi menyimpulkan, bahwa
terjadinya krisis global yang sangat kompleks dan multidimensi tidak lain
disebabkan oleh kesalahan operasioanal bahkan yang lebih hebatnya lagi hingga
pada tingkat konseptual dan paradigmatik yang meliputi intelektual, moral dan
spiritual. Semisal pada bidang ekonomi, ilmu ekonomi dipahami dengan
pendekatan yang reduksionis dan terdikotomidari bidang keilmun lainnya.
Padahal dalam Islam, suatu ilmu memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
ilmu lainnya.

Dan kemunculan ilmu ekonomi Islam modern di kancah Internasional dimulai


pada dasawarsa tahun 1970-an, yang ditandai dengan kehadiran para pakar
ekonomi Islam kontemporer dunia pada sebuah perkumpulan pertama kalinya

1
dalam sejarah yaitu International Conference on Islamic Economics and Finance
yang diselenggarakan di Jeddah. Telah banyak membuahkan hasil yang
diwacanakan dalam bentuk teori-teori ekonomi Islam dan bahkan diaplikasikan di
ranah perekonomian negara pada sektor-sektor bisnis modern termasuk halnya
lembaga keuangan bank maupun non bank. Ekonomi Islam yang telah hadir
kembali di kancah perekonomian saat ini, bukanlah suatu hal yang baru dan tiba
tiba muncul begitu saja tanpa ada dasar pijakan yang jelas. Meskipun pada
dasarnya ilmu dan aktivitas ekonomi merupakan sesuatu yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya memang sudah ada begitu saja sebagai
fitrah. Namun sebagai sebuah konsep pemikiran yang menjadi teori dan teknis
yang telah dipraktikkan pastinya telah hadir dan berlansung secara bertahap
dalam periode dan fase tertentu. Dan yang menjadi titik permasalahannya
sekarang adalah bagaimana kita menemukan kembali jejak-jejak kebenaran akan
sejarah yang menjelaskan periode dan fase munculnya konsep pemikiran
ekonomi Islam secara teoritis yang mampu diaplikasikan sebagai pedoman
tindakan ekonomi berbasis syari’at yang mana sengaja diabaikan oleh sejarah dan
para sarjana Barat. M. Umer Chapra menjelaskan bahwa kesalahan ini sebagian
terletak pada pundak kaum muslimin, dikarenakan kurang mengartikulasikan
kontribusi kaum muslimin secara memadai. Dan di pundak Barat pastinya yang
ikut andil dalam hal ini, karena tidak memberikan pengakuan serta penghargaan
yang layak atas kontribusi peradaban lain terhadap kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Dalam sejarah ekonomi yang ditulis oleh para sejarawan barat
berasumsi bahwa periode antara Yunani dan Skolastik adalah masa steril dan
tidak produktif. Joseph Schumpter sebagai salah satu misalnya, menjelaskan
adanya “Great Gap” dalam sejarah pemikiran ekonomi, ia memulai penulisan
sejarah ekonomi dari para filosof Yunani dan langsung meloncat jauh selama 500
tahun ke zaman pemikir Skolastik St Thomas Aquinas, dan menyebut masa
kekosongan itu sebagai the dark ages bagi barat. Yang sama sekali mengabaikan
peranan kaum muslimin. Jika proses evolusi ini disadari sepenuhnya, Chapra
berpendapat bahwa Schumpter mungkin tidak akan berasumsi bahwa kesenjangan
yang sangat besar selama 500 tahun adalah masa tidak produktif, namun akan
mencoba menemukan fondasi di mana para sarjana Barat dan filosof Skolastik
membangun bangunan intelektual mereka. Sebab sesungguhnya terdapat dua
missing point dalam sejarah pemikiran ekonomi, yaitu: great gap pada masa dark

2
age dan relasi antara pemikiran di Barat dan dunia Islam. Jika hal ini dilakukan,
niscaya akan memaksa mengakui kontribusi kaum muslimin yang berusaha
mereka tutupi karena pemikiran-pemikiran ekonomi Islam pada masa inilah yang
kemudian banyak menjadi rujukan para ekonom Barat. Sebab dalam periode
sejarah Islam, masa kegelapaan Barat tersebut adalah masa kegemilangan Islam.
Sebaliknya, meskipun telah memberikan kontribusi yang besar, para cendekiawan
muslim tidak malu mengakui utang intelektual mereka kepada ilmuwan Yunani,
Persia, India dan Cina yang telah meletakkan fondasi dimana bangunan
pemikiran mereka didirikan. Dari hal ini tercermin bahwa para cendekiawan
muslim terbuka terhadap berbagai ide pemikiran dunia luar selama tidak
bertentangan dengan syari’at Islam dan transparan dalam menuliskan sejarah
peradaban.

2.2 Pemikiran Ekonomi Islam Masa Rasulullah SAW


Di masa sebelum kenabian, Mekkah merupakan sebuah titik perhentian dalam
perdagangan antara jalur utara (Syria) dan jalur dan selatan (Yaman).
Keberadaannya di tengah-tengah gurun pasir bertindak menjadi sebuah oasis bagi
para pedagang yang menempuh jalur menuju ke dua arah ini. Selain membawa
keuntungan ekonomi, Mekkah menjadi tempat terjadinya kontak budaya dari
berbagai suku. Hal ini memicu perkembangan ekonomi Mekkah yang selain
menjadi pusat persinggahan, juga menjadi pusat ziarah. Muhammad sebelum
menjadi Nabi juga adalah seorang pedagang dan terpilihnya sebagai Nabi
menunjukkan pentingnya perdagangan bagi ajaran Islam. Kelahiran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW menghapus praktik-praktik hedonik yang
berlangsung di Mekkah. Ka'bah dibersihkan dari berhala-berhala dan umat Islam
diseru untuk menyembah satu dan satu-satunya Tuhan yaitu Allah SWT. Hal ini
membuat marah para pedagang konservatif yang kemudian mendorong umat Islam
untuk hijrah ke Madinah. Muhammad segera membangun sejumlah peraturan
terkait masalah perdagangan berdasarkan prinsip perdagangan bebas, keadilan,
kejujuran, dan antimonopoli. Prinsip perdagangan bebas merupakan prinsip yang
utama. Pemerintah dilarang turut campur dalam menentukan harga kecuali dalam
situasi pelanggaran atas tiga prinsip lainnya, seperti kecurangan dalam
perdagangan. Barang-barang yang diperdagangkan harus barang yang halal yaitu
barang yang tidak diharamkan oleh Islam dan perolehan setiap orang harus

3
didasarkan pada pekerjaannya sendiri. Kebebasan dalam perdagangan tersebut
sejalan dengan kebebasan dalam beragama. Muhammad memberikan kebebasan
mutlak bagi Yahudi dan Kristen untuk berdagang dan beragama di Madinah dalam
Piagam Madinah. Untuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berada dalam
bingkai syari'ah Islam, yang berada pada jalur etika dan moralitas. Rasulullah
SAW mendirikan AlHisbah. Al-Hisbah adalah institusi yang bertugas sebagai
pengawas pasar (market controller). Rasulullah juga membentuk Baitul Maal,
sebuah institusi yang bertugas mengelola keuangan Negara. Dalam perekonomian
Baitul Mall memegang peran penting, salah satunya adalah dalam melakukan
kebijakkan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan


perkembangan pemikiran ekonomi pada peradaban dunia, setelah diabadikan oleh
ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan
peranan kaum muslimin. Berbagai praktik dan kebijakan ekonomi yang
berlangsung pada masa Rasulullah Saw merupakan contoh empirik yang dijadikan
pijak bagi para cendikiawan Muslim dalam melahirkan tero ekonomi. Satu hal
yang jelas, fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan kebutuhan, keadilan,
efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan, yang tidak lain merupakan objek utama
yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam sejak masa awal. Berkenaan
dengan hal tersebut, Siddiqi menguraikan sejarah ekonomi islam dalam tiga fase,
yaitu sebagai berikut:

a. Fase Pertama Fase pertama merupakan fase abad awal sampai dengan abad ke- 5
Hijriyah atau abad ke- 11 Masehi yang dikenal sebagai fase dasar-dasar ekonomi
islam yang dirintis oleh para fukaha, diikuti oleh sufi dan kemudian oleh filosof.
Pada awalnya, pemikiran mereka berasal dari orang yang berbeda, tetapi di
kemudian hari, para ahli harus mempunyai dasar pengetahuan dari ketiga disiplin
tersebut. Fokus fiqih adalah apa yang diturunkan oleh syariah dan dalam konteks ini,
para fukaha mendiskusikan fenomena ekonomi.

b. Fase Kedua Fase kedua yang dimulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke 15
Masehi dikenal sebagai fase yang cemerlang karena meninggalkan warisan
intelektual yang sangat kaya. Para cendikiawan muslim di masa ini mampu
menyusun suatu konsep tentang bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi

4
seharusnya berlandaskan Al-quran dan hadis nabi. Pada saat yang bersamaan, di sisi
lain, mereka menghadapi realitas politik yang ditandai oleh dua hal: pertama,
disintegrasi pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dan terbaginya kerajaan ke dalam
beberapa kekuatan regional yang mayiritas didasarkan kekuatan (power) ketimbang
kehendak rakyat. Kedua, merebaknya korupsi di kalangan para penguasa diiringi
dengan dekadensi moral di kalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya
ketimpangan yang semakin melebur antara si kaya dengan si miskin.

c. Fase Ketiga Fase keriga dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi meruapakan
fase tertutupnya pintu ijtihad (independent judgement) yang mengakibatkan fase ini
dikenal juga sebagai fase stagnasi. Pada fase ini, para fukaha hanya menulis
catatancatatan para pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan
standar bagi masing-masing madzab.

Kondisi konomi pada masa Rasulullah SAW sangat jauh berbeda dengan keadaan saat
ini. Di masa Rasulullah SAW, peperangan masih mewarnai kehidupan masyarakat pada
saat itu. Salah satu sumber pendapatan masyarakat saat itu adalah harta rampasan
perang yang diperoleh dari lawan perang. Tidak ada pendapatan tetap bagi mereka
sebagai pengikut perang bersama Rasulullah Saw. Ketika harta rampasan perang telah
dihalalkan untuk dinikmati secara keseluruhan oleh mereka yang mengikuti
peperangan. Tahun kedua setelah hijriah, zakat fitrah yang dibayarkan setahun sekali
pada bulan Ramadhan mulai diberlakukan. Besarnya satu sha kurma, gandum, tepung
keju, atau kismis. Setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas,
laki- laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum shalat Idul Fitri. Pada
masa kepemimpinan Rasulullah saw dapat melayani masyarakat, menggali serta
memberdayakan minat bakat, sehingga menghasilkan maslahat secara riil dan positif,
out-put berupa manfaat bagi masyarakat secara global. Keberhasilan dalam menumbuh
kembangkan minat dan bakat telah tercatat dalam sejarah peradaban manusia, dan
memunculkan generasi muda yang mampu menjadi pemimpin agama sebagai
penyelamat di berbagai belahan bumi Timur maupun Barat.

a. Kebijakkan ekonomi islam pada masa Rasulullah SAW


Rasulullah Saw merubah system ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan
ketentuan Al-Quran. Prinsipprinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al-Quran
adalah sebagai berikut:

5
1. Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolute alam semesta.
Manusia hanyalah khalifah Allah Swt dimuka bumi, bukan pemilik yang
sebenarnya.

2. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizing Allah Swt. Oleh karena
itu, manusia yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang
dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.

3. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun. Eksploitasi ekonomi dalam
segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.

4. Menetapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan. Adapun yang


menjadi sumber pendapatan negara pada masa ini, di antaranya zakat, khums min
alghanain (seperlima dari harta rampasan perang), jizyah (pajak perorangan kaum
zimmi), kharaj (pajak hasil pertanian), fai, wakaf, sedekah, dan lain sebagainya.
Kebijakan-kebijakan lainnya adalah sebagai berikut:

1) Kebijakan Fiskal Sebenarnya kebijakan fiscal telah sejak lama dikenal dalam teori
ekonomi Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah Saw. dan Khulafaur Rasyidin, dan
kemudian dikembangkan oleh para ulama. Instrument kebijakan fiskal :

 Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat partisipasi kerja. Rasulullah Saw


melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Hal
ini menyebabkan terjadinya distribusi pendapatan dari kaum Anshar ke kaum
Muhajiirin yang berimplikasi pada peningkatan permintaan total di Madinah.
Rasulullah Saw. Juga membagikan tanah kepada kaum Muhajirin untuk
pembangunan pemukiman yang berimplikasi pada peningkatan partisipasi kerja dan
ativitas pembangunan pemukiman di Madinah, sehingga menghasilkan
kesejahteraan umum kaum muslimin.

- Kebijakkan pajak
Penerapan kebijakkan pajak yang dilakukan Rasulullah Saw. Seperti kharaj (sejenis
pajak tanah), khums (pajak 1/5), dan zakat, menyebabkan terciptanya kestabilan harga
dan mengurangi tingkat inflasi pajak ini, khususnya khms, mendorong pendapatan
stabilitas pendapatan dan produksi total pada saat terjadi stagnasi dan penurunan
permintaan dan penawaran agregat. Kebijakkan ini juga tidak menyebabkan
penurunan harga ataupun jumlah produksi. Pajak merupakan sumber utama
perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah untuk membiayai

6
perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, membiayai system pendidikkan dan
kesehatan rakyat, membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah dan membiayai
berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan perbelanjaan-
perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi
tingkat kegiatan ekonomi Negara.
- Anggaran
Pengaturan APBN yang dilakukan Rasulullah SAW. Secara cermat, efektif, dan
efisien, menyebabkan jarang terjadinya deficit anggaran meskipun sering terjadi
peperangan. Kebijakkan fiscal terkait dengan kebijakkan yang mempengaruhi
anggaran pendapatan dan belanja suatu Negara. Disamping kebijakkan ekonomi
lainnya seperti kebijakan moneter dan perdagangan, kebijakan fiscal diperlukan untuk
mengoreksi gangguan-gangguan yang menghambat jalannya roda perekonomian.
Sistem ekonomi kapitalis/sistem ekonomi pasar sangat tergantung pada berjalannya
mekanisme pasar. Karenanya jika terjadi gangguan-gangguan terhadap jalannya
mekanisme pasar maka diperlukan berbagai macam usaha untuk mengoreksi jalannya
perekonomian agar mekanisme pasar dapat berjalan secara sempurna.
- Kebijakan fiskal khusus Rasulullah Saw. menerapkan beberapa kebijakan fiscal secara
khusus untuk pengeluaran negara, yaitu : meminta bantuan kaum muslimin secara
sukarela untuk memenui kebutuhan pasukan muslim; meminjam peralatan dari kaum
nonmuslim secara cuma-cuma dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi bila terjadi
kerusakan; meminjam uang dari orangorang tertentu untuk diberikan kepada para
muallaf; serta menerapkan kebijakan insentif untuk menjaga pengeluaran dan
meningkatkan partisipasi kerja dan produksi kaum muslimin.
2) Kebijakan Moneter Seperti yang telah dikemukakan bahwa mata uang yang
dipergunakan bangsa Arab, baik sebelum Islam maupun sesudahnya, adalah dinar dan
dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai yang tetap dan karenanya tidak ada
masalah dalam perputaran uang. Jika dirham diasumsikan sebagai satuan uang, nilai
dinar adalah perkalian dari dirham, sedangkan jika diasumsikan dinar sebagai unit
moneter, nilainya adalah sepuluh kali dirham. Walaupun demikian, dalam
perkembangan berikutnya, dirham lebih umum digunakan daripada dinar. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan penaklukan tantara Islam terhadap hampir seluruh
wilayah kekaisaran Persia. Nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan
dirham sama dengan nilai nominalnya, sehingga dapat dikatakan penawaran uang
elastis sempurna terhadap tingkat pedapatan. Tidak adanya larangan impor

7
dinar/dirham berarti penawaran uang elastis; kelebihan penawaran uang dapat diubah
menjadi perhiasan emas atau perak. Tidak terjadi kelebihan penawaran atau
permintaan sehingga nilai uang stabil. Untuk menjaga kestabilan ini, beberapa hal
berikut dilarang:
- Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang adalah hanya untuk keperluan
- transaksi dan berjaga-jaga.
- Penimbunan mata uang.
- Transaksi talaqi rukban, yaitu mecegat penjual dari kampng di luar kota untuk
mendapat keuntungan dari ketidaktahuan harga.
- Transaksi tali bi kali, yaitu bukan trnasaksi tidak tunai. Transaksi tunai
diperbolehkan, namun transaksi future tanpa ada barangnya dilarang.
- Segala bentuk riba.

2.3. Pemikiran Ekonomi Islam Masa Khulafaur Rasyidin


1. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu bakar diangkat oleh kaum muslimin sebagai
khalifah pertama. Pada pemerintahannya, Abu Bakar sangat memperhatikan
keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga mengambil langkah-langkah yang
strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam, bahkan
memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat sampai ia mengeluarkan
hartanya untuk membayar zakat termasuk Badui (a’rabi) yang pembangkangan
membayar zakat sepeninggal Rasulullah saw.
Pendistribusian harta Baitul Mal pada pemerintahan Abu Bakar menggunakan prinsip
kesamarataan, yakni tidak membeda-bedakan sahabat yang terlebih dahulu memeluk
Islam dengan sahabat kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria
dan wanita. Sehingga, harta Baitul mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu
yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan
ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan Negara.
2. Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab merupakan Khalifah Islam ke kedua menggantikan Abu Bakar. Umar
ditunjuk langsung dari hasil musyawarah para sahabat dan diterima dengan baik oleh
kaum Muslimin. Pemerintahan Khalifah Umar berlangsung selama 10 tahun yang
memberikan kesejahteraan dan kemakmuran kepada kaum Muslimin.

8
Terdapat kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Khalifah Umar terkait perekonomian
masyarakat Muslimin diantaranya:
Pertama, pendirian Lembaga Baitul Mal. Dalam pemerintahan Khalifah Umar, Baitul
Mal berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam dan Khalifah merupakan
pihak yang berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal dan tidak memperbolehkan
digunakan untuk keperluan pribadi.

Kedua, pajak Kepemilikan Tanah (Kharaj). Pada masa khalifah Umar, daerah kekuasaan
sudah semakin luas, sehingga khalifah membagi warga negara ke dalam 2 bagian.
Pertama, warga negara Islam yang diwajibkan membayar zakat. Kedua, warga negara
non muslim yang damai (dzimmi) yang diwajibkan membayar kharaj dan jizyah.

Ketiga, zakat dan ushr. Pendapatan zakat didistribusikan kepada delapan asnaf, seperti
yang telah tertera dalam Al-Quran. Selain itu, zakat juga didistribusikan untuk wilayah
local dan apabila terjadi surplus akan disimpan di Baitul Mal.

1. Khalifah Utsman bin Affan


Merupakan khalifah ketiga setelah khalifah umar bin khattab. Kekuasaannya berlangsung
selama 6 tahun. Kebijakkan yang dilakukan pada masa pemerintahan utsman bin affan
terkait perekonomian ialah tetap melakukan pemberian bantuan dan santunan dengan
memberikan sejumlah besaran uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Kebijakkan
lainnya ialah tidak mengambil upah dari kantornya dan menyimpannya di bendahara
Negara. Berkaitan dengan zakat, khalifah usman tidak melakukan perubahan hanya
melanjutkan kebijakkan-kebijakkan pemerintahan sebelumnya. Zaid bin zabit kemudian
dilantik oleh utsman untuk mengelola dana zakat. Memasuki 6 tahun kedua masa
pemerintahannya, tidak terdapat perubahan ekonomi yang cukup signifikan. Berbagai
kebijakkan yang diterapkan oleh khalifah utsman lebih menguntungkan keluarganya
sehingga menimbulkan kekecewaan dalam diri kaum muslimin. Akibatnya, pada masa
ini lebih banyak diwarnai dengan kekacauan politik yang berakhir dengan terbunuhnya
sang khalifah.
2. Ali bin Abi Thalib
Terdapat beberapa kebijakkan ekonomi pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib
diantaranya:
a. Mengedepankan prinsip pemerataan dalam pendistribusian kekayaan Negara kepada
masyarakat.

9
b. Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun dengan menetapkan pajak 4000
dirham kepada setiap pemilik hutan dan mengizinkan pemungutan zakat terhadap
sayuran segar.
c. Pembayaran gaji pegawai dilakukan perminggu.
d. Melakukan control pasar dan pemberantas pedagang licik, penimbunan barang, dan
pasar gelap.
e. Aturan kompensasi bagi para pekerja jika mereka merusak barang-barang
pekerjaannya.

2.4. Pemikiran Ekonomi Islam Klasik


1. Fase Awal/Fase Pembangunan (Abad VIXI M) Dikenal sebagai fase dasar ekonomi
Islam, karena mengacu pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah serta berorientasi pada
masalah utility (maslahah) dan disutility (mafsadah).

2. Fase II/Fase Cemerlang (Abad XIXV M) Pada fase ini, masyarakat banyak
meninggalkan hasil karya atau warisan intelektual yang sangat kaya. Para cedekiawan
muslim mampu menyusun suatu konsep tentang ekonomi yang berlandaskan Al-
Qur‟an dan Hadits. Pada fase ini, terjadi disintegritas dinasti Abbasiyah dan
merebaknya korupsi di kalangan penguasa.

3. Fase III/ Fase Kemunduran (Abad XVXX M) 77 Fase dimana tertutupnya pintu
ijtihad. Pada fase ini adanya ajakan untuk kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

4. Fase IV/Masa Institusionalisasi Pembangunan Kembali pada masa modern telah lahir
pemikir-pemikir ekonomi yang hasil pemikirannya menjadi acuan kegiatan ekonomi
syariah.

2.5. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer

2.5.1 M. Abdul Mannan


a. Asumsi Dasar Muhammad Abdul Mannan. Beberapa asumsi dasar dalam ekonomi
Islam, sebagai berikut:

Pertama, Mannan tidak percaya kepada “harmony of interests” yang terbentuk oleh
mekanisme pasar seperti teori Adam Smith. Sejatinya harmony of interests hanyalah
angan-angan yang utopis karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai naluri untuk
menguasai pada yang lain. Hawa nafsu ini jika tidak dikendalikan maka akan cenderung
merugikan pada yang lain. Begitulah kehidupan kapitalistik yang saat ini tengah terjadi,

10
dimana kepentingan pihak-pihak yang kuat secara faktor produksi dan juga kekuasaan
mendominasi percaturan kehidupan.

Kedua, penolakannya pada Marxis. Teori perubahan Marxis tidak akan mengarah pada
perubahan yang lebih baik. Teori Marxis hanyalah reaksi dari kapitalisme yang jika
ditarik garis merah tidak lebih dari solusi yang tidak tuntas. Bahkan, lebih jauh teori
Marxis ini cenderung tidak manusiawi karena mengabaikan naluri manusia yang fitrah,
di mana setiap manusia mempunyai kelebihan antara satu dan lainnya dan itu perlu
mendapatkan reward yang berarti.

Ketiga, Mannan menyebarkan gagasan perlunya melepaskan diri dari paradigma kaum
neoklasik positivis, dengan menyatakan bahwa observasi harus ditujukan kepada data
historis dan wahyu. Argumen ini sebenarnya bertolak belakang dari agumennya sendiri
untuk meninggalkan paradigma kaum neoklasik yang mendasarkan pada historis.

Keempat, Mannan menolak gagasan kekuasaan produsen atau kekuasaan konsumen. Hal
tersebut menurutnya akan memunculkan dominasi dan eksploitasi. Dalam kenyataan,
sistem kapitalistik yang ada saat ini dikotomi kekuasaan produsen dan kekuasaan
konsumen tak terhindarkan. Oleh karena itu, Mannan mengusulkan perlunya
keseimbangan antara kontrol pemerintah dan persaingan dengan menjunjung nilai-nilai
dan norma-normasepanjang diizinkan oleh syariah.

Kelima, dalam hal pemilikan individu dan swasta, Mannan berpendapat bahwa Islam
mengizinkan pemilikan swasta sepanjang tunduk pada kewajiban moral dan etik. Dia
menambahkan bahwa semua bagian masyarakat harus memiliki hak untuk mendapatkan
bagian dalam harta secara keseluruhan. Namun, setiap individu tidak boleh
menyalahgunakan kepercayaan yang dimilikinya dengan cara mengeksploitasi pihak lain.
Pandangan Mannan ini masih bersifat normatif. Mannan dalam beberapa tulisannya
belum menjelaskan secara gamblang cara, instrumen dan sistem yang dia pakai sehingga
keharmonisan ekonomi Islam di masyarakat dapat terwujud.

Keenam, dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam, langkah pertama Mannan adalah
menentukan basic economic functions yang secara sederhana meliputi tiga fungsi, yaitu
konsumsi, produksi dan distribusi. Ada lima prinsip dasar yang berakar pada syariah
untuk basic economic functions berupa fungsi konsumsi, yakni prinsip righteousness,
cleanliness, moderation, beneficence dan morality. Perilaku konsumsi seseorang

11
dipengaruhi oleh kebutuhannya sendiri yang secara umum adalah kebutuhan manusia
yang terdiri dari necessities, comforts dan luxuries. Aspek penting lainnya adalah aspek
distribusi pendapatan dan kekayaan. Mannan mengajukan rumusan beberapa kebijakan
untuk mencegah konsentrasi kekayaan pada sekelompok masyarakat saja melalui
implementasi kewajibanyang dijustifikasi secara Islam dan distribusi yang dilakukan
secara sukarela.

b. Ciri – cirri dan Kerangka Institusional Berdasarkan asumsi dasar di atas, Mannan
membahas sifat, ciri dan kerangka institusinal ekonomi Islam, sebagai berikut:

1. Kerangka Sosial Islam dan Hubungan yang Terpadu antara Individu, Masyarakat, dan
Negara

2. Kepemilikan Swasta yang Relatif dan Kondisional.

3.Mekanisme Pasar Didukung Oleh Kontrol, Pengawasan dan Kerja Sama dengan
Perusahaan Negara Terbatas.

4. Implementasi Zakat dan Penghapusan Bunga (Riba)

c. Distribusi Mannan memandang kepedulian Islam secara realistis kepada si miskin


demikian besar sehingga Islam menekankan pada distribusi pendapatan secara merata
dan merupakan pusat berputarnya pola produksi dalam suatu negara Islam. Mannan
berpendapat bahwa distribusi merupakan basis fundamental bagi alokasi sumber daya.

d. Produksi

Mannan berpendapat bahwa produksi terkait dengan utility atau penciptaan nilai guna.
Agar dapat dipandang sebagai utility dan mampu meningkatkan kesejahteraan, maka
barang dan jasa yang diproduksi harus berupa hal-hal yang halal dan menguntungkan,
yaitu hanya barang dan jasa yang sesuai aturan syariah. Menurut Mannan, konsep
Islam mengenai kesejahteraan berisi peningkatan pendapatan melalui peningkatan
produksi barang yang baik saja, melalui pemanfaatan sumber-sumber tenaga kerja dan
modal serta alam secara maksimal maupun melalui partisipasi jumlah penduduk
maksimal dalam proses produksi.

12
2.6. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah
1. Periode Pertama (Tahun 1991 – 1999) Pertumbuhan ekonomi Islam ditandai dengan
pendirian bank Islam/bank syariah, maka praktik ekonomi Islam di Indonesia ditandai
dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991, yang baru
beroperasi pada tahun 1992. Saat Itu belum memakai nama Bank Syariah tetapi
sebagai bank bagi hasil, karena belum ada payung hukum yang menjadi naungan
berdirinya bank syariah di Indonesia. Dalam kurun waktu mulai dari tahun 1991-
1999, perkembangan bank syariah di Indonesia tergolong lambat. Hal ini disebabkan
karena tidak didukung oleh aspek perundangan-undangan. Undang-undang yang ada
saat ini adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 1992 yang merupakan salah satu
peraturan pelaksanaan undang-undang tersebut. Dalam Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 ditentukan bahwa bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang kegiatannya berasaskan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan usaha yang tidak berasaskan prinsip bagi hasil. Begitu juga sebaliknya. Ini
bermakna, tidak ada peluang untuk membuka Syariah Windows di bank konvensional.
Peraturan itu menjadi penghalang bagi berkembangnya bank syariah, karena jalur
pertumbuhan bank syariah hanya melalui perluasan kantor bank syariah yang telah
ada atau pembukaan bank syariah baru yang membutuhkan dana sangat besar.

2. Periode Kedua (Tahun 2000-2010)

Pada awal periode kedua, perkembangan perbankan syariah belum terlihat secara
signifikan. Geliat perkembangan bank syariah terlihat pada akhir periode kedua, yaitu
sekitar tahun 2007-2009, di mana terjadi pertumbuhan jaringan

13
Table 1: jaringan kantor perbankan syariah

KETERANGAN TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 Jan-10

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 3 3 3 5 6 6

- Jumlah Kantor 304 349 401 581 711 815

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank 19 20 26 27 25 25

- Jumlah Kantor 154 183 196 241 287 268

Bank pembiayaan
rakyat syariah
- Jumlah Bank 92 105 114 131 138 140

- Jumlah Kantor 92 105 185 202 225 263

Table 2: jaringan kantor perbankan syariah

KETERANGAN TAHUN

2014 2015 2016 Jan-2017

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 12 12 13 13

- Jumlah Kantor 2.163 1.990 1.869 1.681

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank 22 22 21 21

- Jumlah kantor 320 311 332 285

Bank Pembiayaan rakyat syariah

- Jumlah Bank 163 163 166 166

- Jumlah Kantor 439 446 453 451

14
kantor perbankan syariah yang merambah ke berbagai kota di Indonesia. Pertumbuhan
jaringan kantor dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI


sampai dengan Januari 2010. Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh
membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998
hanya ada satu bank umum syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada
Januari 2010 jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 bank umum
syariah dan 25 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) telah mencapai 140 unit pada periode yang sama. Pada lembaga keuangan non bank,
Biro Perasuransian Bapepam-LK telah mencatat bahwa pada tahun 2010 telah ada 45
lembaga asuransi syariah yang terdiri dari 42 perusahaan asuransi syariah dan 3 perusahaan
re-asuransi syariah. Sedangkan Pegadaian Syariah, perkembangannya di Indonesia tahun ini
sudah memasuki tahun ke-8, sejak diluncurkan pada Januari 2003 juga menunjukkan
kemajuan yang cukup menggembirakan. Jumlah pembiayaan Pegadaian Syariah sampai akhir
Februari 2009, mencapai Rp 1.6 trilyun dengan jumlah nasabah 600 ribu orang dan jumlah
kantor cabang sebanyak 120 buah.

3. Periode Ketiga (2011-2017) Perkembangan perbankan syariah terlihat lebih baik pada
periode ini, yaitu sekitar Tahun 2013-2017, di mana terjadi pertumbuhan jaringan kantor
perbankan syariah yang telah menyebar hampir ke seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.
Pertumbuhan jaringan kantor dapat dilihat pada tabel2. Tabel 2 menunjukkan perkembangan
perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI sampai dengan Bulan Januari 2017.
Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah
bank. sehingga pada Januari 2017 total bank syariah telah mencapai 200 unit yang terdiri atas
13 bank umum syariah dan 21 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah bank perkreditan rakyat
syariah (BPRS) telah mencapai 166 unit pada periode yang sama. Berdasarkan data, fakta dan
realitas yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa arah perkembangan ekonomi syariah
saat ini menuju ke titik positif. Terutama arah (constituendum) dan kebijakan (policy, beleid)
menyangkut hukum ekonomi syariah. Perkembangan tersebut tentunya sangat
menggembirakan bagi lembaga keuangan ekonomi syariah. Namun perkembangan ini tidak
akan berjalan signifikan jika tidak mempunyai dasar dan kebijakan yang mendukung,
sehingga target pertumbuhan ekonomi syariah sulit tercapai. Ruang gerak lembaga ekonomi
syariah harus dituntun oleh regulasi atau pengaturan yang baik sehingga menciptakan
atmosfer

15
pertumbuhan yang baik. Pengaturan hukum yang dimaksud adalah bagaimana pemerintah
proaktif dalam melihat perkembangan ekonomi syariah yang sedemikian pesatnya sehingga
laju pertumbuhan ekonomi syariah dapat terarah dan mempunyai rel yang pasti. Di sinilah
peran politik hukum yang dilakukan oleh pemerintah melalui menciptakan regulasi sebagai
checks and balances, seperti membuat kebijakankebijakan yang dapat mendukung kegiatan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi syariah baik secara kelembagaan maupun sistimnya agar
tetap terarah.

16
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terjadinya krisis global yang sangat kompleks dan multidimensi tidak lain disebabkan
oleh kesalahan operasioanal bahkan yang lebih hebatnya lagi hingga pada tingkat
konseptual dan paradigmatik yang meliputi intelektual, moral dan spiritual. Semisal pada
bidang ekonomi, ilmu ekonomi dipahami dengan pendekatan yang reduksionis dan
terdikotomidari bidang keilmun lainnya. Padahal dalam Islam, suatu ilmu memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan ilmu lainnya. kemunculan ilmu ekonomi Islam
modern di kancah Internasional dimulai pada dasawarsa tahun 1970-an, yang ditandai
dengan kehadiran para pakar ekonomi Islam kontemporer dunia pada sebuah
perkumpulan pertama kalinya dalam sejarah yaitu International Conference on Islamic
Economics and Finance yang diselenggarakan di Jeddah. Di zaman Rasulullah SAW.
Ekonomi islam mulai muncul tepatnya di kota mekkah. Karena mekkah merupakan kota
kelahiran nabi SAW. Dan sekaligus mekkah menjadi pusat interaksi antar suku dan
budaya. Serta karena setelah Muhammad menjadi nabi, maka dia mengajarkan prinsip-
prinsip islam dalam perdagangan. Dari situlah ekonomi islam muncul.

Setelah nabi SAW. Meninggal dunia. Estafet ekonomi islam lalu di pegang oleh
khulafaur rasyiddin yaitu terdiri dari empat khalifah, antara lain; abu bakar as shidiq,
umar bin khattan, utsman bin affan, dan ali bin abi thalib. Dimana masing-masing
khalifah menghasilkan kebijakkan yang berbeda-beda dan berkualitas.

Kemajuan ekonomi islam sampai saat ini tidak terlepas juga karena banyaknya para
pemikir ekonomi islam salah satunya yaitu M. Abdul Mannan.

praktik ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia
(BMI) pada tahun 1991, yang baru beroperasi pada tahun 1992. Saat Itu belum memakai
nama Bank Syariah tetapi sebagai bank bagi hasil, karena belum ada payung hukum yang
menjadi naungan berdirinya bank syariah di Indonesia. Dalam kurun waktu mulai dari
tahun 1991-1999, perkembangan bank syariah di Indonesia tergolong lambat. Hal ini
disebabkan karena tidak didukung oleh aspek perundangan-undangan.

17
Januari 2010 jumlah bank syariah telah mencapai 171 unit yang terdiri atas 6 bank umum
syariah dan 25 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) telah mencapai 140 unit pada periode yang sama.

Januari 2017 total bank syariah telah mencapai 200 unit yang terdiri atas 13 bank umum
syariah dan 21 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah bank perkreditan rakyat syariah
(BPRS) telah mencapai 166 unit pada periode yang sama.

3.2 Saran
Alhamdulillahirabbil‟aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah kita
selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa
melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan
makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran ekonomi islam nantinya.
Aamiin. Mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi menjadi lebih baiknya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

- TELAAH SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM. Jurnal Al-iqtishad. Volume


1 No. 1. Lailatul Istiqomah. Malang: IAI Sunan Kalijogo, 2019
- PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PERADABAN RASULULLAH
SAW. Jurnal pemikiran & penelitian ekonomi. Vol. 08. No. 02. Zakirotul Maghfiroh,
Siti Aminah Caniago. Pekalongan: IAIN Pekalongan.
- Maimunah, M., & Yasin, H. (2019). MENGENAL EKONOMI ISLAM DI MASA
KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB. El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan
Perbankan Syariah, 3(02), 57-69.
- Mudhiiah, K. (2016). ANALISIS SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
MASA KLASIK. IQTISHADIA, 8(2).
- Nuriana, M., & Achmad, K. (2020). Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan dan
Pembangunan Perekonomian Umat (Telaah Pengelolaan Zakat Pada Masa Khulafaur
Rasyidin). TERAJU: Jurnal Syariah Dan Hukum, 2(02).
- Rahmah, N., & Idris, M. (2019). Masa Keemasan Keuangan Islam (Perspektif
Sejarah). Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah, 2(1).
- SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KLASIK. Jurnal Asy-syukriyyah. Vol.
16. No. 1. Ruslan Husen Marasabessy. STAI Asy-syukriyyah, 2022.
- SEJARAH EKONOMI ISLAM MASA KONTEMPORER. Sugeng Santoso. AN-
NISBAH, Vol.3, No. 1, 2016.
- Irawan, Mul. POLITIK HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM
PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA.
Jakarta, Vol. 25, No. 1, 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai