Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEADILAN EKONOMI

DOSEN PEMBIMBING : IDA MAWADDAH, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1. Nur Cahyati
2. Jeri Ardiansyah

SEMESTER : IV/ A

UNIVERSITAS NGGUSUWARU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Pujian yang hakiki mutlaq selalu milik Allah Azza wa Jalla
yang telah mengkaruniakan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya. Atas rahmat-Nya kita di berikan
ketenangan hati, ketentraman jiwa, kedamaian hidup, kesempurnaan akal. Atas Hidayah-Nya kita
di karuniakan petunjuk untuk tetap istiqomah dalam mempelajari dan mengamalkan perintah dan
larangan yang terdapat pada dinnul haq, yakni Al-Islam yang merupakan satu-satunya agama
yang diridhoi-Nya. Atas taufiq-Nya kita diberikan kemampuan dan kemudahan dalam
melaksanakan hal-hal yang ma’ruf dan bernilai maslahah dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sholawat dan Sallam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shalallahu’alaihiwasallam atas kesungguhan dan pengorbanan beliau dalam mendakwahkan
risalah yang tidak ada kesalahan dan keraguan didalamnya sebagai petunjuk untuk umat yang
mulia serta mertarbiyah umatnya untuk mencapai Fallah (kebahagiaan di dunia dan di akhirat).
Makalah yang kami susun ini merupakan makalah yang membahas tentang Keadillan
ekonomi dalam menciptakan keadilan social, sedangkan pokok pembahasan dari makalah yang
kami (penulis) susun ini lebih menitik beratkan pada solusi Ajaran islam dalam menciptakan
kemaslahatan dan keadilan didalam suatu masyarakat di bidang perekonomian dalam skala
makro. Pada dasarnya rumusan masalah makalah ini ingin merupakan pengembagan dari hasil
pemikiran para intelektual islam dalam upaya menciptakan keadilan distribusi dibidang
perekonomian. Alasan kuat kenapa kami lebih menjadikan hasil ijtihad para ‘alim ulama islam
sebagai arah kami dalam membahas keadillan ekonomi adalah karena Perintah Allah Azza wa
Jalla dan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, dengan berdasar pada hadits Rasulullah
Shallahu’alaihiwasallam, yakni :
Rasulullah Shallahu’alaihiwasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para
nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka
wariskan adalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil
bagian yang banyak.” – (Diriwayatkan oleh tirmidzi dalam jami’-nya 5/48, abu dawud dalam
sunan-nya 3/317, dan ibnu majah dalam sunan-nya 1-81)
Maka dari itu kami berharap kepada Robb Ta’ala bahwa kesungguhan kami (penulis)
dalam menyusun makalah ini dapat bernilai sebagai ibadah dan kami juga berharap makalah ini
dapat bermanfaat kepada setiap yang membaca, terkhusus kepada para penuntut ilmu syar’i.
Adapun jika terdapat kesalahan dalam hal penyajian bahasan maupun kesalahan dalam hal
pengetikan dan penyusunan, kami utarakan mohon ma’af, Karena salah satu fitrah kami sebagai
manusia ialah memiliki kecenderungan dalam berbuat kesalahan. Saran dan kritikan yang
membangun, sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pemahaman kami di bidang mata
kuliah ekonomi regional ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut andil dalam suksesnya
penyelesaian makalah yang kami buat ini. Semoga makalah yang kami buat ini memiliki nilai
manfaat bagi masyarkat Indonesia, Khususnya kepada Para Penuntut Ilmu dan Para National
Builder. Aamiinn…

Penyusun

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................ 2
BAB I (PENDAHULUAN)
A.Latar belakang.................................................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah.............................................................................................................. 6
BAB II (PEMBAHASAN)
A.Masalah Utama Dalam Perekonomian............................................................................... 7
B.Prinsip Intervensi Negara................................................................................................... 8
C.Keadillan Ekonomi............................................................................................................. 10
D.Pembagian Keadillan Ekonomi.......................................................................................... 12
E.Bentuk-Bentuk Keadillan Makro Ekonomi........................................................................ 12
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan............................................................................................................................ 24
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 25
BAB I
PENAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada
tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu
diturunkan melalui Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam karena rujukan utama
pemikiran ekonomi ini munculnya bersamaan dengan diturunkannya Al-Qur’an dan masa
kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, pada abad akhir 6 M. hingga awal abad 7
M. Kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada zaman beliau
adalah teladan yang paling baik dalam implementasi Islam. Sehingga Allah Ta’ala memuji
Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan Para Shahabat Rhadiallahu’anhum pada zaman
beliau sebagaimana yang tertulis dalam Alquran, yakni:
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.”1
Oleh karena itu, kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada
zaman beliau adalah teladan yang paling baik yang harus di kaji dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Tentu saja sistem perekonomian Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam yang dimaksud disini adalah system perekonomian masa Madinah,
karena pada fase Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun sistem
perekonomian karena pada masa itu fokus masyarakat Muslim adalah mempertahankan diri
dari intimidasi orang-orang Quraisy.2
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas di dalam kerangka Syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim
dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung
kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak universal. Karena
dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori
(apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima. Definisi yang lebih lengkap harus

1
Al-Qur’an, Surah. Al-Imran (3), Ayat Ke-110.
2
Yudi Suryadi, kebijakan ekonomi: fiskal & moneter masa rasul (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013) hlm. 2.
mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat
utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam
adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral
merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta
dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.
1. Menurut Muhammad Abdul Manan
Islamic economics is a social science which studies the economics problems of a people
imbued with the values of Islam.3 Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam.
2. M. Umer Chapra
Islamic economics was defined as that branch of knowledge which helps realize human
well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is in confinnity with
Islamic teaching without unduly curbing Individual freedom or creating continued
macroeconomic and ecological imbalances. Jadi, Menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
3. Syed Nawab Haider Naqvi
Ilmu ekonomi Islam, singkatnya, merupakan kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam
representative dalam masyarakat muslim modern. Dari beberapa definisi ekonomi Islam di
atas yang relatif dapat secara lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang
komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu "Suatu pengetahuan dan
aplikasi dari perintah dan peraturan dalam syariah yaitu untuk menghindari ketidakadilan
dalam perolehan dan pembagian sumberdaya material agar memberikan kepuasan manusia,
sehingga memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan
masyarakat (Islamic economics is the knowledge and application of injunctions and rules of
the shari'ah that prevent injustice in the acquition and disposal of material resources in order
to provide satisfaction to human beings and enable them to perform their obligations to Allah
and the society).
Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan "pembagian" di mana
aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan menghindari ketidakadilan dalam perolehan
dan pembagian sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk
menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya terkandung perintah
(injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan. Pengertian
"memberikan kepuasan terhadap manusia" merupakan suatu sasaran ekonomi yang ingin
dicapai. Sedangkan pengertian "memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya
terhadap Tuhan dan masyarakat" diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada
aspek social ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan
mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Apa saja Permasalahan Perekonomian yang berkaitan dengan keadillan
ekonomi ?
2. Bagaimana Intervensi Pemerintah terhadap proses perekonomian didalam suatu negara
dalam pandangan islam ?
3. Jelaskan keadillan ekonomi yang dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat dalam suatu negara ?

BAB II
3
Nairozi, Tinjauan Umum Tentang Sistem Ekonomi Islam, 2013. Hlm. 1-3
PEMBAHASAN

A. MASALAH UTAMA DALAM PEREKONOMIAN


Sebelum kami (penulis) menerangkan pokok bahasan makalah kami, yakni keadillan
ekonomi yang menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat dalam suatu Negara,
ada baiknya kami menerangkan beberapa hal-hal yang menjadi masalah utama didalam
perekonomian, karena musabab dari ditetapkannya keadillan ekonomi ialah karena adanya
permasalahan dalam perekonomian. Adapun
1. Masalah Inflasi (Inflation)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi :
a. Kenaikan harga;
b. Bersifat umum;
c. Berlangsung terus-menerus.4
Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan
kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebab itu masalah tersebut perlu dihindari.
Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cenderung menurunkan taraf kemakmuran
segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari
pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah
para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan
keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami
kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk
sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat
apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.5
2. Keterbatasan sumber-sumber
Sedikit sekali barang-barang yang memiliki sifat sebagai barang bebas . selain udara,
sudah sangat sulit untuk menemukan barang lain yang bersifat free goods seperti itu. Inilah
yang memaksa orang untuk tunduk kepada the law of scarcity (hukum kelangkaan) yang

4
Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm. 359.
5
Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 15.
berbunyi: untuk mendapatlan barang yang langka, orang harus mengorbankan sesuatu
terlebih dahulu.
Kelangkaan barang-barang pemuas kebutuhan manusia itu selanjutnya menyatakan
bahwa penyediaan sumber-sumber itu adalah terbatas. Tidak dapat dengan seenaknya saja
diambil dan kemudian digunakan , tetapi harus diperoleh dulu melalui pengorbanan, lalu
diteliti penggunaannya melalui kombinasinya dengan sumber-sumber lain, kemudian dipilih
kombinasi manakah yang paling menguntungkan, dan baru kemudian dapat di ambil
keputusan yang sebaik-baiknya . semua itu sekali lagi, mengundang manusia untuk
menghadapi masalah pemilihan (the problem of choice).
Terkait dengan hal itu, scarcity (kelangkaan) dan choice (pemilihan) itu pada
akhirnya telah memaksa manusia untuk menyadari bahwa, apabila suatu keputusan tentang
penggunaan suatu sumber telah dipilih atau di ambil, maka itu akan berarti hilangnya semua
alternatif penggunaan yang lainnya. Juga, manusia harus menyadari bahwa untuk
memperoleh suatu barang (atau penggunaan barang itu), haruslah dikorbankan barang yang
lainnya. Prinsip ini dikenal sebagai the principle of opportunity cost.6
3. Masalah pengangguran (unemployment)
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai
penganggur.7 Seseorang baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha
mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.8
Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah
tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan
masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi
dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi konsumsinya. Disamping itu ia dapat mengganggu taraf
kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang
buruk keatas diri penganggur dan keluarganya.

6
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi : Mikro & Makro (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005) hlm. 71-72.
7
Ibid., hlm. 13.
8
Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm. 376.
Apabila keadaan pengangguran disesuatu Negara adalah sangat buruk, kekacauan
politik dan social selalu berlaku dan memberikan efek yang buruk kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka yang panjang.
Nyatalah bahwa masalah pengangguran adalah masalah yang buruk efeknya kepada
perekonomian dan masyarakat, dan oleh sebab itu secara terus-menerus usaha-usaha harus
dilakukan untuk mengatasinya.9

B. PRINSIP INTERVENSI NEGARA


Seluruh Kekuasaan dan wewenang yang komprehensif dan umum yang diberikan
kepada Negara untuk mengintervensi kehidupan ekonomi masyarakat, dipandang sebagai
salah satu prinsip fundamental yang penting dalam sistem ekonomi islam.
Intervensi Negara tidak terbatas pada sekadar mengadaptasi aturan hukum islam
yang permanen, namun juga mengisi kekosongan yang ada dalam hukum islam. Pada satu
sisi, Negara mendesak masyarakat agar mengadaptasi elemen-elemen dinamis (mengisi
kokosongan yang ada dalam) hukum islam, sesuai dengan kondisi yang ada.
Pada tataran praktis, Negara mengintervensi kehidupan ekonomi guna menjamin
adaptasi hukum islam yang terkait dengan kehidupan ekonomi para individu. Misalnya,
Negara melarang transaksi bisnis dengan bunga, atau penguasaan atas sebidang tanah tanpa
mereklamasinya. Demikian pula, Negara menjalankan sendiri aturan hukum yang terkait
langsung dengannya. Misalnya, Negara mengimplementasikan prinsip jaminan social dan
keseimbangan social sesuai dengan arahan Islam.
Pada tataran legislatif, intervensi Negara ditujukan untuk mengisi kekosongan dalam
hukum islam. Negara mengisi kekosongan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dinamis, sedemikian hingga ia bis menjamin tercapainya tujuan-tujuan umum sistem
ekonomi islam serta merealisasikan keadilan social menurut hukum Islam dan membuatnya
bisa selaras pada tataran praktis dan teoritis (dengan situasi dan kondisi) di berbagai zaman.
1. Mengapa Ada Ruang Kosong?
Gagasan ruang kosong ini berdiri di atas basis bahwa islam tidak menawarkan
prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu resep yang tetap atau
sebuah sistem yang statis yang diwariskan sejarah dari masa ke masa. Sebaliknya, islam
menawarkan prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu bentuk yang
selaras dengan segala zaman. Karena itu, penting untuk menyempurnakan bentuk ini dengan

9
Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 14.
elemen-elemen dinamis yang mencerminkan perubahan-perubahan zaman, sehingga ia
memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Dalam kehidupan ekonomi terdapat hubungan manusia dengan kekayaan alam,
yakni cara manusia berproduksi dan kendalinya atas alam, kemudian hubungan antarsesama
manusia yang tercermin dalam hak yang diperoleh si A atau si B.
perbedaan antara kedua hubungan ini adalah sebagai berikut. Terwujudnya
hubungan pertama tidak terkait dengan apakah seseorang hidup dalam masyarakat atau
tidak. Seorang individu terkait dengan alam dalam suatu hubungan tertentu yang dibatasi
oleh pengalaman dan pengetahuannya. Ia menangkap burung, menggarap tanah,
menambang batu bara, dan memintal wol dengan cara-cara yang ia kuasai. Terwujudnya
hubungan antara manusia dan alam ini tidak tergantung pada keberadaan manusia dalam
masyarakat, namun memang masyarakat memengaruhi hubungan ini. Keberadaan
masyarakat memungkinkan terakumulasinya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda, meningkatkan level pemahaman manusia terhadap alam, serta mengembangkan
kebutuhan dan keinginan manusia. Sementara terwujudnya hubungan antarsesama manusia
yang menyangkut hak dan kewajiban mereka tergantung pada keberadaan manusia dalam
masyarakat.
Islam sebagaimana kita lihat, membedakan kedua jenis hubungan ini. Hubungan
antara manusia dengan alam berubah seiring dengan berjalannya waktu, dipengaruhi oleh
beragam masalah yang secara sinambung dihadapi manusia dalam usahanya
mengeksploitasi alam, juga dipengaruhi oleh berbagai solusi yang ia tempuh guna mengatasi
beragam masalah tersebut. Makin sering terjadi perubahan pada hubungan manusia dengan
alam, makin sering pula terjadi peningkatan kendali manusia atas alam serta
kemampuannya, yakni sarana dan cara yang ia kuasai.
Sedangkan hubungan antarsesama manusia bersifat tetap tak berubah, karena
menyangkut masalah-masalah esensial dan permanen. Masyarakat yang dalam hubungannya
dengan alam beroleh kendali atas kekayaan, akan dihadapkan pada masalah keadilan
distribusinya serta penentuan hak-hak para individu dan masyarakat, baik ketika aktifitas
produksi berada pada level mesin uap dan listrik, maupun pada level gilingan tangan.
Atas dasar ini, Islam memandang bahwa hukum-hukum yang mengatur hubungan ini
agar tercipta keadilan social dari sisi teoritis bersifat tetap dan permanen karena menyangkut
masalah-masalah permanen. Karena itu, wajarlah jika islam mengetengahkan prinsip teori
dan hukum yang mampu mengatur hubungan antarsesama manusia sepanjang zaman.
Namun, tidak berarti Islam mengabaikan hubungan manusia dengan alam yang bersifat
dinamis, karena semakn berkembang kuasa manusia atas alam dimana kendalinya atas
kekayaan alam semakin besar, semakin kompleks, dan semakin sistematis, maka semakin
meningkat pula potensinya untuk membahayakan masyarakat, di mana ia dapat
memanfaatkan kuasa dan kendalinya itu untuk berekspansi dan mengancam keadilan sosial.
Atas dasar inilah Islam menyediakan ruang kosong dalam hukum ekonominya, agar
hukum tersebut dapat selalu selaras dan mencerminkan elemen dinamisnya, yakni hubungan
antara manusia dan alam.
2. Ruang Kosong Bukanlah Cacat
Ruang kosong bukanlah cermin dari kekurangan atau cacatnya hukum islam, juga
bukan bentuk pengabaian terhadap sejumlah hal dan kejadian yang ada. Sebaliknya, ruang
kosong mencerminkan kekomprehensifan bentuk hukum Islam dan kemampuannya dalam
mengikuti perkembangan zaman. Syariah tidak meninggalkan ruang kosong yang
mencerminkan pengabaian ataupun kekurangan. Syariah menciptakan ruang kosong dengan
memberikan arahan hikum primer bagi setiap kejadian, di sisi lain ia memberikan
wewenang kepada kepala Negara untuk memberi arahan hukum sekunder sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Contohnya, aktifitas menggarap tanah yang dilakukan oleh
seorang individu pada dasarnya merupakan aktifitas legal. Namun, kepala Negara berhak
untuk melarang aktifitas tersebut dengan tuntutan zaman dan keadaan.10

C. KEADILLAN EKONOMI
Didalam suatu Negara terdapat peran pemerintah yang bertanggung jawab dalam
mensejahterakan dan menciptakan keadilan dalam suatu masyarakat. Berdasar pada Hadits
Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, yakni :
kc

‫َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل َأاَل ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َمْس ُئوٌل َعْن َر ِعَّيِتِه َفاَأْلِم ُري اَّلِذي َعَلى الَّناِس َر اٍع‬
‫ِدِه ِه‬ ‫ِت ِل‬ ‫ِع‬ ‫ِل ِتِه‬ ‫ِع ِتِه‬
‫َو ُه َو َمْس ُئوٌل َعْن َر َّي َو الَّر ُج ُل َر اٍع َعَلى َأْه َبْي َو ُه َو َمْس ُئوٌل َعْنُه ْم َو اْلَمْر َأُة َر ا َيٌة َعَلى َبْي َبْع َه ا َو َو َل َو َي‬
‫ِعَّيِتِه‬ ‫ِل ِدِه‬
‫َمْس ُئوَلٌة َعْنُه ْم َو اْلَعْبُد َر اٍع َعَلى َم ا َس ِّي َو ُه َو َمْس ُئوٌل َعْنُه َأاَل َفُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َمْس ُئوٌل َعْن َر‬
Artinya : “Dari Nabi Shalallahu’alaihiwasallam bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing
kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa
yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota

10
Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna ( Jakarta : Zahra, 2008) hlm. 485-490
keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin
bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin
dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.11

Maka dari itu, Pemerintah harus merumuskan dan menetapkan berbagai keadillan yang
dapat membawa kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya. Sehingga dibutuhkan pengkajian
yang mendalam terhadap fenomena dan kondisi yang real pada system social dan ideology yang
dimiliki oleh masyarakat. Untuk menciptakan kemaslahatan dalam suatu Negara, Keadillan
yang ditetapkan oleh pemerintah harus mengikuti prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam, diantaranya sebagai berikut:
1. Allah Ta’ala adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta.
2. Manusia hanyalah khalifah Allah Ta’ala di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah Ta’ala.
4. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
5. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.
6. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.
7. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.
Pada pembahasan di makalah ini, kami (penulis) akan sedikit membahas tentang
keadillan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam perwujudan kemaslahatan bagi
masyarakat dalam suatu Negara.
Pada pembasahan pertama, kami (penulis) akan memaparkan tentang apakah yang
dimaksud dengan keadillan ekonomi ?. untuk itu kami mencantumkan pengertian dari keadillan
ekonomi dari berbagai sumber, yakni diantaranya :
1. Keadillan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan dibidang ekonomi
yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.12
2. Keadillan ekonomi adalah sesuatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan caraaa-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu.13

11
Imam Muslim, Shahih Muslim, No.3408, Kitab Pemerintahan, Bab. 4 (Hadits Marfu’)
12
http://herildagultom.blogspot.com/2011/05/kebijakan-kebijakan-ekonomi-pemerintah.html Diakses pada 4 Maret
2015
13
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam ( Yogyakarta : Pustaka belajar, 2013) hlm. 53
3. Keadillan ekonomi adalah tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil
keadillan atau keputusan dibidang ekonomi, keadillan ini tercakup didalamnya system
untuk menetapkan system perpajakan, suku Bungan, anggaran-anggaran, pasar tenaga
kerja, kepemilikan nasional dan otonomi daerah dari ikut andilnya pemerintah kedalam
perekonomian.14
4. Keadillan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan atau metode untuk mencapai tujuan
(instrument keadillan) yang dikeluarkan oleh pemerintah, badan usaha, dan lain-lain.15

Dari berbagai pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa yang dinamakan
dengan keadillan ekonomi ialah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dibidang perekonomian
untuk diterapkan disuatu wilayah/Negara atau sector sebagai wujud usaha penciptaan
kemaslahatan dalam suatu masyarakat.

D. PEMBAGIAN KEADILLAN EKONOMI


Keadillan ekonomi menurut tingkat agregasinya (ruang lingkup atau bentuk serta luas
sasarannya) di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Keadillan ekonomi mikro, adalah keadillan pemerintah yang ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.
b. Keadillan ekonomi meso, adalah keadillan ekonomi yang khusus ditujukan pada wilayah
tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.
c. Keadillan ekonomi makro, ialah keadillan ekonomi yang mencakup semua aspek ekonomi
pada tingkat nasional (agregat). Keadillan makro ekonomi juga mengandung pengertian
yakni, langkah-langkah pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi keseluruhan
perekonomian dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan ekonomi, menghindari
inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan mengukuhkan sector luar
negeri.16 Oleh sebab itu, keadillan ini bisa mempengaruhi atau bahkan membuat keadillan
meso dan keadillan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Maka dari itu Kami akan
membahas lebih dalam mengenai keadillan ekonomi makro.

BAB III
14
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_ekonomi Diakses pada 4 Maret 2015
15
http://lismasetyowati.blogspot.com/2011/12/pengertian-kebijakan-ekonomi.html Diakses pada 4 Maret 2015

16
Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 27-28.
PENUTUP

Kesimpulan
Setiap keadillan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya mensejahterakan
dan menciptakan keadilan dalam suatu masyarakat merupakan wujud Kepatuhan perintah
terhadap Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, serta bentuk tanggung
jawab terhadap masyarakatnya. Maka dari itu, pemerintah sudah sepatutnya untuk bersungguh-
sungguh dalam membangun suatu perekonomian yang adil dan menjadikan hukum islam sebagai
pedoman dalam menetapkan keadillan. Iqtishad (Ekonomi islam) selalu memberikan petunjuk
oleh pemerintah dalam menciptakan perekonomian yang adil. Sebab ekonomi islam mengarahkan
pemahaman orang yang menerapkannnya untuk senantiasa menjadikan tujuan utamanya Fallah
(kesejahteraan diakhirat dan didunia), bukan seperti halnya ekonomi yang dilahirkan oleh
pemikiran kaum barat yang menjadikan keuntungan duniawi sebagai tujuan utama dalam
berekonomi atau sering dikenal profit oriented.
Peran pemerintah dalam menciptakan keadilan perekonomian harus bersamaan dengan
peran rakyatnya, karena tidak akan tercipta Negara yang sejahtera dan damai apabila pemerintah
dan rakyat tidak saling bekerja sama dalam pembangunan ekonomi. Disatu sisi pemerintah harus
menetapkan berbagai keadillan yang adil dan disisi lain masyarakat juga harus taat dan patuh
terhadap keadillan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga, apabila terbinanya kepercayaan
dan kerjasama yang kokoh antara pemerintah dengan masyarakat, maka peluang pemerintah
dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan dalam suatu Negara akan menjadi lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Kitab Al-Qur’an
Shahih Muslim
Suryadi, Yudi, Keadillan Ekonomi: Fiskal & Moneter Masa Rasul, Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah, 2013.
Rahardja, Prathama, Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi, Jakarta : Fakultas Ekonomi
UI, 2008
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi, Jakarta : Rajawali Pers, 2013
Baqir Ash-Shadr, Muhammad, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Zahra, 2008
Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi : Mikro & Makro, Jakarta : RajaGrafindo Persada,
2005
Ghofur Noor, Ruslan Abdul, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka
Belajar, 2013
Jalil, Abdul, Pemikiran M. Abdul mannan tentang Keadillan Fiskal dalam Ekonomi Islam,
Semarang : UIN Wali Songo Semarang, 2014
Muttaqin, Hidayatullah, Keadillan Fiskal Islam, 2004
Prasetyia, Ferry, Modul Ekonomi Publik : “Peran Pemerintah”, Malang : Universitas Brawijaya,
2012
Nairozi, Tinjauan Umum Tentang Sistem Ekonomi Islam, 2013
Ascarya, Alur Transmisi dan Efektifitas Keadillan Moneter Ganda di Indonesia, Jakarta : Bank
Indonesia, 2012
Tanjung, Hendri, “Keadillan Moneter Islami”, dalam jurnal ekonomi islam republika, Kamis 27
juni 2013
Soekarno, Winoto, Uang Dan Keadillan Moneter Dalam Ekonomi Islam : Bercermin Dari
Kerentanan Sistem Moneter Kapitalis, hlm. 3.
Farida, Ai Siti, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadillan_ekonomi Diakses pada 4 Maret 2015
http://lismasetyowati.blogspot.com/2011/12/pengertian-keadillan-ekonomi.html Diakses pada 4
Maret 2015
http://herildagultom.blogspot.com/2011/05/keadillan-keadillan-ekonomi-pemerintah.html Diakses
pada 4 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai