Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEREKONOMIAN PADA MASA RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR


RASYIDIN

Dosen Pengampu:

Muhammad Yusuf Bahtiar, M.E

Disusun Oleh:

Kelompok 1

M. Nurcholiz Widjaya 2051030104

Riska Mayanti 2051030144

Zakia Savira Salsabilla 2051030190

KELAS E
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
‫ِبْس ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـِم اِهلل الَّر َمْحِن الَّر ِح ْيِم‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul
“PEREKONOMIAN PADA MASA RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR
RASYIDIN” dapat dibuat dan diselesaikan dengan baik dan lancar guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam. Semoga kita selalu
senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya yang telah membimbing kita untuk meniti jalan lurus menuju
kejayaan dan kemuliaan.

Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan. Untuk ini kami menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Harapan kami semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca pada umumnya dan bagi kami (penulis) pada khususnya.

Bandar Lampung, 15 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

2.1 Perekonomian pada Masa Rasulullah SAW...................................................2

2.2 Perekonomian pada Masa Khulafaur Rasyidin..............................................7

2.2.1 Perekonomian pada Masa Abu Bakar As-Shidiq..................................7

2.2.2 Perekonomian pada Masa Umar bin Khatab.........................................8

2.2.3 Perekonomian pada Masa Utsman bin Affan......................................10

2.2.4 Perekonomian pada Masa Ali bin Abi Thalib.....................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

3.2 Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW dipilih sebagai
seorang Rasul (utusan Allah). Rujukan atau landasan utama pemikiran
ekonomi Islam adalah Al-Qur’an dan hadits. Peranan dan posisi Nabi
Muhammad SAW sebagai kepala negara dan pemerintahan memiliki otoritas
yang sangat besar dalam mengatur pranata sosial terutama di bidang ekonomi.
Mengatur bidang ekonomi merupakan bagian dari tugasnya terutama pada
periode Makkah dan Madinah.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, pemerintahan diteruskan oleh
Khulafaur Rasyidin yaitu khalifah-khalifah yang diberi petunjuk dan dipilih
sebagai kepala Negara dan pemerintahan sekaligus sebagai pemimpin umat
Islam. Sahabat Rasulullah SAW yang dipilih yaitu Abu Bakar As-Sidiq,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat
khalifah ini meneruskan kepemimpinan Rasulullah dengan cara yang
berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perekonomian pada masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana perekonomian pada masa Abu Bakar as-Shidiq?
3. Bagaimana perekonomian pada masa Umar bin Khatab?
4. Bagaimana perekonomian pada masa Utsman bin Affan?
5. Bagaimana perekonomian pada masa Ali bin Abi Thalib?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Abu Bakar as-Shidiq.
3. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Umar bin Khatab.

1
4. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Utsman bin Affan.
5. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Ali bin Abi Thalib.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perekonomian pada Masa Rasulullah SAW


Kehidupan Rasulullah SAW dan masyarakat muslim di masanya adalah
teladan yang paling baik implementasi Islam, termasuk dalam bidang
ekonomi. Pada periode Makkah, masyarakat muslim belum sempat
membangun perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk
mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang Quraisy. Barulah pada
periode Madinah Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat
Madinah sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera dan beradab. Meskipun
perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tapi beliau telah
menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi, yaitu
komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatian yang
besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan.

Rasulullah meletakkan sistem ekonomi dan fiskal negara sesuai dengan


ajaran al-Qur’an. Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar ekonomi. Prinsip
Islam yang dapat dijadikan poros dalam semua urusan duniawi termasuk
masalah ekonomi adalah kekuasaan tertinggi hanyalah milik Allah swt.
semata (QS. Ali Imran: 26, Al-Hijr: 2, Al-Mulk: 1) dan manusia diciptakan
sebagai khalifah-Nya di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30, An-Nisa: 166,
Fatir: 39), sebagai pengganti Allah di muka bumi, Allah melimpahkan urusan
bumi untuk dikelola manusia sebaik-baiknya. Kemakmuran dunia merupakan
pemberian Allah Swt. dan manusia akan dapat mencapai keselamatannya jika
ia dapat menggunakan kemakmuran tersebut dengan baik dan dapat
memberikan keuntungan bagi orang lain.

Pada masa pemerintahan Rasulullah, perkembangan ekonomi tidaklah


begitu besar dikarenakan sumber daya yang ada pada masa itu belum begitu

2
banyak. Madinah merupakan negara yang baru terbentuk dengan kemampuan
daya mobilitas yang rendah dari sisi ekonomi. Karenanya, Rasulullah segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat sebagai strateginya, yaitu:

a. Membangun masjid sebagai Islamic Centre atau tempat untuk


mengadakan forum bagi para pengikutnya.
b. Menjalin Ukhuwah Islamiyyah antar kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar.
c. Menjalin kedamaian dalam negara.
d. Membangun pasar Madinah.
e. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya.
f. Membuat konstitusi negara.
g. Menyusun sistem pertahanan negara.
h. Meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.

Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad


SAW:

1. Adanya Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal sudah dipraktekkan sejak awal terbentuknya


masyarakat Muslim yakni sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para ulama. Kebijakan
fiskal memegang peranan penting dalam sistem ekonomi Islam. Adanya
larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat
menyiratkan tentang pentingnya kedudukan kebijakan fiskal. Mengacu
pada praktik di masa Rasulullah, dapat digarisbawahi bahwa kebijakan
fiskal Islam merupakan kebijakan keuangan publik terkait dengan prinsip
penyelenggaraan negara untuk kemaslahatan umat.

Kebijakan fiskal Islam tidak identik dengan kebijakan fiskal


modern. Tidak seperti kebijakan fiskal dalam teori ekonomi konvensional
di mana suatu pemerintahan dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian
melalui pengubahan insentif dalam tarif pajak dari suatu kegiatan
perekonomian, maka dalam sistem fiskal Islam salah satu instrumennya

3
seperti zakat sudah ditentukan mengenai segala ketentuan tentang
besarnya tarif berdasarkan petunjuk dari Rasulullah. Zakat berusaha
mempertemukan pihak surplus ekonomi (aghniya') dengan pihak defisit
(fuqara'). Instrumen ini diproyeksikan pada sasaran pemerataan
pendapatan antara surplus dan defisit atau bahkan menjadikan kelompok
yang defisit/pihak yang berhak menerima zakat (mustahik) menjadi
surplus/pihak yang wajib zakat (muzakki).

Instrumen kebijakan fiskal sebagaimana dipraktikkan pada era


permulaan Islam lebih diorientasikan ke arah disribusi kekayaan yang
berkeadilan yang urgensinya disebutkan dalam Al-Qur'an (QS Al-Hasyr:
7). Dalam konsep ekonomi Islam, kebijaksanaan fiskal bertujuan untuk
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi
kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan
spiritual pada tingkat yang sama.

2. Pembangunan Sistem Ekonomi

Rasulullah SAW mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai


dengan ketentuan Al Qur’an. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang
dijelaskan Al Qur’an adalah sebagai berikut (Azwar Karim, 2001):

a. Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut


seluruh alam semesta.
b. Manusia hanyalah khalifah Allah Swt. di muka bumi, bukan pemilik
yang sebenarnya.
c. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah Swt.
d. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
e. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan,
termasuk riba.
f. Menerapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang
dapat melegitimasi berbagai konflik individu.
g. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang
kaya ataupun miskin.

4
3. Pendirian Baitul Maal

Rasulullah SAW merupakan kepala negara pertama yang


memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad
ketujuh. Semua hasil penghimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan
terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
negara. Tempat pusat pengumpulan dana itu disebut baitul maal yang di
masa Nabi Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan
negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu
yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada
masyarakat.

4. Sumber Pendapatan Baitul Maal

Menurut Imam al-Mawardi, Baitul Mal memiliki dua sumber yang pasti,
yaitu:

1) Fai’ adalah harta yang diperoleh dari musuh non-muslim bukan


melalui peperangan, tetapi melalui perdamaian.

2) Zakat. Pada masa awal pemerintahan Islam, zakat dikumpulkan dalam


bentuk uang tunai, hasil peternakan, dan hasil pertanian. Zakat
merupakan kewajiban bagi golongan kaya untuk memberikan
perimbangan harta di antara sesama masyarakat.

Selain itu masih ada sumber-sumber lain, seperti:

1) Harta warisan orang yang tidak memiliki ahli waris.

2) Harta berupa benda-benda alam yang memiliki manfaat, seperti barang


tambang, sumber air, sumber mineral, dan lain-lain.

3) Harta syuf’ah adalah pemilikan harta perserikatan yang telah dijual


oleh salah satu pihak ke pihak lain yang tidak termasuk dalam
persekutuan.

4) Wakaf adalah menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk


dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan

5
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.

5) Harta yang diwasiatkan lebih dari sepertiga.

6) Kharaj, yaitu pajak terhadap tanah. Secara spesifik, besarnya pajak ini
ditentukan tiga hal, yaitu karakteristik atau tingkat kesuburan tanah, jenis
tanaman, dan jenis irigasi.

7) Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%. Kalangan Syiah


menyatakan objek khums ini adalah semua pendapatan, sedangkan
kalangan Sunni menyatakan objek khums hanyalah hasil rampasan
perang. Namun, Imam Abu Ubaid, seorang ulama Sunni beranggapan
bahwa objek khums juga meliputi barang temuan dan barang tambang.

8) Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim


sebagai pengganti layanan sosial-ekonomi dan jaminan perlindungan
keamanan dari negara islam.

5. Pengeluaran Negara
Pada masa Rasulullah SAW dana Baitul Mal dialokasikan untuk
penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan, pembangunan
infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan, dan
penyediaan layanan kesejahteraan sosial. Pengeluaran negara di bagi
menjadi dua, yaitu pengeluaran primer dan pengeluaran sekunder.
Untuk pengeluaran primer, yaitu
- Pembiayaan pertahanan.
- Pembiayaan gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat
negara lainnya.
- Pembayaran upah kepada para sukarelawan.
- Pembayaran utang negara.

Untuk pengeluaran sekunder, yaitu

- Bantuan untuk orang belajar agama di Madinah.


- Hiburan untuk delegasi keagamaan.

6
- Hiburan untuk para utusan suku dan negara serta biaya perjalanan
mereka.
- Pembayaran utang untuk orang yang meninggal dalam keadaan
miskin.
- Pembayaran tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah SAW.

2.2 Perekonomian pada Masa Khulafaur Rasyidin


2.2.1 Perekonomian pada Masa Abu Bakar As-Shidiq
Abu Bakar as-Shidiq atau yang bernama lengkap Abdullah Ibn Abu
Quhafah At Tamimi dilahirkan pada 573 M di Mekkah, tidak berapa lama
setelah Nabi Muhammad lahir. Setelah Rasulullah wafat, ia terpilih
sebagai khalifah Islam yang pertama. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak
berlangsung lama, hanya sekitar dua tahunan. Selama masa
kepemimpinannya Abu Bakar as-Shidiq dihadapkan dengan beragam
masalah dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan
orang-orang yang tidak mau membayar zakat kepada negara. Berdasarkan
musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk
memerangi kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang
Riddah (perang melawan kemurtadan).

Dalam usahanya untuk mencapai kesejahteraan umat islam, maka


Abu Bakar as-Shidiq melakukan berbagai usaha atau kebijakan di bidang
perekonomian seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah saw. Beliau
sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat, sehingga tidak
terjadi kelebihan atau kekurangan pembayarannya. Hasil pengumpulan
zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam
Baitul Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum
muslim hingga tidak ada yang tersisa.

Dalam perekonomian Islam beliau banyak menyumbang pengaruh


positif melalui kebijakan yang ditetapkan. Baik meneruskan apa yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maupun membentuk kebijakan

7
baru. Seperti Baitul Mal yang ada di zaman Rasullulah SAW, kemudian
dilanjutkan lebih optimal pada zaman Abu Bakar.

Pada masa kepemimpinannya Baitul Mal sangat berkembang pesat


sehingga kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkurang atau rendah.
Baitul Mal selalu dibagikan secara cepat kepada masyarakat umum dengan
adil sehingga uang yang ada pada Baitul Mal tidak bertahan dalam jangka
waktu yang panjang. Baitul Mal di sini sangat membantu dalam
pemecahan kemiskinan yang terjadi, sehingga masyarakat mikin
berkurang.

Dalam sistem pendistribusian harta Baitul Mal, Abu Bakar Shidiq


menerapkan prinsip kesamarataan. Tidak ada perbedaan antara siapapun.
Menurut beliau dalam urusan kebutuhan hidup, prinsip kesamarataan lebih
baik.

Selain hal di atas ada pula kebijakan yang di lakukan oleh Abu
Bakar yaitu sistem penggajian aparatur negara. Hal tersebut berawal dari
sebelum beliau wafat, beliau membuat kebijakan internal untuk
mengembalikan kekayaan milik negara. Gaji yang dimiliki Abu Bakar
selama kekhalifahannya diberikan kepada negara untuk pendanaan negara.

Abu Bakar juga menerapkan kebijakan pembagian tanah hasil


taklukan. Beliau membagi setengahnya untuk kaum muslim, dan
setengahnya lagi tetap menjadi tanggungan negara. Selain itu, Abu Bakar
Shidiq menerapkan kebijakan untuk mengambil alih tanah-tanah dari
orang yang murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan umat
Islam secara keseluruhan.

Perekonomian pada zaman ini termasuk perekonomian yang bagus,


sekalipun apabila perekonomian di sini terhambat itu dikarenakan ada
beberapa orang atau segelintir orang yang tidak taat dalam membayar
Baitul Mal.

8
2.2.2 Perekonomian pada Masa Umar bin Khatab
Umar bin Khattab atau Umar bin Khattab bin Nuffail bin Abd Al-
Uzza bin Rabbah bin Adi bin Ka’ab bin Luay bin Al-Adawi Al-Quraisy.
Memiliki nama panggilan Abu Hafsah bergelar Al-Faruq. Dilahirkan di
Mekkah tahun 40 sebelum hijrah. Umar bin Khattab masuk islam pada
umur 27 tahun.

Pemerintahan Umar berlangsung selama sepuluh tahun. Banyak


kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa Umar, termasuk dibidang
perekonomian pemerintah. Pada masa Umar ini banyak daerah-daerah
disekitar Arab telah dikuasai Islam, termasuk daerah Persia dan Romawi
(Syiria, Palistina dan Mesir).

Dalam pemerintahannya ini, banyak hal yang menjadi kebijakan


Umar terkait dengan perekonomian masyarakat Muslim pada waktu itu, di
antaranya:

Pertama, pendirian Lembaga Baitul Mal. Seiring dengan perluasan


daerah dan memenangi banyak peperangan, pendapatan kaum muslimin
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini memerlukan perhatian
khusus dalam pengelolaannya, agar dapat dimanfaatkan secara benar,
efektif dan efisien. Dalam pemerintahan Khalifah Umar, Baitul Mal
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam dan Khalifah
merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal. Namun
demikian, Khalifah tidak diperbolehkan menggunakan harta Baitul Mal
untuk kepentingan pribadi. Pada masa ini harta Baitul Mal dianggap
sebagai harta kaum Muslimin, sedangkan Khalifah dan para amil hanya
berperan sebagai pemegang amanah.

Kedua, Pajak Kepemilikan tanah (Kharaj). Pada zaman Khalifah


Umar, telah banyak perkembangan admistrasi dibanding pada masa
sebelumnya. Pertanyaan yang paling mendasar dan utama adalah
kebijakan apa yang akan diterapkan negara terhadap kepemilikan tanah-
tanah yang berhasil ditaklukkan tersebut. Para tentara dan beberapa
sahabat terkemuka menuntut agar tanah hasil taklukan tersebut dibagikan

9
kepada mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum
Muslimin yang lain menolak pendapat tersebut. Dari berbagai perdebatan
dan musyawarah itu akhirnya Umar memutuskan untuk memperlakukan
tanah-tanah tersebut sebagai fai’, dan prinsip yang sama diadopsi untuk
kasus-kasus yang akan datang.

Umar bin Khatab menyadari bahwa sektor pertanian sangat


signifikan dalam membangkitkan perekonomian negara. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan produktifitas pertanian, Umar bin Khattab telah
membangun saluran-saluran pengairan, mendirikan sebuah instansi besar
untuk mengurus pembangunan bendungan, menggali waduk, dan
membangun pintu-pintu air untuk memperlancar distribusi air.

Ketiga, Zakat. Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, kekayaan


yang dimiliki negara Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-
awal Islam. Pada zaman Rasulullah, jumlah kuda yang dimiliki orang Arab
masih sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh Kaum Muslimin. Karena
zakat dibebankan terhadap barang-barang yang memiliki produktivitas
maka seorang budak atau seekor kuda yang dimiliki kaum Muslimin ketika
itu tidak dikenakan zakat.

Pada generasi selanjutnya, kuda-kuda sudah mulai banyak, di Syiria


misalkan, kuda-kuda sudah mulai diternakkan secara besar-besaran di
Syiria dan di berbagai wilayah kekuasan Islam lainnya. Beberapa kuda
memiliki nilai jual tinggi dan orang-orang Islam terlibat dalam
perdagangan ini. Karena maraknya perdagangan kuda, mereka
menanyakan kepada Abu Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang
kewajiban membayar zakat kuda dan budak. Gubernur memberitahukan
bahwa tidak ada zakat atas keduanya. Mereka kemudian mendatangi
kembali Abu Ubaidah dan bersikeras ingin membayar.

Akhirnya, Gubernur menulis surat kepada Khalifah, dan Khalifah


Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar Gubernur menarik
zakat dari mereka dan mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta
budak-budak. Sejak saat itu, zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar.

10
2.2.3 Perekonomian pada Masa Utsman bin Affan
Utsman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani
Umayyah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk
golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam).
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi
yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab, ia dipilih sebagai khalifah ketiga
dalam Khulafaur Rasyidin. Pada enam tahun pertama kepemimpinannya,
banyak negara yang telah dikuasainya, seperti Balkan, Kabul, Grozni,
Kerman dan Sistan.
Setelah negera-negara tersebut ditaklukkan, pemerintahan Khalifah
Utsman menata dan mengembangkan sistem ekonomi yang telah
diberlakukan oleh Khalifah Umar. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-
pohon, buah-buahan ditanam, membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid
dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan
organisasi kepolisian tetap untuk mengamankan jalur perdagangan.
Khalifah Utsman membentuk armada laut kaum Muslimin di bawah
komando Muawiyah, hingga berhasil membangun supremasi kelautannya
di wilayah Mediterania. Utsman bin Affan mengambil suatu langkah
kebijakan tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia
meringankan beban pemerintah dalam hal-hal yang serius, bahkan
menyimpan uangnya di bendahara negara.
Kebijakan lain yang dilakukan Utsman terkait perekonomian adalah
tetap mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta
memberikan sejumlah besar uang kepada masyarakat yang berbeda-beda.
Meskipun meyakini prinsip persamaan dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat, ia memberikan bantuan yang berbeda pada tingkat yang lebih
tinggi. Dalam hal pengelolaan zakat, Utsman mendelegasikan kewenangan
menaksir harta yang dizakati kepada pemiliknya masing-masing. Hal ini

11
dilakukan untuk mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah
dalam pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa oknum zakat.
Di sisi lain, Utsman berpendapat bahwa zakat hanya dikenakan
terhadap harta milik seseorang setelah dipotong seluruh utang-utang yang
bersangkutan. Ia juga mengurangi zakat dari dana pensiun. Ada perbedaan
antara kebijakan fiskal Khalifah Utsman bin Affan dengan sebelumnya.
Utsman tidak memiki kebijakan kontrol harga. Utsman bin Affan berusaha
mendiskusikan tingkat harga yang sedang berlaku di pasaran dengan
seluruh kaum Muslimin di setiap selesai melaksanakan shalat berjamaah.
Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan persia diambial alih oleh
umar tetapi dia menyimpannya sebagai lahan begara yang tidak di bagi-
bagi. Sementara itu usman menbaginya kepada individu-individu untuk
reklamasi dan untuk kontribusi sebagian yang diprosesnya kepada baitul
maal. Di laporkan bahwa lahan ini pada masa Umar menghasilakan 9 juta
dirham, tetapi pada masa Utsman penerimaan meningkat menjadi 50 juta.
Memasuki paruh kedua kepemimpinannya yaitu enam tahun kedua
masa pemerintahan Utsman bin Affan, tidak terdapat perubahan situasi
ekonomi yang cukup signifikan. Berbagai kebijakan Khalifah Utsman
banyak menguntungkan keluarganya (terkesan nepotisme) telah
menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian besar
kaum Muslimin. Akibatnya, pada masa ini, pemerintahannya lebih banyak
diwarnai kekacauan politik yang berakhir dengan terbunuhnya sang
Khalifah. Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun
setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di
kuburan Baqi di Madinah.

2.2.4 Perekonomian pada Masa Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat menggantikan
Utsman bin Affan yang terbunuh. Ali mempunyai gelar karramahu
wajhah. Ia menikah dengan putri Rasulullah Fatimah al-Zahra dikarunia
dua putra yaitu Hasan dan Husain. Pada masa Ali, merupakan masa
pemerintahan tersulit yang harus dilampaui karena karena masa-masa itu

12
merupakan masa paling kritis berupa pertentangan antar kelompok.
Muncul pula pada waktu itu tuntutan para sahabat untuk menelisik siapa
sebenarnya orang yang membunuh Utsman bin Affan.

Khalifah Ali merupakan salah satu khalifah yang sederhana, ia


dengan suka rela menarik dirinya dari daftar penerima bantuan Baitul Mal
(kas negara), bahkan menurut yang lainnya dia memberikan 5000 dirham
setiap tahunnya.

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari
pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan yang mana hal ini
berbeda dari kebijakan Umar yaitu yang menyisihkan untuk cadangan.
Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari
Kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu,
semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai
penghitungan baru. Peraturan yang telah beliau sumbangkan untuk
pelaksanaan roda kekhalifahan adalah tentang administrasi pemerintahan.

Ali bin Abi Thalib membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik
di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik.
Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi thalib
menerapkan sistem pemerataan. Selama masa pemerintahannya, khalifah
Ali ibn Ali Thalib menetapkan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4000
dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, Gubernur Kufah, memungut zakat
terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
Selain itu langkah penting yang dilakukan khalifah Ali ibn Abi Thalib
pada masa pemerintahannya adalah percetakan mata uang koin atas nama
Negara Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan
tersebut, kaum muslimin telah menguasai teknologi peleburan besi dan
percetakan koin. Namun demikian, uang yang dicetak oleh kaum muslimin
itu tidak dapat beredar dengan luas karena pemerintahan Ali ibn Abi
Thalib berjalan sangat singkat seiring dengan terbunuhnya sang Khalifah
pada tahun keenam pemerintahannya di tangan Ibnu Muljam. Khalifah Ali

13
r.a. meninggal dalam usia 63 tahun setelah memerintah selama 5 tahun 3
bulan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan pemikiran ekonomi islam diawali sejak Muhammad
SAW di tunjuk sebagai seorang Rasul. Rasulullah mengeluarkan sejumlah
kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah
kemasyarakatan. Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian
Rasulullah karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan
seseorang yang harus diperhatikan. Setelah Rasulullah SAW wafat
perekonomian islam dilanjutkan oleh para sahabatnya atau yang biasa kita
kenal sebagai Khulafaurrasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) yang terdiri
dari Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib dengan kebijakan yang mereka buat memiliki tujuan untuk
kemaslahahan umat muslim.

3.2 Saran
Dengan berbagai tata cara kegiatan perekonomian yang dijalankan pada
masa Rasulullah SAW dan juga Khulafaurrasyidin, diharapkan negara
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim
sebaiknya menerapkan hal yang positif yang mungkin bisa diambil dan
diterapkan. Bisa dimulai dari lingkup terkecil hingga ruang yang luas dalam

14
negara. Tentunya dengan penerapan yang baik dan benar maka kemungkinan
besar rakyatnya akan adil, makmur, aman dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata


Publishing.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia. 2012. Ekonomi
Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo.

Iqtishadia. 2015. Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik.


Tersedia: journal.stainkudus.ac.id. Diakses pada 16 Maret 2021 pukul 16:33.

Kusbianti, N. dkk. (2015). Perekonomian Masa Khulafaur Rasyidin.

NN. (2011). Perencanaan Kebijakan Makro Umar bin Khattab. Diakses dari:
https://ekonomsyariah.wordpress.com/2011/12/14/perencanaan-kebijakan-
ekonomi-makro-khalifah-umar-bin-khattab. Diakses pada 16 Maret 2021 pukul
20:42.

Hakim, Luqman. (2013). Kebijakan Fiskal pada Masa Ali bin Abi Thalib.

http://luqmanhakim0493.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-fiskal-pada-masa-ali-
ibn-abi.html. Diakses pada 17 Maret 2021 pukul 13:24.

Noor, Deliar. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai