Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI

ISLAM

Sistem Ekonomi Islam Pada Masa Pemerintahan Rasulullah SAW

Dosen Pengampu: Nikmatul Husna, S.Ak, ME.

Disusun Oleh:

1. Farisa Salsabila 12120224192


2. Checi Alicia 12120222148
3. Putri Moneska 12120223998

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah subhanahu taala, karena atas rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan materi Sistem Ekonomi
Islam Pada Masa Pemerintahan Rasulullah SAW sebagai salah satu mata kuliah dari
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam, dosen pengampu ibu Nikmatul Husna, S.Ak,
ME.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu atas bimbingan nya dalam
penulisan makalah ini, serta penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan bahkan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat disempurnakan

Penulis mohon maaf jika di dalam makalah banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam pengetikan sehingga menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam
memahami makalah ini. Akhirnya besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah.

Pekanbaru, 13 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem pemikiran ekonomi islam pada masa Rasulullah SAW ............................... 4


B. Sumber pendapat primer pada masa Rasulullah SAW ............................................ 8
C. Sumber pendapat sekunder pada masa Rasulullah SAW ........................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................12
B. Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pemikiran ekonomi islam di era klasik dimulai sejak masa Nabi Besar
Muhammad SAW berada di Madinah hingga pada masa pemerintahan
Khulafaurrasyidin. Pada awalnya ekonomi islam masih sederhana dan prinsip itu hanya
dari wahyu Al-Qur’an dan Ijtihad Nabi. Setelah beliau meninggal Abu Bakar kemudian
melanjutkan peraktek ekonomi islam dan menekankan pada ketetapan pembayaran
zakat. Praktek ekonomi islam di era Umar menekankan pada Baitul Maal dan pajak
pengelolaan lahan (kharaj) yang disita dari negara taklukan. Di era Ustman ia
memutuskan untuk tidak menngambil gaji dari kantornya. Sebaliknya ia menabung
uangnya untuk investasi negara. Kemudian di era Ali bin Abi Thalib, pajak atas pemilik
hutan adalah sekitar 4000 dirham dan diperbolehkan ibnu Abbas, Gubernur Kufah
mengambil sayur sebagai zakat yang akan digunakan sebagai rempah-rempah. Dalam
menjalankan kewenangannya Ali, meniliki prinsip bahwa distribusi untuk orang
berdasarkan kemampuan mereka.

Dengan demikian, sejarah pemikiran ekonomi islam bukan hadir secara tiba-tiba dan
tanpa paradigma, ekonomi islam berkembang sesuai dengan variasi permasalahan
ekonomi umat yang ada. Oleh karena, itu muncullah ide-ide dan pemikiran-pemikiran
dari para cendekiawan muslim dalam mengembangkan ekonomi islam yang menjadi
patokan dalam melaksanakan kegiatan perekonomian dewasa ini

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berasal dari prinsip-prinsip
Al-Qur’an. Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah menetapkan
berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam melakukan aktivitas
disetiap aspek kehidupannya, termasuk dibidang ekonomi. Dalam pandangan Islam,
kehidupan manusia tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi kehidupan ruhiyah dan
jasmaniyah, melainkan sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan, bahkan

1
setelah kehidupan di dunia ini. Dalam rangka mengemban amanah sebagai khalifah
manusia diberi kebebasan unutuk mencari nafkah sesuai dengan hokum yang berlaku
serta dengan cara yang adil. Hal ini merupakan salah satu kewajiban asasi dalam Islam.

Islam memandang bahwa setiap orang mempunyai hak penuh untuk dapat memiliki
penghasilan atau memperoleh harta kekayaan secara legal sehingga dapat menunaikan
kewajiban agamanya dengan baik. Disamping itu, al-Qur’an memerintahkan kepada
seseorang yang memiliki harta berlimpah agar berwasiat sebelum meninggal dunia. Dari
keseluruhan jumlah harta kekayaannya, seseorang diperkenankan berwasiat sebanyak
sepertiga dan sisinya yang berjumlah dua pertiga harus dibagibagikan kepada para ahli
warisnya sesuai dengan syariah Islam.

Ilmu ekonomi islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada 1970-
an, tetapi pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam itu diturunkan
melalui Nabi Muhammad Saw. Karena rujukan utama pemikiran islami adalah Alquran
dan Hadits maka pemikiran ekonomi ini munculnya bersamaan dengan diturunkannya
Alquran dan masa kehidupan Rasulullah Saw. Pada abad akhir 6 M hingga7 M, setelah
masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan konstibusi karya pemikiran
ekonomi. Karya-karya mereka sangat berbobot, yaitu memiliki dasar argumentasi religius
dan sekaligus intelektual yang kuat serta kebanyakan didukung olehfakta empiris pada
waktu itu. Banyak di antaranya juga sangat futuristik di mana pemikir-pemikir Barat baru
mengkajinya ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi di kalangan pemikir muslim
banyak mengisi khasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa dimana barat masih dalam
kegelapan (dark age). Pada masa tersebut dunia Islam justru mengalami puncak kejayaan
dalam berbagai bidang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pemikiran ekonomi islam pada masa Rasulullah SAW?
2. Apa saja sumber pendapat primer dan sekunder pada masa Rasulullah SAW?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui serta memahami sistem pemikiran ekonomi islam pada masa
Rasulullah SAW
2. Untuk mengetahui serta memahami apa saja sumber pendapat primer dan
sekunder pada masa Rasulullah SAW.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Rasulullah SAW


Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad Saw dipilih sebagai seorang
Rasul (utusan Allah). Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain
masalah hukum (fiqh), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi
(muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasululah Saw, karena
masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda, “kemiskinan
membawa orang kepada kekafiran”. Maka upaya untuk mengentas kemiskinan
merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan sosial yang dikeluarkan Rasulullah saw.1

Pada masa pemerintahannya, Rasulullah telah meletakkan dasar dasar berupa nilai-
nilai dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam melakukan aktivitas
ekonomi. Sistem ekonomi yang diterapkan Rasulullah Saw. berakar dari prinsip-prinsip
Qurani. Pada masa ini Al-Qur'an merupakan sumber rujukan. Nabi Muhammad Saw
dalam menetapkan aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam semua aspek
termasuk perilaku ekonomi di bidang perdagangan,

Nabi Muhammad Saw juga telah meletakkan aturan yang harus diamalkan manusia,
misalnya keharusan jujur dalam perdagangan, larangan melakukan jual beli yang
mengandung unsu, tipuan(gharar), pelarangan riba, dan lain sebagainya. Nabi sebagai
kepala negara kadang beliau juga melakukan inspeksi dan pengawasan langsung
terhadap mekanisme pasar.

1
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Ekonisia, 2007), hlm. 117.

4
Mekanisme pasar yang diterapkan Nabi Muhammad Saw adalah sistem pasar bebas,
harga-harga barang di pasar diserahkan kepada interaksi permintaan dan penawaran.
Pemerintah tidak dapat ikut campur dalam mekanisme pasar bila kenaikan atau
penurunan harga yang disebakan oleh interaksi permintaan dan penawaran. Hal ini
terbukti dengan sikap Nabi Muhammad Saw yang menolak permintaan sahabat agar ia
menetapkan harga-harga di pasar karena ketika itu harga-harga barang melambung tingi.
Seperti diceritakan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang diterima dari Anas
ibn Malik berkata pada zaman Rasulullah saw terjadi pelonjakan harga di pasar, lalu
sekelompok orang menghadap Rasulullah saw seraya berkata: Ya Rasulullah harga-harga
di pasar kian melonjak begitu tinggi, tolonglah tetapkan harga itu. Rasulullah saw
menjawab: sesungguhnya Allah yang (berhak) menetapkan harga, dan menahannya,
melapangkan dan memberi rezeki. Saya berharap akan bertemu dengan Allah dan
janganlah seseorang di antara kalian menuntut saya berlaku zalim dalam soal harta dan
nyawa. (Hadits al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tarmizi, Ibnu Majah, Ahmad bin
Hanbal, dan Ibn Hibban dari Anas Ibnu Malik) (Abu Daud/ IV, 1993: 75)

Rasulullah Saw diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40 tahun.
Dalam memimpin umatnya Rasulullah Saw tidak mendapatkan gaji/upah sedikit pun dari
negara, kecuali hadiah kecil yang umumnya berupa bahan makanan. Salah satu
pemimpin kaum (Hazrat Anat) menawarkan miliknya kepada Rasulullah Saw yang
kemudian diberikan kepada Ummul Yaman, seorang ibu pengasuh. Rasulullah Saw
mendirikan majelis syura, majelis ini terdiri dari pemimpin kaum yang sebagian dari
mereka bertanggung jawab mencatat wahyu. Pada tahun ke-6 hijrah, sekretaris dengan
bentuk yang sederhana telah dibangun. Utusan negara telah dikirim ke berbagai raja dan
pemimpin-pemimpin.

Orang-orang ini mengerjakan tugasnya dengan sukarela dan membiayai hidupnya


dari sumber independen, sedangkan pekerjaan sangat sederhana tidak memerlukan
perhatian penuh. Bilal bertugas mengurus keperluan rumah tangga Rasulullah Saw dan
bertanggung jawab mengurus tamutamunya. Umumnya, orang-orang yang ingin

5
bertemu Rasulullah Saw adalah orang miskin, mereka diberikan makanan dan juga
pakaian. Demikian pula ketika Bilal tidak mempunyai uang, ia biasanya meminjam dari
orang Yahudi, yang kemudian dibayar oleh Rasulullah Saw.2

Setelah Mekah jatuh, jumlah delegasi yang datang bertambah banyak sehingga
tanggung jawab Bilal untuk melayani mereka bertambah. Dalam beberapa keadaan
Rasululah Saw juga membiayai perjalanan mereka dan memberikan hadiah.

Pada masa Rasululah Saw tidak ada tentara formal. Semua muslim yang mampu
boleh menjadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkan bagian dari rampasan perang. Rampasan tersebut meliputi
senjata, kuda, unta dan barang-barang bergerak lain yang didapatkan dalam perang.

Situasi berubah setelah turunnya surat al-Anfal ayat 41:

‫س ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى َوا ْل َي ٰتمٰ ى َوا ْل َمسٰ ِكي ِْن‬ َّ ‫سهٗ َو ِل‬
ُ ‫لر‬ َ ‫ّلِل ُخ ُم‬ ِ ‫ش ْيءٍ َفا َ َّن ِ ه‬ َ ‫غنِ ْمت ُ ْم ِم ْن‬ َ ‫َوا ْع َل ُم ْۤ ْوا اَ َّن َما‬
َ ‫ع ٰلى‬
‫ع ْب ِدنَا يَ ْو َم ْالفُ ْرقَا ِن يَ ْو َم ْالتَقَى‬ َ ‫ّلِل َو َم ْۤا اَ ْنزَ ْلنَا‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ۙ ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ٰا َم ْنت ُ ْم بِا ه‬ َّ ‫َوا ب ِْن ال‬
‫ش ْيءٍ قَ ِديْر‬ َ ‫ع ٰلى ُك ِل‬ َ ُ‫ٰن ۙ َوا هّلِل‬ ِ ‫ْال َج ْمع‬
Artinya: "Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan
ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Rasulullah Saw biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut
menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk dirinya dan keluarganya, bagian kedua untuk
kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang membutuhkan dan
orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagi diantara
para prajurit yang ikut dalam perang, dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak
ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Penunggang kuda mendapatkan dua

2
Ibid, hlm. 118.

6
bagian untuk dirinya sendiri dan kudanya. Bagian untuk prajurit wanita yang hadir dalam
perang untuk membantu beberapa hal tidak mendapatkan bagian dari rampasan perang.

Rasulullah Saw mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap tanah pertanian
yang ditaklukan sebagai fay’ atau tanah dengan pemilikan umum. Tanah-tanah ini
dibiarkan dimiliki oleh pemilik dan menanam asal, sangat berbeda dari praktik
kekaisaran Romawi dan Persia yang memisahkan tanah-tanah ini dari pemiliknya dan
membagikannya buat para elit militernya dan para prajurit. Semua tanah yang
dihadiahkan kepada Rasulullah Saw (iqta) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari
tanah-tanah yang tidak bertuan. Kebijakan ini tidak hanya membantu mempertahankan
kesinambungan kehidupan administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai,
melainkan juga mendorong keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter
dalam Islam.3

Menurut pendapat mayoritas ulama, zakat fitrah diwajibkan pada tahun ke-2 Hijrah,
zakat fitrah ini diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. 4 Besarnya satu sha kurma,
gandum (berley), tepung keju atau kismis, atau setengah sha’ gandum untuk tiap muslim,
budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum
shalat Idul fitri.

Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shadaqoh fitrah pada tahun ke-
2 hijrah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9
Hijrah ketika Maulana Abdul Hasan berkata, zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam
kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan zakat bersifat sukarela dan
belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.

Rasulullah Saw membagi tanah Khaibar menjadi 36 bagian dan setiap bagian dibagi
lagi menjadi seratus area. Setengah bagian Rasulullah Saw digunakan untuk keperluan
delegasi, tamu dan sebagainya dan setengah bagian lagi diberikan untuk 1.400 tentara

3
Ibid. hlm. 119.
4
Saprida, Fiqih Zakat dan Wakaf, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2015), hlm. 5.

7
dan 200 untuk penunggang kuda. Rasulullah Saw juga menerima satu bagian biasa yang
diberikan secara berkala kepada istriistrinya sebanyak 80 unta penuh dengan kurma dan
80 unta penuh dengan gandum.5

Pada masa pemerintahannya, Rasulullah saw. Menerapkan jizyah, yakni pajak yang
dibebankan kepada orang-orang nonMuslim khususnya ahli kitab, sebagai jaminan
perlindungan jiwa, harta milik, kebebasan menjalankan ibadah, serta pengecualian dari
wajib militer. Besarnya jizyah satu dinar pertahun untuk orang dewasa yang mampu
membayarnya. Perempuan, anakanak, pengemis, pendeta, orang tua, penderita sakit dan
semua yang menderita penyakit dibebaskan dari kewajiban ini. Diantara ahli kitab yang
harus memberi pajak, sejauh yang diketahui adalah orang Najran yang beragama Kristen
pada tahun keenam setelah Hijrah, orang-orang Ailah, Adzruh dan Adzriat
membayarnya pada perang Tabuk. Pembayaran tidak harus merupa uang tunai, tetapi
dapat juga berupa barang atau jasa.

B. Sumber Pendapatan Primer

Pendapatan utama bagi negara di masa rasulullah saw adalah zakat dan ushr.
keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. zakat dan ushr
merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar islam pengeluaran untuk
zakat tidak dapat dibelanjakan untuk sejarah pemikiran ekonomi islam pengeluaran
umum negara. lebih jauh lagi zakat secara fundamental adalah pajak lokal.

Dengan demikian pemerintah pusat berhak menerima keuntungan hanya bila terjadi
surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi kepada orang-orang yang berhak, dan
ditambah kekayaan yang dikumpulkan di Madinah. Pada masa pemerintahan Rasulullah,
zakat dikenakan pada halhal berikut:

5
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 42.

8
1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lainnya
2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lainnya
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
7. Barang temuan.6

Zakat emas dan perak ditentukan berdasarkan beratnya. Binatang ternak yang
digembalakan bebas ditentukan berdasarkan jumlahnya. Barang dagangan bahan
tambang dan luqta ditentukan berdasarkan nilai jualnya dan hasil pertanian dan buah-
buahan ditentukan berdasarkan kuantitasnya. Zakat atas hasil pertanian dan buah-
buahan inilah yang dinamakan ushr.7

C. Sumber Pendapatan Sekunder

Diantara sumber-sumber pendapatan sekunder yang memberikan hasil adalah :

1. Uang tebusan untuk para tawanan perang, hanya dalam kasus perang Badar pada
perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang.
2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukan kota Mekah untuk pembayaran uang
pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin
30.000 dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan
meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin
Umaiyah.
3. Khumus atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum

6
Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar., 2010), hlm. 51.
7
Heri Sudarsono, Op. Cit. hlm. 123.

9
4. Amwal fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli
waris atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan
negerinya
5. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Allah
dan pendapatannya akan didepositokan di Baitul Mal
6. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum
muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang Tabuk
7. Zakat Fitrah, adalah zakat yang yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka
puasa) pada bulan Ramadhan. Menurut terminologi yaitu zakat yang dikeluarkan
berdasarkan jumlah atau anggota keluarga, perempuan dan laki-laki, kecil maupun
dewasa wajib mengeluarkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan.8
8. Bentuk lain shadaqah seperti kurban dan kaffarat. Kaffarat adalah denda atas
kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu
pada musim haji.9 Sumber pemasukan negara berasal dari beberapa sumber, tetapi
yang paling pokok adalah zakat dan ushr.

Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rasulullah Saw tidak ada, karena
beberapa alasan:

1. Jumlah orang Islam yang bisa membaca sedikit dan jumlah orang yang dapat
menulis, apalagi yang mengenal aritmatika sederhana
2. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang
didistribusikan maupun yang diterima
3. Sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara lokal

8
Saprida, Op. Cit. hlm. 57.
9
Nur Chamid, Op. Cit. hlm. 52.

10
4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum
digunakan Pada kebanyakan kasus, ghanimah digunakan dan distribusikan
setelah terjadi peperangan tertentu.10

Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa hidup Rasulullah Saw
juga tidak tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang
ada tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan
diserahkan pada pengumpul zakat dan setiap orang pada umumnya terlatih dalam
masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa
sendiri oleh Rasulullah Saw. Beliau juga memberi nasihat kepada pengumpul zakat
mengenai hadiah yang ia terima.

Rasulullah Saw dalam memimpin pemerintahan berperan sebagai eksekutif,


yudikatif dan sekaligus legislatif. Segala kebijakan berpegang dari wahyu Allah.
Namun Rasulullah Saw tidak segan-segan bertanya mengenai masalah-masalah
tertentu kepada sahabat-sahabatnya. Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk bertukar
pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka, kalau semua diputuskan
oleh Allah, maka tentu tidak ada gunanya beliau bertukar pikiran.

Rasulullah saw meninggal pada saat dhuha, pada hari Senin, 12 Rabiul Awal
tahun 11 8 Juni 632 M. Beliau pulang ke rahmat Allah dalam usia 63 tahun 3 bulan.
Ini terjadi sesudah beliau menyampaikan risalahnya, menunaikan amanat,
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada seluruh umat manusia, memberikan
keteladanan terbaik, menegakkan keadilan dan mengisi seluruh hidupnya dengan
akhlak terpuji.11

10
Heri Sudarsono, Op. Cit. hlm. 124.
11
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah,2015). hlm. 85.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemikiran ekonomi islam muncul bersamaan dengan diturunkannya Al-Qur’an


pada masa kehidupan Rasulullah SAW pada abad ke 7 M. Beberapa hal strategis yang
dilakukan Rasulullah dalam masyarakat baru di Madinah antara lain: menyusun
sistem pertahanan Madinah, membuat konstituusi negara, mengeluarkan hak dan
kewajiban bagi warga negaranya, menciptakan kedamaian dalam negara, meletakkan
dasar-dasar sistem keuangan negara. Secara garis besar ketentuan dan kebijakan
ekonomi pada masa Rasulullah SAW, antara lain:

a. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah SWT dan Allah adalah pemilik
absolut atas semua yang ada.
b. Manusia merupakan pemimpin ( khalifah) Allah dimuka bumi ini.
c. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena izin Allah.
d. Kekayaan tidak seharusnya ditimbun dan kekayaan harus diputar
e. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan, termasuk
riba.

Sumber-sumber pendapatan negara pada masa Rasulullah, antara lain:

a. Jizyah Merupakan pajak yang dibayarkanoleh orang non muslim khususnya ahli
kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, harta atau kekayaan. Pada masa itu
jizyah dibyar dengan satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu.
b. Kharaj Biasa juga disebut pajak tanah yang dipungut dari nonmuslim ketika
Khaibar ditaklukkan. Jumlah Kharaj yang dibayar tetap, yaitu setengah dari
produksi.

12
c. Ushr Adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hhanya
sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang lain lebih dari 200
dirham

B. Saran

Dari beberapa uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.


Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, Adiwarman Azwar. 2015. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saprida, 2015. Fiqih Zakat dan Wakaf. Palembang : Noer Fikri Offset.
Sudarsono, Heri. 2007. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta: Ekonisia.
Wahid Ikhsan Al Mahfud, Iwan Wahyudin, 2016 Telaah Kritis Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Dr. Yadi Janwari, M.A, (2016). Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Rasulullah Hingga
MasanKontemporer, PT Remaja Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai