KONTEMPORER II
MAKALAH
Dibuat untuk memenui tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang
di ampu oleh Bapak Fahrurrozi, M.E.I.
Oleh:
Mohammad Rizki
Selvia Rahmawati
Sulistiana Irhamni
Moh. Hoirul Anwar
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di
yaumulqiyamah nanti, amin.
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam.Makalah ini berjudul “Sejarah pemikiran tokoh ekonomi
islam kontemporer II” yang membahas tentang Nawab Haidar Naqvi, Umer
Chapra, dan Nejatullah assiddiqi.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai pemikir ekonomi Islam bermunculan di era kontemporer.
Arah pemikiran dan bangunan sistem ekonomi Islam yang mereka hasilkan
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya serta
disiplin ilmu yang mereka miliki sebelumnya. Beberapa ekonom muslim
yang lain selanjutnya memilah pemikiran para tokoh ekonomi Islam
tersebut menjadi tiga madhhab yaitu madhhab Baqir As S adr , madhhab
mainstream, dan madhhab alternatif kritis. Hal yang melatarbelakangi
pembagian ketiga madhhab ini adalah adanya perbedaan pendapat konsep
tentang apa dan bagaimana ekonomi Islam. Sekalipun demikian, sebuah
survei mengenai pemikiran ekonomi Islam kontemporer yang dilakukan
oleh Siddiqi menunjukkan bahwa terdapat kesepakatan tentang landasan
filosofis bagi sistem ekonomi Islam, yaitu tauhid, ibadah, khilafah, dan
takaful. Demikian juga tidak terdapat perbedaan pendapat mengenai hal-hal
yang secara jelas disebut dalam Al-Qur’an dan Sunnah, seperti larangan riba
dan kewajiban membayar zakat dalam sistem ekonomi Islam. 1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemikiran beberapa tokoh ekonomi islam kontemporer?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pemikiran beberapa tokoh ekonomi islam
kontemporer.
1
Fahrur Ulum, Stusi Komparasi Pola Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer
(Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 2.
2
Mohamed Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Analisis Komparatif Terpilih,
( Surabaya: Airlangga University Press, 2006), 3.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer
1. Syed Nawab Haedir Naqvi
Menurut Syed Nawad Haidir Naqvi, ekonomi Islam berakar pada
pandangan dunia khas Islam dan premis-premis nilainya diambil dari ajaran-
ajaran etik-sosial al-Qur’an dan Sunnah. 3 Ekonomi Islam berpijak pada
landasan hukum yang pasti yang mempunyai manfaat untuk mengatur masalah
kemasyarakatan, sehingga hukum harus mampu menjawab segenap masalah
manusia, baik masalah yang besar sampai sesuatu masalah yang belum
dianggap masalah. Sumber hukum yang diakui sebagai landasan hukum
ekonomi Islam terdiri dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijtihad, Qiyas, dan sumber
hukum yang lain : Urf, Istihsan, Istishlah, Istishab dan Mashlaha Al-Mursalah.
Ekonomi syariah atau istilah lain orang menyebutnya dengan ekonomi Islam,
merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur berdasarkan syariat Islam,
tentunya berpedoman kepada al-qur’an dan hadits. Orang awam sering
membedakan, bahwa sistem ekonomi kapitalis liberal dibangun dengan prinsip
menang-kalah. Siapa yang kuat dialah yang mendominasi dan dialah yang jaya,
sedangkan ekonomi Islam atau ekonomi syariah mempunyai prinsip
kebersamaan, dan yang lebih penting rekomendasi langsung dari pemegang
otoritas, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, Al-Qur’an dan Sunnah menjadi
referensi yang mutlak. Islam sebagai way of life, menyatukan dua dimensi alam
pada dirinya, yaitu materiil dan immateriil (duniawi dan ukhrawi). Kedua
implikasi tersebut perimplikasi pada sebuah tanggung jawab bagi penganutnya,
yaitu reward atau punishment dari Allah, aturan secara lengkap di sinyalir
dalam al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman utamanya. Oleh karena itu, dalam
Islam, segala hal yang terkait dengan kepentingan ummat diatur didalamnya,
mulai dari hubungan dengan Tuhan, hingga hubungan interaksi kepada sesama
umat manusia dan makhluk lainnya, dengan berbagai aturan dan tata caranya
yang disusun secara tertib dan rapi. Sehingga keberadaan Islam sebagai
rahmatan lil alamin bagi ajaran- ajarannya itu tidak dapat di pungkiri lagi, tidak
hanya mengatur masalah ritual saja antara hamba dan Tuhannya, tapi juga
mengatur masalah masalah sosial yang ada.
2. M. Umer Chapra
M. Umer Chapra mempunyai kiprah yang tidak sedikit dalam dunia
ekonomi Islam. Menurutnya tujuan dari berekonomi adalah membantu manusia
3
Sugeng Santoso, “sejarah ekonomi Islam masa kontemporer”, An nisbah, vol.3 no, 03, ( oktober
2016) :66
5
untuk mereali- sasikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak sulit
menemukan buku yang merupakan buah dari pemikirannya. Beberapa
pemikirannya yang terkenal adalah mengenai konsep hayyatan thayyibatan,
konsep kebijakan moneter dalam Islam, dan konsep perbankan Syariah.4
a. Konsep Falah dan Hayatan Thayyi-batan
4
Anindya aryu Inayati, “pemikiran ekonomi Islam M. Umer Chapra”, profetika vol. 14 no, 2
( desember 2013) : 164-166
6
b. Kebijakan Moneter
4. Pembatas kredit
Pembatasan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total
adalah konsisten dengan target-target moneter. Sebab kucuran dana kepada
perbankan tidak mungkin menemui angka yang akurat terutama di pasar
uang yang masih kurang berkembang.
5. Alokasi kredit yang berorientasi kepada
Nilai Alokasi ini harus ditujukan untuk realisasi maslahat sosial secara
umum. Yaitu harus merealisasikan sasaran-sasaran masyarakat Islam dan
7
memak-simalkan keuntungan privat. Maka ha-ruslah dijamin bahwa alokasi
tersebut akan menimbulkan produksi dan distribusi yang optimal bagi
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ser ta manfaatnya dapat
dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam masyarakat.
6. Teknik yang lain Chapra sekali lagi menekankan pentingnya moral
sebagai kunci dari semua teknik yang telah diajukan sebelumnya. Hubungan
yang baik antara bank sentral dan bank-bank komersial akan mempermudah
proses pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Sistem Perbankan dan Lembaga Ke- uangan Syariah
Chapra menyatakan bahwa dalam suatu sistem keuangan Islam, adanya
banksyariah sebagai instrumen pendukung adalah suatu keniscayaan. Bank syariah
dengan sistem, Corporate Governance dan manajemen yang baik, akan memperkuat
pergerakan keuangan Islam, meminimalisir kegagalan dan diharapkan mampu
mewujudkan keadilan sosio-ekonomi denganpelarangan bunga. Sedangkan untuk
melakukan standardisasi produk dan jasa, bank syariah hendaknya mengadakan
forum diskusi antara ulama fikih, sebagaimana yang dilaksanakan oleh IDB dengan
membuat lembaga diskusi yang disebut Council of Islamic Bank.
3. Nejatullah Assiddiqi
Islam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan ke
adilan dalam bidang produksi dan pendidikan moral akan mengembangkan rasa
tanggung jawab di antara orang-orang, sebab dengan memiliki etika dan moral akan
melahirkan karakter yang luhur dan kepercayaan kepada masyarakat.5
Norma penting dalam berproduksi setelah wajib bekerja adalah, ketekunan
dalam bekerja, Islam tidak meminta penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga
meminta agar mereka bekerja dengan tekun dan baik. Berdasarkan uraian mengenai
etika produksi dalam kegiatan ekonomi dalam Islam.
5
Siti Madalela Sari, Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiq tentang Etika Peoduksi (Pekanbaru:
UIN Sultan Syarif Kasim, 2011), 57.
6
Ibid., 40
8
Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam
menjalankan profesi.
Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika produksi di
harapkan dapat membekali para produsen yang berkenaan dengan hak dan keadilan
sehingga dapat bekerja secara professional demi mencapai produktivitas dan
efeienssi kerja yang optimal.
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan dari Allah maka konsep
produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi
keuntungan dunia tetapi lebih penting untuk mencapai keuntungan akhirat. Islam
sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomi
konvensional hanya bedanya lebih jauh Islam juga menjelaskan nilai-nilai moral
disamping utilitas ekonomi, bahkan sebelum itu Islam menjelaskan mengapa
produksi harus di lakukan.
a. Tanah
Pengertian tanah di sini mengandung arti yang luas termasuk semua sumber
yang kita peroleh dari udara, laut, gunung, dan sebagainya, sampai dengan
keadaan geografis, angin dan iklim yang terkandung di dalamnya, Al-
Qur’an menggunakan benda-benda yang bersifat keduniaan, yang di
ciptakan bagi faedah mereka.
b. Bumi (tanah )
Tidak di ragukan lagi faktor produksi yang paling penting adalah
permukaan tanah yang di atasnya kita dapat berjalan, bekerja, mendirikan
rumah.serta melakukan apa saja menurut kehendak kita, Al-Qur’an
mengingatkan dalam surat al-Baqarah bahwa manusia di sediakan dengan
tempat tinggal dan kesenangan di bumi ini.
c. Mineral
Bumi ini di penuhi dengan sumber mineral yang dapat di manfaatkan oleh
manusia dalam produksi dan mendapatkan kekayaan yang lebih besar.
d. Gunung
Gunung merupakan suatu sumber lain yang menjadi sumber tenaga asli
yang membantu dalam mengeluarkan harta kekayaan, al-Qur’an tidak henti-
9
hentinya membicarakan tentang gunung dan kegunaannya yang musabah
untuk manusia.
e. Hutan
Hutan merupakan sumber kekayaan yang sangat penting, hutan
menyediakan bahan bakar, bahan-bahan bangunan dan bahan mentah untuk
kertas, perkapalan, perkakas rumah tangga dan industri-industri lain yang
tidak terkira jumlahnya.
Besarnya manfaat hutan tidak hanya membutuhkan pemeliharaan namun
juga pengembangannya, Rasulullah menekankan dengan ungkapan yang
tegas akan perlunya penanaman pohon-pohonan.
Kerja adalah segala sesuatu usaha dan ikhtiar yang di lakukan oleh anggota
badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas, termasuk jenis kerja
yang di lakukan secara fisik maupun pikiran, tenaga kerja sebagai faktor produksi
mempunyai arti yang besar, karena semua kekayaan alam tidak berguna apabila
tidak di olah oleh manusia.
Dalam sistem Islam sangat memperhatikan hak-hak tenaga kerja dan itu
harus di perhatikan kepada pekerja yakni.
h. Para buruh harus memperoleh upah yang semestinya agar dapat
menikmati taraf hidup yang layak.
i.Mereka harus membayar ganti rugi kecelakaan yang cukup selama dalam
bekerja.
j.Ketentuan yang wajar harus di buat untuk pembayaran pensiun yang lanjut
usia, pengusa dan pekerja dapat di minta untuk memberikan kontribusi
sebagai dana bantuan.
3. Modal
10
Modal merupakan asset yang membantu distribusi asset berikutnya, milik
individu dan negara yang di gunakan dalam menghasilkan, hasil yang berikutnya
selain adalah modal, modal dapat memberikan ke puasan pribadi dan membantu
untuk menghasilkan kekayaan lebih banyak.
Sebagaimana dikatakan Muhammad Nejatullah Siddiq.
“Modal adalah faktor produksi yang menghasilkan kekayaan tanpa modal produksi
yang berskala besar dalam dunia industri modern menjadi tidak mungkin, sebab
jika dengan tenaga kerja manusia saja hasilnya sangat sedikit karena itu tidak
salah jika di katakanbahwa kemajuan industri abad ini karena penggunaan modal.”
4. Analisa
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi tersebut
diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-quran sunnah, ijtihad (pemikiran) dan
pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam
bukanlah ajaran tentang ekonomi, tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran Al-quran dan
sunnah tentang ekonomi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dari berbagai referensi yang ada masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penyusunan dan penulisan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini lebih sempurna, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
barokah. Aamiin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ulum, Fahrur. Studi Komparasi Pola Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam
Kontemporer. Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2013.
Sari, Siti Madalela. Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiq tentang Etika
Produksi. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim, 2011.
Santoso, Sugeng . Sejarah ekonomi Islam masa kontemporer, Vol. 3. Tawangsari:
An nisbah, 2016.
Inayati, Anindya Aryu. Pemikiran ekonomi Islam M. Umer Chapra, vol. 14. Tt:
Profetika, 2013.
13