Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PEMIKIRAN TOKOH EKONOMI ISLAM

KONTEMPORER II

MAKALAH
Dibuat untuk memenui tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang
di ampu oleh Bapak Fahrurrozi, M.E.I.

Oleh:
Mohammad Rizki
Selvia Rahmawati
Sulistiana Irhamni
Moh. Hoirul Anwar

PROGRAN STUDI AKUNTASI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BSNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di
yaumulqiyamah nanti, amin.
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam.Makalah ini berjudul “Sejarah pemikiran tokoh ekonomi
islam kontemporer II” yang membahas tentang Nawab Haidar Naqvi, Umer
Chapra, dan Nejatullah assiddiqi.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,baik dalam hal


penulisan maupun pokok bahasan yang kami jelaskan. Berkaitan dengan hal
tersebut kami selaku penulis sangat mengharapkan saran, agar kedepannya kami
bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan kami yang lalu.

Pamekasan, 15 November 2021

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

A. Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer.....................5


a. Syed Nawab Haedir Naqvi...........................................................5
b. M. Umer Chapra...........................................................................5
c. Nejatullah Assiddiqi.....................................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................12


A. Kesimpulan............................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai pemikir ekonomi Islam bermunculan di era kontemporer.
Arah pemikiran dan bangunan sistem ekonomi Islam yang mereka hasilkan
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya serta
disiplin ilmu yang mereka miliki sebelumnya. Beberapa ekonom muslim
yang lain selanjutnya memilah pemikiran para tokoh ekonomi Islam
tersebut menjadi tiga madhhab yaitu madhhab Baqir As S adr , madhhab
mainstream, dan madhhab alternatif kritis. Hal yang melatarbelakangi
pembagian ketiga madhhab ini adalah adanya perbedaan pendapat konsep
tentang apa dan bagaimana ekonomi Islam. Sekalipun demikian, sebuah
survei mengenai pemikiran ekonomi Islam kontemporer yang dilakukan
oleh Siddiqi menunjukkan bahwa terdapat kesepakatan tentang landasan
filosofis bagi sistem ekonomi Islam, yaitu tauhid, ibadah, khilafah, dan
takaful. Demikian juga tidak terdapat perbedaan pendapat mengenai hal-hal
yang secara jelas disebut dalam Al-Qur’an dan Sunnah, seperti larangan riba
dan kewajiban membayar zakat dalam sistem ekonomi Islam. 1

Sedangkan perbedaan wilayah pembahasan mereka tentang


ekonomi Islam setidaknya terdapat dalam tiga hal, yaitu penafsiran konsep
yang ditemui dalam Al-Qur’an dan Sunnah, metodologi yang harus diikuti
dalam membangun teori dan sistem ekonomi Islam, dan pandangan
mengenai sistem ekonomi Islam. 2 Inilah yang menarik untuk diteliti,
sebenarnya bagaimana konstruksi sistem ekonomi Islam yang hendak
diwujudkan oleh para pemikir kontemporer tersebut, mulai dari dasar
pijakannya, proses membangunnya, elemen yang digunakan, hubungan
individu dan negara, kepemilikan harta, mekanisme pasar, hingga konsep
zakat dan konsep larangan riba. Untuk itu dibutuhkan analisis komparatif
tentang konstruksi sistem ekonomi Islam yang didasarkan pada pola
pemikiran beberapa tokoh ekonomi Islam kontemporer.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana pemikiran beberapa tokoh ekonomi islam kontemporer?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui pemikiran beberapa tokoh ekonomi islam
kontemporer.

1
Fahrur Ulum, Stusi Komparasi Pola Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer
(Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 2.
2
Mohamed Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Analisis Komparatif Terpilih,
( Surabaya: Airlangga University Press, 2006), 3.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer
1. Syed Nawab Haedir Naqvi
Menurut Syed Nawad Haidir Naqvi, ekonomi Islam berakar pada
pandangan dunia khas Islam dan premis-premis nilainya diambil dari ajaran-
ajaran etik-sosial al-Qur’an dan Sunnah. 3 Ekonomi Islam berpijak pada
landasan hukum yang pasti yang mempunyai manfaat untuk mengatur masalah
kemasyarakatan, sehingga hukum harus mampu menjawab segenap masalah
manusia, baik masalah yang besar sampai sesuatu masalah yang belum
dianggap masalah. Sumber hukum yang diakui sebagai landasan hukum
ekonomi Islam terdiri dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijtihad, Qiyas, dan sumber
hukum yang lain : Urf, Istihsan, Istishlah, Istishab dan Mashlaha Al-Mursalah.
Ekonomi syariah atau istilah lain orang menyebutnya dengan ekonomi Islam,
merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur berdasarkan syariat Islam,
tentunya berpedoman kepada al-qur’an dan hadits. Orang awam sering
membedakan, bahwa sistem ekonomi kapitalis liberal dibangun dengan prinsip
menang-kalah. Siapa yang kuat dialah yang mendominasi dan dialah yang jaya,
sedangkan ekonomi Islam atau ekonomi syariah mempunyai prinsip
kebersamaan, dan yang lebih penting rekomendasi langsung dari pemegang
otoritas, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, Al-Qur’an dan Sunnah menjadi
referensi yang mutlak. Islam sebagai way of life, menyatukan dua dimensi alam
pada dirinya, yaitu materiil dan immateriil (duniawi dan ukhrawi). Kedua
implikasi tersebut perimplikasi pada sebuah tanggung jawab bagi penganutnya,
yaitu reward atau punishment dari Allah, aturan secara lengkap di sinyalir
dalam al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman utamanya. Oleh karena itu, dalam
Islam, segala hal yang terkait dengan kepentingan ummat diatur didalamnya,
mulai dari hubungan dengan Tuhan, hingga hubungan interaksi kepada sesama
umat manusia dan makhluk lainnya, dengan berbagai aturan dan tata caranya
yang disusun secara tertib dan rapi. Sehingga keberadaan Islam sebagai
rahmatan lil alamin bagi ajaran- ajarannya itu tidak dapat di pungkiri lagi, tidak
hanya mengatur masalah ritual saja antara hamba dan Tuhannya, tapi juga
mengatur masalah masalah sosial yang ada.

2. M. Umer Chapra
M. Umer Chapra mempunyai kiprah yang tidak sedikit dalam dunia
ekonomi Islam. Menurutnya tujuan dari berekonomi adalah membantu manusia

3
Sugeng Santoso, “sejarah ekonomi Islam masa kontemporer”, An nisbah, vol.3 no, 03, ( oktober
2016) :66

5
untuk mereali- sasikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak sulit
menemukan buku yang merupakan buah dari pemikirannya. Beberapa
pemikirannya yang terkenal adalah mengenai konsep hayyatan thayyibatan,
konsep kebijakan moneter dalam Islam, dan konsep perbankan Syariah.4
a. Konsep Falah dan Hayatan Thayyi-batan

Dalam bukunya Islam and The Islamic Challenge yang kemudian


diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Islam dan Tantangan
Ekonomi- M. Umer Chapra menjelaskan bahwa setiap individu pelaku ekonomi
sudah pasti didominasi dengan worldview (pandangan) maupun asumsinya
mengenai alam, dan hakikat ke- hidupan manusia di dunia. Chapra
mengibaratkan pandangan dunia sebagai fon-dasi bagi sebuah bangunan yang
memain-kan peranan yang sangat penting dan sangat menentukan. Sehingga
strategi dari suatu sistem yang merupakan hasil logis dari pandangan hidup,
selayaknya selaras dengan sasaran yang dipilih agar tujuan dapat dicapai
dengan efektif efektif untuk mengadakan restrukturisasi sosio-ekonomi dengan
tujuan mendorong transformasi sumber daya dari suatu penggunaan kepada
penggunaan lain, sehingga tercapailah alokasi dan distribusi yang paling
optimum dan merata.

Apabila pandangan dunia dan strategi tersebut tidaklah harmonis


dengan sasaran yang dipilih, maka sasaran itu tidak akan dapat diaktualisasi-
kan.”) Chapra juga menjelaskan dalam buku ini mengenai aktualisasi konsep
falah dan hayatan thoyyibatan yang merupakan inti dari tantangan ekonomi bagi
negara- negara muslim. Sebab kedua konsep ini berasal dari Islam, diajarkan
Islam dan hendaknya pula diterapkan dalam kehidupan muslim untuk
mewujudkan kebahagiaan dunia-akhirat. Hal ini menuntut pening- katan moral,
persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi, dengan pemanfaatan sum-
bersumber daya yang langka untuk mengentaskan kemiskinan, memenuhi
kebu-tuhan dan meminimalkan kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Analisis
Chapra tentang kemiskinan dan kesenjangan parah yang terjadi di negara-
negara berkembang diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang diambil
menurut perspektif strategi sekuler, baik berupa kapitalisme, sosialisme, atau
negara kesejahteraan. Sementara strategi-strategi tersebut sudah gagal
mewujudkan kebahagiaan bagi penganutnya. Sebab kebahagian adalah suatu
refleksi dari kedamaian pikiran atau an-nafs al-muthmainnah yang
dimaksudkan oleh al-Qur’an (al-Fajr, 89:27), dan Chapra menegaskan, bahwa
hal tersebut tidaklah dapat dicapai kecuali kehidupan manusia selaras dengan
dunia batinnya.

4
Anindya aryu Inayati, “pemikiran ekonomi Islam M. Umer Chapra”, profetika vol. 14 no, 2
( desember 2013) : 164-166

6
b. Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter sudah ditetapkan sejak zaman Rasulullah saw.


Bangsa Arab sebagai jalur perdagangan antara Romawi-India-Persia, serta Sam
dan Yaman, telah menjadikan Dinar dan Dirham sebagai alat tukar resmi. Maka
pertukaran valuta asing, penggunaan cek dan promi-ssory notes, kegiatan
impor-ekspor serta factoring atau anjak piutang, sudah dikenal dan banyak
digunakan dalam perdagangan. Kebijakan moneter yang diterapkan oleh
Rasulullah saw antara lain adalah pelarangan riba dan tidak digunakannya
sistem bunga. Sehingga stabilitas ekonomi terjaga dan pertumbuhan ekonomi
terdorong maju dengan lebih cepat dengan pembangunan infrastruktur sektor
riil. Rasulullah saw juga melarang transaksi tidak tunai sehingga menutup
kemungkinan untuk melakukan riba dan ihtikar atau penimbunan. sejalan
dengan apa yang dinyatakan Kahf,

Chapra mengajukan mekanisme kebijakan moneter yang terdiri dari enam


elemen.
1. Target pertumbuhan dalam M dan Mo M yang dimaksudkan di sini ada-
lah peredaran uang yang diinginkan. Sedangkan Mo adalah uang berdaya
tinggi, atau mata uang dalam sirkulasi plus deposito pada bank sentral,
sehingga pertumbuhan M dan Mo haruslah diatur dan disesuaikan dengan
sasaran ekonomi nasional, yang harus berorientasi kepada kesejahteraan
sosial.
2. Saham publik terhadap deposito unjuk (uang giral) Sebagian dari uang
giral pada bank komersial, guna melakukan pembiayaan terhadap proyek-
proyek yang bermanfaat secara sosial dan tidak menggunakan prinsip bagi
hasil. Tujuannya untuk memobilisasikan sumber daya masyarakat yang
menganggur untuk kemaslahatan sosial.
3. Cadangan wajib resmi Bank-bank komersial diwajibkan untuk menahan
suatu proporsi tertentu dari deposito unjuk mereka dan disimpan di bank
sentral sebagai cadangan wajib.

4. Pembatas kredit
Pembatasan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total
adalah konsisten dengan target-target moneter. Sebab kucuran dana kepada
perbankan tidak mungkin menemui angka yang akurat terutama di pasar
uang yang masih kurang berkembang.
5. Alokasi kredit yang berorientasi kepada

Nilai Alokasi ini harus ditujukan untuk realisasi maslahat sosial secara
umum. Yaitu harus merealisasikan sasaran-sasaran masyarakat Islam dan

7
memak-simalkan keuntungan privat. Maka ha-ruslah dijamin bahwa alokasi
tersebut akan menimbulkan produksi dan distribusi yang optimal bagi
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ser ta manfaatnya dapat
dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam masyarakat.
6. Teknik yang lain Chapra sekali lagi menekankan pentingnya moral
sebagai kunci dari semua teknik yang telah diajukan sebelumnya. Hubungan
yang baik antara bank sentral dan bank-bank komersial akan mempermudah
proses pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Sistem Perbankan dan Lembaga Ke- uangan Syariah
Chapra menyatakan bahwa dalam suatu sistem keuangan Islam, adanya
banksyariah sebagai instrumen pendukung adalah suatu keniscayaan. Bank syariah
dengan sistem, Corporate Governance dan manajemen yang baik, akan memperkuat
pergerakan keuangan Islam, meminimalisir kegagalan dan diharapkan mampu
mewujudkan keadilan sosio-ekonomi denganpelarangan bunga. Sedangkan untuk
melakukan standardisasi produk dan jasa, bank syariah hendaknya mengadakan
forum diskusi antara ulama fikih, sebagaimana yang dilaksanakan oleh IDB dengan
membuat lembaga diskusi yang disebut Council of Islamic Bank.

3. Nejatullah Assiddiqi
Islam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan ke
adilan dalam bidang produksi dan pendidikan moral akan mengembangkan rasa
tanggung jawab di antara orang-orang, sebab dengan memiliki etika dan moral akan
melahirkan karakter yang luhur dan kepercayaan kepada masyarakat.5
Norma penting dalam berproduksi setelah wajib bekerja adalah, ketekunan
dalam bekerja, Islam tidak meminta penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga
meminta agar mereka bekerja dengan tekun dan baik. Berdasarkan uraian mengenai
etika produksi dalam kegiatan ekonomi dalam Islam.

Menurut Muhammad Nejatullah Siddiq etika produksi itu adalah sebagai


seperangkat nilai tentang baik buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis
berdasarkan pada prinsif-prinsif moralitas Muhammad Nejatullah siddik
mengemukakan bahwa tujuan etika produksi itu adalah: 6

 Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis,


 Memperkenalkan argumentasi-argumentasi moral di bidang
ekonomi dan bisnis serta cara penyusunannya.

5
Siti Madalela Sari, Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiq tentang Etika Peoduksi (Pekanbaru:
UIN Sultan Syarif Kasim, 2011), 57.
6
Ibid., 40

8
 Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam
menjalankan profesi.

Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika produksi di
harapkan dapat membekali para produsen yang berkenaan dengan hak dan keadilan
sehingga dapat bekerja secara professional demi mencapai produktivitas dan
efeienssi kerja yang optimal.
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan dari Allah maka konsep
produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi
keuntungan dunia tetapi lebih penting untuk mencapai keuntungan akhirat. Islam
sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomi
konvensional hanya bedanya lebih jauh Islam juga menjelaskan nilai-nilai moral
disamping utilitas ekonomi, bahkan sebelum itu Islam menjelaskan mengapa
produksi harus di lakukan.

 Faktor-faktor Produksi Menurut Muhammad Nejatullah Siddiq


1. Alam
Alam merupakan faktor produksi yang pertama dan utama, faktor alam disini
meliputi segala isinya yaitu:

a. Tanah
Pengertian tanah di sini mengandung arti yang luas termasuk semua sumber
yang kita peroleh dari udara, laut, gunung, dan sebagainya, sampai dengan
keadaan geografis, angin dan iklim yang terkandung di dalamnya, Al-
Qur’an menggunakan benda-benda yang bersifat keduniaan, yang di
ciptakan bagi faedah mereka.
b. Bumi (tanah )
Tidak di ragukan lagi faktor produksi yang paling penting adalah
permukaan tanah yang di atasnya kita dapat berjalan, bekerja, mendirikan
rumah.serta melakukan apa saja menurut kehendak kita, Al-Qur’an
mengingatkan dalam surat al-Baqarah bahwa manusia di sediakan dengan
tempat tinggal dan kesenangan di bumi ini.
c. Mineral

Bumi ini di penuhi dengan sumber mineral yang dapat di manfaatkan oleh
manusia dalam produksi dan mendapatkan kekayaan yang lebih besar.
d. Gunung

Gunung merupakan suatu sumber lain yang menjadi sumber tenaga asli
yang membantu dalam mengeluarkan harta kekayaan, al-Qur’an tidak henti-

9
hentinya membicarakan tentang gunung dan kegunaannya yang musabah
untuk manusia.

e. Hutan
Hutan merupakan sumber kekayaan yang sangat penting, hutan
menyediakan bahan bakar, bahan-bahan bangunan dan bahan mentah untuk
kertas, perkapalan, perkakas rumah tangga dan industri-industri lain yang
tidak terkira jumlahnya.
Besarnya manfaat hutan tidak hanya membutuhkan pemeliharaan namun
juga pengembangannya, Rasulullah menekankan dengan ungkapan yang
tegas akan perlunya penanaman pohon-pohonan.

f. Hewan atau Binatang-Binatang.


Hewan-hewan mempunyai banyak kegunaan bagi manusia mereka
memberikan daging, susu dan lemak untuk makanan. Juga memberikan bulu,
tulang dan kulit untuk di pakai untuk kebutuhan ekonomi lainnya, seperti
industri dan untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perhiasan,
sebagian dari ternak tersebut di jadikan sebagai alat transportasi.
g. Iklim dan Hujan

Semua keadaan geografi termasuk iklim, hujan dan lain-lain menentukan


ciri tanaman yang boleh di tanam di setiap negara terdapat istilah tanah.
2. Tenaga Kerja

Kerja adalah segala sesuatu usaha dan ikhtiar yang di lakukan oleh anggota
badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas, termasuk jenis kerja
yang di lakukan secara fisik maupun pikiran, tenaga kerja sebagai faktor produksi
mempunyai arti yang besar, karena semua kekayaan alam tidak berguna apabila
tidak di olah oleh manusia.

Dalam sistem Islam sangat memperhatikan hak-hak tenaga kerja dan itu
harus di perhatikan kepada pekerja yakni.
h. Para buruh harus memperoleh upah yang semestinya agar dapat
menikmati taraf hidup yang layak.

i.Mereka harus membayar ganti rugi kecelakaan yang cukup selama dalam
bekerja.
j.Ketentuan yang wajar harus di buat untuk pembayaran pensiun yang lanjut
usia, pengusa dan pekerja dapat di minta untuk memberikan kontribusi
sebagai dana bantuan.
3. Modal

10
Modal merupakan asset yang membantu distribusi asset berikutnya, milik
individu dan negara yang di gunakan dalam menghasilkan, hasil yang berikutnya
selain adalah modal, modal dapat memberikan ke puasan pribadi dan membantu
untuk menghasilkan kekayaan lebih banyak.
Sebagaimana dikatakan Muhammad Nejatullah Siddiq.

“Modal adalah faktor produksi yang menghasilkan kekayaan tanpa modal produksi
yang berskala besar dalam dunia industri modern menjadi tidak mungkin, sebab
jika dengan tenaga kerja manusia saja hasilnya sangat sedikit karena itu tidak
salah jika di katakanbahwa kemajuan industri abad ini karena penggunaan modal.”
4. Analisa

Pendapat Muhammad Nejatullah Siddiq tentang etika produksi dalam


sistem ekonomi Islam selaras dengan prinsip ekonomi yang menghendaki sistem
perekonomian yang adil sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah, di mana Islam juga
menghendaki produksi barang dan jasa yang halal, tidak merusak dan
menghancurkan fitrah manusia, tidak juga melakukan penganiayaan, yang tujuan
akhirnya adalah untuk memperjuangkan kebutuhan hidup manusia serta mencari
kesenangan akhirat yang di ridhoi oleh Allah SWT.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi tersebut
diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-quran sunnah, ijtihad (pemikiran) dan
pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam
bukanlah ajaran tentang ekonomi, tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran Al-quran dan
sunnah tentang ekonomi.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dari berbagai referensi yang ada masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penyusunan dan penulisan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini lebih sempurna, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
barokah. Aamiin.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ulum, Fahrur. Studi Komparasi Pola Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam
Kontemporer. Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2013.
Sari, Siti Madalela. Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiq tentang Etika
Produksi. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim, 2011.
Santoso, Sugeng . Sejarah ekonomi Islam masa kontemporer, Vol. 3. Tawangsari:
An nisbah, 2016.

Inayati, Anindya Aryu. Pemikiran ekonomi Islam M. Umer Chapra, vol. 14. Tt:
Profetika, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai